Pengaruh Persepsi Dan Kompetensi Eksekutif Dan Legislatif Tentang Bencana Terhadap Perencanaan Anggaran Bencana Pada APBD Kota Banda Aceh

(1)

PENGARUH PERSEPSI DAN KOMPETENSI EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF TENTANG BENCANA TERHADAP

PERENCANAAN ANGGARAN BENCANA PADA APBD KOTA BANDA ACEH

TESIS

Oleh FAZLI 087035002/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH PERSEPSI DAN KOMPETENSI EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF TENTANG BENCANA TERHADAP

PERENCANAAN ANGGARAN BENCANA PADA APBD KOTA BANDA ACEH

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

FAZLI 087035002/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

ABSTRAK

Pemerintah Kota Banda Aceh belum melakukan perencanaan anggaran bencana dengan baik, terbukti dari tiga tahun terakhir alokasi anggaran bencana sangat rendah yakni 0.063 %. Anggaran yang dialokasikan dalam bentuk anggaran tak terduga pada APBD, Banda Aceh merupakan daerah yang paling rawan bencana, memerlukan anggaran khusus untuk penanggulangan masalah bencana.

Telah dilakukan penelitian dengan metode survey explanatory yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh persepsi (pengalaman, proses belajar, motivasi) dan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap) eksekutif dan legislatif tentang bencana terhadap perencanaan anggaran bencana di Kota Banda Aceh. Populasi penelitian adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam perencanaan anggaran bencana yang ada pada Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Badan Kesatuan Bangsa, Politik, Perlindungan masyarakat dan Penanggulangan Bencana, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pengelolaan, Keuangan dan Aset Daerah), dan Dewan Perwakilan Daerah khususnya Komisi C yang berjumlah 50 orang dengan besar sampel 50 orang (total sampling). Pengumpulan data menggunakan kuesioner kemudian dianalisis menggunakan ModelRegresi Linier Berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi (pengalaman, proses belajar, motivasi) dan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap) eksekutif dan legislatif tentang bencana secara simultan berpengaruh terhadap perencanaan anggaran bencana. Secara parsial proses belajar dan pengetahuan merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap perencanaan anggaran bencana.

Disarankan kepada eksekutif dan legislatif sebagai perencanaan anggaran bencana untuk meningkatkan pengetahuan dan proses belajar dalam melakukan perencanaan anggaran bencana melalui pendidikan, training, workshop dan memiliki buku-buku serta modul-modul tentang perencanaan anggaran dan bencana.


(4)

ABSTRACT

The local administration of Banda Aceh has not planned special budget on disaster properly yet, proved for the last three years successively the allocation in budgets for disasters is noted minimal, provided that 0.063% by total as allocated on City budgets is existed in term of unpredictable entity budget. Banda Aceh is acknowledged the most and extremely dangerous of disaster district, highly required a specifically budget in dealing with natural disaster.

The study was conducted with an explanatory survey aimed to analyze the influence of perception (experiences, studying process, motivation) and competency (knowledge, skill, attitudes) of the executive and the legislative about disaster on the budget planning for disaster on Banda Aceh District. The population were people who directly involved in planning the budget for disaster, consisted of the official of District Health Office, District Social Affairs, District Board for National United on Politics, People Protection and Disaster Preventive, District Development Board, District Financial Management and Assets Handling, and City People Representative Board particularly members to Commission C totally 50 people (total sampling). For collecting the data used questionnaire and analyzed it by using multiple regression linear model.

The result of study showed that the perception (experiences, studying process, motivation) and competency (knowledge, skill, attitudes) of the executive and the legislative about the disaster simultaneously influenced on the disaster budget planning. In partially, the studying process and knowledge ware the most significant variable on the planning for budgets of disaster.

It is suggested to the executive and the legislative as planner for the budget to improve their knowledge and studying process in conducting the budgets planning through education, training, workshop and providing books and modules about the budget planning for disaster.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat dan karuninya Nya sehingga atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul "Pengaruh Persepsi dan Kompetensi Eksekutif dan Legislatif tentang Bencana terhadap Perencanaan Anggaran Bencana pada APBD Kota Banda Aceh Tahun 2010"

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan Minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini banyak kekurangan, baik dalam penulisan dan pembahasan. Penulis juga menyadari bahwa penulisan tidak dapat terlaksana tanpa bantuan kerja sama yang baik dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), Sp.A(K), sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, sebagai Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 3. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si, sebagai Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan


(6)

4. Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, M.Si, sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Suherman, S.K.M, M.Kes telah bersedia membimbing penulis dengan penuh perhatian, kesabaran dan arahan sehingga sampai selesainya penulisan tesis ini. 5. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

6. Pemerintah Aceh yang telah memberikan bantuan dana kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Kepala RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh beserta staf yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Pemerintah Kota Banda Aceh yaitu, Bapak Wali Kota, Kepala Dinas DPKAD, Kepala Badan Kesbang Pol Linmas-PB, Kepala Bappeda, Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Dinas Sosial dan Ketua DPRK Banda Aceh yang telah memberikan izin penelitian dalam rangka pengambilan data- untuk penulisan tesis 9. Teristimewa buat isteri tercinta Safarina dan buah hati tersayang Khairul

Mubarrak dan Sultan Humaidi, yang penuh pengertian, kesabaran, dan senantiasa berdo’a sehingga memotivasi penulis dalam menyelesaikan pendidikan.


(7)

10.Rekan-rekan mahasiswa-mahasiswi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberi masukan dan saran-saran dalam penyusunan tesis ini hingga selesai.

Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan dan kekurangan, untuk itu saran dan kritikan yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan penuh harapan semoga tesis ini berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Agustus 2010


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang ...

1

1.2. Permasalahan ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Hipotesis... 9

1.5. Manfaat Penelitian ... 10

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Pengertian Persepsi ... 11

2.1.1. Pengalaman ... 12

2.1.2. Proses Belajar... 14


(9)

2.1.3. Motivasi ... 15

2.2. Pengertian Kompetensi ... 15

2.2.1. Pengetahuan ... 16

2.2.2. Keterampilan ... 18

2.2.3. Sikap... 19

2.3. Pengertian Perencanaan Anggaran... 20

2.4. Langkah-Langkah Perencanaan Anggaran Bencana... 22

2.5. Proses Perencanaan Anggaran Bencana... 23

2.6. Jadwal Kegiatan Perencanaan Anggaran Daerah... 26

2.7. Landasan Teori... 27

2.8. Kerangka Konsep Penelitian ... 28

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Jenis Penelitian... 29

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.3. Populasi dan Sampel ... 30

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 31

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 31

3.6. Metode Pengukuran ... 33

3.7. Metode Analisis Data... 42

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 48


(10)

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 48

4.1.1. Kondisi Geografis. ... 48

4.1.2. Kondisi Demografi... 49

4.1.3. Kondisi Geomorfologi ... 50

4.1.4. Visi dan Misi Kota Banda Aceh ... 51

4.1.5. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat

Daerah Kota Banda Aceh... 52

4.2. Data Responden ... 54

4.3. Analisis Deskripsi Masing-Masing Variabel Penelitian ... 56

4.3.1. Penjelasan Responden atas Pernyataan Indikator

Pengalaman ... 56

4.3.2. Penjelasan Responden atas Pernyataan Indikator

Proses Belajar... 58

4.3.3. Penjelasan Responden atas Pernyataan Indikator

Motivasi ... 59

4.3.4. Penjelasan Responden atas Pernyataan Indikator

Pengetahuan ... 61

4.3.5. Penjelasan Responden atas Pernyataan Indikator

Keterampilan ... 62

4.3.6. Penjelasan Responden atas Pernyataan Indikator

Sikap... 63

4.3.7. Penjelasan Responden atas Pernyataan Indikator

Perencanaan Anggaran Bencana ... 64

4.4. Pengujian Asumsi Klasik ... 66

4.4.1. Hasil Uji Normalitas ... 66


(11)

4.4.2. Hasil Uji Multikolinieritas ... 68

4.4.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 69

4.5. Pengujian Hipotesis Penelitian... 70

4.5.1. Pengujian Hipotesis Penelitian Secara Simultan... 71

4.5.2. Pengujian Hipotesis Penelitian Secara Parsial ... 71

4.5.3. Koefisien Determinasi R Square (R2) Hipotesis ... 73

BAB 5. PEMBAHASAN ... 74

5.1. Pengaruh Persepsi (Pengalaman, Proses Belajar, Motivasi) dan Kompetensi (Pengetahuan, Keterampilan, Sikap)

tentang Bencana terhadap Perencanaan Anggaran secara

Simultan ... ... 74 5.2. Pengaruh Persepsi (Pengalaman, Proses Belajar, Motivasi)

dan Kompetensi (Pengetahuan, Keterampilan,Sikap) tentang Bencana terhadap Perencanaan Anggaran Bencana secara

Parsial... 76

5.2.1. Pengaruh Pengalaman Eksekutif dan Legislatif tentang Bencana terhadap Perencanaan Anggaran

Bencana ... 77

5.2.2. Pengaruh Proses Belajar Eksekutif dan Legislatif tentang Bencana terhadap Perencanaan Anggaran

Bencana ... 78

5.2.3. Pengaruh Motivasi Eksekutif dan Legislatif tentang Bencana terhadap Perencanaan Anggaran

Bencana ... 80

5.2.4. Pengaruh Pengetahuan Eksekutif dan Legislatif tentang Bencana terhadap Perencanaan Anggaran

Bencana ... 82


(12)

