Faktor-Faktor Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear Di Rsu Mitra Sejati Medan Tahun 2014

(1)

i

FAKTOR-FAKTOR IBU MELAKUKAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI RSU MITRA SEJATI MEDAN TAHUN 2014

ENDANG DOLOKSARIBU 135102023

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

iii


(4)

Faktor-faktor Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014

ABSTRAK Endang Doloksaribu

Latar belakang : Pap smear adalah suatu metode dimana dilakukan pengambilan sel dari mulut rahim kah sel yang ada kemudian dibawah mikroskop. Pada pemeriksaan biasanya dapat ditentukan apakah sel yang ada di mulut rahim masih normal, berubah menuju kanker atau telah berubah ke sel kanker. Sebagian besar ibu telah yakin bahwa tes Pap Smear adalah untuk mendeteksi kanker. Banyak ibu yang tidak menggangap diri mereka sendiri masuk dalam kelompok risiko terkena kanker leher rahim. Hal ini menjadikan tes tersebut tidak berperan penting bagi mereka sehingga meyakinkan mereka bahwa tes tersebut tidak di tunjukan bagi mereka dan oleh karena itu, mereka merasa tidak perlu melakukan tes Pap Smear. Ada juga kelompok ibu gelisah yang terlalu malu, khawatir atau cemas untuk menjalani Pap Smear. Tujuan penelitian : Untuk mengetahui Faktor-Faktor ibu melakukan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskritif. Jumlah sampel dalam penelitian ini 32 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan consecutif sampling. Penelitian ini dilakukan di RSU Mitra Sejati Medan.

Hasil : Penelitian menunjukan mayoritas ibu berpengetahuan baik sebanyak 13 orang (40,6 %), bersikap positif 27 orang (84,4 %), tingkat sosial ekonomi tinggi 17 orang (53,1 %), dan sudah berpengalaman 22 orang (68,8 %).

Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh ibu berpengetahuan baik, bersikap positif, tingkat sosial ekonomi tinggi dan sudah berpengalaman, maka

diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian Pap smear

berdasarkan faktor pengalaman rujukan karena kemungkinan responden yang tidak berpengalaman dikarenakan responden melakukan Pap smear karena rujukan tanpa penjelasan yang cukup dari petugas kesehatan.

Kata kunci : Pap Smear, Pengetahuan, Sikap,Tingkat sosial ekonomi,


(5)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas dan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Faktor-Faktor Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU

skaligus selaku dosen pembimbing yang telah memberikan nasehat dan saran yang bermanfaat dalam penyel;esaian karya tulis ilmiah di Program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kp. Ns. M.Kep selaku ketua Program Studi D-IV

Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU.

3. drr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc. CM-FM, M.PdKed selaku penguji 1. 4. Dr. dr. Sarma N Lumbanraja, SpOG.K selaku penguji 2.

5. dr. Arih Ginting, selaku Direktur di RSU Mitra Sejati.

6. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

7. Kedua orang tua dan saudara saya tercinta yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan semangat kepada penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.


(6)

8. Teman – teman D – IV Bidan Pendidik yang telah memberikan dukungan dan semua pihak yang mendukung penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan. Semoga mendapat anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, Juli 2014

Penulis


(7)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR SKEMA ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang………..1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

1.Tujuan Umum ... 3

2. Tujuan Khusus ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

1. Bagi lokasi Penelitian ... 4

2. Bagi IBu……… ... 4

3. Bagi Institusi Pendidikan Dan peneliti Selanjutnya………. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Pap Smear ... 5

1. Defenisi Pap Smear ... 5

2. Manfaat Pemeriksaan Pap Smear ... 5

3. Umur Yang Sesuai Untuk melakukan Pap Smear ... 7

4. Klasifikasi Pemeriksaan Pap Smear ... 8

5. Bahan Pemeriksaan Sitologi Pap Smear ... 10

6. Alat Pemeriksaan Pap Smear ... 10

7. Syarat Pengambilan Sitologi Pap Smear ... 11

8. Prosedur Pap Smear………11

B. Kanker Serviks ... 12

1. Pengertian Kanker Serviks ... 12

2. Faktor Risiko Kanker Serviks ... 12


(8)

4. Stadium Perkembangan Kanker Serviks ... 15

5. Pencegahan Kanker Serviks ... 16

C. Faktor-Faktor Yang Mempegaruhi Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear………19

1. Umur……… 19

2. Pendidikan……… .20

3. Sumber Informasi………...21

4. Pengetahuan………21

BAB III KERANGKA KONSEP ... 24

A. Konsep penelitian ... 24

B. Defenisi Operasional ... 25

BAB IV METODELOGI PENELITIAN ... 27

A. Desain Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel ... 27

C. Tempat Penelitian ... 29

D. Waktu Penelitian ... 29

E. Etika Penelitian ... 29

F. Alat pengumpulan Data ... 29

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 31

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 31

I. Analisa Data ... 32

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil……… 37

1. Pengetahuan Responden ... … 39

2. Sikap Responden ... … 40

3. Tingkat sosial Ekonomi Responden ... … 40

4. Pengalaman Responden ... … 41

B. Pembahasan ... … 41

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... … 45

B. Saran ... … 45 DAFTAR PUSTAKA


(9)

v

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Variabel, Defenisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur,


(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konsep Faktor-Faktor Yang Mempegaruhi Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear..……… 24


(11)

vii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah Lampiran 5 : Surat Izin Data Survey Pendahuluan


(12)

Faktor-faktor Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014

ABSTRAK Endang Doloksaribu

Latar belakang : Pap smear adalah suatu metode dimana dilakukan pengambilan sel dari mulut rahim kah sel yang ada kemudian dibawah mikroskop. Pada pemeriksaan biasanya dapat ditentukan apakah sel yang ada di mulut rahim masih normal, berubah menuju kanker atau telah berubah ke sel kanker. Sebagian besar ibu telah yakin bahwa tes Pap Smear adalah untuk mendeteksi kanker. Banyak ibu yang tidak menggangap diri mereka sendiri masuk dalam kelompok risiko terkena kanker leher rahim. Hal ini menjadikan tes tersebut tidak berperan penting bagi mereka sehingga meyakinkan mereka bahwa tes tersebut tidak di tunjukan bagi mereka dan oleh karena itu, mereka merasa tidak perlu melakukan tes Pap Smear. Ada juga kelompok ibu gelisah yang terlalu malu, khawatir atau cemas untuk menjalani Pap Smear. Tujuan penelitian : Untuk mengetahui Faktor-Faktor ibu melakukan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskritif. Jumlah sampel dalam penelitian ini 32 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan consecutif sampling. Penelitian ini dilakukan di RSU Mitra Sejati Medan.

Hasil : Penelitian menunjukan mayoritas ibu berpengetahuan baik sebanyak 13 orang (40,6 %), bersikap positif 27 orang (84,4 %), tingkat sosial ekonomi tinggi 17 orang (53,1 %), dan sudah berpengalaman 22 orang (68,8 %).

Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh ibu berpengetahuan baik, bersikap positif, tingkat sosial ekonomi tinggi dan sudah berpengalaman, maka

diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian Pap smear

berdasarkan faktor pengalaman rujukan karena kemungkinan responden yang tidak berpengalaman dikarenakan responden melakukan Pap smear karena rujukan tanpa penjelasan yang cukup dari petugas kesehatan.

Kata kunci : Pap Smear, Pengetahuan, Sikap,Tingkat sosial ekonomi,


(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pap Smear adalah suatu metode dimana dilakukan pengambilan sel dari mulut rahim kemudian di periksa di bawah mikroskop. Pada pemeriksaan biasanya dapat di tentukan apakah sel yang ada di mulut rahim masih normal, berubah menuju kanker, atau telah berubah menjadi sel kanker. Selain itu, infeksi dan inflamasi mulut rahim juga dapat di tentukan dari pemeriksaan ini. Metode ini juga disebut pap test atau

papanicolaou smear (Bustan, 1997). Manfaat Pap Smear adalah untuk mendeteksi

adanya perubahan yang bersifat prakanker (Evennett, 2004).

Berdasarkan data World health organization (WHO) pada tahun 2008 di

perkirakan setiap harinya ada 38 kasus baru kanker serviks dan 21 orang perempuan yang meninggal karena kanker serviks di Indonesia. Pada tahun 2025 di perkirakan kasus baru kanker serviks di Indonesia akan meningkat sebesar 74%, sementara secara keseluruhan prevalensinya akan meningkat sebesar 49% Pada Tahun 2008, terdapat 530 202 kasus baru kanker serviks di seluruh dunia. Dengan jumlah itu berarti di perkirakan akan di dapatkan sekitar 1 kasus baru kanker serviks setiap menitnya di dunia. Secara keseluruhan insiden kanker serviks di seluruh dunia adalah sebesar 16,2 per 100.000 penduduk (Ocviyanti, 2013).

Kanker serviks menduduki urutan tertinggi di negara-negara berkembang dan urutan ke 10 di negara maju atau urutan ke 5 secara global. Menurut data Globocan 2008, terdapat 529,409 kasus baru kanker serviks dengan 274,883 kematian di dunia. Hampir 85% kasus terdapat pada negara-negara berkembang. Di Asia Tenggara , terdapat 188.000 kasus baru dengan sekitar 102.000 kematian (Soehartati, 2010).


