Pengaruh Waktu Pengikatan Tali Pusat terhadap Kadar Bilirubin Bayi Baru Lahir
PENGARUH WAKTU PENGIKATAN TALI PUSAT TERHADAP
KADAR BILIRUBIN BAYI BARU LAHIR
T E S I S
ANNA TRIANA
067103001 / IKA
PROGRAM MAGISTER KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
(2)
PENGARUH WAKTU PENGIKATAN TALI PUSAT TERHADAP
KADAR BILIRUBIN BAYI BARU LAHIR
T E S I S
Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik (Anak)
dalam program Magister Kedokteran Klinik
Konsentrasi Kesehatan Anak
pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ANNA TRIANA
067103001 / IKA
PROGRAM MAGISTER KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
Judul Tesis : Pengaruh Waktu Pengikatan Tali Pusat
terhadap Kadar Bilirubin Bayi Baru Lahir
Nama Mahasiswa : Anna Triana
Nomor Induk Mahasiswa : 067103001
Program Magister
: Magister Kedokteran Klinik
Konsentrasi
: Kesehatan Anak
Menyetujui
Komisi Pembimbing
( Prof. dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K))
Ketua
( Prof. dr. Hj. Bidasari Lubis, SpA(K))
Anggota
Ketua Program Magister
Ketua TKP-PPDS
Prof. dr. H. Munar Lubis,SpA(K) dr. H. Zainuddin Amir,SpP(K)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal : 13 April 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. dr. H.Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K) ...
Anggota :
1. Prof. dr. Hj. Bidasari Lubis, SpA(K) ..………
2. Prof. dr. H. M. Sjabaroeddin Loebis, SpA(K) ..………
3. Prof. dr. H. Fauzie Sahil, SpOG(K) Onk.
..………
(5)
UCAPAN TERIMA KASIH
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas
akhir pendidikan keahlian di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK-USU /
RSUP H. Adam Malik Medan.
Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati, penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua
pihak untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyatakan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Pembimbing utama Prof. dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K), dan Prof.
dr.Hj. Bidasari Lubis, SpA(K) yang telah memberikan bimbingan, bantuan,
serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian
dan penyelesaian tesis ini.
2. Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Program Studi Pendidikan
(6)
Deliana, SpA(K) selaku Sekretaris Program Studi periode tahun 2007
hingga saat ini, yang telah banyak memberikan nasehat dan bimbingan
kepada penulis hingga selesainya penulisan tesis ini.
3. Prof. dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan
periode tahun 2003-2007 dan dr. H. Ridwan M. Daulay, SpA(K), selaku
Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP
H. Adam Malik Medan periode tahun 2007–2010 yang telah memberikan
bantuan dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.
4. Prof. Dr. dr. H. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), SpA(K), dr. H. Emil
Azlin, SpA, dr. Pertin Sianturi, SpA, dr. Hj. Bugis Mardina Lubis, SpA, dr.
Nelly Rosdiana, SpA, dr. Selvi Nafianti, SpA, dr. Muara P.Lubis, SpOG,
serta seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/
RSUP H. Adam Malik Medan dan RSU Dr. Pirngadi Medan, yang telah
memberikan sumbangan pikiran, membantu saya dalam menyelesaikan
penelitian dan penulisan tesis ini.
5. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. dr. H. Chairuddin P Lubis,
DTM&H, SpA(K) dan Dekan FK-USU yang telah memberikan
kesempatan untuk mengikuti program pendidikan Dokter Spesialis Anak
di FK- USU.
6. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan, RSU Dr. Pirngadi Medan yang
(7)
7. Teman-teman seangkatan yang tidak mungkin bisa saya lupakan, Yulia
Lukita Dewanti, Astri N. Zulkifli, Erlina M. Napitupulu, Fellycia Tobing
Pranoto Trilaksono, Jeanida Mauliddina, Armila Ramadhani. Selalu
berusaha untuk saling menjaga dan mendukung dalam suka dan duka,
terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini.
8. Teman sejawat PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK USU, serta semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan
dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.
Teristimewa untuk suami tercinta Husnawan Mutiara dan ananda
tersayang Haifa Rizka Fathia, terima kasih atas doa, pengertian, dukungan
dan pengorbanan tanpa kenal lelah yang telah diberikan selama penulis
menempuh pendidikan. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa
melimpahkan rahmat, rezeki, dan karunia Nya buat kita semua.
Kepada yang tercinta orangtua, Sofyan Royan, SH dan Mustimar. M,
serta kakak Rosana Hakim, Velli Liherni, adik Rini Sofyani dan Taufik Akbar,
maupun teman-teman yang selalu mendoakan, memberikan dorongan,
motivasi, bantuan moril dan materil selama penulis mengikuti pendidikan ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kasih sayang dan karuniaNya
kepada kita semua dan segala budi baik yang telah diberikan mendapat
(8)
Akhirnya, penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Medan, 1 April 2010
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Persetujuan Pembimbing
iii
Ucapan Terima Kasih v
Daftar Isi ix
Daftar Tabel
xi
Daftar Gambar
xii
Daftar Singkatan dan Lambang
xiii
Abstrak
xiv
BAB 1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1
1.2.
Rumusan
Masalah
2
1.3. Hipotesis
3
1.4. Tujuan Penelitian
3
1.5. Manfaat Penelitian
3
BAB 2. Tinjauan Pustaka
2.1. Pengikatan Tali Pusat Dini dan Tertunda 4
2.2. Perubahan Fisiologis Fetus-Bayi
5
2.3. Produksi dan Metabolisme Bilirubin 6
2.4. Ikterus pada Bayi Baru Lahir 8
2.5. Transfusi Plasenta 10
2.6. Dampak Waktu Pengikatan Tali Pusat pada Bayi 11
2.7. Kerangka Konseptual
13
BAB 3. Metodologi
3.1. Desain Penelitian
14
3.2. Tempat dan Waktu
14
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
14
3.4. Perkiraan Besar Sampel
14
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
15
3.6. Persetujuan
/
Informed Consent
16
3.7. Etika
Penelitian
16
3.8. Cara Kerja
17
3.9. Identifikasi
Variabel
18
3.10. Definisi Operasional
18
3.11. Pengolahan dan Analisis Data
19
(10)
BAB 5. Pembahasan
23
BAB 6. Kesimpulan dan Saran
6.1. Kesimpulan
32
6.2. Saran
32
Ringkasan
33
Daftar Pustaka
37
Lampiran
1. Lembar Penjelasan Kepada Orang tua
41
2. Lembar Persetujuan 42
3. Lembar Kuesioner dan Data Khusus Bayi
43
4. Persetujuan Komite Etik
44
5. Riwayat Hidup 45
6. Cara Pengikatan dan Pemotongan Tali Pusat
47
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Definisi operasional pengikatan tali pusat dini dan tertunda 4
Tabel 2.2. Nilai normal hematologis untuk darah tali pusat 10
Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian 21
Tabel 4.2. Kadar hemoglobin dan hematokrit ibu
22
Tabel 4.3. Hubungan waktu pengikatan tali pusat dengan kadar
bilirubin, hemoglobin dan hematokrit bayi
22
(12)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Metabolisme bilirubin 7
Gambar 2.2. Kerangka konseptual
13
Gambar 4.1. Profil penelitian
20
(13)
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
cm
: centimeter
ml : mililiter
Hb : hemoglobin
Ht : hematokrit
g
:
gram
mg
:
miligram
g%
: gram persen
mmol/L
: milimol per liter
g/dL
:
gram per deciliter
% : persen
ml/kg : mililiter per kilogram
kgbb
: kilogram berat badan
SD
: standar deviasi
S
: simpang baku
mm
3: milimeter kubik
RSU : rumah sakit umum
DM : diabetes mellitus
SC
: sectio caesarian
RCT
: randomized controlled trial
EDTA : ethylenediamine tetra acetic acid
SPSS : statistic package for the social sciences
CI : confidence interval
n
: jumlah subyek / sampel
Z
: deviat baku normal untuk
Z
: deviat baku normal untuk
X
1-X
2 :perbedaan klinis yang diinginkan (
clinical judgement
)
P
: tingkat kemaknaan
≥
: lebih besar dari atau sama dengan
>
: lebih besar dari
<
: lebih kecil dari
(14)
ABSTRAK
Latar belakang.
Pada waktu dilahirkan bayi masih tetap berhubungan
dengan ibunya melalui tali pusat. Bayi dipisahkan dari plasenta dengan
melakukan pengikatan dan pemotongan tali pusat. Namun sampai saat ini
waktu yang paling tepat untuk pengikatan tali pusat masih kontroversial.
Waktu pengikatan tali pusat dikenal dengan pengikatan tali pusat dini (15
detik) dan tertunda (45 detik sampai pulsasi tali pusat berhenti) setelah bayi
lahir. Departemen Kesehatan RI sejak tahun 2007 merekomendasikan
penundaan pengikatan tali pusat selama 2 menit pada bayi normal dengan
tujuan mengurangi kejadian anemia dan meningkatkan cadangan besi,
namun dapat juga memberikan efek yang tidak baik yaitu neonatal jaundice.
Tujuan.