5.2.5. Pengaruh Keterampilan Eksekutif dan Legislatif tentang Bencana terhadap Perencanaan Anggaran

Bencana ... 84

5.2.6. Pengaruh Sikap Eksekutif dan Legislatif tentang

Bencana terhadap Perencanaan Anggaran Bencana .. 86

5.3. Keterbatasan Penelitian... 87

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

6.1. Kesimpulan ... 88

6.2. Saran... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

Lampiran ... 95


(13)

RIWAYAT HIDUP

Fazli, lahir tanggal 1 Januari 1969 di Busu Pidie Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Anak keempat dari tujuh bersaudara dari pasangan Muhammad Harun (Alm) dan Ibunda Saidah (Alm). Pendidikan formal penulis, dimulai dari Sekolah Dasar SD Negeri 1 Busu selesai tahun 1983, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kota Bakti selesai tahun 1986, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Kota Bakti selesai tahun 1989, Akademi Keperawatan Dep.Kes RI Banda Aceh lulus tahun 1993 dan S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat dengan Peminatan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, selesai pada tahun 2005

Pada tahun 1997 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil pada Kanwil Departemen Kesehatan Pemerintah Aceh dan ditugaskan di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Pada tahun 2001 bekerja di Abu Dhabi-Uni Emirat Arab sebagai Tenaga Perawat di Rumah Sakit Madina Zayed Hospital selesai tahun 2004. Pada tahun 2005 bekerja di beberapa NGO’s Internasional di Banda Aceh sebagai Koordinator Manajemen Bencana, selesai tahun 2008

Pada tahun 2008 mendapatkan Izin Tugas Belajar dari Pemerintah Aceh untuk melanjutkan pendidikan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(14)

ABSTRAK

Pemerintah Kota Banda Aceh belum melakukan perencanaan anggaran bencana dengan baik, terbukti dari tiga tahun terakhir alokasi anggaran bencana sangat rendah yakni 0.063 %. Anggaran yang dialokasikan dalam bentuk anggaran tak terduga pada APBD, Banda Aceh merupakan daerah yang paling rawan bencana, memerlukan anggaran khusus untuk penanggulangan masalah bencana.

Telah dilakukan penelitian dengan metode survey explanatory yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh persepsi (pengalaman, proses belajar, motivasi) dan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap) eksekutif dan legislatif tentang bencana terhadap perencanaan anggaran bencana di Kota Banda Aceh. Populasi penelitian adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam perencanaan anggaran bencana yang ada pada Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Badan Kesatuan Bangsa, Politik, Perlindungan masyarakat dan Penanggulangan Bencana, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pengelolaan, Keuangan dan Aset Daerah), dan Dewan Perwakilan Daerah khususnya Komisi C yang berjumlah 50 orang dengan besar sampel 50 orang (total sampling). Pengumpulan data menggunakan kuesioner kemudian dianalisis menggunakan ModelRegresi Linier Berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi (pengalaman, proses belajar, motivasi) dan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap) eksekutif dan legislatif tentang bencana secara simultan berpengaruh terhadap perencanaan anggaran bencana. Secara parsial proses belajar dan pengetahuan merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap perencanaan anggaran bencana.

Disarankan kepada eksekutif dan legislatif sebagai perencanaan anggaran bencana untuk meningkatkan pengetahuan dan proses belajar dalam melakukan perencanaan anggaran bencana melalui pendidikan, training, workshop dan memiliki buku-buku serta modul-modul tentang perencanaan anggaran dan bencana.


(15)

ABSTRACT

The local administration of Banda Aceh has not planned special budget on disaster properly yet, proved for the last three years successively the allocation in budgets for disasters is noted minimal, provided that 0.063% by total as allocated on City budgets is existed in term of unpredictable entity budget. Banda Aceh is acknowledged the most and extremely dangerous of disaster district, highly required a specifically budget in dealing with natural disaster.

The study was conducted with an explanatory survey aimed to analyze the influence of perception (experiences, studying process, motivation) and competency (knowledge, skill, attitudes) of the executive and the legislative about disaster on the budget planning for disaster on Banda Aceh District. The population were people who directly involved in planning the budget for disaster, consisted of the official of District Health Office, District Social Affairs, District Board for National United on Politics, People Protection and Disaster Preventive, District Development Board, District Financial Management and Assets Handling, and City People Representative Board particularly members to Commission C totally 50 people (total sampling). For collecting the data used questionnaire and analyzed it by using multiple regression linear model.

The result of study showed that the perception (experiences, studying process, motivation) and competency (knowledge, skill, attitudes) of the executive and the legislative about the disaster simultaneously influenced on the disaster budget planning. In partially, the studying process and knowledge ware the most significant variable on the planning for budgets of disaster.

It is suggested to the executive and the legislative as planner for the budget to improve their knowledge and studying process in conducting the budgets planning through education, training, workshop and providing books and modules about the budget planning for disaster.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai daerah rawan bencana. Bencana yang terjadi di Indonesia sangatlah beragam baik jenis maupun skalanya (magnitude). Disamping bencana, Indonesia juga rawan terhadap bencana akibat ulah manusia. Hal ini disebabkan karena faktor letak geografis dan geologi serta demografi. Bencana mengakibatkan dampak terhadap kehilangan jiwa manusia, harta benda, dan kerusakan prasarana dan sarana. Kerugian harta benda dan prasarana dapat mencapai jumlah yang sangat besar dan diperlukan dana yang cukup besar pula untuk pemulihannya.

Penanggulangan bencana merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bersifat preventif, penyelamatan, dan rehabilitatif yang harus diselenggarakan secara koordinatif, komprehensif, serentak, cepat, tepat dan akurat melibatkan lintas sektor dan lintas wilayah sehingga memerlukan koordinasi berbagai intansi terkait dengan penekanan pada kepedulian publik dan mobilisasi masyarakat.

Seluruh sistem, pengaturan, organisasi, rencana dan program yang berkaitan dengan hal-hal inilah yang disebut dengan penanggulangan bencana. Agar menjadi efektif, penanggulangan bencana harus melibatkan semua sektor, termasuk sektor non-pemerintah, sektor swasta dan masyarakat, melibatkan semua tingkatan masyarakat dari tinggat nasional sampai ke desa terpencil. Guna menghindari dan


(17)

mengurangi kerugian yang sangat besar, maka diperlukan upaya penaggulangan sejak dari pencegahan, mitigasi, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, dibutuhkan dana penanggulangan bencana.

Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana Pasal 63 dan 69 ayat (4) mengamanatkan perlunya menerbitkan peraturan pemerintah yang mengatur tentang mekanisme pengelolaan dana dan tata cara pemberian dan besarnya bantuan penanggulangan bencana. Untuk melaksanakan kedua ketentuan tersebut, Peraturan Pemerintah tentang Anggaran dan Pengelolaan Bantuan Bencana ini mengatur beberapa hal penting antara lain sumber dana, alokasi dana, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pelaporan dan pertanggungjawaban pada tahap pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana.

Menurut Sutaat dalam Syaukani (2003), hubungan eksekutif dan legislatif mengandung implikasi positif dan negatif. Implikasi positif hubungan eksekutif dan legislatif, terutama peran legislatif yang diharapkan dapat lebih aktif dalam menangkap aspirasi yang berkembang dalam masyarakat, kemudian mengadopsinya dalam berbagai bentuk kebijakan publik di daerah bersama-sama dengan eksekutif. Implikasi negatif kemungkinan terjadi komplik berkepanjangan antara eksekutif (Kepala Daerah) dan legislatif (DPRD). Hal tersebut dapat terjadi karena 1) gaya kepemimpinan Kepala Daerah dengan Pimpinan DPRD; 2) latar belakang kepentingan; 3) latar belakang pengalaman dalam berpolitik dan penyelenggaraan pemerintahan.


(18)

Kebijakan publik yang menguntungkan masyarakat akan bisa terwujud bila legislatif kurang mempunyai kemauan dan kemampuan yang memadai sebagai wakil rakyat. Diperkirakan tidak semua wakil rakyat mampu menangkap aspirasi arus bawah dan memahami secara utuh kondisi masyarakatnya, keinginan, harapan dan keutuhannya. Bila ini terjadi maka kemungkinan akan muncul kebijakan daerah yang justru tidak memihak kepada rakyat.

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 pada dasarnya mengamanatkan bahwa perencanaan pembangunan daerah adalah satu kesatuan dalam sistem perencanaan nasional dengan tujuan untuk menjamin adanya keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pegawasan.

Perencanaan adalah suatu proses untuk menetukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya tersedia. Perencanaan pembangunan daerah disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.

Menurut Salim (2007), langkah-langkah perencanaan dilakukan sebagai berikut: (1) Menentukan tujuan dan sasaran yang menyertakan seluruh warga; (2) Mengetahui fakta-fakta tentang kondisi yang ada serta memperkirakan apa yang terjadi; (3) Mengkaji pilihan pilihan tindakan yang dapat dilakukan dengan mengingat potensi dan hambatan yang ada; (4) Menentukan pilihan-pilihan yang terbaik berdasarkan pertimbangan normatif maupun teknis; (5) Mengusulkan rangkaian kebijakan dan tindakan yang perlu diambil; (6) Melakukan sosialisasi,


(19)

penegakan, pemberian insentif, serta membantu pelaksanaan perencanaan anggaran secara sistematik dan teratur

Komponen-komponen yang terlibat dalam perencanaan anggaran adalah pertama, input berupa data analisis situasi keadaan kedaruratan masyarakat, sumber daya manusia dalam hal ini unsur legislatif yaitu komisi C di Dewan Perkawilan Rakyat Daerah (DPRD), dan unsur eksekutif yaitu walikota, Bappeda, DPKAD, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial dan Kesbang Pol linmas-PB. Kedua,komponen proses yaitu proses-proses perencanaan mulai dari proses pengumpulan data, sampai pada penyusunan dokumen perencanaan, dan Ketiga, komponen output (keluaran), yaitu adanya dokumen perencanaan sebagai acuan untuk pelaksanaan program atau kegiatan yang akan dilaksanakan (Depkes RI, 2002).

