bayi.
4
Di Indonesia, Departemen Kesehatan sudah melakukan sosialisasi untuk melakukan penundaan pengikatan tali pusat hingga 2 menit untuk
bayi normal.
8
Perbedaan waktu pengikatan tali pusat dapat memberikan dampak pada bayi baru lahir. Disebutkan bahwa bayi baru lahir dapat menderita
anemia karena pengikatan tali pusat dini sebagai penyebab utama,
3,4
sedangkan di lain pihak, beberapa peneliti mendapatkan efek berbeda jika dilakukan pengikatan tali pusat tertunda, di antaranya meningkatnya
kejadian neonatal jaundice
dan polisitemia.
3,5,7
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering ditemukan dimana anemia merupakan gejala dari suatu penyakit yang
disebabkan oleh berbagai etiologi.
9
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk menegakkan anemia dan indeks eritrosit berguna untuk mengevaluasi
klasifikasi anemia, serta dugaan penyebab yang mendasarinya yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
9-10
1.2. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : apakah waktu pengikatan tali pusat
mempengaruhi indeks eritrosit bayi baru lahir.
Susilowati : Pengaruh Waktu Pengikatan Tali Pusat Terhadap Indeks Eritrosit Bayi Baru Lahir, 2009 USU Repository © 2008
1.3. Hipotesis
Waktu pengikatan tali pusat berpengaruh terhadap indeks eritrosit bayi baru lahir.
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu pengikatan tali pusat terhadap indeks eritrosit bayi baru lahir.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Di bidang akademik ilmiah : memberi masukan terhadap Divisi Hematologi-Onkologi dan Departemen Obstetri dan Ginekologi, khususnya
mengenai pengaruh waktu pengikatan tali pusat terhadap indeks eritrosit bayi baru lahir.
1.5.2. Di bidang pelayanan masyarakat : meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bayi, khususnya pencegahan anemia pada bayi baru lahir.
1.5.3. Di bidang pengembangan masyarakat : memberi masukan pada masyarakat umumnya bahwa waktu pengikatan tali pusat mempunyai
pengaruh sebagai salah satu upaya pencegahan anemia pada bayi baru lahir.
Susilowati : Pengaruh Waktu Pengikatan Tali Pusat Terhadap Indeks Eritrosit Bayi Baru Lahir, 2009 USU Repository © 2008
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peranan Indeks Eritrosit pada Anemia
Anemia didefinisikan sebagai penurunan konsentrasi hemoglobin Hb atau volume eritrosit sel darah merah=
red blood cell =RBC di bawah kisaran nilai
normal sesuai usia. Anemia bukan merupakan suatu diagnosis, namun merupakan gejala dari suatu penyakit yang disebabkan oleh berbagai
etiologi. Untuk menegakkan anemia dengan benar diperlukan pemeriksaan laboratorium tertentu dan indeks eritrosit
mean corpuscular volume MCV,
mean corpuscular hemoglobin MCH,
mean corpuscular hemoglobin concentration
MCHC, serta red cell distribution width
RDW digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi klasifikasi anemia serta dugaan
penyebab yang mendasarinya yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
10,11
Nilai MCV menggambarkan rerata volume eritrosit, serta menunjukkan ukuran eritrosit dimana bila nilainya normal termasuk dalam normositik,
mikrositik bila di bawah nilai normal, sedangkan makrositik bila di atas normal. Nilai MCH menggambarkan rerata jumlah Hb eritrosit dimana bila
nilainya normal termasuk dalam kategori normokrom, hipokrom bila di bawah normal, sedangkan hiperkrom bila di atas normal. Nilai MCHC
menggambarkan rerata konsentrasi Hb eritrosit, sedangkan nilai RDW menggambarkan variasi ukuran eritrosit.
9,12-16
Pada anemia defisiensi besi,
Susilowati : Pengaruh Waktu Pengikatan Tali Pusat Terhadap Indeks Eritrosit Bayi Baru Lahir, 2009 USU Repository © 2008
4
nilai indeks eritrosit MCV, MCH dan MCHC menurun sejajar dengan penurunan kadar Hb.
17
Bila ditentukan secara manual, dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :
12,18,19
Hematokrit Jumlah eritrosit juta
x 10 MCV fL =
Hb Jumlah eritrosit juta
x 10 MCH pg =
Hematokrit Hb
x 100 MCHC gdL =
Penurunan indeks eritrosit MCV, MCH, dan MCHC dapat terjadi pada defisiensi besi yang kronik. Secara umum, penurunan indeks ini sejajar
dengan penurunan konsentrasi Hb, dan indeks eritrosit dapat bernilai normal pada keadaan anemia ringan yang berlangsung secara singkat. Bila
pengukuran nilai indeks eritrosit diperoleh dengan menggunakan alat elektronik, maka nilai indeks eritrosit MCV dan MCH lebih sensitif
dibanding MCHC untuk mendeteksi defisiensi besi. Adapun klasifikasi anemia secara ringkas berdasarkan morfologi, yaitu :
20
A. Anemia normositik normokromik 1. Kehilangan darah yang akut
2. Anemia hemolitik 3. Defisit Hb-massa eritrosit, di antaranya penyakit kronik, keganasan
Susilowati : Pengaruh Waktu Pengikatan Tali Pusat Terhadap Indeks Eritrosit Bayi Baru Lahir, 2009 USU Repository © 2008
B. Anemia mikrositik normokromik 1. Defisit Hb-massa eritrosit, di antaranya penyakit kronik, keganasan
C. Anemia mikrositik hipokromik 1. Anemia defisiensi besi
2. Keracunan timah yang kronik 3. Talasemia
4. Gangguan lain yang jarang, di antaranya anemia sideroblastik D. Anemia makrositik normokromik
1. Anemia pernisiosa 2. Anemia megaloblastik
3. Gangguan pada pencernaan, di antaranya sindroma malabsorpsi, anomali, reseksi pembedahan
4. Defisiensi vitamin B
12
, C dan asam folat 5. Kegagalan atau hipoplasia sumsum tulang, di antaranya anemia
aplastik, sindroma Diamond-Blackfan Nilai indeks eritrosit MCV dan RDW juga dapat berguna untuk
menganalisis anemia, serta klasifikasinya lebih lanjut, seperti yang tercantum pada Tabel 2.1.
14
Susilowati : Pengaruh Waktu Pengikatan Tali Pusat Terhadap Indeks Eritrosit Bayi Baru Lahir, 2009 USU Repository © 2008
Tabel 2.1. Klasifikasi anemia berdasarkan nilai MCV dan RDW
14
MCV rendah MCV normal MCV tinggi RDW normal mikrositik normositik makrositik
talasemia normal anemia aplastik penyakit kronik transfusi preleukemia
perdarahan RDW tinggi mikrositik normositik makrositik
defisiensi besi defisiensi besi defisiensi folat talasemia atau folat dini defisiensi vitamin B
12
hemoglobinopati anemia hemolitik
2.2. Perubahan Fisiologis Hematologis Janin-Bayi