Mengetahui dampak waktu pengikatan tali pusat terhadap kadar
bilirubin bayi baru lahir.
Metode.
Suatu penelitian uji klinis acak sederhana tersamar tunggal yang
dilakukan sejak bulan September 2008 sampai Juni 2009, di dua RSU
Pemerintah, dilakukan pada bayi baru lahir yang memenuhi kriteria (cukup
bulan, kehamilan tunggal, partus spontan, berat badan
≥
2500-4000 gram,
skor Apgar
≥
7) dimana bayi diacak, terbagi dua kelompok, yaitu kelompok I
yang dilakukan pengikatan tali pusat dini (15 detik setelah lahir) dan tertunda
(2 menit setelah lahir) pada kelompok II. Bayi diletakkan di atas perut ibu
sebelum dilakukan pemotongan tali pusat dan kadar bilirubin bayi diukur
dari darah vena umbilikal yang diambil 24-48 jam setelah lahir.
Hasil.
Dari total 63 bayi, terdiri dari 32 bayi pada kelompok I dan 31 bayi
pada kelompok II. Nilai rerata bilirubin pada kelompok I 4.07 (1.14)
mg/dl
dan 4.76 (1.71) mg/dl pada kelompok II (
P
=0.064).
Kesimpulan.
Tidak ada perbedaan bermakna pada kadar bilirubin antara
pengikatan tali pusat dini dan tertunda.
(15)
ABSTRACT
Background.
At the time of delivery, infant is still attached to the mother by
the umbilical cord. The infant will be separated from the placenta by clamping
and cutting the umbilical cord. Until now the time of clamping the cord
remained controversy. Indonesian Health Department recommends to delay
clamping the cord for 2 minutes in normal infant, known as delayed cord
clamping. Early cord clamping defined as clamping the umbilical cord in the
first 15 seconds of delivery. Delaying cord clamping give some advantages
for the infant such as decreasing the incidence of anemia and increasing iron
deposit. Some studies showed that delaying cord clamping could cause
neonatal jaundice.
Objective.
To investigate whether a difference of timing of cord clamping
might have impact on bilirubin values in term newborn infants.
Methods.
A randomized, single blind trial was conducted on September
2008 to June 2009, at two general hospitals in Medan, which eligible newborn
infants ( term infant, single pregnancy, born spontaneously, body weight
≥
2500-4000 gr, Apgar score
≥
7) were randomly assigned to early cord
clamping = ECC (15 seconds after delivery) or delayed cord clamping = DCC
(2 minutes after delivery). The infants were placed on the mother’s abdomen
before the umbilical cord were clamped. Bilirubin values were measured from
the umbilical cord vein blood 24 – 48 hours after delivery.
Results.
Totally 63 infants were eligible which consist of 32 infants with ECC
and 31 infants with DCC. We found mean bilirubin value 4.07 (1.14)
mg/dl
in
ECC and 4.76 (1.71) mg/dl in DCC group (
P
=0.064).
Conclusion
. There was no significant difference on bilirubin value between
early and delayed cord clamping.
Keywords
. Timing of umbilical cord clamping, bilirubin, term infants.
(16)
PERNYATAAN
PENGARUH WAKTU PENGIKATAN TALI PUSAT TERHADAP
KADAR BILIRUBIN BAYI BARU LAHIR
T E S I S
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka
Medan, 1 April 2010
Anna Triana
(17)
ABSTRAK
Latar belakang.
Pada waktu dilahirkan bayi masih tetap berhubungan
dengan ibunya melalui tali pusat. Bayi dipisahkan dari plasenta dengan
melakukan pengikatan dan pemotongan tali pusat. Namun sampai saat ini
waktu yang paling tepat untuk pengikatan tali pusat masih kontroversial.
Waktu pengikatan tali pusat dikenal dengan pengikatan tali pusat dini (15
detik) dan tertunda (45 detik sampai pulsasi tali pusat berhenti) setelah bayi
lahir. Departemen Kesehatan RI sejak tahun 2007 merekomendasikan
penundaan pengikatan tali pusat selama 2 menit pada bayi normal dengan
tujuan mengurangi kejadian anemia dan meningkatkan cadangan besi,
namun dapat juga memberikan efek yang tidak baik yaitu neonatal jaundice.
Tujuan.
Mengetahui dampak waktu pengikatan tali pusat terhadap kadar
bilirubin bayi baru lahir.
Metode.
Suatu penelitian uji klinis acak sederhana tersamar tunggal yang
dilakukan sejak bulan September 2008 sampai Juni 2009, di dua RSU
Pemerintah, dilakukan pada bayi baru lahir yang memenuhi kriteria (cukup
bulan, kehamilan tunggal, partus spontan, berat badan
≥
2500-4000 gram,
skor Apgar
≥
7) dimana bayi diacak, terbagi dua kelompok, yaitu kelompok I
yang dilakukan pengikatan tali pusat dini (15 detik setelah lahir) dan tertunda
(2 menit setelah lahir) pada kelompok II. Bayi diletakkan di atas perut ibu
sebelum dilakukan pemotongan tali pusat dan kadar bilirubin bayi diukur
dari darah vena umbilikal yang diambil 24-48 jam setelah lahir.
Hasil.
Dari total 63 bayi, terdiri dari 32 bayi pada kelompok I dan 31 bayi
pada kelompok II. Nilai rerata bilirubin pada kelompok I 4.07 (1.14)
mg/dl
dan 4.76 (1.71) mg/dl pada kelompok II (
P
=0.064).
Kesimpulan.
Tidak ada perbedaan bermakna pada kadar bilirubin antara
pengikatan tali pusat dini dan tertunda.
(18)
ABSTRACT
Background.
At the time of delivery, infant is still attached to the mother by
the umbilical cord. The infant will be separated from the placenta by clamping
and cutting the umbilical cord. Until now the time of clamping the cord
remained controversy. Indonesian Health Department recommends to delay
clamping the cord for 2 minutes in normal infant, known as delayed cord
clamping. Early cord clamping defined as clamping the umbilical cord in the
first 15 seconds of delivery. Delaying cord clamping give some advantages
for the infant such as decreasing the incidence of anemia and increasing iron
deposit. Some studies showed that delaying cord clamping could cause
neonatal jaundice.
Objective.
To investigate whether a difference of timing of cord clamping
might have impact on bilirubin values in term newborn infants.
Methods.
A randomized, single blind trial was conducted on September
2008 to June 2009, at two general hospitals in Medan, which eligible newborn
infants ( term infant, single pregnancy, born spontaneously, body weight
≥
2500-4000 gr, Apgar score
≥
7) were randomly assigned to early cord
clamping = ECC (15 seconds after delivery) or delayed cord clamping = DCC
(2 minutes after delivery). The infants were placed on the mother’s abdomen
before the umbilical cord were clamped. Bilirubin values were measured from
the umbilical cord vein blood 24 – 48 hours after delivery.
Results.
Totally 63 infants were eligible which consist of 32 infants with ECC
and 31 infants with DCC. We found mean bilirubin value 4.07 (1.14)
mg/dl
in
ECC and 4.76 (1.71) mg/dl in DCC group (
P
=0.064).
Conclusion
. There was no significant difference on bilirubin value between
early and delayed cord clamping.
Keywords
. Timing of umbilical cord clamping, bilirubin, term infants.
(19)
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada waktu dilahirkan bayi masih tetap berhubungan dengan ibunya melalui tali
pusat. Bayi dipisahkan dari plasenta dengan melakukan pengikatan dan
pemotongan tali pusat. Pengikatan dan pemotongan tali pusat dilakukan pada kala
tiga persalinan, kemudian tali pusat diklem dengan memakai cunam dan dipotong
dengan jarak 5 sampai 10 cm dari umbilikus.1
Tali pusat merupakan bagian dari plasenta yang memiliki panjang rata-rata
55 cm dengan diameter 0.8 sampai 2 cm. Biasanya berisi dua pembuluh darah arteri
dan satu pembuluh darah vena dimana diameter arteri umbilikal lebih kecil dari
vena umbilikal.2-4
Pengikatan dan pemotongan tali pusat merupakan prosedur standar yang
selalu dilakukan saat bayi dilahirkan. Namun sampai saat ini waktu yang paling tepat
untuk pengikatan tali pusat masih kontroversial. Tidak ada panduan yang pasti
tentang hal tersebut. Para klinisi di negara barat melakukan pengikatan dan
pemotongan tali pusat segera setelah lahir, namun diberbagai negara diseluruh
dunia masih sangat bervariasi.5-8 Di Indonesia Departemen Kesehatan sejak tahun 2007 sudah merekomendasikan untuk melakukan penundaan pengikatan tali pusat
(20)
Suatu meta-analisis mengenai pengikatan tali pusat dini dan tertunda pada
neonatus cukup bulan menyimpulkan bahwa penundaan pengikatan tali pusat pada
neonatus cukup bulan minimal 2 menit setelah lahir ternyata bermanfaat bagi bayi
baru lahir.5
Kolaborasi Cochrane melakukan ulasan terhadap uji klinis mengenai
pengikatan tali pusat, mereka mendapatkan bahwa definisi pengikatan tali pusat dini
relatif konsisten pada banyak penelitian yaitu dalam waktu kurang 1 menit
(umumnya 15 detik setelah lahir), sedangkan waktu pengikatan tali pusat tertunda
sangat bervariasi.6
Pengikatan tali pusat tertunda memberi efek positif bagi bayi karena
dapat meningkatkan cadangan besi dan menurunkan insidens anemia pada
bayi. Namun sampai saat ini rekomendasi tersebut belum banyak dilakukan
khususnya di rumah sakit umum pemerintah di kota Medan, dengan alasan
adanya efek yang merugikan bagi bayi seperti polisitemia, distres pernafasan
dan
neonatal jaundice
.