Pemerintah NAD dan Kota Banda Aceh melalui RPJM tahun 2007-2012 juga telah memasukkan sistem mitigasi bencana yang efektif dengan pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam kedalam strategi pembangunan daerah dan program pembanguna daerah diharapkan semua kecamatan memiliki sistem peringatan dini, penanggulangan bencana serta penampungan sementara korban bencana (Profil NAD, 2007).

Menurut Rinto Andriono (2009), struktur anggaran kebencanaan menyebutkan lebih dari 83 % wilayah Indonesia masuk dalam kategori daerah dengan tingkat risiko bencana yang tinggi, dan 383 kabupaten dari 440 kabupaten Indonesia adalah kawasan dengan risiko bencana, serta buruknya lagi 98 % dari 220 juta penduduk Indonesia adalah penduduk yang belum memiliki kesadaran tentang


(20)

pengurangan resiko bencana (http//www.ideajogja.or.id. Diakses tanggal 6 Februari 2010).

Kota Banda Aceh merupakan ibu Kota Provinsi yang juga merupakan Kota

terparah pada saat terjadinya musibah Gempa dan Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 dengan berakibat 78.417 jiwa meninggal dunia atau hilang dan

untuk NAD 173.741 jiwa meninggal dunia, lebih 127.000 rumah hancur dan rusak berat (Profil NAD, 2007).

Berdasarkan penelitian dan pengalaman kejadian bencana, wilayah Kota Banda Aceh termasuk kawasan yang rawan terhadap gempa bumi dan tsunami karena diapit oleh pertemuan dua lempeng bumi, yaitu lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia, serta patahan Sumatera/Semangko (Subandono dan Budiman dalam Profil Bappeda Banda Aceh, 2009).

Tsunami 26 Desember 2004 telah meluluh lantakkan sebagian besar wilayah pantai di Aceh, terutama sepanjang pantai barat, dan merusak infrastruktur publik, ekonomi dan sosial, seperti sekolah, pusat layanan kesehatan dan gedung-gedung pemerintah. Tsunami telah mempengaruhi mata pencaharian dan kehidupan masyarakat karena rusaknya lahan-lahan pertanian, terganggunya usaha-usaha perikanan, hilangnya peralatan, hilangnya bukti kepemilikan tanah, menurunya kualitas air, polusi akibat limbah padat atau cair dan rusak fasilitas sanitasi dan pembuangan limbah, dan ini semua terjadi karena suatu bencana.

Menurut United States Geological Survey (USGS) dan The Federal Emergency Management Agency (FEMA) menyebutkan "Setiap $1 belanja publik


(21)

untuk mitigasi dan kesiapsiagaan bencana dapat menyelamatkan $7 dari kerusakan akibat bencana." Dan "Setiap $1 dana publik yang dibelanjakan untuk mitigasi dan kesiapsiagaan bencana akan menyelamatkan dana sebesar $2 untuk emergency response."(http//www.ideajogja.or.id. Diakses tanggal 6 Februari 2010).

Menurut Qanun Kota Banda Aceh tahun 2007, 2008 dan 2009 proporsi anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan penanggulangan bencana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) masih sangat minim untuk beberapa SKPD yang terlibat langsung dalam penanggulangan bencana. Dibawah ini beberapa dinas yang mendapatkan alokasi dana tak terduga untuk penanggulangan bencana seperti, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial dan Kesbang Pol Linmas-PB Kota Banda Aceh seperti Tabel 1.1 sebagai berikut :

Tabel 1.1 Jumlah Anggaran APBD yang di Alokasikan untuk Penanggulangan Bencana Kota Banda Aceh

Tahun Anggaran

Jumlah APBD Alokasi Anggaran Bencana

%

2007 Rp. 532.046.733.984 Rp. 361.534.250 0,068 2008 Rp. 500.040.754.837 Rp. 348.719.800 0,069 2009 Rp. 527.267.525.926 Rp. 275.648.800 0,052

Rata- Rata 0,063

Sumber : DPKAD 2010

Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui dalam tiga tahun terakhir alokasi anggaran tak terduga yang bersumber dari APBD, rata-rata 0,063 %, dana tersebut digunakan untuk program-program penanggulangan bencana. Anggaran ini diperuntukkan bagi dinas-dinas yang mempunyai tupoksi menangani langsung masalah penanggulangan


(22)

bencana di Kota Banda Aceh. Menurut Qanun Nomor 2 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Perangkat Kerja Daerah. Ada beberapa dinas yang mempunyai tupoksi sebagai perencanaan anggaran dan pelaksanaan langsung dalam penanggulangan bencana di Kota Banda Aceh, seperti Bappeda, DPKAD, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan dan Kesbang Pol Linmas-PB.

Hal tersebut sangatlah tidak memadai sesuai yang diamahkan dalam UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, bila dilihat keadaan Kota Banda Aceh merupakan ibu Kota Provinsi dan merupakan Kota terparah pada saat terjadinya bencana Gempa dan Tsunami yang memerlukan penanganan secara komprehensif dalam penanggulangan bencana seperti tahap-tahap pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.

Anggaran merupakan rencana tindakan manajerial untuk mencapai tujuan organisasi. Negara/daerah sebagai suatu entitas sector public juga memanfaatkan anggaran sebagai alat untuk mencapai tujuan. Anggaran pemerintah daerah kita kenal sebagai APBD. APBD sebagai anggaran sektor publik harus mencakup aspek perencanaan, pengendalian, dan akuntabilitas publik. Anggaran daerah pada hakikatnya merupakan perwujudan amanat rakyat kepada eksekutif dan legislatif untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran (Bambang, 2006).

Menurut Abdullah dan Asmara (2006), secara faktual peran legislatif dinilai terlalu dominan dalam perencanaan dan penganggaran khususnya dalam pengesahan anggaran. Dugaan adanya mis-alokasi anggaran mengarah kepada kepentingan pribadi melalui pemanfaatan kekuasaan sebagai legislatif. Sedangkan peran dari


(23)

eksekutif hanya dalam melaksanakan proses perencanaan, namun dalam pengambilan keputusan terhadap program-program dalam perencanaan tidak dilibatkan, meskipun dalam forum penjelasan dan pertanggung jawaban terhadap penyusunan program kegiatan dilibatkan, tetapi mengingat bahwa perencanaan tidak terlepas dari kebijakan politis, maka cenderung argumentasi dari eksekutif diabaikan.

Masalah-masalah yang berkaitan dengan penganggaran seperti partisipasi, kesenjangan anggaran, kinerja dan hal lainnya, telah menjadi fokus banyak peneliti, khususnya dalam domain akuntansi keperilakuan. Penelitian-Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Kenis, (1979); Brownell dan McInnes, (1986); dan Indriantoro (1993). Hal ini juga berkaitan dengan hasil penelitian Bambang (2008), menunjukkan masih kurangnya pengetahuan, sikap dan persepsi eksekutif dan legislatif dalam perencanaan anggaran kesehatan pada APBD.

Memperhatikan berbagai masalah diatas, tampaknya diperlukan persepsi dan kompetensi eksekutif dan legislatif. Eksekutif dan legislatif merupakan lembaga tinggi dalam kerangka realisasi perencanaan anggaran bencana pada APBD Kota Banda Aceh. Sebagai langkah awal dalam membangun komitmen eksekutif dan legislatif maka diperlukan penelitian berkaitan dengan persepsi dan kompetensi eksekutif dan legislatif tentang bencana terhadap perencanaan anggaran bencana pada APBD Kota Banda Aceh.


(24)

1.2. Permasalahan

Pemerintah Kota Banda Aceh belum mengalokasikan dana khusus bencana pada APBD, saat ini anggaran bencana dimasukkan dalam anggaran tak terduga yang masih samar peruntukannya bagi penangganan penggulangan bencana karena masih dipadukan dengan kebutuhan lain, seharusnya pemerintah daerah mengalokasikan dana khusus yang memadai untuk masalah penanggulangan bencana sesuai diamanahkah dalam UU Nomor 24 Tahun 2007, Pasal 8 (d). Hal ini diduga berhubungan dengan pengalaman, proses belajar, motivasi pengetahuan, keterampilan dan sikap dari eksekutif dan legislatif dalam mengadvokasi perencanaan anggaran bencana pada saat forum pengesahan anggaran, dan program-program penanggulangan bencana yang diusulkan.

Berdasarkan hal diatas peneliti dapat merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh persepsi dan kompetensi eksekutif dan legislatif tentang bencana terhadap perencanaan anggaran pada APBD Kota Banda Aceh.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh persepsi (pengalaman, proses belajar, motivasi) dan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap) eksekutif dan legislatif tentang bencana terhadap perencanaan anggaran bencana pada APBD Kota Banda Aceh 2010.


(25)

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh persepsi (pengalaman, proses belajar, motivasi) dan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap) eksekutif dan legislatif tentang bencana terhadap perencanaan anggaran bencana pada APBD Kota Banda Aceh 2010.

Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan landasan pemikiran bagi pemerintah daerah terutama eksekutif dan legislatif dalam membuat kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan perencanaan anggaran bencana pada APBD Kota Banda Aceh.