(14)

Di Indonesia kanker serviks mempunyai frekuensi relatif tertinggi (25,6%), Menurut perkiraan Departemen kesehatan, terdapat sekitar 100 kasus per 100 ribu penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Biasanya tanpa gejala pada stadium dini, tetapi jika ditemukan pada stadium dini, kanker leher rahim dapat disembuhkan dengan baik. Lebih dari 70% kasus yang datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut (Bustant, 1997).

Kanker serviks stadium awal biasa didiagnosa dengan melakukan pemeriksaan sitologi melalui Pap Smear pada cairan serviks. Tetapi negatif palsu pada pemeriksaan

Pap Smear terdapat 15-40% kasus adalah tergantung pada kemampuan laboratorium

dan kelompok penduduk yang di periksa. Hampir 50% penderita kanker serviks ternyata tidak melakukan Pap Smear dalam 10 tahun belakang. Disinilah perlunya seorang perempuan beresiko sebaiknya di periksa Pap Smear (Yatim, 2005).

Tes Pap Smear dapat mendeteksi perubahan awal sel di leher rahim (displasia) sebelum berubah menjadi kanker. Pap Smear juga dapat mendeteksi sebagian besar kanker serviks pada tahap awal. Kebanyakan wanita yang didiagnosa kanker serviks di Amerika Serikat tidak pernah menjalani tes Pap Smear dalam 5 tahun terakir (Emilia, et al. 2010).

Alasan para ibu untuk tidak mau melakukan pap smear biasanya adalah

pisikologis. Suatu penelitian yang di lakukan oleh ahli psikologis Alison bish di

London, alasan ibu tidak melakukan Pap Smear adalah bahwa pemeriksaan itu

memalukan, menyusahkan, menyakitkan, dan menggangu. Ketakutan yang lain adalah kalau Pap Smear akan menyatakan bahwa mereka menderita kanker sehingga mereka lebih memilih tidak mengetahuinya dan menghindarinya (Evennt, 2004)


(15)

3 Sebagian besar ibu telah yakin bahwa tes Pap Smear adalah untuk mendeteksi kanker. Banyak ibu yang tidak menggangap diri mereka sendiri masuk dalam kelompok risiko terkena kanker leher rahim. Hal ini menjadikan tes tersebut tidak berperan penting bagi mereka sehingga meyakinkan mereka bahwa tes tersebut tidak di tunjukan bagi mereka dan oleh karena itu, mereka merasa tidak perlu melakukan tes Pap Smear. Ada juga kelompok ibu gelisah yang terlalu malu, khawatir atau cemas untuk menjalani Pap Smear (Evennet, 2004).

Berdasarkan latar tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang ‘’Faktor faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014”

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah faktor-faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor faktor Ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengatahui Faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear berdasarkan Pengetahuan.

b. Untuk mengatahui Faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear berdasarkan Sikap.


(16)

c. Untuk mengatahui Faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear berdasarkan Tingkat sosial ekonomi.

d. Untuk mengatahui Faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear berdasarkan pengalaman

D. Manfaat Penelitian a. Lokasi Penelitian

Sebagai bahan masukan dan informasi mengenai faktor faktor Ibu melakukan pemeriksaan Pap smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014

b. Bagi Ibu

Menambah wawasan dan pengetahuan ibu mengenai faktor-faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear.

c. Bagi Institusi Pendidikan dan peneliti selanjutnya

1. Sebagai bahan bacaan dan refrensi di perpustakaan Universitas Sumatera

Utara secara umum dan Fakultas Keperawatan Program Studi D-IV Bidan Pendidik secara khusus mengenai faktor-faktor yang mempegaruhi ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear serta sebagai bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya.

2. Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti serta mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat selama mengikuti perkuliahan di Universitas Sumatera Utara Fakultas Keperawatan Program Studi D-IV Bidan Pendidik.


(17)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pap Smear

1. Defenisi Pap Smear

Pap smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio. Untuk mengetahui adanya tanda-tanda awal keganasan serviks (prakanker) yang ditandai dengan adanya perubahan pada lapisan epitel serviks (displasia) (Rasjidi, 2008).

Tes papanikolau atau Pap Smear adalah metode skrining ginekologi. Dilakukan pertama kali oleh Georgis Papanikolaou untuk menemukan proses-proses premalignant atau prakeganasan dan malignancy atau keganasan di ekstoserviks atau leher rahim bagian luar, dan infeksi dalam endoserviks atau leher rahim bagian dalam endometrium. Skrining secara teratur dapat mencegah sebagian besar kasus kanker serviks. Tes pap dapat mendeteksi perubahan awal sel leher rahim (displasia) sebelum berubah menjadi kanker. Pap Smear juga dapat mendeteksi sebagian besar kanker serviks pada tahap awal (Emellia, et all, 2010).

2. Manfaat Pemeriksaan Pap Smear

MenurutLestadi (2009) Pap Smear memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Evaluasi sitohormonal

Penilaian hormonal pada seorang wanita dapat dievaluasi melalui pemeriksaan sitologi apusan pap smear yang bahan pemeriksaannya adalah secret vagina yang berasal dari dinding lateral vagina seperti bagian atas.

a. Menentukan status hormonal seorang wanita, menentukan adanya penyakit


(18)

b. Menentukan apakah suatu kehamilan mudah terancam abortus

c. Menentukan maturitas suatu kehamilan, apakah masih dalam masih dalam masa evolusi, mendekati aterem, atau sudah postmatur

d. Menilai ada/tidaknya stimulasi esterogen pada wanita yang telah dilakukan

ooforektomi atau mereka yang mendapat terapi estrogen per oral.

2. Mendiagnosis peradangan

Peradangan pada vagina dan serviks pada umumnya dapat didiagnosis dengan

pemeriksaan sitologi apusan pap. Baik peradangan akut maupun kronis,

sebagian besar akan memberi gambaran perubahan sel yang khas pada sediaan

apusan pap sesuai dengan organisme yang tidak menimbulkan reaksi yang

khas pada sediaan apusan pap

3. Identifikasi organisme penyebab peradangan

Dalam vagina ditemukan beberapa macam organisme/kuman yang sebagian merupakan flora normal vagina yang bermanfaat bagi organ tersebut (mis, bakteri doderlein). Pada umumnya organisme penyebab peradangan pada vagina dan serviks, sulit diidentifikasi dengan pulasan pap, tetapi beberapa macam infeksi oleh kuman tertentu menimbulkan perubahan yang ada pada sel tersebut, dapat diperkirakan organisme penyebabnya. Organisme kuman

Gradnerella vaginalis dikatakan memberi gambaran yang khas dengan adanya

clue cell. Infeksi Chlamydia menunjukan adanya sel metaplastik yang

bervakuolisasi, dan infeksi HPV menunjukkan adanya sel metaplastik yang bervakuolisasi, dan infeksi HPV menunjukan adanya sel koilosit. Organisme

parasit yang mudah dikenal dengan pulasan pap, adalah Trichomonas,


(19)

7 4. Mendiagnosa kelainan prakanker (displansia) serviks dan kanker serviks dini atau lanjut (karsinoma insitu/invasif). Manfaat sitologi apusan pap yang paling banyak

dikenal dan digunakan adalah sebagai pemeriksaan untuk mendiagnosis lesi

prakanker (displasia) atau kanker (karsinoma) serviks. Dengan kemajuan

penelitian mutakhir di bidang sitologi apusan pap, Sitologi ginekologik yang semula dinyatakan hanya sebagai alat skrining deteksi kanker mulut rahim, kini telah diakui sebagai alat skrining deteksi kanker mulut rahim, kini telah diakui sebagai alat diagnostik prakanker dan kanker serviks yang ampuh dengan ketepatan diagnostik yang tinggi. Walaupun ketepatan diagnostik sitologi ginekologik apusan pap sangat tinggi, yaitu 96%, tetapi diagnostic sitologi tidak dapat menggantikan diagnostic histopatologik sebagai alat pemasti diagnosis. Hal itu berarti setiap diagnostic sitologi kanker serviks harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi jaringan biopsy serviks, sebelum dilakukan tidakan berikutnya.

5. Memantau hasil terapi

a. Memantau hasil terapi hormonal, misalnya pada kasus infertilitas atau

gangguan endokrin. Memantau hasil terapi radiasi pada kasus kanker serviks yang telah diobati dengan radiasi

b. Memantau adanya kekambuhan pada kasus kanker yang telah dioperasi

c. Memantau hasil terapi lesi prakanker atau kanker serviks yang telah diobati dengan elektrokuater, kriosurgeri, atau konisasi


(20)

3. Umur Yang Sesuai Untuk Melakukan Pap Smear

Skrining pada wanita yang sudah melakukan seksual aktif, deteksi dini adanya keganasan pada servik, pemantauan setelah tindakan pembedahan, radio terapi, atau kemoterapi kanker serviks (Rasjidi, 2008)

Departemen kesehatan menganjurkan bahwa semua wanita yang berusia 20-26 tahun harus melakukan Pap Smear paling tidak setiap lima tahun. The British Medical

Associaton Family Health Encyclopedia menganjurkan bahwa seorang wanita harus

melakukan Pap Smear dalam waktu 6 bulan setelah pertama kali melakukan hubungan seksual, dengan Pap Smear kedua 6-12 bulan setelah Pap Smear pertama (karena suatu perubahan kecil dapat menghilangkan suatu abnormalitas dalam suatu Pap Smear) dan hasil yang diberikan adalah normal pada selang waktu (interval) 3 tahun selama hidupnya. Ahli-ahli di maries topes internasional menganjurkan agar kita melakukan Pap Smear setiap tahun (Evennett, 2004).