5,6,10-121.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dilihat bahwa pengikatan tali pusat
tertunda memberikan manfaat terhadap bayi baru lahir namun dapat juga
memberikan efek yang tidak baik yaitu neonatal jaundice.
Untuk itu penelitian ini mencoba menilai apakah waktu pengikatan tali pusat
(21)
1.3. Hipotesis
Waktu pengikatan tali pusat berpengaruh terhadap kadar bilirubin bayi
baru lahir.
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu pengikatan tali pusat
terhadap kadar bilirubin bayi baru lahir.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Di bidang akademik/ilmiah : memberi masukan terhadap Divisi Perinatologi
dan Departemen Obstetri dan Ginekologi, khususnya mengenai pengaruh waktu
pengikatan tali pusat terhadap kadar bilirubin bayi baru lahir.
1.5.2. Di bidang pelayanan masyarakat : meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan bayi, khususnya pencegahan anemia pada bayi baru lahir.
1.5.3. Di bidang pengembangan masyarakat : dapat memberi masukan pada
masyarakat umumnya bahwa penundaan pengikatan tali pusat merupakan salah
satu upaya pencegahan anemia dan tidak memberi efek yang merugikan terhadap
(22)
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengikatan Tali Pusat Dini dan Tertunda
Banyak penelitian uji klinis yang diulas dalam suatu meta-analisis mengenai
pengikatan tali pusat dini dan tertunda pada neonatus cukup bulan dengan
menggunakan definisi operasional yang bervariasi, diantaranya sebagai berikut :
Tabel 2.1. Definisi operasional pengikatan tali pusat dini dan tertunda.5
Tahun Peneliti Pengikatan Tali Pusat Dini Pengikatan Tali Pusat Tertunda
1972 Saigal, dkk Segera setelah lahir, dalam waktu 5
detik
1 menit setelah lahir
1980 Nelson, dkk Dalam 60 detik pertama setelah lahir
(rata-rata 45 detik)
Setelah pulsasi berhenti
1991 Oxford Midwives
Research Group
Segera setelah lahir Setelah pulsasi berhenti
atau 3 menit setelah lahir
1997 Geethanath, dkk Segera setelah lahir Setelah plasenta lepas
melalui jalan lahir
2002 Gupta dan Ramji Segera setelah lahir Setelah plasenta lepas
melalui jalan lahir
(23)
2004 Emhamed, dkk Dalam 10 detik setelah lahir Setelah pulsasi berhenti
2006 Chaparo, dkk 10 detik setelah bahu bayi dilahirkan 2 menit setelah bahu
bayi dilahirkan
2006 Cernadas, dkk Dalam 10 detik setelah lahir 1 menit setelah lahir
Meta-analisis ini menyimpulkan bahwa penundaan pengikatan tali pusat minimal 2
menit setelah lahir pada neonatus cukup ternyata bermanfaat bagi bayi baru lahir.5
Kolaborasi Cochrane mendapatkan definisi waktu pengikatan tali pusat dini
yang relatif konsisten pada beberapa penelitian uji klinis yaitu dalam waktu kurang
dari 1 menit (umumnya 15 detik setelah lahir).6
2.2. Perubahan Fisiologis Fetus-Bayi
4
Hemoglobin (Hb) merupakan bagian yang penting dari eritrosit, yaitu suatu protein
yang terdiri dari heme (yang mengandung besi) dan globin. Pada awal masa fetus
hematopoiesis terjadi di yolk sac, kemudian seiring perkembangan fetus
hematopoiesis terjadi di limpa, hati dan akhirnya beralih ke sumsum tulang setelah
bayi lahir.13
Pada saat janin berkembang, tidak hanya volume darah dalam sirkulasi
fetus-plasenta yang mengalami peningkatan, tetapi juga produksi eritrosit dan kadar
Hb juga mengalami peningkatan. Hb fetus meningkat secara bertahap sampai usia
(24)
cukup bulan. Nilai Hb fetus pada pertengahan usia kehamilan berkisar 12 g%, dan
pada saat cukup bulan berkisar 18 g%.2,14
Pada saat lahir nilai Hb dan hematokrit (Ht) bayi akan meningkat tajam
selama beberapa jam pertama kehidupan, kemudian akan menurun perlahan, dan
volume darah bayi normal yang cukup bulan akan berkisar 69 sampai 107 ml/kg.15 Penurunan kadar Hb bayi baru lahir dikarenakan transisi kondisi yang relatif hipoksia
saat dalam kandungan menjadi hiperoksia saat lahir. Oksigenasi jaringan yang lebih
baik akan menurunkan produksi eritropoietin dan mengurangi eritropoiesis. Kadar
Hb bayi yang lahir cukup bulan akan mencapai kadar terendah pada usia 6 sampai
12 minggu, yaitu berkisar 9.5 sampai 11.0 g/dL.16
2.3. Produksi dan Metabolisme Bilirubin
Sebagian besar (70-80%) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak dimana
setiap 1 gr hemoglobin menghasilkan 35 mg bilirubin, disamping itu 20-30% berasal
dari substansi yang mengandung heme seperti mioglobin, sitokrom, katalase dan
peroksidase dan ini disebut shunt bilirubin. Tempat dimana terjadinya perusakan
hemoglobin adalah sel-sel retikuloendotelial dan dalam proses ini termasuk
pemecahan cincin porpirin menjadi hematin, biliverdin dan bilirubin.17-21
Pada bayi baru lahir normal produksi bilirubin adalah 8.5 ± 2.3 mg/kgbb/hari.
Jumlah ini merupakan dua kali lipat orang dewasa. Produksi yang besar ini
disebabkan karena umur eritrosit yang lebih pendek (90 hari) dibanding eritrosit
(25)
cc/kgbb) dari pada orang dewasa (60 cc/kgbb) dan produksi dari shunt bilirubin juga
lebih besar.17-21
Gambar 2.1. Metabolisme bilirubin pada neonatus.21
(26)
reduktase. Saat dilepaskan dari sel retikuloendotelial ke dalam plasma bilirubin akan
berikatan dengan kuat dengan albumin. Di hati bilirubin ditransfer kedalam hepatosit,
dimana bilirubin akan berikatan dengan ligandin (protein Y, glutathione
s-transferase-B) dan ditranspor ke retikulum endoplasma. Disini bilirubin
ditransformasi dari bentuk non polar menjadi bentuk polar dan larut air melalui
proses glukoronidasi yang dikatalisasi oleh enzim hepatik uridin difosfat
(UDP)-glukoronil transferase. Setelah proses konjugasi, hepatosit akan segera
mengekskresikan bilirubin kedalam saluran bilier yang kemudian menyalurkan
bilirubin kedalam usus halus.17,21
Pada bayi baru lahir jumlah bakteri di saluran cerna lebih sedikit dan aktifitas
enzim beta glukoronidase lebih tinggi. Hal ini menyebabkan bilirubin yang
terkonjugasi dihidrolisis menjadi bilirubin tak terkonjugasi, yang akan direabsorbsi
kedalam darah, menyebabkan peningkatan beban bilirubin di hati.17
2.4. Ikterus pada Bayi Baru Lahir
Ikterus merupakan suatu temuan klinis yang umum dijumpai pada bayi baru lahir
dalam minggu pertama kehidupannya, dimana 60% terjadi pada bayi cukup bulan
dan 80% pada bayi kurang bulan. Pada umumnya hal ini disebabkan peningkatan
sementara serum bilirubin yang merupakan bagian dari maturasi fisiologis
metabolisme dan eksresi bilirubin, namun pada beberapa kasus dapat terjadi
hiperbilirubinemia berat atau menetap yang didasari kelainan produksi, konjugasi
(27)
Insidens hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir meningkat pada ras Asia
Timur, penduduk asli Amerika, Yunani. Pada saudara sekandung dengan
hiperbilirubinemia, ibu diabetes, hipertensi, ibu mendapat diazepam, oksitosin,
anestesi epidural,ketuban pecah dini, kelahiran dengan forsep, ekstraksi vakum,
berat lahir rendah, prematuritas, bayi laki-laki, pengikatan tali pusat tertunda, pasase
mekonium yang tertunda, dan bayi yang mendapat air susu ibu (ASI).17-19
Pada keadaan normal kadar bilirubin indirek pada serum tali pusat mencapai
1-3 mg/dl dan terus meningkat mencapai 5 mg/dl dalam 24 jam pertama, sehingga
ikterus mulai tampak pada hari kedua dan ketiga, biasanya mencapai puncak pada
hari kedua dan keempat dimana kadarnya mencapai 5-6 mg/dl dan terus menurun