2. Bagi kalangan akademik, penelitian ini tentunya bermanfaat sebagai kontribusi untuk memperkaya khasanah keilmuan pada umumnya dan pengembangan penelitian sejenis pada masa yang akan datang

3. Bagi peneliti diharapkan dapat menambah wawasan dalam aplikasi keilmuan di bidang Manajemen Kesehatan Bencana terutama berhubungan dengan Perencanaan Anggaran Bencana.


(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Persepsi

Ada beberapa pendapat yang menjelaskan tentang apakah yang dimaksud dengan persepsi itu. Beberapa pendapat tersebut menurut hemat penulis di samping berbeda di dalam penulisannya, namun mempunyai pokok pengertian yang hampir bersamaan. Berikut ini penulis sajikan beberapa pendapat para ahli yang mencoba untuk menjelaskannya, antara lain Winardi (2002), mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses internal yang bermanfaat sebagai fakta dan metode untuk mengorganisasikan stimulus yang mungkin kita hadapi dilingkungan.

Menurut Mar'at dalam Rusmini (2002), persepsi di pengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar, motivasi, dan pengetahuan terhadap objek psikologis. Selanjutnya Rahmat dalam Rusmini (2002), mengemukakan bahwa persepsi juga ditentukan juga oleh faktor fungsional dan struktural. Beberapa faktor fungsional atau faktor yang bersifat personal antara kebutuhan individu, pengalaman, usia, masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan lain-lain yang bersifat subyektif.

Faktor struktural atau faktor dari luar individu antara lain: lingkungan keluarga, hukum-hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam masyarakat. Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terdiri dari faktor-faktor personal dan struktural. Faktor-faktor personal antara lain pengalaman, proses belajar, kebutuhan, motif dan pengetahuan terhadap obyek psikologis. Faktor-faktor struktural meliputi lingkungan


(27)

keadaan sosial, hukum yang berlaku, nilai-nilai dalam masyarakat. Sesuai dengan teori persepsi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, pembentukan persepsi tersebut sangat dipengaruhi oleh pengamatan, pengindraan terhadap proses berpikir yang dapat mewujudkan suatu kenyataan yang diinginkan oleh seseorang terhadap suatu obyek yang diamati. Dengan demikian persepsi merupakan proses transaksi penilaian terhadap suatu obyek, situasi, peristiwa orang lain berdasarkan pengalaman masa lampau, sikap, harapan dan nilai yang ada pada diri individu.

2.1.1. Pengalaman

Menurut Knoers dalam Dwi (2006), pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek.

Menurut Trijoko dalam Dwi (2006), pengalaman kerja adalah pengetahuan atau keterampilan yang telah diketahui dan dikuasai seseorang yang akibat dari perbuatan atau pekerjaan yang telah dilakukan selama beberapa waktu tertentu.

Menurut Taylor dalam Nano (2005), Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin trampil melakukan pekerjaan dan


(28)

semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Handoko dalam Nano (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengalaman kerja karyawan. Beberapa faktor lain mungkin juga berpengaruh dalam kondisi–kondisi tertentu, tetapi adalah tidak mungkin untuk menyatakan secara tepat semua faktor yang dicari dalam diri karyawan potensial. Beberapa faktor tersebut yaitu : 1) Latar belakang pribadi, mencakup pendidikan, kursus, latihan, bekerja. Untuk menunjukkan apa yang telah dilakukan seseorang di waktu yang lalu; 2) Bakat dan minat untuk memperkirakan minat dan kapasitas atau kemampuan seseorang; 3) Sikap dan kebutuhan (attitudes and needs) untuk meramalkan tanggungjawab dan wewenang seseorang; 4) Kemampuan–kemampuan analitis dan manipulatif untuk mempelajari kemampuan penilaian dan penganalisaan; 5) Keterampilan dan kemampuan tehnik, untuk menilai kemampuan dalam pelaksanaan aspek–aspek tehnik pekerjaan.

Menurut Boner dan Walker dalam Nano (2005), peningkatan pengetahuan yang muncul dari penambahan pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang professional. Perencanaan anggaran bencana harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan disini dapat berupa kegiatan-kegiatan seperi seminar, simposium, lokakarya, dan kegiatan penunjang keterampilan lainnya.


(29)

2.1.2. Proses Belajar

Menurut Suharto dalam Hery (2007), belajar adalah suatu proses untuk mempermudah pengetahuan atau pandangan dan keterampilan yang akan menghasilkan suatu kekuatan (tahu, mau dan mampu) pemecahan sesuatu bagi seseorang, menghadapi suatu keadaan tertentu.

Menurut Gagne dalam Hery (2007), belajar merupakan kegiatan yang kompleks setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas yaitu dari stimulus yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif eksekutif dan legislatif. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.

Sedangkan menurut Winkel dalam Darsono (2000), belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Belajar berlangsung melalui 4 fase atau tahap yaitu pertama individu memperoleh pengalaman langsung yang konkrit. Karena ia mengembangkan observasinya dan memikirkan atau merefleksikannya. Fase yang ketiga yaitu membentuknya generalisasi dan abstraksi. Fase keempat implikasi yang diambilnya dari konsep-konsep itu dijadikan sebagai pegangan dalam menghadapi pengalaman-pengalaman baru (Nasution, 2000)


(30)

2.1.3. Motivasi

Kata motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Motif merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah-laku, dan di dalam perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu.

Menurut Poerwanto dalam Femi (2009), motivasi adalah usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku sesorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu yang mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Menurut Manullang dalam Hery (2007), motivasi berarti sesuatu hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Jadi motivasi dapat pula diartikan faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu.

Menurut Sarwoto dalam Sondang (200, motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan proses pemberian dorongan bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi secara efisien.

2.2. Pengertian Kompetensi

Kompetensi didefinisikan sebagai gambaran tentang apa yang harus dilakukan seseorang agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik (Miller, Ranking dan Neathey, 2001). Kompetensi dimaknai pula sebagai pengetahuan, keterampilan, dan


(31)

nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir, dan bertindak (Parulian, 2008)

Menurut Boyatzis dalam Parulian (2008), kompetensi didefinisikan sebagai kapasitas yang ada pada seseorang yang bisa membuat orang tersebut mampu memenuhi apa yang disyaratkan oleh pekerjaan dalam suatu organisasi sehingga organisasi tersebut mampu mencapai hasil yang diharapkan.

Menurut Standar Nasional Kompetensi adalah apa yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk kinerja yang efektif dalam melaksanakan pekerjaan atau tugas organisasi, dimana secara umum merupakan : a) Sikap, keterampilan dan pengetahuan. b) Sikap, keterampilan dan pengetahuan pribadi yang merupakan apa yang dibawa orang untuk bekerja, meliputi kualitas pribadi, keterampilan dan pengetahuan, sikap, pengalaman, tanggungjawab, dan pertanggungan jawab.

2.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).


(32)

Pengetahuan tercakup dalam 6 domain atau ranah kognitif yang terdiri dari 6 tingkatan sebagai berikut :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu ”tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rencah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehentio)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.


(33)

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluatio)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 2.2.2. Keterampilan

Keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan kedalam bentuk tindakan. Keterampilan seseorang karyawan atau pekerja diperoleh melalui pendidikan dan latihan (Natoatmodjo, 2003)

Menurut Justine (2006), pelatihan memberikan pegawai baru atau yang ada sekarang ketarampilan yang mereka butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan. Ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan adanya pendidikan dan pelatihan yakni: 1) membantu individu untuk dapat membuat keputusan pemecahan masalah secara lebih baik; 2) internalisasi dan operasionalisasi motivasi kerja, prestasi, dan


(34)

tanggungjawab kemajuan; 3) mempertinggi rasa percaya diri pengembangan diri; 4) membantu untuk mengurangi rasa takut dalam menghadapi tugas-tugas baru.

Menurut Natoatmodjo (2003), ada beberapa tindakan keterampilan yaitu: 1) persepsi (perseption) adalah mengenal atau memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil; 2) respon terpimpin (guided respons) adalah

melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar atau sesuai dengan contoh; 3) mekanisme (mechanism) adalah seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan

benar secara otomatis atau sesuai dengan kebiasaan; 4) adaptasi (adaptation) adalah suatu praktek yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.2.3. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.

Menurut Gibson (1995) dalam Natoatmodjo (2003), sikap merupakan faktor penentu perilaku. Sikap menggambarkan suka tidak sukanya seseorang terhadap objek. Sikap diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Artinya sikap eksekutif dan legislatif dalam melakukan perencanaan anggaran bencana tidak serta merta hadir, tetapi dilandasi oleh faktor lain yaitu pengetahuan, dan pengalaman sebelumnya.


(35)

Menurut Rahmat dalam Gultom (2008), menyimpulkan beberapa hal tentang Sikap (Attitude) yaitu: 1) Kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai; 2) Mendorong dan memotivasi pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan sesuatu apa-apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan, mengenyampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus

dihindari; 3) Cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan; 4) mengandung nilai menyenangkan dan tidak menyenangkan; 5) Sikap timbul dari

pengalaman yaitu tidak dibawa sejak lahir tapi merupakan hasil belajar.

Menurut Natoatmodjo (2003), ada 4 tindakan sikap atau (attitude) yaitu: 1) menerima (receiving) adalah seseorang mau dan memperhatikan stimulus atau objek yang diberikan; 2) merespon (responding) adalah memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan; 3) menghargai (valuing) adalah mengajak untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah; 4) bertanggung jawab (responsible) adalah bertanggung jawab atas segala yang telah dipilih dengan segala risiko.