4 . Klasifikasi Pemeriksaan Pap Smear

Menurut Rasjidi (2008) pengklasifikasian pap smear yaitu : a. Klasifikasi Papaniculou

1. Grade I tak ada sel abnormal atau atipik

2. Grade II ada sitologi atipik tapi tak ada bukti adanya keganasan

3. Grade III ada perubahan sitologi yang jelas tapi tak dapat disimpulkan ada

keganasan

4. Grade IV curiga ada keganasan

5. Keganasan

b. Klasifikasi WHO


(21)

9 2. Inkonklusif

3. Displasia ringan, sedang, berat

4. Keganasan

c. Klasifikasi Cervical Intraepithelial Neoplasma 1. CIN I/ Neoplasma interaepitelial skuamosa (NIS) I 2. CIN II

3. CIN III

d. Klasifikasi Bathesda Sel skuamosa

a) Atypical sguamous cells

(1) Of undetermined significance (ASC-US) (2) Tidak dapat mengeksklusi HSIL (ASC-H)

b) Low grade Squamous Intraepithel lesion (LSIL

Meliputi : HPVdysplasia ringan/ CIN 1

c) High grade Squamousintraepithelial lesion (HSIL)

Meliputi : dysplasia sedang dan berat, CIS/CIN 2 dan CIN 3

Dengan gambaran dicurigai terdapat invasi (bila dicurigai terdapat invasi) d) Squamouse cell carcinoma

. Sel Glandular a). Atipikal

(1) Sel-sel endoserviks (yang tidak dapat diklasifikasikan atau sebutkan dengan penjelasan)

(2) Sel-sel endometrial (yang tidak dapat diklasifikasikan atau sebutkan dengan penjelasan


(22)

(3) Sel-sel glandular (yang tidak dapat diklasifikasikan atau sebutkan dengan penjelasan

b). Atipikal

(1) Sel-sel endoserviks, mengarah pada neoplastik (2) Sel-sel glandular, mengarah pada neoplastik c). Adenokarsinoma Endoserviks in situ

d). Adenokarsinoma

e. Endoserviksi

f. Endometrial

g. Akstrauterin

Tidak dapat diklasifikasikan

5. Bahan Pemeriksaan Sitologi Pap Smear

Bahaan pemeriksan apusan Pap Smear terdiri atas secret vaginal, secret serviks (eksoserviks), secret endoserviks, secret endometrium, secret forniks posterior (Lestadi, 2009).

6. Alat Pemeriksaan Pap smear

Menurut Lestadi (2009) Dalam membuat pemeriksaan Pap Smear diperlukan

alat sebagai berikut: a. Kaca objek

b. Bahan fiksasi basah berupa cairan fiksasi alcohol 95% dalam tabung atau bahan fiksasi kering berupa cytotrep, dryfix, atau hair spray

c. Pensil gelas atau pensil intan (diamond pencil)


(23)

11 e. Lidi kapas, ecouvillon rigide atau cytobrush

f. Sapu endometrium (balai endomatre)

g. Spekulum vagina cocor bebek (speculum cusco)

7. Syarat Pengambilan Bahan sitologi Pap smear

Menurut Lestadi (2009) Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan pengambilan bahan pemeriksaan Pap Smear yaitu:

1. Sekret vaginal harus berasal dari dinding lateral vagina seperti bagian atas.

2. Pengambilan secret harus dilaksanakan pada keadaan vagina normal tanpa infeksi dan tanda pengobatan local, paling sedikit dalam waktu 48 jam terakhir.

3. Untuk penilaian hormonal siklus menstruasi pada infertilitas, pengambilan secret harus dilaksanakan pada hari siklus tertentu, sesuai dengan fase-fase pada siklus haid. Sediaan vaginal biasanya harus diambil pada hari siklus ke-8, 14,19, dan 22 atau hari siklus ke-8, 15 dan 22.

8. Prosedur Pap Smear

MenurutBustan (1997) prosedur Pap Smear dilakukan dengan prosedur :

1. Pemeriksa akan menjelaskan prosedur yang akan dilakukan. Tidur telentang

dengan kedua kaki berada pada penyangga kaki di kiri dan kanan tempat tidur.

2. Pemeriksa akan memeriksa memeriksa apakah ada pembengkakan, luka,

inflamasi, atau gangguan lain pada alat kelamin bagian luar.

3. Memasukan instrumen metal atau plastic yang disebut spekulum ke dalam


(24)

4. Dengan swab atau spatula kayu, atau semacam sikat, operator mengambil sel pada seluruh saluran mulut rahim, pada puncak mulut rahim, dan pada daerah peralihan mulut rahim dan vagina

5. Operator akan meletakan sel-sel tersebut pada kaca obyek yang kemudian akan dikirim ke laboratorium untuk di periksa

6. Spekulum kemudian dilepaskan

7. Operator biasanya akan melanjutkan memeriksa ovarium, uterus, vagina, tuba fallopi, dan rectal (anus) dengan tangannya

Pemeriksaan Pap Smear tidak membutuhkan pembiusan, baik bius lokal

maupun bius umum. Jika pada Pap Smear ditemukan gambaran sel yang tidak

normal maka akan dilakukan biopsi (pengambilan sedikit jaringan mulut rahim) untuk pemeriksaan mikroskop lebih lanjut. Pemeriksaan biopsi berguna untuk menginformasikan hasil pemeriksaan Pap Smear (Bustan, 1997).

B. Kanker Serviks

1. Pengertian Kanker Serviks

Kanker serviks adalah neoplasma ganas primer pada organ serviks uteri (Soehartati, 2010). Kanker leher rahim atau yang disebut juga sebagai kanker serviks merupakan suatu penyakit yang di sebabkan oleh Human Papilloma virus onkogenik, mempunyai persentase yang cukup tinggi dalam menyebabkan kanker serviks sebanyak 99,7% (Tilong, 2012).

Kanker leher rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun (Dewi, 2010). Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ


(25)

13 reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang sanggama (vagina) (Diananda, 2009).

2. Faktor Risiko Kanker Serviks

Menurut Dinanda (2009) penyebab pasti kanker serviks belum diketahui, tetapi penelitian akhir di luar negeri mengatakan bahwa virus yang disebut HPV (human

papilloma virus) menyebabkan faktor resiko seorang wanita untuk terkena kanker

serviks meningkat tajam. Terdapat beberapa faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks :

a. HPV (human papilloma virus) . HPV adalah virus penyebab kutil genitalis

(kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45, dan 56.

b. Merokok tembakau merusak sistem kekebalan tubuh dan mempengaruhi

kemampuan tubuh melawan infeksi HPV pada serviks. c. Sudah melakukan hubungan seksual pada usia dini. d. Berganti-ganti pasangan seksual.

e. Berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks.

f. Banyak memakai DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil dalam upaya mencegah keguguran.

g. Sistem kekebalanya terganggu.

h. Penggunaan pil KB.

i. Infeksi klamidia menahun atau infeksi herpes genetalis.

j. Ekonomi sulit sehingga wanita bersangkutan tidak mampu melakukan Pap smear


(26)

k. Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak anak, apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu dekat.

l. Defenisi zat gizi. Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat meningkatkan risiko terjadinya dysplasia ringan dan sedang, serta mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya rendah beta karotin dan retinol (vitamin A).

m. Trauma kronis pada serviks seperti persalinan, infeksi, dan iritasi menahun.

3. Gejala Kanker Serviks

Menurut Diananda (2009) Kanker serviks pada awalnya di tandai dengan

tumbuhnya sel-sel pada mulut rahim yang tidak lazim (abnormal). Sebelum menjadi sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang di alami oleh sel-sel tersebut selama bertahun-tahun.

Pada stadium awal, kanker ini cenderung tidak terdeteksi. Menurut hasil studi Nasional Institute of Allergy and Infectious Disease, hampir separuh wanita yang terinfeksi dengan HPV tidak memiliki gejala- gejala yang jelas. Dan lebih-lebih lagi, orang yang terinfeksi juga tidak tahu bahwa mereka bias menularkan HPV ke orang sehat lainnya.

Gejala-gejala dan tanda-tanda klinis terjadinya kanker leher rahim adalah sebagai berikut:

a. Keputihan, yang makin lama makin berbau busuk

b. Pendarahan setelah melakukan hubungan seksual, yang lama-kelamaan dapat

terjadi pendarahan spontan walaupun tidak melakukan hubungan seksual. c. Berat badan yang terus menurun.


(27)

15 e. Pada fase infasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan

dapat bercampur dengan darah.

f. Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul. g. Rasa nyeri di sekitar genitalia.

h. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah kemungkinan terjadi hidronefrosis, selain itu, bias juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.

i. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan proses usus besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fisitel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

4. Stadium Perkembangan Kanker Serviks

Stadium kanker servik di dasarkan atas pemeriksaan klinik oleh karena itu pemeriksaan harus cermat, kalau perlu dilakukan dalam narkose. Stadium klinik ini tidak berubah bila kemudian ada penemuan baru. Kalau ada keraguan dalam penentuan maka dipilih stadium yang lebih rendah (soehartati, 2010)

Stadium menurut FIGO (2008)

(Stadium 0 : Karsinoma insitu – dihapuskan)

Stadium IA : Invasi hanya dapat dikenal secara mikroskopis. Kedalam invasi ke stroma tidak lebih dari 5 mm dan lebar lesi tidak lebih 7 mm.