sampai <2 mg/dl diantara hari kelima dan ketujuh kehidupan. Ikterus dengan
perubahan kadar bilirubin seperti tersebut diatas dikenal sebagai ikterus fisiologis
yang terjadi akibat peningkatan produksi bilirubin setelah pemecahan sel darah
merah fetal bersamaan dengan transient limitation konjugasi bilirubin oleh
hepar.18,20,22
Ikterus fisiologis harus memenuhi kriteria sebagai berikut : (1) ikterus muncul
setelah 24 jam pertama kehidupan, (2) total bilirubin meningkat kurang dari 5 mg/dl
(86 mmol/L) per hari, (3) puncak kadar bilirubin terjadi pada hari ketiga sampai lima
kehidupan, dengan total bilirubin tidak melebihi 15 mg/dl (258 mmol/L), dan (4)
ikterus menghilang dalam waktu 1 minggu pada bayi cukup bulan dan 2 minggu
pada bayi kurang bulan. Sebaliknya ikterus yang muncul dalam 24 jam pertama
kehidupan, ikterus pada bayi sakit, bilirubin serum total >250 mmol/L pada hari
(28)
bulan, >21 hari pada bayi kurang bulan merupakan pertanda suatu proses
patologis.21,23
2.5. Transfusi Plasenta
Pembuluh darah plasenta berisi sekitar 150 ml darah. Jumlah darah yang diterima
oleh bayi bergantung pada waktu pengikatan tali pusat, sehingga penundaan
pengikatan tali pusat dapat meningkatkan volume darah bayi.15,24
Adapun nilai normal hematologis untuk darah tali pusat tertera pada
tabel berikut:
Tabel 2.2. Nilai normal hematologis untuk darah tali pusat.14 Parameter Mean ± SD
Hb (g/dL) 15.3 ± 1.3 Ht (%) 49 ± 5 Eritrosit (x 106/mm3) 4.3 ± 0.4
Sementara nilai normal bilirubin pada darah tali pusat berkisar 1.4 sampai 1.9
mg/dl.21
Pada suatu penelitian yang membandingkan transfusi plasenta yang terjadi
pada bayi aterm dan preterm yang berhubungan dengan waktu pengikatan tali pusat
mendapatkan hasil pengukuran volume darah yang dilakukan setelah 5 menit
(29)
volume darah 47% pada bayi aterm dan 50% pada bayi preterm). Proporsi transfusi
plasenta terbesar terjadi pada menit pertama. Peningkatan volume sel darah merah
padatransfusi plasenta ini akan mempengaruhi kadar bilirubin bayi baru lahir.25
Volume darah yang adekuat penting untuk transpor oksigen sistemik serta
perfusi organ dan jaringan pada bayi baru lahir. Besarnya transfusi plasenta
tergantung pada waktu pengikatan tali pusat dan efek gravitasi. Sebagian besar
transfer darah dari plasenta menuju bayi terjadi dalam 3 menit pertama setelah
kelahiran, dimana 50 – 70% volume di transfer pada menit pertama.26
2.6. Dampak Waktu Pengikatan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir
Penundaan pengikatan tali pusat pada bayi cukup bulan selama minimal 2 menit
setelah lahir akan memberikan manfaat bagi bayi baru lahir dan manfaat ini akan
berlanjut sampai ke masa bayi (infancy), diantaranya yaitu terjadi perbaikan status
hematologis (hemoglobin dan hematokrit), status besi (feritin) dan menurunnya risiko
anemia pada bayi. Walaupun terdapat peningkatan kejadian polisitemia pada
bayi-bayi tersebut namun masih dalam batas yang aman.5
Suatu penelitian pada bayi prematur mendapatkan peningkatan bermakna
kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit pada pengikatan tali pusat tertunda (20
detik setelah lahir).27
Dari penelitian lain ditemukan bahwa volume darah dan jumlah eritrosit bayi
cukup bulan akan meningkat bermakna jika pengikatan tali pusat ditunda (sampai
(30)
Penelitian pada bayi saat berusia 72 jam dengan pengikatan tali pusat
tertunda memiliki rerata volume darah sekitar 93 ml/kg dan massa eritrosit 49 ml/kg,
sedangkan pada pengikatan tali pusat dini memiliki rerata volume darah 82 ml/kg,
dan massa eritrosit 31 ml/kg sehingga pengikatan tali pusat tertunda dapat
meningkatkan Hb bayi.29
Suatu penelitian di Mesir pada masing-masing 15 bayi baru lahir cukup
bulan yang dilakukan pengikatan tali pusat dini (dalam 15 detik setelah lahir) dan
tertunda (3 menit setelah lahir) disimpulkan bahwa dengan pengikatan tali pusat
tertunda pada bayi baru lahir secara normal dan cukup bulan didapatkan
peningkatan viskositas darah yang ditandai dengan meningkatnya hematokrit dan
viskositas plasma.12
Di lain pihak, dampak lain dari tindakan pengikatan tali pusat tertunda pada
bayi baru lahir juga ditemukan, di antaranya polisitemia dimana terjadi peningkatan
hematokrit.5,24,30,31 Dari suatu ulasan artikel, ditemukan dua dari empat penelitian menunjukkan insidens ikterus yang lebih besar pada pengikatan tali pusat
tertunda.28
Dari sebuah penelitian di Belanda pada 37 bayi kurang bulan didapatkan
bahwa tidak ada hubungan antara penundaan pengikatan tali pusat dengan
(31)
2.7. Kerangka Konseptual
Penyakit pada ibu
Usia kehamilan
Komplikasi kehamilan
• Ibu hamil J i
Cara persalinan
Komplikasi persalinan • Perdarahan• Trauma lahir
Proses persalinan
Transfusi plasenta
• Jumlah janin • Plasenta previa
Waktu pengikatan
• Dini ( 15 detik ) Cochrane Review • Tertunda ( 2 menit )Departemen Pengikatan tali pusat
Jumlah darah transfusi
Prematur
Albumin
Hemoglobin
Shunt Bilirubin
Hemolisis
Hematoma/Trauma lahirBAYI :
Hb
Ht
(32)
Bilirubin
: yang diamati dalam penelitian
(33)
BAB 3. METODOLOGI
3.1. Desain Penelitian
Metode yang digunakan adalah uji klinis acak tersamar tunggal untuk menilai
pengaruh waktu pengikatan tali pusat terhadap kadar bilirubin bayi baru lahir.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP.H. Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan
bekerjasama dengan Departemen Obstetri dan Ginekologi yang dilakukan pada
bulan September 2008 – Juni 2009.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi target adalah semua bayi yang lahir di RS.H. Adam Malik Dan RSUD. Dr.
Pirngadi Medan. Populasi terjangkau adalah populasi target yang lahir di
RSUP.H.Adam Malik dan RSUD. Pirngadi Medan selama periode penelitian. Sampel
adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.4. Perkiraan Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan rumus uji hipotesis terhadap rerata dua
(34)
2
14
( Z + Z )S ) n1 = n2 = 2 ( X 1 – X2 )
n1 = n2 : besar sampel masing-masing kelompok. Z = deviasi baku normal :1.96 ( untuk α = 0.05)
Z = power penelitian 80% : 0.842 (untuk β= 0.2) S = simpang baku kadar bilirubin pengikatan tali pusat dini dan tertunda: 2,41
mg/dl.5
X1 – X2 = perbedaan kadar bilirubin yang diinginkan : 1.8
2 ( 1,96 + 0,842)2,41 ) n1 = n2 = 2 1,8
(35)
Dari hasil perhitungan diperoleh besar sampel minimal adalah 28 bayi pada setiap
kelompok.
3.5.Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.5.1.Kriteria Inklusi
1. Neonatus cukup bulan lahir secara partus spontan
2. Kehamilan tunggal
3. Berat badan lahir ≥ 2500 gram – 4000 gram 4. Skor Apgar menit pertama ≥ 7
5. Orang tua bersedia ikut dalam penelitian (Informed Consent)
3.5.2. Kriteria Eksklusi
1.Ibu diabetes, preeklamsia, eklamsia, hipertensi, mendapat diazepam atau
oksitosin untuk induksi persalinan
2.Kelainan kongenital mayor
3.Riwayat anak sebelumnya kuning
4.Trauma lahir : hematoma sefal, perdarahan subaponeurosis, caput
succedaneum, bruishes
(36)
3.6. Persetujuan/Informed Consent
Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah dilakukan
penjelasan terlebih dahulu mengenai pengaruh waktu pengikatan tali pusat terhadap
kadar bilirubin bayi baru lahir. Formulir penjelasan terlampir dalam usulan penelitian
ini.