2.3. Pengertian Perencanaan Anggaran

Perencanaan merupakan suatu aktivitas yang bertujuan dan dinamis yang berkenaan dengan pencapaian tujuan yang diinginkan. Dalam definisi lain Perencanaan dijelaskan sebagai suatu proses menentukan sasaran yang ingin dicapai, tindakan yang seharusnya dilaksanakan, bentuk organisasi yang tepat untuk


(36)

mencapainya dan SDM yang bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan (Nurlan, 2008)

Menurut Branch dalam Robin (2002), perencanaan (merencanakan) merupakan proses mengarahkan kegiatan manusia dan sumber daya alam dengan berorientasi ke masa depan. Kapasitas sumber daya alam bersifat terbatas sedangkan populasi semakin meningkat maka pemanfaatan hendaknya bersifat tepat guna dan tepat sasaran.

Pengertian perencanaan selanjutnya dikemukan Alexander dalam Robin (2002), perencanaan adalah suatu kegiatan masyarakat dan organisasi untuk mengembangkan strategi yang optimal terkait tindakan masa depan untuk mencapai seperangkat tujuan yang diinginkan, guna mengatasi permasalahan yang nyata dalam kontek yang komplek dan di dukung oleh kewenangan dan keinginan untuk mengalokasikan sumber daya serta bertindak sesuai yang diperlukan untuk melaksanakan strategi-strategi yang sudah ditetapkan

Menurut Wijono (2000), perencanaan adalah proses rumusan misi, rumusan masalah, rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, rumusan kegiatan, asumsi perencanaan, strategi pendekatan, kelompok sasaran, waktu, biaya, serta metode penilain dan kriteria keberhasilan. Proses perencanaan adalah menetapkan prioritas masalah dan menetapkan prioritas jalan keluar

Menurut Bryson (2005), langkah-langkah perencanaan anggaran adalah identifikasi mandat organisai, memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi, penilaian terhadap lingkungan eksternal, penilaian lingkungan internal, identifikasi isu-isu


(37)

strategis yan dihadapi, merumuskan strategi untuk mengelola isu dan penetapan visi organisasi yang efektif dan efesien.

Selanjutnya Koontz dan O’Donnel dalam Robbin (2002), perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang berkaitan dengan pemilihan satu diantara berbagai alternatif untuk mencapai tujuan, melaksanakan kebijaksanaan, prosedur program. Macam perencanaan dibedakan menurut jangka waktu berlakunya rencana (perencanaan jangka panjang, menengah dan pendek), frekuensi penggunaan (perencanaan induk, operasional dan harian), filosofi perencanaan (perencanaan memuaskan, optimal dan adaptasi), waktu (perencanaan yang berorientasi masa lalu-kini dan masa depan, serta menurut ruang lingkup (perencanaan strategik, taktis, menyeluruh dan perencanaan terpadu).

2.4. Langkah-Langkah Perencanaan Anggaran Bencana

Menurut Stoner (2002), ada 4 langkah proses perencanaan anggaran sebagai berikut :

1. Tetapkan sasaran atau perangkat tujuan. Perencanaan diawali dengan keputusan mengenai apa yang diinginkan atau dibutuhkan oleh sebuah organisasi.

2. Tentukan situasi sekarang. Berapa jauhkah organisasi dari tujuannya, sumber daya apa yang tersedia. Setelah keadaan terakhir dianalisis, rencana dapat disusun untuk membuat peta kemajuan selanjutnya. Jalur komunikasi yang


(38)

terbuka di dalam organisasi akan memberikan informasi tentang data keuangan dan data statistik

3. Identifikasi pendukung dan penghambat tujuan. Faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang dapat membantu organisasi untuk mencapai tujuan 4. Kembangkan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai tujuan.

Langkah terakhir dalam proses perencanaan adalah pengembangan berbagai alternatif cara bertindak untuk mencapai tujuan yang diinginkan, mengevaluasi alternatif-alternatif yang paling sesuai.

2.5. Proses Perencanaan Anggaran Bencana

Perencanaan anggaran daerah secara keseluruhan yang mencakup penyusunan Kebijakan Umum APBD sampai dengan disusunnya Rancangan APBD terdiri dari beberapa tahapan proses perencanaan anggaran daerah. Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 32 serta 33 Tahun 2004, tahapan proses perencanaan anggaran daerah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pemerintah daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya sebagai landasan penyusunan rancangan APBD paling lambat pada pertengahan bulan Juni tahun berjalan. Kebijakan umum APBD tersebut berpedoman pada RKPD (Rencana Kerja Pembangunan Daerah). Proses penyusunan RKPD tersebut dilakukan antara lain dengan melaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) yang selain diikuti oleh unsur-unsur pemerintahan juga mengikutsertakan dan atau menyerap


(39)

aspirasi masyarakat terkait, antara lain asosiasi profesi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat (LSM), pemuka adat, pemuka agama, dan kalangan dunia usaha.

2. DPRD kemudian membahas kebijakan umum APBD yang disampaikan oleh pemerintah daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.

3. Berdasarkan Kebijakan Umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD, pemerintah daerah bersama DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap SKPD.

4. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun RKA-SKPD tahun berikutnya dengan mengacu pada prioritas dan plafon anggaran sementara yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah bersama DPRD.

5. RKA-SKPD tersebut kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD.

6. Hasil pembahasan RKA-SKPD disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah sebagai bahan penyusunan rancangan perda tentang APBD tahun berikutnya.

7. Pemerintah daerah mengajukan rancangan perda tentang APBD disertai dengan penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama bulan Oktober tahun sebelumnya.


(40)

8. Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai rancangan perda tentang APBD dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.

Namun bila diterjemahkan kedalam langkah-langkah proses perencanaan anggaran daerah tahunan yang berlaku adalah seperti dijelaskan pada Gambar 2.1 di bawah ini :

Sumber : Sistem Perencanaan dan Penganggaran pemerintah Daerah di Indonesia (Bastian, 2006)

Gambar 2.1. Proses Perencanaan Penganggaran Tahunan. Finalisasi

Anggaran APBD MusbangCam

Musbangdes

Keputusan DPRD Pengecekan Prioritas & Pagu

Forum SKPD

Musrenbang Kabupaten

RPJMDes

Rencana Kerja Awal Tahunan Pemda

RPJM Sektor RPJMD

Pagu & Strategis Jangka Menengah

Pagu &Strategi Jangka Menengah


(41)

2.6. Jadwal Kegiatan Perencanaan Anggaran Daerah

Adapun jadwal kegiatan perencanaan anggaran daerah untuk tahun berikutnya seperti tergambar pada Tabel 2.1 sebagai berikut :

Tabel 2.1 Jadwal Kegiatan Perencanaan Anggaran

No Jenis Kegiatan Waktu

1. Persiapan dan Pelaksanaan Musrenbangda Tahunan dalam Rangka Penyusunan RKPD

Januari s/d Maret 2. Penyusunan Kebijakan Umum APBD Periode

Maret s/d medio Juni 3. Penyampaian Kebijakan Umum APBD kepada

DPRD Medio Juni

4. Pembahasan Kebijakan Umum APBD, PPAS dengan DPRD untuk tahun anggaran berikutnya 5. Penyusunan RKA SKPD

6. Pembahasan RKA SKPD dengan DPRD

7. Penyampaian dan Evaluasi RKA SKPD oleh Tim Anggaran Eksekutif Daerah

8. Penyusunan Raperda APBD dan Raper KDH tentang Penjabaran APBD dan Dok. Pendukung 9. Penyebarluasan Raperda tentang APBD kepada

masyarakat

Periode

Medio Juni s/d Minggu I Oktober

10. Pengajuan Raperda tentang APBD kepada DPRD disertai Penjelasan dan Dokumen Pendukung

Minggu I Oktober 11. Pembahasan Raperda APBD dan persetujuan

bersama DPRD

12. Penyusunan Raper KDH tentang Penjabaran APBD dan Rancangan DPA SKPD

Mg I – IV November

13. Penyampaian Raperda APBD dan Raper KDH

tenang Penjabaran APBD untuk dievaluasi (3 hari) 14. Evaluasi Raperda APBD dan Raper KDH tentang

Penjabaran APBD 15 hari)

15. Penyempurnaan hasil evaluasi (7 hari)

16. Pengesahan Raperda APBD Minggu IV Desember Sumber : Sistem perencanaan dan penganggaran pemerintah Daerah di Indonesia


(42)

2.7. Landasan Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka dapat disimpulkan beberapa konsep yang dapat dijadikan sebagai landasan teori dalam penelitian ini yaitu :

Menurut Thoha (1999), mengemukakan bahwa proses pembentukan persepsi antara satu individu dengan individu yang lain berbeda-beda. Pembentukan persepsi tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhi, baik internal seperti pengalaman, keinginan, proses belajar, pengetahuan, motivasi, pendidikan, maupun faktor eksternal seperti : lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, faktor sosial budaya lingkungan fisik dan hayati dimana seseorang bertempat tinggal.

Kompetensi didefinisiskan sebagai gambaran tentang yang harus diketahui atau dilakukan seseorang agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik (Miller, Rangkin dan Neathey, 2001). Kompetensi dapat pula dimaksudkan sebagai kemampuan melaksanakan tugas yang diperoleh melalui pendidikan dan atau latihan (Parulian, 2008).