Stadium Ia1 : Invasi stroma dengan edalaman ≤ 3mm dan lebar ≤ 7 mm

Stadium Ia2 : Invasi strom dengan kedalaman > 3 mm dan <5 mm dan lebar >7 mm


(28)

Stadium Ib1 : Besar lesi secara tidak lebih dari 4 cm Stadium Ib2 : Besar lesi secara klinis lebih besar dari 4 cm

Stadium II : Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3 bawah atau infiliitrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul

Stadium IIa1 : Lesi ≤ 4 cm dari diameter terbesar Stadium IIa2 : lesi > 4 cm dari diameter terbesar

Stadium IIb : Infiltrasi ke parametrium tetapi belum mencapai panggul Stadium III : Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan ke panggul. Hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal termasuk dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain Stadium IIIa : Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum mencapai panggul

Stadium IIIb : Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal

Stadium IV : Perluasan ke luar organ reproduktif

Stadium Iva : Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rectum Stadium IVb : Metastasis jauh atau telah keluar dari rongga panggul.

5. Pencegahan kanker serviks

Menurut setiati (2012) pada dasarnya, kanker rahim bisa dicegah dengan beberapa melakukan kebiasaan.

1. Jauhi merokok

Ini penting buat perempuan perokok. Merokok bukan saja dapat menyebabkan terjadinya penyakit paru-paru dan penyakit jantung, akan tetapi kadar nikotin yang terdapat dalam rokok juga dapat mengakibatkan kanker serviks. Nikotin


(29)

17 yang masuk akan menempel pada semua selaput lender, sehingga sel-sel darah dalam tubuh bereaksi atau menjadi terangsang baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru juga serviks.

2. Hindari mencuci vagina dengan antiseptic

Banyak perempuan yang melakukan pencucian vagina dengan antiseptic dengan alasan untuk kesehatan. Padahal, kebiasaan mencuci vagina bias menimbulkan kanker serviks, baik obat cuci vagina antiseptic maupundeodoran. Mencuci vagina dengan antiseptik justru dapat menyebabkan iritasi pada leher rahim. Iritasi yang berlebihan dan terlalu sering akan merangsang terjadinya perubahan sel, yang akhirnya jadi kanker. Sebaiknya, pencucian vagina dengan bahan-bahan kimia tidak dilakukan secara rutin kecuali bila indikasi , misalnya infeksi yang memang memerlukan pencucian dengan zat-zat kimia. Itu pun harus atas saran dokter. Jadi, Anda jangan sembarangan membeli obat-obatan pencuci vagina terlebih lagi, pembersihan tersebut umumnya akan membunuh kuman-kuman, termasuk kuman bassilus doderlain di vagina yang memproduksi asam laktat untuk mempertahankan pH vagina.

3. Hindari menabur bedak talk pada vagina

Sering kali terjadi, pada saat daerah vagina gatal atau merah-merah, banyak perempuan yang menaburkan bedak talk di sekitar vagina. Padahal, ini berbahaya. Menaburkan bedak talk pada vagina perempuan berusia subur dapat terjadi pemicu terjadi kanker indung telur (ovarium).

4. Lakukan diet rendah lemak

Penting anda ketahui , timbulnya kanker erat kaitannya dengan pola makan seseorang. Perempuan yang banyak mengkonsumsi lemak akan jauh lebih


(30)

beresiko terkena kanker endometrium (badan rahim). Lemak memproduksi hormone estrogen, sementara endometrium yang sering terpapar hormone estrogen mudah berubah sifat menjadi kanker. Banyak penderita kanker endometrium diderita oleh perempuan bertubuh terlalu gemuk.

5. Jangan kekurangan vitamin C (buah dan sayur-sayuran)

Selain pola hidup mengkonsumsi makanan tinggi lemak, perempuan yang kekurangan zat-zat gizi lain, seperti beta karoten, vitamin C, dan asam folat, bias menyebabkan timbul kanker serviks. Karena, jika tubuh kekuranganzat-zat gizi tersebut maka akan mempermudah rangsangan sel-sel mukosa tadi menjadi kanker. Beta karoten banyak terdapat dalam wortel, vitamin C terdapat dalam buah-buahan berwarna oranye, sedangkan asam folat terdapat dalam makanan hasil laut.

6. Hubungan seks terlalu dini

Sesungguhnya hubungan seks idealnya dilakukan setelah perempuan yang sudah matang usianya. Ukuran kematangan seorang perempuan bukan hanya dilihat dari ia sudah menstruasi atau belum. Tapi juga bergantung pada kematangan sel-sel mukosa; yang terdapat diselaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah perempuan tersebut berusia dua pilih tahun ke atas. Jadi, perempuan yang sudah melakukan hubugan seks sejak usia remaja, maka ia cenderung mudah terkena penyakit kanker rahim.

7. Hindari berganti-ganti pasangan seks

Salah satu penyebab kanker leher rahim muncul pada perempuan yang kerap berganti-ganti pasangan seks. Karena berganti-ganti pasangan dapat menyebabkan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya human papilloma


(31)

19 virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak.

8. Terlambat Menikah

Perempuan-perempuan yang terlambat menikah juga beresiko terkena kanker ovarium dan kanker endometrium. Hal itu karena, perempuan ini akan terus-menerus menggalami ovulasi tanpa jeda, sehingga rangsangan terdapat endometrium pun terjadi terus-menerus. Akibatnya, bias membuat sel-sel di endometrium berubah sifat jadi kanker.

9. Hindari Tidak mau punya anak

Risiko yang sama pun akan dihadapi wanita menikah yang tidak mau punya anak. Karena, ia pun akan mengalami ovulasi terus-menerus. Bila haid pertama terjadi di bawah usia 12 tahun, maka paparan ovulasinya berarti akan semakin panjang. Jadi, kemungkinan terkena kanker ovarium akan semakin besar. Dan salah satu upaya pencegahan terkena kanker rahim adalah dengan menikah dalam hamil bagi kaum perempuan. Bisa juga dilakukan dengan mengkonsumsi pil KB, karena penggunaan pil KB akan mempersempit peluang terjadinya ovulasi. Jika sejak usia 15 tahun hingga 45 tahun dia terus-menerus ovulasi, lantas 10 tahun ia ber-KB, maka masa ovulasinya lebih pendek dibandingkan terus menerus mengalami masa haid. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan penggunaan pil KB sebagai alat kontrasepsi dapat menurunkan kejadian kanker ovarium sampai 50 persen.

10.Hindari Penggunaan Estrogen

Risiko yang sama akan terjadi pada wanita yang terlambat menopause. Karena rangsangan terhadap endometrium akan lebih lama, sehingga endometriumnya akan lebih sering terpapar estrogen, dan jadinya sangat memungkinkan terjadi


(32)

kanker. Perempuan yang memakai esterogen tak terkontrol sangat beresiko terkena penyakit kanker rahim. Umumnya banyak perempuan menopause yang menggunakan estrogen untuk mencegah osteroporosis dan serangan jantung. Padahal, risiko pemakaian estrogen bias mengakibatkan semakin menebalnya dinding endometrium dan merangsang sel-sel endometrium sehingga berubah sifat menjadi kanker, jadi penggunaan hormone estrogen harus atas pengawasan dokter agar sekaligus juga diberikan zat antinya, sehingga tidak berkembang jadi kanker.

C. Faktor –Faktor Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear

Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (1980), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni:

1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factor) a) Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari manusia, yang sekedar

menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan

apa sebagainya. Sedangkan ilmu (science) bukan sekedar menjawab,

“what”, melainkan akan menjawawb pertanyaan “why”, “how”, misalnya

mengapa air mendidih bila dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa manusia bernafas, dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawawb apa sesuatu itu. Tetapi ilmu dapat menjawab mengapa dan bagaimana sesuatu terjadi (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dilakukan baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan


(33)

21 terhadap suatu objek. Prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (misalnya prilaku karena paksaan atau adanya aturan wajib) (Mubarak, 2011).

Menurut notoadmodjo (2003) pengetahuan tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :

1) Tahu (Know) di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.masuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension) di artikan sebagai kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (aplikacation) diartikan sebagai kemampuan untuk

mengunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.


(34)

materi atau suatu objek ke dalam komponen-kompenen, tetapi dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dililihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat mengambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (syntesis) diartikan sebagai kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun , dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluating) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

melakukan penelitian terhadap sesuatu materi atau objek. Penilaian itu didasarkan pada suatu kreteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dan subjek peneliti atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoadmodjo, 2003).

b) Sikap

Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (azwar, 2007). Sikap dapat dirumuskan


(35)

23 sebagai kecenderungan berespons (secara positif maupun negatif) terhadap orang, obyek atau situasi tertentu. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya dengan tambahan informasi tentang obyek, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (sarwono 2007).

Menurut H.L. Bloom, dalam Notoatmodjo (2003) Sikap Merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulasi atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulasi sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Sikap adalah penilaian (bias berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan.