3.7. Etika Penelitian
Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Kesehatan dari Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian
Bayi yang memenuhi kriteria diacak secara sederhana, dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok pertama dengan pengikatan tali pusat 15 detik setelah
seluruh badan bayi lahir dan kelompok kedua dengan pengikatan tali pusat 2 menit
setelah seluruh badan bayi lahir. Sampel dikumpulkan secara consecutive
sampling. Pengacakan dilakukan dengan menggunakan amplop seragam dan
tertutup yang berisi keterangan mengenai ketentuan tindakan yang akan dilakukan,
dengan jumlah yang sesuai, dimana amplop akan dibuka sebelum ibu melahirkan
(37)
tersebut. Pengikatan tali pusat dilakukan sesuai dengan ketentuan isi amplop dan
waktu pengikatan tali pusat diukur dengan menggunakan pengukur waktu (stop
watch). Setelah seluruh badan bayi lahir, bayi diletakkan di atas perut ibu sebelum
dilakukan pemotongan tali pusat. Berbagai tindakan ini dilakukan saat di ruang
persalinan bekerjasama dengan Departemen Obstetri dan Ginekologi.
Pemeriksaan Hb dan Ht ibu dilakukan sebelum persalinan.
Setelah dilakukan pengikatan dan pemotongan tali pusat, bayi dibawa ke
ruang rawat Perinatologi, dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran
panjang badan bayi. Darah bayi sebanyak 4 ml diambil dari vena umbilikal dengan
menggunakan spuit pada saat bayi berusia sekitar 24 sampai 48 jam, lalu
dimasukkan ke dalam tabung vaccutainer berisi EDTA dan tanpa EDTA
masing-masing 2 ml untuk kemudian segera dikirim ke laboratorium guna dilakukan
pengukuran darah rutin dan kadar bilirubin dengan menggunakan alat elektronik
(Advia 120, Bayer, Jerman), serta dilakukan pencatatan hasil pengamatan klinis
mengenai efek samping pada bayi tersebut, seperti pucat, distres respirasi maupun
kuning pada saat perawatan.
3.9. Identifikasi Variabel
Variabel bebas Skala
(38)
Kadar bilirubin numerik/rasio
3.10. Definisi Operasional
1. Neonatal hiperbilirubinemia : kadar bilirubin serum total ≥ 12 mg/dl dalam usia 48 jam
2. Pengikatan tali pusat dini : pengikatan tali pusat pada 15 detik pertama
setelah kelahiran
3. Pengikatan tali pusat tertunda : pengikatan tali pusat pada 2 menit pertama
setelah kelahiran
4. Persalinan spontan : persalinan dengan presentasi belakang kepala tanpa
menggunakan alat-alat
5. Usia kehamilan : dihitung dari hari pertama haid terakhir dengan
menggunakan rumus naegel atau new ballard score dari bayi yang
dilahirkan
6. Neonatus Cukup Bulan : bayi baru lahir dengan usia kehamilan ≥ 38 minggu dan ≤ 42 minggu
3.11. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul akan diolah, dianalisis dan disajikan dengan menggunakan
program komputer SPSS v.13.0. Interval kepercayaan yang digunakan adalah 95%
(39)
Untuk melihat gambaran karakteristik ibu dan bayi disajikan dalam bentuk
tabulasi dan dideskripsikan. Untuk melihat sifat hubungan pengikatan tali pusat detik
ke-15 dan menit ke-2 setelah lahir dengan kadar bilirubin digunakan uji t
(40)
BAB 4. HASIL
Selama periode penelitian, terdapat 272 ibu hamil yang direncanakan untuk
melahirkan secara spontan. Sejumlah 180 ibu dieksklusikan dan akhirnya diperoleh
92 ibu yang memenuhi kriteria untuk kemudian dilakukan pengacakan (randomisasi)
dimana didapatkan 46 bayi pada setiap kelompok, baik pada kelompok I (pengikatan
tali pusat dini) ataupun kelompok II (pengikatan tali pusat tertunda). Total 29 bayi
tereksklusikan, dan akhirnya diperoleh 32 bayi pada kelompok I dan 31 bayi pada
kelompok II yang dianalisis.
272 ibu hamil yang direncanakan melahirkan spontan
●135 ibu menolak ikut serta
● 18 komplikasi kehamilan atau persalinan ● 25 melahirkan secara SC / ekstraksi vakum
● 2 kembar
92 ibu memenuhi kriteria dan diacak
92 bayi
15 trauma lahir
(41)
32 bayi Pengikatan Dini
31 bayi Pengikatan Tertunda Gambar 4.1. Profil penelitian
Distribusi dan karakteristik sampel pada kedua kelompok terlihat pada
Tabel 2. Besar sampel pada kelompok pengikatan tali pusat dini 32 bayi dan
tertunda 31 bayi, dengan jumlah bayi laki-laki lebih banyak ditemukan pada
kelompok pengikatan tali pusat dini (62,5%), rerata berat badan lahir lebih besar
pada kelompok pengikatan tali pusat tertunda (3142 gram), serta panjang badan
bayi hampir sama antara kedua kelompok. Karakteristik sampel penelitian dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
20
Tabel 4.1. Karakteristik sampel
Karakteristik
Kelompok I Kelompok II
( n = 32 ) ( n = 31 ) Jenis kelamin (n,% )
- Laki-laki 20 (62.5) 13 (41.9) - Perempuan 12 (37.5) 18 (58.1)
Berat badan lahir (g)* 3040 (280) 3142 (310) Panjang badan lahir (cm)*
49.03 (1.23) 49.10 (1.26)
(42)
Umur ibu (tahun)* 26.13 (2.90) 25.65 (2.67) Umur kehamilan (minggu)* 38.66 (0.82) 38.61 (0.84) Gravida+ 2 2
Skor Apgar menit ke-1+ 7 7 Skor Apgar menit ke-5+ 9 9 Diet (n,%)
ASI 21 (65.6) 19 (61.3) ASI dan PASI 4 (12.5) 4 (12.5) PASI 7 (21.9) 8 (25.8)
*
Nilai dalam mean (SD) +
Nilai dalam median
Pada penelitian ini juga dilakukan pengukuran kadar hemoglobin dan
hematokrit ibu dan bayi. Dari tabel berikut dapat dilihat kadar hemoglobin dan
hematokrit ibu tidak berbeda bermakna.
Tabel 4.2. Kadar hemoglobin dan hematokrit ibu
Kelompok I Kelompok II
P ( n = 32 ) ( n = 31 )
Hb Ibu (gr%) 11.41 (1.10) 11.81 (1.27) 0.194 Ht Ibu (%) 34.24 (3.08) 35.05 (3.60) 0.339
Nilai dalam mean (SD)
Gambaran kadar bilirubin, hemoglobin, hematokrit bayi pada kedua
kelompok terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.3. Hubungan waktu pengikatan tali pusat dengan kadar bilirubin, hemoglobin dan hematokrit bayi
(43)
Kelompok I Kelompok II
P ( n = 32 ) ( n = 31 )
Bilirubin total (mg/dl) 4.07 (1.14) 4.76 (1.71) 0.064 Hb (gr%) 16.23 (1.03) 18.37 (1.06) 0.0001 Ht (%) 47.80 (3.94) 53.47 (2.13) 0.0001
Nilai dalam mean (SD)
Penelitian ini mendapatkan adanya peningkatan kadar bilirubin bayi yang tali
pusatnya diikat 2 menit setelah lahir jika dibandingkan dengan bayi yang dilakukan
pengikatan tali pusat dini, namun peningkatan ini tidak berbeda bermakna, dan dari
hasil pengamatan klinis yang dilakukan sampai bayi pulang, tidak ditemukan bayi
pucat, kuning yang bermakna secara klinis (pada kelompok I terdapat 16 bayi (50%)
dengan Kramer I sedangkan pada kelompok II sebanyak 23 bayi (74%) dengan
Kramer I dan 1 bayi (3%) dengan Kramer II) maupun yang mengalami distres
(44)
BAB 5. PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil waktu pengikatan tali pusat dini
15 detik setelah lahir sebagaimana kesimpulan meta-analisis yang dilakukan
oleh kolaborasi
Cochrane,
6dan pengikatan tali pusat tertunda mengambil
waktu 2 menit setelah bayi lahir sesuai dengan rekomendasi Departemen
Kesehatan RI,
9dan meta-analisis yang meliputi 15 penelitian uji klinis
menyimpulkan bahwa penundaan pengikatan tali pusat minimal 2 menit pada
bayi yang lahir cukup bulan memberi manfaat bagi bayi, bayi pada kelompok
pengikatan tali pusat tertunda akan memiliki kadar Hb, Ht dan volume darah
yang lebih tinggi, kadar feritin bayi yang lebih tinggi saat berusia 2 sampai 6
bulan, serta risiko anemia yang lebih rendah dibanding pada bayi dengan
pengikatan tali pusat dini.
5Penelitian lain membuktikan bahwa prosedur penundaan pengikatan tali
pusat (30 sampai 45 detik setelah lahir) tidak memberikan efek yang merugikan bagi
bayi dengan usia gestasi 24 sampai 32 minggu sebagaimana dilaporkan banyak
peneliti sebelumnya yaitu risiko terjadinya hipotermi, hiperbilirubinemia dan
penundaan intubasi bagi bayi yang memerlukannya.33
Penundaan pengikatan tali pusat dapat meningkatkan jumlah sel
darah merah yang ditransfusikan kedalam tubuh bayi dan hal ini terlihat
dengan peningkatan kadar hemoglobin dan hematokrit bayi baru lahir. Kadar
(45)
oksigen saat transisi dari masa fetus ke bayi, dan konsentrasi hemoglobin
yang cukup pada bayi baru lahir akan menentukan tingkat oksigenasi otak,
sehingga pengikatan tali pusat dini dianggap tidak fisiologis dan bisa
merugikan bayi.