Menurut Roe dalam Parulian ( 2008), Competency is defined as the ability to adequately perform a task, duty or role. Competence integrates knowledge, skill,

personal values and attitudes. Competence builds on knowledge and skills and is

acquired through work experience and learning by doing

Menurut Salim (2007), langkah-langkah perencanaan dilakukan sebagai berikut: (1) Menentukan tujuan dan sasaran yang menyertakan seluruh warga; (2) Mengetahui fakta-fakta tentang kondisi yang ada serta memperkirakan apa yang terjadi; (3) Mengkaji pilihan pilihan tindakan yang dapat dilakukan dengan


(43)

mengingat potensi dan hambatan yang ada; (4) Menentukan pilihan-pilihan yang terbaik berdasarkan pertimbangan normatif maupun teknis: (5) Mengusulkan rangkaian kebijakan dan tindakan yang perlu diambil; (6) Melakukan sosialisasi, penegakan, pemberian insentif dsb. Serta membantu pelaksanaan secara sistematik dan teratur

Berdasarkan landasan teori penelitian tentang persepsi dan kompetensi tersebut diarahkan kepada persepsi dan kompetensi eksekutif dan legislatif dalam membuat perencanaan anggaran bencana sampai pada finalisasi anggaran. Secara skematis persepsi dan kompetensi eksekutif dan legislatif tentang bencana terhadap perencanaan anggaran bencana dapat digambarkan seperti Gambar 2.2

2.8. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teori, dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Persepsi

1. Pengalaman 2. Proses Belajar 3. Motivasi

Perencanaan

Anggaran

Bencana

Kompetensi 1. Pengetahuan 2. Keterampilan 3. Sikap


(44)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk survei dengan menggunakan pendekatan explanatory research yaitu penelitian yang menjelasan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun, 1996). Explanatory research untuk menganalisis pengaruh antara variabel independen yaitu pengaruh persepsi (pengalaman, proses belajar, motivasi) dan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap) serta variabel dependen yaitu perencanaan anggaran bencana pada APBD Kota Banda Aceh .

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Banda Aceh dengan pertimbangan Kota Banda Aceh merupakan salah satu Kota yang terletak di pusat Kota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan merupakan Kota yang terparah dampak bencana Gempa dan Tsunami, yang membutuhkan perencanaan anggaran yang baik.

Penelitian ini membutuhkan waktu selama 6 bulan terhitung bulan Januari sampai dengan Juni 2010.


(45)

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh eksekutif dan legislatif yang bekerja pada wilayah Kota Banda Aceh, terlibat langsung dalam perencanaan anggaran bencana. Sesuai dengan Qanun Nomor 2 Tahun 2008, dinas-dinas yang terlibat langsung dalam perencanaan anggaran yaitu : Bappeda, DPKAD, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Kesbang Pol Linmas-PB dan DPRK terutama Komisi C Kota Banda Aceh yang mempunyai tupoksi dan job description yaitu melakukan perencanaan anggaran bencana berjumlah 50 orang.

Berdasarkan hal diatas didapat jumlah populasi penelitian sebanyak 50 orang. Mengingat jumlah populasi yang relatif sedikit, penulis menjadikan seluruh populasi menjadi sampel dalam penelitian atau yang disebut total sampling.

Tabel 3.1. Perbandingan Jumlah Sampel Eksekuti dan Legislatif di Kota Banda Aceh Tahun 2010

No Eksekutif dan Legislatif Jumlah Sampel

A Eksekutif

1 Bappeda 7

2 DPKAD 7

3 Dinas Kesehatan 7

4 Dinas Sosial 5

5 Kesbang Pol Linmas-PB 12

B Legislatif (DPRK)

1 Komisi C 12


(46)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yang menggunakan daftar pertanyaan (questionaire).

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui dokumen-dokumen tertulis (profil) yang ada pada dinas-dinas yang terlibat langsung dalam perencanaan anggaran bencana seperti Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Kesbang Pol Linmas-PB, Kantor Walikota, Bappeda, Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) serta dokumen DPRK Kota Banda Aceh.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari persepsi (pengalaman, proses belajar, motivasi) dan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap). Sedangkan variabel terikat adalah perencanaan anggaran bencana.

3.5.1. Variabel Independen (X)

1. Persepsi adalah merupakan proses yang aktif dimana yang memegang peranan bukan hanya stimulus yang mengalaminya, tetapi juga keseluruhan pengalaman-pengalamannya, memotifasinya dan proses belajar yang relevan terhadap stimulus tersebut dengan indikator sebagai berikut :


(47)

a. Pengalaman adalah pengetahuan atau keterampilan serta kebiasaan (belajar) seseorang tentang proses perencanaan anggaran bencana, pengambilan keputusan sampai finalisasi anggaran bencana oleh eksekutif dan legislatif b. Proses belajar adalah pengetahuan atau pandangan dan keterampilan yang

menghasilkan solusi bagi seseorang menghadapi keadaan tertentu dalam membuat proses perencanaan anggaran bencana, pengambilan keputusan sampai finalisasi anggaran bencana oleh eksekutif dan legislatif

a. Motivasi adalah dorongan jiwa menggerakkan manusia untuk bertingkah laku, membuat proses perencanaan anggaran bencana, pengambilan keputusan sampai finalisasi anggaran bencana oleh eksekutif dan legislatif

2. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki seseorang dalam menjalankan tugasnya sebagai perencanaan anggaran bencana dengan indikator sebagai berikut :

a. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu tentang perencanaan anggaran, pengambilan keputusan sampai finalisasi anggaran bencana oleh eksekutif dan legislatif

b. Sikap adalah suatu bentuk perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung dalam perencanaan anggaran, pengambilan keputusan sampai finalisasi anggaran bencana. oleh eksekutif dan legislatif


(48)

c. Keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan kedalam bentuk tindakan dalam perencanaan anggaran, pengambilan keputusan sampai finalisasi anggaran.oleh eksekutif dan legislatif

3.5.2. Variabel Dependen (Y)

Perencanaan Anggaran bencana adalah menentukan tujuan dan sasaran menyertakan seluruh warga, mengetahui fakta-fakta tentang kondisi yang ada serta memperkirakan apa yang terjadi, mengkaji pilihan-pilihan tindakan yang dapat dilakukan dengan mengingat potensi dan hambatan yang ada, menentukan pilihan-pilihan yang terbaik berdasarkan pertimbangan normatif maupun teknis, mengusulkan rangkaian kebijakan dan tindakan yang perlu diambil, melakukan sosialisasi, penegakan, pemberian insentif serta membantu pelaksanaan perencanaan anggaran secara sistematik dan teratur.

3.6. Metode Pengukuran

3.6.1. Aspek pengukuran variabel bebas (Independen)

Variabel bebas yaitu persepsi (pengalaman, proses belajar, motivasi) dan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap) eksekutif dan legislatif tentang bencana yang menggunakan pengukuran skala likert dengan kategori jawaban yaitu : Sangat Baik (bobot nilai 5), Baik (bobot nilai 4), Cukup Baik (bobot nilai 3), Kurang Baik (bobot nilai 2) dan Sangat Tidak Baik (bobot nilai 1) sebagai berikut :


(49)

1. Pengalaman tentang bencana terhadap perencanaan anggaran bencana 1) Sangat Baik apabila skor yang diperoleh : 63–75 dari total skor

2) Baik apabila skor yang diperoleh : 50–62 dari total skor

3) Cukup Baik apabila skor yang diperoleh : 37–49 dari total skor 4) Kurang Baik apabila skor yang diperoleh : 24-36 dari total skor

5) Sangat Tidak Baik apabila skor yang diperoleh : 11–23 dari total skor 2. Proses belajar tentang bencana terhadap perencanaan anggaran bencana

1) Sangat Baik apabila skor yang diperoleh : 55–65 dari total skor 2) Baik apabila skor yang diperoleh : 44–54 dari total skor

3) Cukup Baik apabila skor yang diperoleh : 33–43 dari total skor 4) Kurang Baik apabila skor yang diperoleh : 22-32 dari total skor 5) Sangat Tidak Baik apabila skor yang diperoleh : 11–21 dari total skor 3. Motivasi tentang bencana terhadap perencanaan anggaran bencana

1) Sangat Baik apabila skor yang diperoleh : 38–45 dari total skor 2) Baik apabila skor yang diperoleh : 30–37 dari total skor

3) Cukup Baik apabila skor yang diperoleh : 22–29 dari total skor 4) Kurang Baik apabila skor yang diperoleh : 14-21 dari total skor 5) Sangat Tidak Baik apablia skor yang diperoleh : 6–13 dari total skor 4. Pengetahuan tentang bencana terhadap perencanaan anggaran bencana

1) Sangat Baik apabila skor yang diperoleh : 55–65 dari total skor 2) Baik apabila skor yang diperoleh : 44–54 dari total skor


(50)

4) Kurang Baik apabila skor yang diperoleh : 22-32 dari total skor 5) Sangat Tidak Baik apabila skor yang diperoleh : 11–21 dari total skor 5. Keterampilan tentang bencana terhadap perencanaan anggaran bencana

1) Sangat Baik apabila skor yang diperoleh : 38–45 dari total skor 2) Baik apabila skor yang diperoleh : 30–37 dari total skor

3) Cukup Baik apabila skor yang diperoleh : 22–29 dari total skor 4) Tidak Baik apabila skor yang diperoleh : 14-21 dari total skor 5) Sangat Tidak Baik apabila skor yang diperoleh: 6–13 dari total skor 6. Sikap tentang bencana terhadap perencanaan anggaran bencana

1) Sangat Baik apabila skor yang diperoleh : 55–65 dari total skor 2) Baik apabila skor yang diperoleh : 44–54 dari total skor