1) Komponen pokok sikap

Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2003), sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu: Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, dan kehidupan emosional atau elevasi terhadap suatu objek, serta kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). 2) Berbagai tingkatan sikap

(a) Menerima (Receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang di perhatikan (objek).


(36)

(b) Merespon (Responding), memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah berarti orang menerima ide tersebut. (c) Menghargai (Valuing), bahwa mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu-ibu lain pergi melakukan Pap Smear, atau mendiskusikan tentang Pap Smear adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikaap positif terhadap Pap Smear.

(d) Bertanggung jawab (Responsible), yaitu tanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala risikonya yang merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau secara tidak langsung. Secara langsung, dapat ditanyakan bagaiman pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak

langsung dapat dilakukan dengan pernyatan-pernyataan kemudian ditanyakn pada responden (Notoatmodjo 2003).

c) Tingkat Sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi adalah tingkat pendapatan penduduk, semakin tinggi pendapatan penduduk semakin tinggi pula pengeluaran yang di belanjakan untuk barang makanan, semakin tinggi pendapatan keluarga semakin baik juga status gizi masyarakat (BPS, 2006).


(37)

25 Tingkat ekonomi yang baik memungkinkan anggota keluarga untuk memperoleh kebutuhan yang lebih misalnya di bidang pendidikan, kesehatan, pengembangan karir dan sebagainya. Demikian juga sebaliknya jika ekonomi lemah maka menjadi hambatan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Keadaan sosial ekonomi (kemiskinan, orang tua yang bekerja dengan penghasilan rendah) yang memegang peranan penting dalam meningkatkan status kesehatan keluarga. Jenis pekerjaan orang Tua erat kaitanya dengan tingkat penghasilan dan lingkugan kerja, dimana bila penghasilan tinggi maka pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat, dibandingkan dengan penghasilan rendah akan berdampak pada kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena daya beli obat maupun biaya transportasi dalam menggunjungi pusat pelayanan kesehatan (zacler, dalam notoatmodjo, 1997).

Pendapatan merupakan ukuran yang sering digunakan untuk melihat status sosial ekonomi pada suatu kelompok masyarakat. Semakin baik kondisi ekonomi masyarakat semakin tinggi persentasi yang menggunakan jasa kesehatan (Depkes RI, 2000).

Menurut Veralls (2003) Wanita pada kelompok sosial ekonomi rendah cenderung memulai aktivitas seksual pada umur yang lebih muda dan terdapat pengurangan insidens kanker serviks pada para wanita yang suaminya disirkumsisi. Kanker serviks banyak di jumpai pada sosial ekonomi rendah yang berkaitan dengan gizi dan imunitas, pada sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makin kurang, hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.


(38)

d) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali, pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya (Erfandi, 2009).

Suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang berkurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya (Mubarak, et all).

2. Faktor-faktor pemungkin (enambling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya. Untuk berprilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya:


(39)

27 perilaku pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat pemeriksaan hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil, misalnya: Puskesmas, polindes, bidan praktek, ataupun rumah sakit. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka factor-faktor ini disebut factor pendukung, atau factor pemungkin.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi factor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan bauk dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berprilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Di samping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Seperti perilaku periksa hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas periksa hamil, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil melakukan periksa hamil.


(40)

28 BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Konsep Penelitian

Kerangka konsep adalah abstrak dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel, baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2003).

Adapun variabel - variabel yang akan diteliti dalam peneliti dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan sebagai berikut :

Faktor-faktor Predisposisi

- Pengetahuan

- Sikap

- Tingkat sosial ekonomi

- Pengalaman

ibu melakukan


(41)

29 B. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1. Pengetahuan Hasil dari tahu

responden tentang Pap Smear

Kuesioner Wawancara Pengetahuan dikatakan:

a. Baik bila responden menjawab benar 8-10 pertanyaan

b. Cukup bila

responden

menjawab benar 6-7 pertanyaan

c. Kurang bila

responden

menjawab benar 1-5 pertanyaan

Ordinal

2. Sikap Sikap ibu adalah

reaksi atau respon ibu terhadap pemeriksaan Pap Smear

Kuesioner Wawancara a. Sikap positif jika

skor responden 13-18 dari total skor maksimum

b. Sikap negative jika responden 6-12 dari skor total maksimum

Nominal

3 Tingkat

sosial ekonomi

Tingkat pendapatan responden setiap bulan

Kuesioner Wawancara a. Tinggi :

> 2000.000

b. Sedang:

Rp1.000.000-1.500.000

c. Rendah :

Rp.<500.0000-500.000

Ordinal

4. Pengalaman Pengalaman adalah

kegiatan atau tindakan yang dilakukan responden untuk melakukan Pap Smear

Kuesioner Wawancara a. Sudah

berpengalaman jika responden

menjawab >2 kali

b. Belum Pernah di

Pap Smear dan akan di Pap Smear


(42)

BAB IV

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear. Penelitian ini diukur satu kali saja dalam kurun waktu yang bersamaan.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu yang telah aktif melakukan hubungan seksual yang datang ke RSU Mitra Sejati untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear pada saat peneliti melakukan penelitian. Dari survey awal yang saya

lakukan sebelumya diketahui jumlah yang datang melakukan pemeriksaan Pap

Smear pada bulan November di RSU tersebut adalah ± 35 orang pasien.

2. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

consecutive sampling yaitu pengambilan sampel dengan menetapkan subyek yang

memenuhi kriteria yaitu seluruh ibu yang telah aktif melakukan hubungan seksual sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi.

Penentuan jumlah sampel seperti yang disebutkan menggunakan rumus (Nursalam, 2008).

� = N


(43)

31 Dimana :

n = Besar sampel

N= Besar Populasi

d = Tingkat kepercayaan (0,05)

dari rumus di atas dapat dihitung jumlah sampel dari survey awal yang akan dijadikan responden pada penelitian ini, yaitu:

N = 35

d = 0,05

� = 35

1 + 35(0.05)2

� = 35

1 + 0,0875

� = 35

1,0875

� = 32,1 = 32 orang

Dari rumus diatas dapat disimpulkan jumplah sampel pada penelitian ini sebesar 32 orang.

C. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah RSU Mitra Sejati Medan Adapun pertimbangan lokasi penelitian ini adalah bahwa di RSUP Mitra Sejati Medan telah melakukan program pemeriksaan pap smear.


(44)

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari mulai bulan maret 2014 sampai dengan April 2014. E. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara dan izin dari Kepala RSU Mitra Sejati Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etika yaitu memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama pengumpulan data berlangsung. Kerahasian catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrument penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data - data yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

F. Alat Pengumpulan Data 1. Instrumen penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner yang berisi

tentang 10 pernyataan Pengetahuan tentang Pap Smear, 6 pernyataan Sikap

tentang Pap Smear, Tingkat Sosial Ekonomi , pengalaman melakukan pap

smear.

2. Aspek Pengukuran

a. Aspek Pengukuran Pengetahuan


(45)

33 Bila jawaban salah diberi skor 0

Skor maksimum = Jumlah soal x skor maksimum = 10 x 1

= 10

Skor minimum = Jumlah soal x skor minimum = 10 x 0

= 0

Menurut Setiadi (2007) Rumus penghitung skor persentase pengetahuan adalah: P : �

� x 100

Dimana : P = Persentase

f = Jumlah jawaban yang benar N = Jumlah skor maksimal Maka pengetahuan dikatakan :

Baik : Apabila responden menjawab benar 8-10 pertanyaan yaitu (80 -100%) Cukup : Apabila responden menjawab benar 6-7 pertanyaan yaitu (60-70%) Kurang : Apabila responden menjawab benar 1-5 pertanyaan yaitu (10-50 %)

b. Aspek Pengukuran sikap

Bila jawaban Setuju diberi skor 3

Bila jawaban Kurang setuju diberi skor 2 Bila jawaban Tidak setuju diberi skor 1

Menurut Alimul (2007) Rumus penghitung skor persentase sikap adalah : P = ������� (�)


(46)

Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan dengan menentukan skor tertinggi dan skor terendah

1. Skor tertinggi adalah 18 dan skor terendah adalah 6 2. Menentukan Nilai rentang (R)

Rentang = skor tertinggi-skor terendah = 18-6 = 12

3. Menentukan Panjang kelas Panjang kelas P= Rentang (R)

����������� = 12/2 = 6 Maka untuk menentukan kategori sikap :

1. Jika skor responden 13-18 maka sikap responden positif 2. jika skor responden 6-12 maka sikap responden negative

c. Aspek Pengukuran Tingkat Sosial Ekonomi 1. Tinggi : Rp> 2000.000

2. Sedang: Rp1.500.000-1000.000 3. Rendah :Rp.<500.0000-500.000

d. Aspek Pengukuran pengalaman

Untuk mengetahui pengalaman pemeriksaan Pap Smear responden

didasarkan pada jawaban yg di berikan atas pernyataan yaitu : 1. Sudah berpengalaman jika responden menjawab >2 kali 2. Belum pernah di Pap Smear dan akan di pap Smear


(47)

35 G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner pengetahuan dan sikap ibu tentang Pap Smear disusun dan dikembangkan sendiri oleh penulis. Sehingga sebelum disebar, dilakukan uji coba kuesioner tersebut kepada 20 orang ibu yang memiliki kriteria yang sama dengan sampel, yaitu ibu yang telah aktif melakukan hubungan seksual.