24Pada penelitian ini kami berusaha untuk menghindari bias dengan cara
mengeksklusikan ibu diabetes mellitus (suatu penelitian mendapatkan ibu
yang menderita diabetes mellitus memiliki volume darah yang tersisa di
plasenta lebih besar),
28preeklamsia, eklamsia, hipertensi, mendapat
diazepam atau oksitosin untuk induksi persalinan
karena kondisi tersebut
diatas dapat mempengaruhi transfusi plasenta yang terjadi,
28sehingga
pertambahan volume darah yang terjadi bukanlah semata-mata disebabkan
oleh penundaan pengikatan tali pusat.
Demikian pula halnya bayi dengan
kelainan kongenital mayor
dieksklusikan karena pertimbangan etis. Trauma
lahir seperti hematoma sefal, perdarahan subaponeurosis, caput
succedaneum,
bruishing
juga dapat mempengaruhi kadar bilirubin karena
adanya
extravasated blood
.
18,23Bayi dengan
ikterus yang muncul dalam 24
jam pertama dieksklusikan karena kemungkinan besar ikterus yang terjadi
adalah suatu ikterus patologis,
18,23sehingga dapat mempengaruhi hasil
penelitian.
Penelitian ini mengambil sampel bayi cukup bulan, partus spontan dan
kehamilan tunggal. Bayi kurang bulan (prematur) seringkali mengalami asupan
enteral yang kurang, keluarnya mekonium lebih lambat, dan sirkulasi enterohepatik
(46)
dapat mempengaruhi kadar bilirubin. Plasenta previa, kehamilan kembar, sectio
caessaria (SC) dapat menurunkan transfusi plasenta yang terjadi,28 dan transfusi plasenta yang lebih berarti terjadi pada persalinan pervaginam.26 Pada kehamilan kembar dapat terjadi twin to twin transfusion sehingga dapat mempengaruhi
transfusi plasenta yang terjadi.23
Semua bayi dalam penelitian ini diperlakukan sama kecuali dalam hal
pemberian diet. Ada tiga variasi diet yaitu bayi yang hanya mendapat ASI, campuran
ASI dan PASI dan yang hanya mendapatkan PASI, hal ini dikarenakan belum ada
atau jumlah ASI yang ada belum mencukupi kebutuhan bayi. Namun pada penelitian
ini perbedaan persentase variasi diet pada kedua kelompok dapat diabaikan.
Vitamin K1 sebanyak 1 mg disuntikkan secara intramuskular pada hari pertama
kelahiran yang bertujuan untuk meminimalkan pengaruhnya terhadap kadar bilirubin
dibandingkan jika digunakan vitamin K3 karena dapat mencetuskan hemolisis.21
Pembuluh darah plasenta mengandung sepertiga volume darah fetus,
dimana setengahnya akan kembali kepada bayi dalam waktu 1 menit setelah lahir.
Volume darah yang kembali kepada bayi tergantung pada waktu pengikatan tali
pusat sebagai berikut :30
Penundaan pengikatan tali pusat 15 detik : 75-78 ml/kg Penundaan pengikatan tali pusat 60 detik : 80-87 ml/kg Penundaan pengikatan tali pusat 120 detik : 83-93 ml/kg
Pengikatan tali pusat tertunda memberikan waktu lebih banyak untuk transfer
darah dari plasenta kepada bayi. Transfusi plasenta ini akan menambah volume
(47)
waktu pengikatan tali pusat dan posisi bayi sebelum tali pusat diikat (lebih tinggi atau
lebih rendah dari perut ibu).12,22,27,28 Posisi bayi yang lebih tinggi dari ibu (diatas perut ibu) sebelum tali pusat diikat akan menyebabkan aliran balik darah dari bayi menuju
plasenta. Stripping atau milking tali pusat sebelum pengikatan akan menambah
volume darah bayi hingga 20%.34 Pada penelitian ini setelah bayi dilahirkan bayi diletakkan diatas perut ibu sesuai dengan panduan manajemen aktif kala tiga
persalinan.9 Aliran balik darah dari bayi menuju plasenta dapat dihindari karena ibu disuntikkan metil ergometrin sehingga uterus berkontraksi dengan baik. Stripping
dan milking tali pusat tidak dilakukan karena hal ini tidak dianjurkan dan akan
mempengaruhi volume darah bayi.
Adapun nilai normal hematologis dan bilirubin untuk darah bayi usia
1 sampai 3 hari dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1. Nilai normal hematologis dan bilirubin bayi.14
Parameter Nilai normal Hb (g%) 14.5 – 22.5 Ht (%) 48 - 75 Eritrosit (x 106/mm3) 4.0 – 6.6 Bilirubin total (mg/dl)
0-1 hari < 6 1-2 hari < 8
Sementara rerata kadar hemoglobin dan hematokrit tali pusat yaitu 15.3 ± 1.3 g%
(48)
kehamilan >34 minggu adalah 14 – 20 g%, dengan rerata 17 gr%. Pada bayi cukup
bulan yang sehat kadar hemoglobin tidak berubah bermakna sampai dengan usia 3
minggu pertama kehidupan, kemudian akan turun mencapai titik nadir 11 gr% pada
usia 8 sampai 12 minggu.27
Pengikatan tali pusat dini disebutkan dapat menyebabkan terjadinya
anemia pada bayi.
5,6,35Dari satu penelitian yang dilakukan di India,
didapatkan penurunan yang bermakna kadar Hb dan feritin bayi saat berusia
3 bulan dari kelompok bayi yang tali pusatnya diikat segera setelah lahir
dengan ibu yang tanpa anemia.
36Penelitian di Guatemala mendapatkan nilai
Hb dan Ht yang lebih tinggi secara signifikan pada bayi dengan pengikatan
tali pusat tertunda.
37Penelitian ini mendapatkan rerata kadar hemoglobin 18.37 gr% pada bayi
yang dilakukan pengikatan tali pusat tertunda, lebih tinggi jika dibandingkan dengan
kadar hemoglobin 16.23 gr% pada pengikatan tali pusat dini (P= 0.0001) dan rerata
kadar hematokrit 53.47% pada bayi dengan pengikatan tali pusat tertunda, lebih
tinggi dibandingkan kadar hematokrit 47.80% pada pengikatan tali pusat dini
(P=0.0001). Sementara kadar hemoglobin dan hematokrit ibu sebelum persalinan
tidak menunjukkan perbedaan bermakna pada kedua kelompok.
Penelitian di Semarang mendapatkan hasil yang hampir sama dengan
penelitian ini yaitu rerata kadar Hb16.30 gr% dan Ht 47.08% pada pengikatan tali
pusat dini, 17.34 gr% dan Ht 51.34% pada pengikatan tali pusat tertunda. Namun
(49)
Peningkatan pemecahan sel darah merah pada bayi dengan kadar
hematokrit yang tinggi memegang peranan dalam meningkatnya bilirubin yang harus
diekskresikan. Rerata kadar bilirubin pada bayi aterm dan preterm akan meningkat
secara bermakna jika dilakukan pengikatan tali pusat tertunda, hal ini diperkirakan
karena peningkatan volume sel darah bayi.12
Suatu penelitian melaporkan lima kasus berdasarkan hasil laboratorium,
dimana satu kasus menunjukkan ikterus yang nyata jika dilakukan pengikatan tali
pusat tertunda, tetapi pada penelitian tersebut tali pusat diikat setelah plasenta
terlepas. Pada empat kasus lainnya tali pusat diikat 3 sampai 5 menit setelah
persalinan dan hanya terjadi sedikit peningkatan kadar bilirubin.28 Dari penelitian ini didapatkan kadar bilirubin 4.76 mg/dl pada bayi yang dilakukan pengikatan tali pusat
tertunda, lebih tinggi dibandingkan dengan kadar bilirubin 4.07 mg/dl pada bayi
dengan pengikatan tali pusat dini, namun peningkatan ini tidak bermakna secara
statistik (P=0.064). Hasil ini sesuai dengan kesimpulan suatu meta-analisis yaitu
tidak ada perbedaan bermakna kadar bilirubin serum dalam 24 dan 72 jam pertama
kehidupan pada pengikatan tali pusat dini dan tertunda.5 Pada penelitian ini kami tidak melakukan pengukuran kadar bilirubin 72 jam pertama kehidupan karena
kejadian hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan dapat diprediksikan dengan
menggunakan kadar bilirubin pada jam ke 24 sampai jam ke 48.17
Penelitian di Meksiko pada bayi yang lahir cukup bulan, berdasarkan
pengamatan klinis ditemukan jumlah bayi kuning pada kelompok pengikatan
tertunda lebih banyak (17%) dibandingkan dengan pengikatan dini (14%).39 Namun pada suatu penelitian di Libya dijumpai hal yang berbeda dimana bayi kuning lebih
(50)
Hasil analisis data dari 8 penelitian tidak menunjukkan adanya peningkatan
risiko terjadinya neonatal jaundice dalam 24 sampai 48 jam pertama kehidupan yang
berhubungan dengan penundaan pengikatan tali pusat, demikian pula halnya
dengan jaundice yang terjadi pada hari 3 sampai 14. Demikian pula 3 penelitian
tidak menunjukkan perbedaan bermakna pada jumlah bayi dengan kadar bilirubin
>15 mg/dl yang memerlukan fototerapi.5
Penelitian terhadap 37 bayi kurang bulan di Belanda mendapatkan tidak
adanya hubungan antara penundaan pengikatan tali pusat dengan terjadinya
polisitemia ataupun jaundice patologis.41 Dari 7 penelitian (meta-analisis) pada bayi preterm mendapatkan konsentrasi puncak bilirubin lebih tinggi pada bayi yang
dilakukan pengikatan tali pusat tertunda dibanding pengikatan tali pusat dini, namun
hiperbilirubinemia yang memerlukan terapi hanya didapati pada satu penelitian dan
jumlahnya sangat kecil.35
Suatu ulasan terhadap 5 penelitian menyimpulkan bayi yang tali pusatnya
diikat segera setelah lahir lebih sedikit memerlukan fototerapi dibanding yang
dilakukan pengikatan tali pusat tertunda.24 Penelitian lain tidak mendapatkan perbedaan bermakna jaundice yang terlihat secara klinis pada bayi yang tali
pusatnya diikat segera setelah lahir dan tertunda.42
Ikterus terlihat secara klinis pada kadar bilirubin serum total 80-90 mmol/L,
dan umumnya terlihat pada sebagian besar bayi pada minggu pertama kehidupan.