3) Cukup Baik apabila skor yang diperoleh : 33–43 dari total skor 4) Tidak Baik apabila skor yang diperoleh : 22-32 dari total skor 5) Kurang Baik apabila skor yang diperoleh : 11–21 dari total skor 3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen)

Variabel terikat yaitu perencanaan anggaran bencana yaitu : Menentukan tujuan dan sasaran yang menyertakan seluruh warga, mengetahui fakta-fakta tentang kondisi yang ada serta memperkirakan apa yang terjadi, mengkaji pilihan-pilihan tindakan yang dapat dilakukan dengan mengingat potensi dan hambatan yang ada, menentukan pilihan-pilihan yang terbaik berdasarkan pertimbangan normatif maupun teknis, mengusulkan rangkaian kebijakan dan tindakan yang perlu diambil, melakukan sosialisasi, penegakan, pemberian insentif serta membantu pelaksanaan


(51)

perencanaan anggaran secara sistematik dan tertatur dengan menggunakan pengukuran skala likert dengan kategori jawaban yaitu : Sangat Baik (bobot nilai 5), Baik (bobot nilai 4) Cukup Baik (bobot nilai 3), Tidak Baik (bobot nilai 2) dan Sangat Tidak baik (bobot nilai 1) sebagai berikut :

1. Perencanaan Anggaran Bencana

1) Sangat Baik apabila skor yang diperoleh : 51–60 dari total skor 2) Baik apabila skor yang diperoleh : 41–50 dari total skor

3) Cukup Baik apabila skor yang diperoleh : 31–40 dari total skor 4) Tidak Baik apabila skor yang diperoleh : 21-30 dari total skor


(52)

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Data Responden

No Variabel Definisi Kategori Alat Ukur Skala Ukur 1. Data

Responden

Ciri-ciri responden yang dilihat dari umur, pendidkan, masa kerja, Jabatan dan Unit Kerja

- - -

a. Umur Usia responden yang dihitung dalam tahun dari tanggal lahir sampai penelitian dilakukan

a. 20-25 tahun b. 26-30 tahun c. 31-35 tahun d. 36-40 tahun e. > 40 tahun

Kuesioner Interval

b. Pendidikan Jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti oleh responden

a. SLTA b. D-III c. S1 d. S2

Ordinal

c. Masa Kerja Lama responden dalam melakukan pekerjaan

a. 1-5 tahun b. 6-10 tahun c. 11-15 tahun d. 16-20 tahun e. 21-25 tahun f. 26-30 tahun g. 31-35 tahun

Kuesioner Interval

d. Jabatan Sekumpulan tanggung jawab/tugas yang sedang di jalankan

a. Kepala b. Kabid c. Kasub d. Staf

Kuesioner Ordinal

e. Unit Kerja Tempat responden bekerja

a. PNS b. Swasta

Kuesioner


(53)

Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)

No Nama Variabel Jumlah Indikator Bobot Nilai Variabel Seluruh Indikator

Kategori Alat Ukur

Skala Ukur

A. Persepsi

1. Pengalaman 15 63-75

50-62 37-49 24-36 11-23 Sangat Baik Baik Cukup Baik Tidak Baik Sangat Tdk Baik

Wawancara/ Kuesioner

Interval

2. Proses Belajar 13 55-65 44-54 33-43 22-32 11-22 Sangat Baik Baik Cukup Baik Tidak Baik Sangat Tdk Baik

Wawancara/ Kuesioner

Interval

3. Motivasi 9 38-45

30-37 22-29 14-21 6-13 Sangat Baik Baik Cukup Baik Tidak Baik Sangat Tdk Baik

Wawancara/ Kuesioner

Interval

B. Kompetensi

1. Pengetahuan 13 55-65 44-54 33-43 22-32 11-22 Sangat Baik Baik Cukup Baik Tidak Baik Sangat Tdk Baik

Wawancara/ Kuesioner

Interval

2. Keterampilan 9 38-45 30-37 22-29 14-21 6-13 Sangat Baik Baik Cukup Baik Tidak Baik Sangat Tdk Baik

Wawancara/ Kuesioner

Interval

3. Sikap 13 55-65

44-54 33-43 22-32 11-21 Sangat Baik Baik Cukup Baik Tidak Baik Sangat Tdk Baik


(54)

Tabel 3.4. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen) Bobot

Nilai Variabel

Seluruh No Nama

Variabel

Jumlah Indikator

Indikator

Kategori Alat Ukur

Skala Ukur

1. Perencanaan Anggaran Bencana

12 51-60 41-50 31-40 21-30 11-20 Sangat Baik Baik Cukup Baik Tidak Baik Sangat Tdk Baik

Wawancar/ Kuesioner

Interval

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas 3.7.1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Untuk mengetahui valid atau tidaknya dilakukan uji coba. Sugiono (2006), mengatakan bahwa instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur harus mengukur apa yang harus diukur.

Uji validitas instrumen dilakukan di Kota Banda Aceh pada dinas-dinas yang terlibat langsung dengan perencanaan anggaran bencana yang jumlah responden sebanyak 20 orang. Uji validitas dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment : (Hidayat, 2007)


(55)

R

hitung =

( )( )

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

Y Y X X Y X XY ∑ − ∑ Ν ∑ − ∑ Ν ∑ ∑ − ∑ Ν Keterangan:

X : Skor dari butir instrumen Y : Skor total dari butir instrumen ΣX : Jumlah skor dari butir instrumen ΣY : Jumlah skor total dari butir instrumen

ΣXY : Jumlah produk dari skor butir dan skor total dari instrumen ΣX² : Jumlah dari kuadrat skor butir instrumen

ΣY² : Jumlah dari kuadrat skor total butir instrumen

Ketentuan dari uji validitas dengan korelasi Product Moment adalah bila r-hitung > r-tabel maka dinyatakan valid, dan bila r-hitung < r-tabel maka butir soal dinyatakan tidak valid. Berdasarkan hasil perhitungan validitas instrumen menunjukkan bahwa seluruh butir soal dinyatakan valid dengan menggunakan rumus (df = n-2) atau df = 20-2 =18. Pada tingkat kemaknaan 5%, didapat angka r-tabel = 0,444 (data terlampir)

3.7.2. Uji Reliabilitas

Setelah semua dinyatakan valid, analisis dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Pernyataan dikatakan reliable jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas alat ukur menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan bila r-hitung > 0,600 maka dinyatakan reliable, dan bila r-hitung < 0,600 maka butir dinyatakan tidak reliabel.


(56)

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap semua butir pertanyaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Indikator pengalaman dengan 15 item pernyataan dengan nilai koefesien korelasi p=<0,5 dengan nilai Cronbach’s Alpha = 0,932>0,600, artinya item pernyataan untuk pengalaman dinyatakan reliabel untuk dilanjutkan wawancara kepada responden.

b. Indikator proses belajar dengan 13 item pernyataan dengan nilai koefesien korelasi p=<0,5 dengan nilai Cronbach’s Alpha =0,938>0,600, artinya item pernyataan untuk proses belajar dinyatakan reliabel untuk dilanjutkan wawancara kepada responden.

c. Indikator motivasi dengan 9 item pernyataan dengan nilai koefesien korelasi p=<0,5 dengan nilai Cronbach’s Alpha = 0,818>0,600, artinya item pernyataan untuk motivasi dinyatakan reliabel untuk dilanjutkan wawancara kepada responden.

d. Indikator pengetahuan dengan 13 item pernyataan dengan nilai koefesien korelasi p=<0,5 dengan nilai Cronbach’s Alpha =0,946>0,600, artinya item pernyataan untuk pengetahuan dinyatakan reliabel untuk dilanjutkan wawancara kepada responden.

e. Indikator keterampilan dengan 9 item pernyataan dengan nilai koefesien korelasi p=<0,5 dengan nilai Cronbach’s Alpha = 0,868>0,600, artinya item pernyataan untuk keterampilan dinyatakan reliabel untuk dilanjutkan wawancara kepada responden.


(57)

f. Indikator sikap dengan 13 item pernyataan dengan nilai koefesien korelasi p=<0,5 dengan nilai Cronbach’s Alpha = 0,926>0,600, artinya item pernyataan untuk sikap dinyatakan reliabel untuk dilanjutkan wawancara kepada responden.

g. Variabel perencanaan anggaran bencana dengan 12 item pernyataan dengan nilai koefesien korelasi p=<0,5 dengan nilai Cronbach’s Alpha =0,932>0,600, artinya item pertanyaan untuk perencanaan anggaran bencana dinyatakan reliabel untuk dilanjutkan wawancara kepada responden.

3.8. Metode Analisis Data 3.8.2. Model Analisis Regresi

Model analisis data yang digunakan untuk menjawab hipotesis adalah model regresi linear berganda dengan formulasi sebagai berikut :

Y = a + b

1

X

1.1

+ b

2

X

1.2

+ b

3

X

1

.

3

+ b

4

X

2

.

1….

b

k

X

k

...+ e

Dimana :

Y = Perencanaan Anggaran Bencana x1.1 = Pengalaman

x1.2 = Proses Belajar x1.3 = Motivasi x2.1 = Pengetahuan x2.2 = Keterampilan x2.3 = Sikap

a = Konstanta

b1, b2, b3, b4 = Koefesien Regresi e = Term of error


(58)

3.8.3. Pengujian Hipotesis Pertama

Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen diuji dengan tingkat kepercayaan CI (confidence interval) 95% atau ά = 5%.