1. Uji Validitas

Validitas instrumen adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji Validitas yang dilakukan adalah dengan cara validitas isi (content validity) yang diuji oleh febriana Oktavinola Kaban, SST, M.Keb dengan skor indeks pengetahuan O,86 dan skor indeks sikap 0,85 Tujuannya adalah untuk mendapatkan alat ukur yang dapat dilaksanakan dan dapat diandalkan.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2008). Uji reliabilitas dilakukan dengan responden 20 ibu yang mempunyai kriteria yang sama dengan sampel, kemudian data tersebut diolah menggunakan Program SPSS dengan mencari nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach untuk Pengetahuan 0,840 dan untuk sikap Alpha Cronbach 0,928

H. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian pada Institusi Pendidikan Program D-IV Bidan Pendidik


(48)

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian di RSU Mitra Sejati Medan. Dengan diperolehnya kedua surat izin tersebut maka peneliti melaksanakan pengumpulan data di rumah sakit tersebut, selanjutnya peneliti memilih responden dan meminta persetujuan mereka untuk menjadi responden secara suka rela. Calon responden yang bersedia menjadi responden harus menandatangani informed concent.

Selanjutnya peneliti menjelaskan kepada responden bagaimana proses wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti. Pengisian kuesioner dilakukan oleh peneliti dengan cara memberikan tanda ceklist pada jawaban yang dianggap sesuai dengan pernyataan dan kondisi responden. Responden diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti agar menjawab pertanyaan dengan jujur. Setelah lembar kuesioner diisi oleh peneliti, selanjutnya peneliti memeriksa kembali kelengkapan data tersebut.

I. Analisa Data

Analisa data akan dilakukan dengan analisis univariate di mana peneliti menganalisis tiap variabel penelitian yang akan menghasilkan distribusi faktor-faktor dan persentase dengan menggunakan program SPSS. Dalam pengumpulan data dan langkah - langkah yang akan dilakukan di antaranya adalah :

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan semua jawaban yang telah diisi. Peneliti meminta reponden agar menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan agar tidak perlu lagi pengambilan data ulang.


(49)

37

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini akan dilakukan dengan menggunakan computer untuk memudahkan proses analisis data.

3. Data Entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database computer. Data-data yang termasukl dalam factor-faktor yang terdapat di dalam variable penelitian akan dimasukan ke dalam SPSS sebagai master table.

4. Melakukan Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan adalah analisa univariat untuk

mengetahui frekuensi dan persentase masing-masing variabel yang akan digunakan, faktor-faktor yang terdapat di dalam variabel penelitian sehingga akan terlihat faktor apa yang paling dominan mempengaruhi ibu melakukan Pap Smear. Hasil analisis data ini akan disajikan dalam bentuk tabel.


(50)

38 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014 dengan jumlah sampel sebanyak 32 orang diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati

Medan Tahun 2014 Karakteristik f % Umur

26-30 tahun 5 15,6

31-35 tahun 5 15,6

36-40 tahun 7 21,9

41-45 tahun 6 18,8

46-50 tahun 7 21,9

51-55 tahun Pendidikan SD SMP SMA P.Tinggi Pekerjaan IRT Wiraswasta Pegawai Swasta PNS 2 4 5 14 9 6 5 12 9 6,3 12,5 15,6 43,8 28,1 18,8 15,6 37,5 28,1 Total 32 100

Pada penelitian ini karakteristik responden tabel 5.1 mencakup umur, pendidikan, pekerjaan. Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa paling banyak ibu yang berumur 36-40 dan 46-50 tahun sebanyak 7 orang (21,7%) dan paling


(51)

39 sedikit ibu yang berumur 51-55 tahun sebanyak 2 orang (6,3 %), dan paling banyak ibu yang pendidikan SMA sebanyak 14 orang (43,8%) dan paling sedikit ibu yang berpendidikan SD sebanyak 4 orang (12,5 %), dan paling banyak pekerjaan ibu yaitu pegawai swasta sebanyak 12 orang (37,5%) dan paling sedikit pekerjaan ibu yaitu wiraswasta sebanyak 5 orang (15,6 %).

2. Pengetahuan Responden

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan tentang Pengetahuan Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smeardi RSU Mitra Sejati Medan Tahun

2014

No Pernyataan Pilihan Jawaban

Benar Salah F % F % 1. Pap smear (tes pap) adalah pemeriksaan yang dilakukan 26 81,3 6 18,8 dengan cara membuat sediaan apusan sel-sel rahim,

kemudian dilakukan pengamatan terhadap sel-sel tersebut

2. Tujuan dilakukan pap smear ialah untuk mendeteksi 26 81,3 6 18,8 kanker leher rahim secara dini, sehingga pengobatan dapat

diberikansegera dan seoptimal mungkin

3. Pemeriksaan pap smear hanya tersedia di rumah sakit besar 21 65,6 11 34,4 dengan fasilitas yang lengkap

4. Pap smear hanya dapat dilakukan dengan bantuan dokter 25 78,1 7 21,9 spesialis kandungan dan kebidanan

5. Pemeriksaan pap smear dilakukan pada wanita segala usia 17 53,1 15 46,9 6. Pemeriksaan pap smear sebaiknya diulang setiap 19 59,4 13 40,6

1 tahun sekali secara teratur

7. Wanita yang sudah pernah melahirkan perlu melakukan 19 59,4 13 40,6 pemeriksaan pap smear lebih sering

8. Pada saat melakukan pap smear, sebaiknya wanita tidak 24 75,0 8 25,0 sedang mengalami menstruasi

9. Sebelum dilakukan pap smear, pasien diwajibkan untuk 25 78,1 7 21,9 mencuci bagian kewanitaanya terlebih dahulu

10.Minimal 1 hari sebelum pemeriksaan Pap smear, 22 68,8 10 31,3 pasiendilarang untuk melakukan hubungan seksual


(52)

Berdasarkan tabel 5.2 dari 32 responden pilihan jawaban pengetahuan ibu didapati bahwa ibu yang paling banyak menjawab pernyataan benar yaitu pada pernyataan nomor 1 dan 2 sebanyak 26 orang (81,3 %), dan didapat bahwa ibu yang sedikit menjawab benar yaitu pada pernyataan nomor 5 sebanyak 17 orang (53,1 %) Sedangkan ibu yang banyak menjawab salah yaitu pada pernyataan nomor 5 sebanyak 15 orang (46,9 %), dan didapat bahwa ibu yang sedikit menjawab salah yaitu pada pernyataan nomor 1 dan nomor 2 sebanyak 6 orang (18,8 %).

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014

Kategori F (%)

Baik 13 40,6

Cukup kurang

10

9

31,3 28,1

Total 32 100

Berdasarkan table 5.3, pengetahuan responden paling banyak berpengetahuan baik yaitu 13 orang (40,6%). Dan paling sedikit responden berpengetahuan cukup yaitu 9 orang (28,1).


(53)

41 3. Sikap Responden

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Sikap Ibu Melakukan PemeriksaanPap Smear di RSU Mitra Sejati

Medan Tahun 2014

No Pernyataan Pilihan jawaban

Setuju Kurang setuju

Tidak setuju

F % F % F %

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Pemeriksaan Pap smear harus dilakukan disegala usia Pemeriksaan Pap smear harus dilakukan jika sudah pernah berhubungan seksual

Pemeriksaan Pap Smear harus dilakukan jika wanita sering melahirkan

Pemeriksaan Pap Smear harus dilakukan 1 kali seumur hidup Pemeriksaan Pap Smear harus dilakukan

Pemeriksaan pap smear harus dilakukan oleh dokter kandungan

15 16 18 17 19 19 15,6 50,0 56,3 53,1 59,4 59,4 12 12 8 9 9 12 37,5 37,5 25,0 28,1 28,1 37,5 5 4 6 6 4 1 46,9 12,5 18,8 18,8 12,5 3,1

Berdasarkan tabel 5.3 dari 32 responden pilihan jawaban sikap ibu didapati bahwa ibu yang banyak menjawab sikap setuju yaitu pada pernyataan nomor 5 dan 6 sebanyak 19 orang (59,4 %), dan didapat bahwa ibu yang sedikit menjawab setuju yaitu pada pernyataan nomor 1 sebanyak 15 orang (15,6 %) Sedangkan ibu yang banyak menjawab kurang setuju yaitu pada pernyataan nomor 1 dan nomor 2 dan nomor 6 sebanyak 12 orang (37,5 %), dan didapat bahwa ibu yang sedikit menjawab kurang setuju yaitu pada pernyataan nomor 3 sebanyak 8 orang (25,0 %). Sedangkan ibu yang banyak menjawab tidak setuju yaitu pada pernyataan nomor 3 dan nomor 4 sebanyak 6 orang (18,8 %), dan didapat sedikit yang menjawab tidak setuju pada pernyataan no 6 sebanyak 1 orang (3,1 %).