Keputusan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut harus dilakukan pada bayi
(51)
ikterus setelah hari kedua, karena pada umumnya ikterus yang terjadi adalah
fisiologis.23
Penilaian ikterus dengan menggunakan metode Kramer dapat dilakukan
untuk menilai secara kasar kadar bilirubin pada bayi. Ikterus yang terbatas pada
kepala dan leher memiliki rerata kadar bilirubin 100 mmol/L (70-130 mmol/L). Jika
ikterus sudah mencapai bagian atas siku dan lutut rerata kadar bilirubin 250 mmol/L
(190-310 mmol/L) dan jika sudah mencapai tangan dan kaki diperkirakan kadar
bilirubin > 310 mmol/L, dan hal ini harus segera di antisipasi.23
Pada penelitian ini kami juga melakukan penilaian jaundice secara klinis
dengan metode Kramer saat bayi akan dipulangkan (usia > 48 jam). Pada kelompok
I terdapat 16 bayi (50%) dengan Kramer I sedangkan pada kelompok II sebanyak 23
bayi (74%) dengan Kramer I dan 1 bayi (3%) dengan Kramer II. Namun hal ini tidak
bermakna secara klinis karena masih merupakan suatu ikterus yang fisiologis dan
tidak memerlukan terapi.
Penilaian terhadap total bilirubin serum direkomendasikan pada semua bayi
dengan ikterus pada 4 hari pertama kehidupan, dan pada bayi yang mempunyai
risiko ikterus namun tidak menunjukkan tanda-tanda klinis.21,43,44 Sebelum bayi dipulangkan, harus dilakukan penilaian pendekatan sistimatik mengenai risiko
terjadinya ikterus dan tindak lanjut bila terjadi hiperbilirubinemia. Untuk melihat risiko
terjadinya hiperbilirubinemia, kadar bilirubin bayi pada penelitian ini di plot pada
normogram dari American Academy of Pediatrics (AAP).44 Berdasarkan diagram tersebut 62 bayi pada kedua kelompok berada pada low risk zone dan 1 bayi pada
(52)
Suatu pendekatan liberal untuk melakukan pengikatan tali pusat tertunda
pada bayi sehat harus lebih diperhatikan, terutama dengan adanya bukti manfaat
jangka panjang dari penundaan pengikatan tali pusat sejauh akses ke tempat
pengobatan jaundice berat mudah dijangkau.6
Peneliti menyadari bahwa studi ini masih belum sempurna dan masih banyak
dijumpai kelemahan, diantaranya yaitu jumlah sampel yang sedikit oleh karena
sampel merupakan bayi sehat yang banyak orang tua keberatan darah bayinya
diambil, keterbatasan dana, keterampilan dalam pengambilan darah sampel, serta
faktor-faktor lain yang tidak dilakukan penilaian dan dapat menimbulkan bias dan
mempengaruhi hasil penelitian, seperti status gizi ibu, kadar besi ibu, jumlah asupan
kalori bagi bayi, waktu rawat inap yang relatif singkat yaitu berkisar 2 sampai 3 hari
sehingga waktu untuk pengamatan bayi relatif singkat, namun sebelum bayi
dipulangkan dilakukan penilaian ikterus secara klinis dengan metode Kramer, kadar
bilirubin di plot kedalam grafik dari AAP sehingga kemungkinan terjadinya ikterus
yang patologis dapat dideteksi secara dini. Keluarga diberikan edukasi mengenai
tanda-tanda yang mengharuskan keluarga membawa kembali bayinya ke rumah
sakit. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan suatu studi acak
(53)
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Penelitian ini mendapatkan adanya peningkatan kadar bilirubin pada penundaan
pengikatan tali pusat selama 2 menit setelah lahir namun peningkatan tersebut
tidak bermakna secara statistik maupun klinis.
6.2. Saran
Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel yang lebih besar.
Bila memungkinkan, dilbandingkan berdasarkan posisi bayi terhadap plasenta, atau
cara persalinan (spontan dengan SC). Sebaiknya dilakukan pemantauan terhadap
bayi sampai usia 6 bulan sehingga evaluasi dan tindakan lebih lanjut dapat
dilakukan bila ditemukan anemia pada bayi.
Dari hasil penelitian ini, kami sarankan untuk melakukan pengikatan tali
(54)
Daftar Pustaka
1. Wiknjosastro H. Pimpinan persalinan. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, penyunting. Ilmu kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 1999. h.192-201
2. Cunningham FG, Hauth JC. Anatomy and physiology. Dalam: Cunningham FG, Hauth JC, Leveno KJ, Gilstrap L, Bloom SL, Wenstrom KD, dkk, penyunting. William obstetrics. Edisi ke-22. New York: McGraw-Hill; 2005. h.39-150
3. Stoll BJ. The umbilicus. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18 Edition. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.h.775
4. Machin GA, Gilbert WM. Placental function and diseases : the placenta, fetal membranes, and umbilical cord. Dalam: Taeusch HW, Ballard RA, Gleason CA. Avery’s diseases of the newborn. Edisi ke-8 Edition. Philadelphia: Saunders Elsevier;2007.h.26-31
5. Hutton EK, Hassan ES. Late vs early clamping of the umbilical cord in full-term neonates systematic review and meta-analysis of controlled trials. JAMA. 2007; 297(11):1241-52
6. McDonald, Middleton P. Effect of timing of umbilical cord clamping of term infants on maternal and neonatal outcomes. Cochrane Database Syst Rev. 2008. CD004074
7. Cernadas JM, Carroli G, Pellegrini L, Otano L, Ferreira M, Ricci C, dkk. The effect of timing of cord clamping on neonatal venous hematocrit values and clinical outcome at term: a randomized, controlled trial. Pediatrics. 2006; 117(4):779-86
8. Van Rheenen PF, Brabin J. A practical approach to timing cord clamping in resource poor settings. BMJ. 2006; 333:954-7
9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pelayanan obstetrik neonatal emergensi dan komprehensif. Jakarta: DepKes RI; 2007.h.60-62
10. Ramamurthy RS, Brans YW. Neonatal polycythemia : I. criteria for diagnosis and treatment. Pediatrics.1986;68:168-74
(55)
11. Kinmond S, Aitchison TC, Holland BM, Jones JG, Turner TL, Wardrop CA. Umbilical cord clamping and preterm infants: a randomised trial. BMJ.1993;306:172-75
12. Aziz SFA, Shaheen MY, Hussein S, Soliman MS. Early cord clamping and its effect on some hematological determinants of blood viscosity in neonates. Diunduh dari: http://www.OBGYN.net. Diakses Desember 2007
13. Lubis B. Eritropoiesis. Dalam: Permono HB, Sutaryo, Ugrasena IDG, Windiastuti E, Abdulsalam M, penyunting. Buku ajar hematologi onkologi anak. Edisi ke-1. Jakarta: BP IDAI; 2005. h.1-6
14. Brugnara C, Platt OS. The neonatal erythrocyte and its disorders. Dalam: Nathan DG & Oski SH, penyunting. Nathan and Oski’s hematology of infancy and childhood. Edisi ke-5. Philadelphia: WB Saunders;1998. h.19-52
37
15. Miller DR. Normal blood values from birth through adolescence. Dalam: Miller DR, Baehner RL, Miller LP, penyunting. Blood diseases of infancy and childhood. St.Louis: Mosby; 2005. h.30-53
16. Amir I, Dhewi S. Anemia pada bayi prematur. Dalam: Abdussalam M, Trihono PP, Kaswandani N, Endyarni B, penyunting. Pendekatan praktis pucat: masalah kesehatan yang terabaikan pada bayi dan anak. Jakarta: DIKA FKUI/RSCM; 2007. h.93-101
17. Holtrop PC, Maisels MJ. Hyperbilirubinemia. Dalam: Spitzer AR. Intensive care of fetus and neonate. Philadelphia: Mosby;1996.h.888-98
18. Stoll BJ, Kliegman RM. Jaundice and hyperbilirubinemia in the newborn. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, Penyunting. Nelson textbook of pediatrics.Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders; 2004.h.2012-4
19. Dennery PA, Seidman DS, Stevenson DK. Neonatal hyperbilirubinemia. N Eng J Med.2001;344:581-89
20. Thilo EH, Rosenberg AA. Neonatal jaundice. Dalam: Hay WW, Hayward AR, Levin JM, Sondheimer JM. Current pediatric diagnosis & treatment. Edisi ke-16. New York: Lange Medical Books;2003.h.235-38