Kriteria pengujian hipotesis secara serempak (simultan) sebagai berikut:

a. Ho : b1, b2, b3, b4 = 0 Persepsi (pengalaman, proses belajar, motivasi) dan Kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap) secara serempak tidak berpengaruh terhadap peencanaan anggaran bencana pada APBD Kota Banda Aceh.

b. Hi : b1, b2, b3, b4 ≠ 0 Persepsi (pengalaman, proses belajar, motivasi) dan Kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap) secara serempak berpengaruh terhadap perencanaan anggaran bencana pada APBD Kota Banda Aceh

Penelitian dalam menguji apakah hipotesis pertama secara serempak diterima atau ditolak digunakan uji statistik F (F test). Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima

dan Hi ditolak, dan jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima. Rumus

yang digunakan untuk uji F (F test) adalah sebagai berikut :

F =

Error Square Mean

gression Square

Mean Re

Kriteria pengujian hipotesis secara parsial adalah sebagai berikut :

a. Ho : b1 = 0 Persepsi (pengalaman, proses belajar, motivasi) dan Kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap) secara parsial tidak berpengaruh terhadap perencanaan anggaran bencana pada APBD Kota Banda Aceh


(59)

b. H1 : b1 ≠ 0 Persepsi (pengalaman, proses belajar, motivasi) dan Kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap) secara parsial berpengaruh terhadap perencanaan anggaran bencana pada APBD Kota Banda Aceh

Penelitian untuk hipotesis kedua secara parsial diterima atau ditolak digunakan uji statistik t (t test). Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak,

dan jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima.

Penelitian untuk hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan uji statistik t (uji dua sisi). Rumus yang digunakan untuk uji (t test) adalah sebagai berikut :

t = Sbi

bi

Dimana :

bi = Nilai koefisien variabel independen ( Xi) Sbi = Standard error dari variabel independen (Xi)

Pengujian hipotesis pertama secara serempak maupun parsial dilakukan dengan menggunakan Sofware pengolahan data Statistical Pagkage for Social Sciences (SPSS) version 15.

3.9. Pengujian Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk memastikan alat uji statistik regresi linier berganda dapat digunakan atau tidak. Ada bebrapa uji asumsi yang harus dilakukan terhadap suatu model regresi tersebut yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas.


(60)

3.9.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji model regresi, variabel bebas dan variabel terikat yang memiliki data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan menggunakan analisis grafik (normal P-P plot dan analisis statistik analisis Z skor skewness dan kurtosis) one sample Kolmogorov-Smirnov Test (Ghozali, 2005).

1. Analisis Grafik

Analisa grafik adalah untuk melihat normalitas residual dilakukan dengan melihat normal probability plot dengan membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residua normal, maka garis yang mengambarkan data yang sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

2. Analisis Statistik

Uji normalitas dengan analisis statistik dilakukan untuk memastikan hasil uji analisa grafik. Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal. Salah satu uji yang digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).


(61)

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen.

Menurut Ghozali (2005), menyebutkan jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF), jika nilai tolerance <0,1 atau nilai VIF>10, artinya tidak terdapat multikolinieritas.

3.9.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, disebut homoskedastisitas dan jika terjadi perbedaan disebut heteroskedastisitas.

Gejala heteroskedastisitas dapat diuji dengan menggunakan uji Glejser yaitu dengan meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen. Heteroskedastisitas dengan uji Glejser tidak terjadi apabila tidak satupun variabel independen signifikan secara statistik memengaruhi variabel dependen nilai absolut Ut (AbsUt) (Ghozali, 2005).


(62)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Kondisi Geografis

Kota Banda Aceh merupakan kota yang terletak di Ibukota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Letak geografis Kota Banda Aceh antara 05030’ – 05035’ LU dan 95030’ – 99016’ BT. Tinggi rata-rata 0,80 meter di atas permukaan laut, dengan luas wilayah 61,36 km², berhadapan dengan Selat Malaka merupakan potensi besar sebagai sumber daya alam baik Flaura-fauna, Pariwisata, Pelabuhan Penyeberangan dan perikanan untuk peningkatan Perekonomian masyarakat Kota Banda Aceh yang dulu bernama Kutaraja.

Kota Banda Aceh terdiri dari 9 kecamatan, 17 mukim, 70 desa, dan 20 kelurahan. Kecamatan di Kota Banda Aceh yaitu Meuraxa, Jaya Baru, Banda Raya, Baiturrahman, Lueng Bata, Kuta Alam, Kuta Raja, Syiah Kuala dan Ulee Kareng. Secara administrasi berbatasan dengan wilayah sebelah Utara berbatasan Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan Kecamatan Darul Imarah dan Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar dan sebelah Barat berbatasan Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar, sebelah Timur berbatasan Kecamatan Barona Jaya dan Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar. Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.1 tentang batas administratif Kota Banda Aceh sebagai berikut :


(1)

Sig. (2-tailed) .000

N 20

f9 Pearson Correlation .821(**)

Sig. (2-tailed) .000

N 20

f10 Pearson Correlation .741(**)

Sig. (2-tailed) .000

N 20

f11 Pearson Correlation .797(**)

Sig. (2-tailed) .000

N 20

f12 Pearson Correlation .751(**)

Sig. (2-tailed) .000

N 20

Sikap Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 20

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

9. Uji Reliabilitas Sikap

Scale : All VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excluded(a) 0 .0

Total 20 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.926 .930 12

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


(2)

F2 3.60 .598 20

F3 4.00 .725 20

F4 3.70 .801 20

F5 3.85 .671 20

F6 3.65 .933 20

F7 3.85 .933 20

F8 4.15 .745 20

F9 3.95 .826 20

F10 3.80 .696 20

F11 3.80 .768 20

F12 3.75 .786 20

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range

Maximum /

Minimum Variance N of Items

Item Means 3.838 3.600 4.150 .550 1.153 .025 12

Item Variances .628 .358 .892 .534 2.493 .030 12

Inter-Item

Covariances .321 .095 .579 .484 6.111 .011 12

Inter-Item

Correlations .527 .148 .959 .811 6.488 .028 12

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

f1 41.65 52.661 .668 .679 .929

f2 41.50 52.579 .785 .891 .925

f3 41.55 51.524 .731 .893 .927

f4 41.65 54.555 .509 .883 .935

f5 41.45 54.366 .636 .931 .930

f6 41.65 52.134 .713 .865 .928

f7 41.55 55.208 .581 .861 .932

f8 41.40 53.095 .793 .830 .926

f9 41.55 50.892 .848 .938 .922

f10 41.50 49.316 .874 .934 .921

f11 41.50 49.947 .770 .855 .925

f12 41.35 51.713 .640 .717 .931

Scale Statistics


(3)

46.05

49.945

7.067

12

10. Uji Validitas Perencanaan Anggaran Bencana

Correlations

Perencanaan Anggaran Bencana

g1 Pearson Correlation .727(**)

Sig. (2-tailed) .000

N 20

g2 Pearson Correlation .821(**)

Sig. (2-tailed) .000

N 20

g3 Pearson Correlation .782(**)

Sig. (2-tailed) .000

N 20

g4 Pearson Correlation .589(**)

Sig. (2-tailed) .006

N 20

g5 Pearson Correlation .690(**)

Sig. (2-tailed) .001

N 20


(4)

Sig. (2-tailed) .000

N 20

g7 Pearson Correlation .640(**)

Sig. (2-tailed) .002

N 20

g8 Pearson Correlation .825(**)

Sig. (2-tailed) .000

N 20

g9 Pearson Correlation .877(**)

Sig. (2-tailed) .000

N 20

g10 Pearson Correlation .901(**)

Sig. (2-tailed) .000

N 20

g11 Pearson Correlation .820(**)

Sig. (2-tailed) .000

N 20

g12 Pearson Correlation .712(**)

Sig. (2-tailed) .000

N 20

Perencanaan Anggaran Bencana

Pearson Correlation

1

Sig. (2-tailed)

N 20

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

11. Uji Reliabilitas Perencanaan Anggaran Bencana

Scale : All VARIABLES

Case Processing Summary

N

%

Valid

20

100.0

Excluded(a)

0

.0

Cases

Total

20

100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure

.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha

Based on

Standardized Items

N of Items


(5)

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

G1 3.65 .875 20

G2 3.80 .768 20

G3 3.75 .910 20

G4 3.65 .875 20

G5 3.85 .745 20

G6 3.65 .875 20

G7 3.75 .716 20

G8 3.90 .718 20

G9 3.75 .851 20

G10 3.80 .951 20

G11 3.80 1.005 20

G12 3.95 .999 20

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range

Maximum /

Minimum Variance N of Items

Item Means 3.775 3.650 3.950 .300 1.082 .009 12

Item Variances .745 .513 1.011 .497 1.969 .030 12

Inter-Item

Covariances .401 .066 .737 .671 11.200 .020 12

Inter-Item

Correlations .544 .105 .862 .757 8.210 .027 12

Item-Total Statistics

ScaleMean If Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alphaif Item Deleted

g1 41.65 52.661 .668 .679 .929

g2 41.50 52.579 .785 .891 .925

g3 41.55 51.524 .731 .893 .927

g4 41.65 54.555 .509 .883 .935

g5 41.45 54.366 .636 .931 .930

g6 41.65 52.134 .713 .865 .928

g7 41.55 55.208 .581 .861 .932

g8 41.40 53.095 .793 .830 .926

g9 41.55 50.892 .848 .938 .922

g10 41.50 49.316 .874 .934 .921

g11 41.50 49.947 .770 .855 .925


(6)

Scale Statistics

Mean

Variance

Std. Deviation

N of Items