(54)

Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Positif 27 84,4

Negatif 5 15,6

Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.5 sikap responden paling banyak bersikap positif yaitu yakni sebanyak 27 orang (84,4%) dan paling sedikit bersikap negatife yaitu 5 orang (15,6 %)

4. Tingkat Sosial Ekonomi Responden

Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat sosial ekonomi Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear Di RSU

Mitra Sejati Medan Tahun 2014

Kategori F %

Tinggi 17 53,1

Sedang 6 18,8

Rendah 9 28,1

Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.6 tingkat sosial ekonomi responden paling banyak berpenghasilan tinggi yaitu 17 orang (53,1%) dan paling sedikit berpenghasilan sedang yaitu 6 orang (18,8%).


(55)

43 5. Pengalaman Responden

Tabel 5.7

Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pengalaman Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati

Medan Tahun 2014

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Sudah

berpengalaman

22 68,8

Tidak

berpengalaman

10 31,3

Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.7 Pengalaman responden paling banyak sudah berpengalaman yaitu sebanyak 22 orang (68,8) dan tidak berpengalaman sebanyak 10 orang (31,3%).

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Faktor-faktor ibu melakukan pemeriksaan pap smear di RSU Mitra sejati Medan Tahun 2014 yang meliputi karakteristik responden, pengetahuan, sikap, tingkat sosial ekonomi, pengalaman. akan diuraikan pembahasan sebagai berikut.

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 32 ibu yang menjadi responden ditemukan paling banyak ibu yang berumur 36-40 dan 46-50 tahun sebanyak 7 orang (21,7%) dan paling sedikit ibu yang berumur 51-55 tahun sebanyak 2 orang (6,3 %). Hal ini dikaitkan dengan pendapat Mubarak (2007)


(56)

yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek psikis dan psikologi (mental) dimana taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. Hal ini sesuai dengan teori bahwa usia reproduktif memang lebih aktif mencari dan mendapatkan informasi dibandingkan usia yang tidak produktif lagi.

Karakteristik tingkat pendidikan ditemukan bahwa paling banyak ibu yang pendidikan SMA sebanyak 14 orang (43,8%) dan paling sedikit ibu yang berpendidikan SD sebanyak 4 orang (12,5 %). Sesuai dengan pendapat Notoadmojo (2007) yang menyatakan konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Bertitik tolak dari konsep pendidikan tersebut, maka proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang masalah nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu. Hal ini bertujuan untuk melihat bahwa semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh responden maka semakin mudah dalam menyerap informasi serta ide-ide yang ada. Tingginya pendidikan seseorang diharapkan pada pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya untuk berprilaku hidup sehat.

Karakteristik pekerjaan ditemukan paling banyak pekerjaan ibu yaitu pegawai swasta sebanyak 12 orang (37,5%) dan paling sedikit pekerjaan ibu yaitu wiraswasta sebanyak 5 orang (15,6 %). Menurut Mubarak (2007) bahwa lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.


(57)

45 2. Faktor Pengetahuan ibu melakukan Pap Smear

Pengetahuan adalah isi dari tau dan isi ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra penglihatan, pandangan penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh paling banyak berpengetahuan baik yaitu 13 orang (40,6%) tabel 5.3. Pengetahuan yang baik sebagai faktor ibu melakukan pap smear.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh chintami Octavia

(2009) tentang faktor-faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap smear dimana

sebagian besar ibu berpengetahuan cukup yakni sebanyak 69 orang (62,7%).

Menurut asumsi peneliti, pengetahuan ibu mengenai factor-faktor yang mempengaruhi ibu melakuykan pap smear di RSU Mitra Sejati mayoritas berpengetahuan baik karena tingkat pengetahuan ibu tentang pap smear sangat bagus. Hal ini disebabkan karena banyaknya informasi yang diterima dan banyaknya keingintahuan ibu tentang pap smear hingga ,mereka berusaha untuk mencari informasi yang lebih mendalam.

3. Faktor Sikap ibu melakukan pemeriksaan Pap smear

Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (azwar, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari 32 responden dapat diketahui bahwa responden paling banyak bersikap positif yaitu yakni sebanyak 27 orang (84,4%) tabel 5.5. Sikap positif sebagai faktor ibu melakukan pap smear.


(58)

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cut Nurhasana (2008) tentang faktor-faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap smear dimana sebagian besar ibu bersikap positif yakni sebanyak 69 orang (62,7%).

Menurut asumsi peneliti sikap sangat menentukan orang kearah yang lebih baik. Upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk sikap tersebut dapat diwujudkan melalui pemberdayaan tenaga kesehatan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya pemeriksaan pap smear. Sikap positif akan memunculkan prilaku yang baik untuk melakukan pap smear.

4. Faktor Tingkat sosial ekonomi ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear

Tingkat sosial ekonomi adalah ukuran yang sering digunakan untuk melihat status sosial ekonomi pada suatu kelompok masyarakat. Semakin baik status ekonomi masyarakat semakin tinggi persentasi yang digunakan untuk pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2000).

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari 32 responden berdsasarkan tingkat sosial ekonomi ibu, responden paling banyak berpenghasilan tinggi yaitu 17 orang (53,1%) tabel 5.6 Tingkat sosial ekonomi yang stinggi sebagai faktor ibu melakukan pap smear.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cut Nurhasana (2008) tentang faktor-faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap smear dimana sebagian besar responden paling banyak berpenghasilan tinggi yakni sebanyak 28 orang (50%).

Menurut asumsi peneliti tingkat ekonomi yang baik memungkinkan angota keluarga untuk memperoleh kebutuhan yang lebih baik misalnya dibidang kesehatan. Demikian juga sebaliknya jika ekonomi lemah maka menjadi hambatan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa tingakt


(59)

47 ekonomi sangat menentukan seseorang untuk lebih meningkatkan kesehatan kearah yang lebih baik terutama untuk melakukan Pap Smear.

5. Faktor Pengalaman ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear

Pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali, pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. (Erfandi, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari 32 responden berdasarkan pengalaman ibu, responden paling banyak sudah berpengalaman melakukan pemeriksaan pap smear yaitu 22 orang (68,8) tabel 5.7. Pengalaman sebagai faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cut Nurhasana

(2008) tentang faktor-faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap smear dimana

sebagian besar responden paling banyak tidak berpengalaman melakukan pemeriksaan Pap smear yakni sebanyak 52 orang (59,1%).

Hasil penelitian sejalan dengan teori yang dikemukakan Mubarak, (2007), pengalaman dapat mempengaruhi pengetahuan dimana pengalaman adalah kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ibu yang pengalaman yang kurang baik akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

Menurut asumsi peneliti bahwa pengalaman mempengaruhi pengetahuan seseorang.


(60)

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa ibu yang tidak pernah melakukan pap smear berpengetahuan tidak baik karena sibuk sehingga lebih malas untuk mencari sumber informasi dan tidak memiliki waktu untuk melakukan Pap


(61)

49 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang faktor-faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap smear di RSU Mitra Sejati Medan tahun 2014 diperoleh :

1. Faktor pengetahuan ibu melakukan pemeriksaan Pap smear menunjukkan

bahwa responden paling banyak berpengetahuan baik yaitu 13 orang (40,6%) tabel 5.3. Dari 32 responden pilihan jawaban pengetahuan ibu didapati bahwa ibu yang paling banyak menjawab pernyataan benar yaitu pada pernyataan nomor 1 dan 2 sebanyak 26 orang (81,3 %), dan didapat bahwa ibu yang sedikit menjawab benar yaitu pada pernyataan nomor 5 sebanyak 17 orang (53,1 %), pertanyaan nomor 6 sebanyak 19 orang (40,6%) dan pertanyaan nomor 7 sebanyak 19 orang (40,6%), dan pertanyaan nomor 3 sebanyak 21 orang (34,4%).

2. Faktor sikap ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear menunjukkan responden

paling banyak memiliki sikap positif yaitu yakni sebanyak 27 orang (84,4%). Dari 32 responden pilihan jawaban sikap ibu didapati bahwa ibu yang banyak menjawab sikap setuju yaitu pada pernyataan nomor 5 dan 6 sebanyak 19 orang (59,4 %), dan didapat bahwa ibu yang sedikit menjawab setuju yaitu pada pernyataan nomor 1 sebanyak 15 orang (15,6 %) Sedangkan ibu yang banyak menjawab kurang setuju yaitu pada pernyataan nomor 1 dan nomor 2 dan nomor 6 sebanyak 12 orang (37,5 %), dan didapat bahwa ibu yang sedikit menjawab kurang setuju yaitu pada pernyataan nomor 3 sebanyak 8 orang (25,0 %). Sedangkan ibu yang banyak menjawab tidak setuju yaitu pada pernyataan nomor 3 dan nomor 4 sebanyak 6 orang (18,8 %), dan didapat


(62)

sedikit yang menjawab tidak setuju pada pernyataan no 6 sebanyak 1 orang (3,1 %).

3. Faktor Tingkat sosial ekonomi ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear

menunjukkan responden paling banyak berpenghasilan tinggi yaitu 17 orang (53,1%)

4. Faktor pengalaman ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear menunjukkan

responden paling banyak sudah berpengalaman melakukan pemeriksaan pap smear yaitu 22 orang (68,8).

B. Saran

Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan awal dalam melakukan penelitian. Walaupun pengalaman responden sudah berpengalaman namun peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian Pap Smear berdasarkan faktor pengalaman rujukan karena kemungkinan responden yang tidak berpengalaman dikarenakan responden melakukan Pap smear karena rujukan tanpa penjelasan yang cukup dari petugas kesehatan.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Bustan. (1997). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: EGC.

