Perencanaan Kesehatan TINJAUAN PUSTAKA

22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Kesehatan

Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemenadministrasi, berupa menetapkan tujuan organisasi, peraturan dan pedoman pelaksanaan tugas, urutan pelaksanaan, iktisar biaya yang diperlukan dan pemasukan uang yang diharapkan akan diperoleh, serta rangkaian tindakan yang akan dilakukan di masa depan. Menurut Robbin 2002 yang mengutip pendapat Koontz dan ODonnel bahwa perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang berkaitan dengan pemilihan satu di antara berbagai alternatif untuk mencapai tujuan, melaksanakan kebijaksanaan, prosedur dan program. Macam perencanaan dibedakan menurut jangka waktu berlakunya rencana perencanaan jangka panjang, menengah dan pendek, frekuensi penggunaan perencanaan yang digunakan satu kali, dan berulang kali, tingkatan rencana perencanaan induk, operasional dan harian, filosofi perencanaan perencanaan memuaskan, optimal dan adaptasi, waktu perencanaan yang berorientasi masa lalu-kini dan masa depan, serta menurut ruang lingkup perencanaan strategik, taktis, menyeluruh dan perencanaan terpadu Unsur dari perencanaan adalah rumusan misi, rumusan masalah, rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, rumusan kegiatan, asumsi perencanaan, strategi pendekatan, kelompok sasaran, waktu, biaya, serta metode penilaian dan kriteria 23 keberhasilan. Proses perencanaan adalah menetapkan prioritas masalah dan menetapkan prioritas jalan keluar. Perencanaan kesehatan pada dasarnya adalah perencanaan pembangunan kesehatan. Bentuk perencanaan kesehatan antara lain perencanaan kebijaksanaan pembangunan kesehatan, perencanaan program pembangunan kesehatan, dan perencanaan operasionalkegiatan pelaksanaan kesehatan. Semua bentuk perencanaan tersebut mengacu pada tujuan masing-masing tingkat manajemen. Pendekatan perencanaan kesehatan mengutamakan tiga hal, yaitu 1 pendekatan wawasan nasional, pendekatan epidemiologi dan 3 pendekatan sumber daya manusia Wijono, 1997. Langkah-langkah pokok perencanaan kesehatan meliputi 1 analisis situasi, 3 perumusan masalah kesehatan, 3 penetapan prioritas masalah kesehatan, 4 penetapan alternatif pemecahan masalah, 5 penyusunan rencana program, dan 6 rencana penilaian Wijono, 1997. Secara umum perencanaan kesehatan juga melibatkan unsur politis, sedikitnya ada lima sifat proses politik yang dapat dicatat sebagai ancaman-ancaman utama bagi perencanaan kesehatan yang berhasil Rinke, 1999: 1. Perubahan yang telah direncanakan selalu tidak disukai oleh mereka yang mendapat pengaruh merugikan. Pergeseran prioritas dalam rencana perubahan dimaksudkan untuk menghasilkan manfaat kepada beberapa segmen populasi, tetapi sering dipandang sebagai langkah mundur bagi kelompok lain. Bahkan pihak pengambil manfaat yang 24 potensial dapat mengadakan perlawanan akibat ketidakpastian dalam mewujudkan hasil-hasil yang di rencanakan. Para perencana seharusnya mencoba untuk membuat kompensasi bagi mereka yang mendapat pengaruh buruk dari rencana tersebut, tetapi para perencana jarang memiliki kemampuan untuk menawarkan inisiatif yang kuat atau menetapkan sangsi-sangsi yang efektif sebagai cara untuk memastikan penerapan. Kebanyakan orang menerima kebutuhan untuk merencanakan kegiatan-kegiatan mereka sendiri dan keberatan untuk mengorbankan kebebasan mereka dengan membiarkan orang-orang lain untuk merencanakan bagi mereka. Sebagai akibatnya, perencanaan tak dapat dihindarkan lagi menjadi kontroversial, dan para perencana cenderung untuk meremehkan derajat ketidaksenangan masyarakat dan politikus terhadap perencanaan. 2. Sudut pandang kesehatan para pembuat keputusan politis cenderung tidak mencerminkan prioritas masyarakat. Perilaku terhadap kesehatan cenderung lenyap. Selama mereka tidak menderita penyakit, individu-individu cenderung memberi prioritas yang lebih rendah bagi masalah-masalah kesehatan dibandingkan dengan perhatian segera terhadap makanan, papan, pekerjaan, dan lain-lain. 3. Para politikus lebih memilih usaha-usaha penyembuhan yang terlihat, sementara para perencana, melihat potensi pelayanan-pelayanan pencegahan. Suatu sarana pelayanan jelas dibaktikan untuk usaha-usaha penyelamatan hidup merupakan monumen yang jauh lebih menarik sebagai prestasi politis ketimbang 25 suatu program kesehatan yang mencapai berbagai manfaat yang tidak terkatakan bagi orang-orang yang tidak dikenal dalam waktu-waktu yang tidak menentu di masa mendatang. 4. Para politikus harus menghadapi cakrawala jangka pendek, sementara manfaat kesehatan cenderung terjadi lebih lanjut. Karena para pemimpin politik selalu dimintai pertanggungjawabannya oleh daerah-daerah pemilihan, kemajuan harus dibuat nyata dan cepat. Penurunan angka kematian melalui perawatan penderita diare yang kritis merupakan salah satu contoh tempat prioritas politik dan perhatian kesehatan yang tepat. Setelah waktu berjalan, bagaimanapun juga program perbaikan lingkungan yang secara drastis mengurangi kasus diare yang harus dirawat dapat menjadi lebih efektif dalam biaya. Perencana harus terus-menerus berjuang untuk memastikan bahwa pilihan ini dan pilihan jangka panjang lainnya yang melibatkan perubahan- perubahan perilaku dan gaya hidup dapat memperoleh pertimbangan prioritas yang layak didapatkan. 5. Konflik-konflik bawaan antar daerah-daerah pemilihan selalu ada tetapi selalu berubah Di masa lalu, para politikus dan masyarakat bersama-sama memperlihatkan rasa hormat cukup besar terhadap profesi kesehatan dalam masalah-masalah yang menyangkut perawatan kesehatan. Karena sifat teknis pengobatan, administrator kesehatan mempunyai kebebasan dari pengaruh luar untuk mengatur sumberdaya kesehatan yang langka dan telah disetujui oleh sektor-sektor lain. 26 Selama beberapa tahun ini dalam pelaksanaan perencanaan kesehatan, maupun proses perencanaannya telah berubah. Perubahan tersebut antara lain adanya keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan perencanaan seperti proses pengumpulan data melalui fokus diskusi grup, temu wicara dan lain sebagainya.

2.2 Perilaku Eksekutif dan Legisltaif dalam Perencanaan Kesehatan