Latar Belakang Masalah KESULITAN GURU SD NEGERI GLAGAH DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PENILAIAN AUTENTIK PADA KURIKULUM 2013.

5 memperhatikan kompetensi pengetahuan saja. Selain itu, kemampuan berpikir yang dinilai dalam penilaian autentik sudah mencapai level konstruksi dan aplikasi sehingga siswa dapat menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan nyata, sedangkan kemampuan berpikir yang dinilai pada penilaian sebelumnya cenderung hanya pada level memahami saja. Oleh sebab itu, penilaian autentik dianggap sebagai penilaian yang tepat untuk menilai hasil belajar siswa. Dalam melaksanaan penilaian autentik, guru memiliki peranan yang sangat penting karena perencanaan dan pelaksanaan penilaian merupakan salah satu tugas pokok guru. Hal ini dijelaskan oleh Kunandar 2013: 2 bahwa tugas pokok guru dalam pembelajaran meliputi: menyusun program pembelajaran, melaksanakan program pembelajaran, melaksanakan penilaian hasil belajar, melakukan analisis hasil belajar, dan melakukan program tindak lanjut. Sebaik apapun konsep dan tujuan dari penilaian autentik, jika perencana dan pelaksana guru tidak bisa melaksanakan dengan baik, maka tujuan dari penilaian autentik dalam kurikulum 2013 tidak akan bisa tercapai. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti ke beberapa guru Sekolah Dasar SD di Yogyakarta, kesulitan utama dalam menerapkan kurikulum 2013 adalah pada pelaksanaan penilaian autentik. Hal tersebut juga dialami pada sekolah yang menjadi sekolah sasaran kurikulum 2013, yaitu SD Negeri Glagah. SD Negeri Glagah sudah memasuki tahun kedua dalam menerapkan kurikulum 2013. Dengan kata lain, SD Negeri Glagah sudah lebih dahulu menerapkan kurikulum 2013 daripada sebagian 6 besar SD pada umumnya yang baru menerapkan kurikulum 2013 pada tahun 2014. Bahkan guru kelas IV A yang merupakan guru inti di sekolah tersebut dan sudah mendapatkan pelatihan penilaian autentik lebih banyak daripada guru-guru lainnya mengaku masih mengalami kesulitan. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, guru merasa penilaian autentik terlalu rumit karena terlalu banyak aspek yang harus dinilai. Dalam melakukan penilaian autentik, guru memerlukan waktu dan tenaga yang banyak untuk membuat instrumen penilaian. Guru juga mengalami kesulitan dalam mengolah nilai menjadi laporan akhir rapor. Meskipun sudah mendapatkan pelatihan, namun guru merasa materi yang disampaikan masih abstrak. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, guru juga belum mampu melaksanakan penilaian secara tuntas. Hal ini terlihat saat proses pembelajaran, guru tidak bisa melaksanakan semua penilaian sesuai dengan alokasi waktu pembelajaran. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji penyebab guru di SD Negeri Glagah mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan penilaian autentik pada kurikulum 2013.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan di SD Negeri Glagah sebagai berikut. 1. Kesulitan utama bagi beberapa guru dalam melaksanakan kurikulum 2013 adalah pada aspek penilaian autentik. Bahkan guru kelas IV A yang merupakan guru inti di sekolah tersebut dan sudah mendapatkan 7 pelatihan penilaian autentik lebih banyak daripada guru-guru lainnya mengaku masih mengalami kesulitan. 2. Guru merasa penilaian autentik rumit karena terlalu banyak aspek yang dinilai. 3. Guru memerlukan waktu dan tenaga yang banyak untuk membuat instrumen penilaian. 4. Guru merasa kesulitan dalam mengolah nilai untuk dijadikan sebagai laporan akhir rapor. 5. Guru merasa materi penilaian autentik yang disampaikan dalam pelatihanmasih abstrak. 6. Guru tidak dapat melaksanakan penilaian autentik secara tuntas. C. Fokus Masalah Permasalahan implementasi penilaian autentik sangat kompleks. Oleh karena itu, berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti memfokuskan permasalahan tentang penyebab guru SD Negeri Glagah mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan penilaian autentik pada kurikulum 2013.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan fokus masalah, maka dalam penelitian ini dapat diajukan rumusan masalah yaitu: “Mengapa guru SD Negeri Glagah mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan penilaian autentik pada kurikulum 2013 ?” 8

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penyebab guru SD Negeri Glagah mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan penilaian autentik pada kurikulum 2013.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai referensi ilmiah dalam ilmu pendidikan tentang sistem penilaian yang sesuai dengan standar pendidikan nasional. b. Memberikan masukan bagi dunia pendidikan tentang pelaksanaan penilaian autentik pada kurikulum 2013. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti 1 Menambah wawasan tentang hal-hal yang menjadi penyebab guru mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan penilaian autentik pada kurikulum 2013. 2 Menambah wawasan tentang tata cara pelaksanaan penilaian autentik pada kurikulum 2013. b. Bagi guru 1 Sebagai bahan koreksi dalam mengimplementasikan penilaian autentik dalam proses pembelajaran selama ini. 2 Menambah wawasan tentang tata cara pelaksanaan penilaian autentik pada kurikulum 2013. 9 c. Bagi Kepala Sekolah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan solusi untuk mengatasi kesulitan para guru dalam melaksanakan penilaian autentik di sekolahnya. d. Bagi Kepala Dinas Pendidikan Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi dalam pelaksanaan kurikulum 2013 terutama dalam aspek penilaian autentik sehingga dapat ditentukan tindak lanjutnya. 10 BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Penilaian

Penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik untuk memperoleh keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu Zainal Arifin, 2013: 4. Asmawi Zainul 2001: 8 juga menjelaskan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran yang didasarkan dengan kriteria tertentu. Penilaian tidak dapat dilakukan tanpa didahului dengan kegiatan pengukuran. Sejalan dengan pendapat di atas, Purwanto 2008: 3 menjelaskan bahwa pengukuran dan penilaian merupakan dua kegiatan yang berkaitan erat. Penilaian tidak dapat dilakukan tanpa didahului dengan kegiatan pengukuran. Pengukuran adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan alat ukurnya dan kemudian menerakan angka menurut sistem aturan tertentu. Hasil pengukuran baru mempunyai makna dan dapat digunakan untuk mengambil keputusan setelah dibandingkan dengan kriteria tertentu. Anas Sudijono 1995: 6 juga menjelaskan bahwa kegiatan pengukuran mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam penilaian. Baik buruknya penilaian akan bergantung pada hasil-hasil pengukuran. Hasil pengukuran yang kurang cermat akan memberikan penilaian yang kurang cermat pula, dan sebaliknya.