Dinanda, R. (2009). Mengenal Seluk Beluk Kanker. Jogjakarta: Kata hati. Evennet, K. (2004). Pap Smear Apa Yang Perlu Anda Ketahui. Jakarta: Arcan. Hurlok, Elisabeth, (2003). Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga

Imam, R. (2008). Manual Prakanker Serviks. Jakarta: CV Sagung Seto. Lestadi, J. (2009). Sitologi Pap Smear. Jakarta: EGC.

Mubarak, Wahid iqbal, (2011). Promosi Kesehatan, Yogyakarta: Nuha Medika.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Surabaya: Salemba medika.

Notoatmodjo, Soekidjo, (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta

Ova Emillia, D. K. (2010). Bebas Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta: Media

Presindo.

Rasjidi, I. (2007). Vaksin Human Papilloma Virus dan Eradikasi Kanker serviks.

Jakarta: CV Sagung Seto.

Setiati, E. (2012). Kenali Pengenalan Kanker Dan Tumor Pada Wanita. Yogyakarta: Pustaka Rama.

Setiyodadi, (2011). Faktor-Faktor Yang Mempegaruhi Pengetahuan. http://

Faktor-faktor yang mempegaruhi Pengetahuan.

Kemendiknakes.Go.Id/Kbb/index.php

Soehartati. (2010). Pedoman Tatalaksana kanker. Jakarta: EGC.

Tilong, A. D. (2012). Bebas Dari ancaman Kanker serviks. Jogjakarta: Flash Books. Yatim, F. (2005). Penyakit Kandungan. Jakarta: Pustaka Populer Obor.


(64)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN PENELITIAN (INFORMED CONCENT)

Saya mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, saya adalah mahasiswa yang sedang melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Ibu

Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2014”.

Penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi skripsi.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor ibu melakukan

pemeriksaan pap smear. Saya sangat mengharapkan kesedian anda untuk mengisi

kuesioner ini dengan jujur dan apa adanya. Jika anda bersedia, silahkan menandatagani persetujuan ini sebagai bukti bahwa anda bersedia ikut serta dalam peneltian ini.

Semua informasi yang anda berikan akan saya jaga kerahasiaannya. Namun, jika anda tidak bersedia, anda berhak tidak ikut berpartisipasi, karena tidak ada unsure paksaan dalam pengisian kuesioner. Jika ada hal yang kurang anda pahami ketika mengisi kuesioner ini, anda dapat bertanya langsung kepada saya. Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi, dan kesediaan waktu anda, saya ucapkan terimakasih.

Medan, Februari 2014


(65)

Lampiran 2

INSTRUMEN PENELITIAN

Judul : Faktor – faktor ibu melakukan pemeriksaan Pap Smear di RSU Mitra Sejati MedanTahun 2014

Petunjuk pengisian

1. Semua pertanyaan harus dijawab

2. Berilah tanda checklist pada kotak yang telah disediakan

3. Setiap pertanyaan dijawab dengan jawaban yang sesuai menurut ibu.

No. Responden : (Diisi oleh peneliti) Nama (Inisial) :

Umur : Pendidikan :

Pekerjaan :

Tingkat sosial ekonomi : Rp > 2000.000

Rp1.500.000-1000.000 Rp.<500.0000-500.000

Pengalaman : Sudah berpengalaman

Belum pernah di Pap Smear dan akan di Pap Smear


(66)

Faktor-Faktor Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear

a. Pernyataan Pengetahuan

Beri tanda check list ( √ ) pada satu jawaban yang paling benar menurut anda.

No Pernyataan Benar Salah

1. Pap smear (tes pap) adalah pemeriksaan yang dilakukan

dengan cara membuat sediaan apusan sel-sel rahim, kemudian dilakukan pengamatan terhadap sel-sel tersebut 2. Tujuan dilakukan pap smear ialah untuk mendeteksi kanker

leher rahim secara dini, sehingga pengobatan dapat diberikan segera dan seoptimal mungkin

3. Pemeriksaan pap smear hanya tersedia di rumah sakit besar dengan fasilitas yang lengkap

4. Pap smear hanya dapat dilakukan dengan bantuan dokter

spesialis kandungan dan kebidanan

5. Pemeriksaan pap smear dilakukan pada wanita segala usia

6. Pemeriksaan pap smear sebaiknya diulang setiap 1 tahun

sekali secara teratur

7. Wanita yang sudah pernah melahirkan perlu melakukan

pemeriksaan pap smear lebih sering

8 Pada saat melakukan pap smear, sebaiknya wanita tidak

sedang mengalami menstruasi

9. Sebelum dilakukan pap smear, pasien diwajibkan untuk

mencuci bagian kewanitaanya terlebih dahulu

10. Minimal 1 hari sebelum pemeriksaan Pap smear, pasien


(67)

b. Pernyataan Sikap

Beri tanda check list ( √ ) pada kolom yang tersedian sesuai dengan pendapat anda. Keterangan :

S : Setuju

KS : Kurang Setuju

TS : Tidak setuju

No Pernyataan S KS TS

1 Pemeriksaan Pap smear harus dilakukan disegala usia

2 Pemeriksaan Pap smear harus dilakukan jika sudah berhubungan

seksual

3 Pemeriksaan Pap Smear harus dilakukan jika wanita Sering

melahirkan

4 Pemeriksaan Pap Smear harus dilakukan 1 kali seumur hidup

5 Pemeriksaan Pap Smear harus dilakukandirumah Sakit


(68)

(69)

(70)

(71)

(1)

Faktor-Faktor Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear

a. Pernyataan Pengetahuan

Beri tanda check list ( √ ) pada satu jawaban yang paling benar menurut anda.

No Pernyataan Benar Salah

1. Pap smear (tes pap) adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara membuat sediaan apusan sel-sel rahim, kemudian dilakukan pengamatan terhadap sel-sel tersebut 2. Tujuan dilakukan pap smear ialah untuk mendeteksi kanker

leher rahim secara dini, sehingga pengobatan dapat diberikan segera dan seoptimal mungkin

3. Pemeriksaan pap smear hanya tersedia di rumah sakit besar dengan fasilitas yang lengkap

4. Pap smear hanya dapat dilakukan dengan bantuan dokter spesialis kandungan dan kebidanan

5. Pemeriksaan pap smear dilakukan pada wanita segala usia 6. Pemeriksaan pap smear sebaiknya diulang setiap 1 tahun

sekali secara teratur

7. Wanita yang sudah pernah melahirkan perlu melakukan pemeriksaan pap smear lebih sering

8 Pada saat melakukan pap smear, sebaiknya wanita tidak sedang mengalami menstruasi

9. Sebelum dilakukan pap smear, pasien diwajibkan untuk mencuci bagian kewanitaanya terlebih dahulu

10. Minimal 1 hari sebelum pemeriksaan Pap smear, pasien dilarang untuk melakukan hubungan seksual


(2)

b. Pernyataan Sikap

Beri tanda check list ( √ ) pada kolom yang tersedian sesuai dengan pendapat anda. Keterangan :

S : Setuju

KS : Kurang Setuju TS : Tidak setuju

No Pernyataan S KS TS

1 Pemeriksaan Pap smear harus dilakukan disegala usia

2 Pemeriksaan Pap smear harus dilakukan jika sudah berhubungan seksual

3 Pemeriksaan Pap Smear harus dilakukan jika wanita Sering melahirkan

4 Pemeriksaan Pap Smear harus dilakukan 1 kali seumur hidup 5 Pemeriksaan Pap Smear harus dilakukan dirumah Sakit


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Gambaran Faktor-faktor Perilaku Ibu Dalam Pemeriksaan Pap Smear Di Poli Ginekologi RSUD Dr Pirngadi Medan Tahun 2012

3 49 142

faktor faktor penyebab petugas kesehatan tidak melakukan pemeriksaan pap smear di puskesmas kti kebidanan

0 0 4

Karakteristik dan Faktor-Faktor Hambatan Wanita Usia Subur Melakukan Pemeriksaan Pap smear di Wilayah Kerja Puskesmas Kedai Durian Kecamatan Medan Johor

0 0 11

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Wanita Usia Subur Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di Desa Sembahe Wilayah Kerja Puskesmas Sibolangit Tahun 2017

0 0 16

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Wanita Usia Subur Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di Desa Sembahe Wilayah Kerja Puskesmas Sibolangit Tahun 2017

0 0 2

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Wanita Usia Subur Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di Desa Sembahe Wilayah Kerja Puskesmas Sibolangit Tahun 2017

0 0 9

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Wanita Usia Subur Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di Desa Sembahe Wilayah Kerja Puskesmas Sibolangit Tahun 2017

0 0 18

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Wanita Usia Subur Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di Desa Sembahe Wilayah Kerja Puskesmas Sibolangit Tahun 2017

0 0 4

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di BPS Nurjanti Sewon Bantul Yogyakarta - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 8

FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN PEMERIKSAAN IVA PAP SMEAR PADA IBU- IBU PKK DI DUSUN TAJEM DEPOK SLEMAN NASKAH PUBLIKASI - Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Pemeriksaan IVA/Pap Smear pada Ibu-Ibu PKK di Dusun Tajem Depok Sle

0 0 17