Faktor –Faktor Ibu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear
materi atau suatu objek ke dalam komponen-kompenen, tetapi dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitanya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dililihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat mengambarkan membuat bagan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5
Sintesis syntesis diartikan sebagai kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
Misalnya dapat menyusun , dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada. 6
Evaluasi evaluating diartikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap sesuatu materi atau objek. Penilaian itu
didasarkan pada suatu kreteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dan subjek
peneliti atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas
Notoadmodjo, 2003. b
Sikap Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan afeksi, pemikiran
kognisi dan predisposisi tindakan konasi seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya azwar, 2007. Sikap dapat dirumuskan
sebagai kecenderungan berespons secara positif maupun negatif terhadap orang, obyek atau situasi tertentu. Sikap seseorang dapat berubah dengan
diperolehnya dengan tambahan informasi tentang obyek, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya sarwono 2007.
Menurut H.L. Bloom, dalam Notoatmodjo 2003 Sikap Merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulasi
atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulasi sosial. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Sikap adalah penilaian bias berupa pendapat seseorang terhadap stimulus atau objek masalah kesehatan, termasuk penyakit. Setelah
seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan.
1 Komponen pokok sikap
Menurut Allport dalam Notoatmodjo 2003, sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu: Kepercayaan keyakinan, ide dan konsep
terhadap suatu objek, dan kehidupan emosional atau elevasi terhadap suatu objek, serta kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen
ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh total attitude. 2
Berbagai tingkatan sikap a
Menerima Receiving, diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang di perhatikan objek.
b Merespon Responding, memberikan jawaban jika ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah berarti orang menerima ide tersebut.
c Menghargai Valuing, bahwa mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak
ibu-ibu lain pergi melakukan Pap Smear, atau mendiskusikan tentang Pap Smear adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut telah
mempunyai sikaap positif terhadap Pap Smear. d
Bertanggung jawab Responsible, yaitu tanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala risikonya yang
merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau secara
tidak langsung. Secara langsung, dapat ditanyakan bagaiman pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak
langsung dapat dilakukan dengan pernyatan-pernyataan kemudian ditanyakn pada responden Notoatmodjo 2003.
c Tingkat Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi adalah tingkat pendapatan penduduk, semakin tinggi pendapatan penduduk semakin tinggi pula pengeluaran yang di
belanjakan untuk barang makanan, semakin tinggi pendapatan keluarga semakin baik juga status gizi masyarakat BPS, 2006.
Tingkat ekonomi yang baik memungkinkan anggota keluarga untuk memperoleh kebutuhan yang lebih misalnya di bidang pendidikan,
kesehatan, pengembangan karir dan sebagainya. Demikian juga sebaliknya jika ekonomi lemah maka menjadi hambatan dalam pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan tersebut. Keadaan sosial ekonomi kemiskinan, orang tua yang bekerja dengan penghasilan rendah yang memegang
peranan penting dalam meningkatkan status kesehatan keluarga. Jenis pekerjaan orang Tua erat kaitanya dengan tingkat penghasilan dan
lingkugan kerja, dimana bila penghasilan tinggi maka pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat,
dibandingkan dengan penghasilan rendah akan berdampak pada kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan
karena daya beli obat maupun biaya transportasi dalam menggunjungi pusat pelayanan kesehatan zacler, dalam notoatmodjo, 1997.
Pendapatan merupakan ukuran yang sering digunakan untuk melihat status sosial ekonomi pada suatu kelompok masyarakat. Semakin baik
kondisi ekonomi masyarakat semakin tinggi persentasi yang menggunakan jasa kesehatan Depkes RI, 2000.
Menurut Veralls 2003 Wanita pada kelompok sosial ekonomi rendah cenderung memulai aktivitas seksual pada umur yang lebih muda dan
terdapat pengurangan insidens kanker serviks pada para wanita yang suaminya disirkumsisi. Kanker serviks banyak di jumpai pada sosial
ekonomi rendah yang berkaitan dengan gizi dan imunitas, pada sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makin kurang, hal ini
mempengaruhi imunitas tubuh.
d Pengalaman
Pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali, pengetahuan yang diperoleh
dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan
keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang
merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya Erfandi, 2009.
Suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang berkurang baik
seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan
timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam
kehidupannya Mubarak, et all.
2. Faktor-faktor pemungkin enambling factors
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat
pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti
puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya. Untuk berprilaku sehat,
masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya:
perilaku pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat pemeriksaan hamil saja, melainkan
ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil, misalnya: Puskesmas, polindes, bidan praktek, ataupun rumah
sakit. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka factor-faktor ini disebut factor
pendukung, atau factor pemungkin.
3. Faktor-faktor penguat reinforcing factors
Faktor-faktor ini meliputi factor sikap dan perilaku tokoh masyarakat toma, tokoh agama toga, sikap dan perilaku para petugas termasuk
petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan- peraturan bauk dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan
kesehatan. Untuk berprilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja melainkan
diperlukan perilaku contoh acuan dari tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Di samping itu undang-
undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Seperti perilaku periksa hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas
periksa hamil, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil melakukan periksa hamil.
28