21
merasakan penderitaan dengan adanya tindak pidana kejahatan. Korban langsung memiliki karakteristik, yaitu:
a. Korban adalah orang, baik secara individu atau secara kolektif
b. Menderita kerugian, termasuk luka-luka fisik, mental,
penderitaan emosional, kehilangan pendapatan, penindasan terhadap hak-hak dasar manusia
c. Disebabkan oleh adanya perbuatan atau kelalaian yang
terumuskan dalam hukum pidan baik dalam taraf nasional maupun local levels
d. Atau disebabkan oleh adanya penyalahgunaan kekuasaan.
Korban tidak langsung yaitu korban dari turut campurnya seseorang dalam membentuk korban langsung atau turut melakukan
pencegahan timbulnya korban, tetapi dia sendiri menjadi korban tindak kejahatan, dalam hal ini adalah pihak ketiga, dan atau mereka
yang menggantungkan hidupnya kepada korban langsung, seperti istri atau suami, anak, dan keluarga terdekat.
13
2. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Tindak
Pidana Kekerasan Seksual
Diatur dalam pasal 81 ayat 1 dan 2 No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak tentang hukuman pidana bagi pelaku kekerasan
seksual terhadap anak, yaitu: Ayat 1 dimana dipidana dengan penjara maksimal 15 tahun dan
minimal 3 tahun dan denda maksimal Rp 300.000.000,00 Tiga ratus juta rupiah dan paling sedikit Rp 60.000.000,00
Enam puluh juta rupiah bagi orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
13
Ibid, hal. 33-34
22
Ayat 2 berlaku ketentuan pidana ayat 1 bagi orang yang sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau
membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
Pasal 82 dipidana maksimal 15 tahun dan minimal 3 tahun dengan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 dan paling sedikit
Rp.60.000.000,00 barang siapa dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan
tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan
perbuatan cabul. Secara umum korban kekerasan seksual anak memiliki tanda-tanda
khusus yang nyata seperti:
14
a. Mengeluh tentang rasa sakit pada tubuhnya
b. Pembengkakan atau pendarahan maupun lecet di mulut kemaluan
atau anus, infeksi saluran kencing serta penyakit seksual lainnya c.
Membersihkan tubuh secara berlebih-lebihan atau bisa pula sebaliknya, menjadi tidak peduli dengan kebersihan tubuhnya
Perlindungan terhadap korban kekerasan seksual biasanya dilakukan dengan cara memetakan sesuai dengan kebutuhan korban.
Korban kekerasan seksual yang menderita luka atau sakit,
14
Myra Diarsi, Op.cit, hal. 58
23
membutuhkan pelayanan secara medis maka dapat dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit setempat. Jika korban kekerasan seksual
mengalami gangguan secara psikologis maka korban seharusnya mendapat perlindungan dengan cara dapat dirujuk untuk dibawa
kepada rumah sakit jiwa atau pskiater setempat, biasanya terdapat lembaga-lembaga yang secara terbuka mau menerima konseling, dan
membantu korban memulihkan keadaan kejiwaannya atau mental yang mengalami tekanan akibat peristiwa-peristiwa seperti contohnya
kekerasan seksual. Dan jika korban kekerasan seksual membutuhkan bantuan secara hukum, maka bentuk perlindungan terhadap korban
yang seharusnya diberikan adalah adanya pendampingan untuk memproses secara hukum terkait kasus yang terjadi adanya
pendampingan di kepolisian, kejaksaan dan sidang di pengadilan,
untuk bantuan secara hukum ini biasanya juga terdapat lembaga yang mau memberikan bantuan.
Anak sebagai sebagai korban kekerasan seksual memiliki hak-hak yang harus di tegakkan, dan hal itu sudah dituangkan dalam UU
Perlindungan Anak , sebagai berikut:
Pasal 8
“Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.”
24
Pasal 17
2 Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan.
Pasal 18
“Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya.”
E. Lembaga Swadaya Masyarakat LSM