21. Maisels JM. Jaundice. Dalam: Taeusch HW, Ballard RA, Gleason CA. Avery’s diseases of the newborn. Edisi ke-8 Edition. Philadelphia: Saunders Elsevier;2007.h.1532-82
22. Cashore WJ. Neonatal bilirubin metabolism. Dalam: Cowett RM. Principles of perinatal – neonatal metabolism. Edisi ke-2. New York: Springer –
(56)
23. Ives Nk. Neonatal jaundice.Dalam: Rennie JM, Roberton NR. Textbook of neonatology. Edisi ke-3. New York: Churchill Livingstone;1999.h.715-32
24. Philip AG, Saigal S. When should we clamp the umbilical cord ?. NeoReviews. 2004; 5(4):142-53
25. Saigal S, O’Neill A, Surainder Y, Le-Bueng C, Usher R. Placental Transfusion and hyperbilirubinemia in the premature. Pediatrics.1972; 49: 406-19
26. Aladangady N, McHugh S, Aitchison TC, Wardrop CA, Holland BM. Infants’s blood volume in controlled trial of placental transfusion at preterm delivery. Pediatrics. 2006; 117(1):93-8
27. Ibrahim HM, Krouskop RW, Lewis DF, Dhanireddy R. Placental transfusion: umbilical cord clamping and preterm infants. J Perinatol. 2000; 20:351-4
28. Moss AJ, Couchard MM. Placental transfusion: early versus late clamping of the umbilical cord. Pediatrics.1967; 40(1):109-26
29. Usher R, Sephard M, Lind J. The blood volume of the newborn infant and placental transfusion. Acta Paediatr Scand. 1963; 52(5):497-512
30. Gomella TL. Polycythemia and hyperviscocity. Dalam: Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE, penyunting. Neonatology : management, procedures, on call problems, diseases and drugs. Edisi ke-5. NewYork: McGraw–Hill;2004.h.341-4
31. Sarkar S, Rosenkrantz TS. Neonatal polycythemia and hyperviscosity. Fetal & Neonatal Med. 2008; 13: 248-55
32. Madiyono S, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto H. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h.311
33. Mercer JS, Skovgard RL. Neonatal transitional physiology: a new paradigm.Journal of perinatal and neonatal nursing.2002;1:56-76
34. Whipple GA, Sisson Tr, Lund CJ. Delayed ligation of the umbilical cord its influence in the blood volume of the newborn. Pediatrics.1957;10:603-609
35. Rabe H, Reynolds G, Diaz-Rosello J. Early versus delayed umbilical cord clamping in preterm infants. Cochrane Database Syst Rev. 2004.CD003248
(57)
36. Gupta R, Ramji S. Effect of delayed cord clamping on iron stores in infants born to anemic mothers: a randomized controlled trial. Indian Pediatr. 2002; 39:130-5
37. Grajeda R, Escamilla RP, Dewey KG. Delayed clamping of the umbilical cord improves hematologic status of Guatemalan infants at 2 mo of age. Am J Clin Nutr. 1997; 65:425-31
38. Kosim MS, Qodri S, Sudarmanto B. Pengaruh waktu pengikatan tali pusat terhadap kadar hemoglobin dan hematokrit bayi baru lahir. Sari Pediatr.2009;10:331-37
39. Chaparro CM, Neufeld LM, Alavez GT, Cedillo RE, Dewey KG. Effect of timing of umbilical cord clamping on iron status in Mexican infants: a randomised controlled trial. Lancet. 2006; 367:1997-2004
40. Emhamed MO, Van Rheenen P, Brabin BJ. The early effects of delayed cord clamping in term infants born to Libyan mothers. Tropical Doctor. 2004; 34: 218-22
41. Ultee CA, Van der Deura J, Swart J, Lasham C, Van Baar AL. Delayed cord clamping in preterm infants at 34–36 weeks gestation: a randomized controlled trial. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed. 2008; 93(1):77
42. Geethanath RM, Ramji S, Thirupuram S, Rao YN. Effect of timing of cord clamping on the iron status of infants at 3 months. Indian Pediatr. 1997;34:103-6
43. Canadian pediatric society. Guidelines for detection, management and prevention of hyperbilirubinemia in term and late term newborn infants (35 or more weeks’ gestation). Pediatr child health.2007; 12:1B-12B
44. American academy of pediatrics. Management of hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation. Pediatrics. 2004;114:297-305
(58)
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANG TUA
Yth. Bapak / Ibu…..
Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri, nama saya dokter…….,
bertugas di Divisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP
H. Adam Malik Medan.
Saat ini Departemen Kesehatan RI merekomendasikan pemotongan tali
pusat pada bayi dilakukan 2 menit setelah lahir (pengikatan tali pusat tertunda)
karena pada pengikatan tali pusat tertunda ini banyak keuntungan yang dapat
diambil, seperti berkurangnya kejadian anemia, meningkatnya kadar dan cadangan
besi pada bayi. Namun hal ini belum dilaksanakan secara menyeluruh di RS karena
adanya kemungkinan efek samping pada bayi, seperti terjadi ikterus (kuning) atau
polisitemia (kekentalan darah meningkat karena peningkatan kadar Hb), akan tetapi
dari penelitian yang ada tidak ditemukan bukti bermakna yang dapat
membahayakan bayi.
Oleh karena itu, kami akan melakukan pengikatan tali pusat sesuai dengan
penelitian ini kepada bayi Bapak/Ibu dan mengambil sampel darah bayi sebanyak 4
ml setelah lahir untuk pemeriksaan darah lengkap dan kadar bilirubin. Jika
Bapak/Ibu bersedia, maka kami mengharapkan Bapak/Ibu menandatangani lembar
(59)
Demikian yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian Bapak / Ibu, kami
(60)
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Telah menerima dan mengerti penjelasan dokter tentang penelitian
“
PENGARUH WAKTU PENGIKATAN TALI PUSAT TERHADAP KADAR
BILIRUBIN BAYI BARU LAHIR
”, termasuk tujuan, keuntungan serta efek
samping yang dapat ditimbulkannya. Dengan kesadaran serta kerelaan
sendiri, saya bersedia menjadi
peserta penelitian tersebut.
Demikianlah surat persetujuan ini saya perbuat dengan penuh kesadaran
dan tanpa paksaan siapapun.
Medan, 2008
Yang menyatakan persetujuan
(61)
______________________
(62)
Lampiran 3
LEMBAR KUESIONER
Nama pasien : ………..
Lahir tanggal : ……….. pkl…………..
IDENTITAS IBU :
1. Nama : ………..
Nama suami : ………..
Alamat : ...
Umur : ……….. ...
Pekerjaan : ...
Pendidikan : ...
2. Riwayat menstruasi :
Siklus ……… hari sekali
HPHT………. usia kehamilan : ……..minggu
3. Riwayat obstetrik : Gravida : ... Paritas : ... Abortus : ...
(63)
1. Apgar skor menit ke 1 dan 5 : …./…..
2. Berat badan lahir : ... gram
3. Panjang badan lahir : ...cm
4. Jenis kelamin : laki-laki / perempuan
5. Efek samping* : pucat ( ya / tidak ) distres nafas (ya/tidak)
kuning ( ya / tidak ) Kramer :
(64)
(65)
Lampiran 5
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap : dr. Anna Triana
Tempat / Tanggal lahir : Kutacane / 6 Oktober 1978
Alamat : Jl. Kenanga Sari No.12 Medan
Nama suami : Husnawan Mutiara
Nama anak : Haifa Rizka Fathia
Pendidikan
1. Taman Kanak- Kanak di TK Melati Bangko, selesai tahun 1983
2. Sekolah Dasar di SD Inpres 506 Bukit Tinggi, tamat tahun 1990
3. Sekolah Menegah Pertama di SMP Negeri 1 Idi, Aceh Timur, tamat tahun
1993
4. Sekolah Menegah Atas di SMA Negeri 1 Tanjung Balai, tamat tahun 1996
5. Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, tamat tahun 2003
(66)
1. Dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) di RSU. Zainoel Abidin, Propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, tahun 2003 - 2004.
2. Dokter Pegawai Negeri Sipil (PNS) di RSU. Meuraxa, Kota Banda Aceh,
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, tahun 2004 - Sekarang.
Pendidikan Spesialis
1. Adaptasi di BIKA FK. USU : 01-9-2005 s/d 31-12-2005
2. Pendidikan Tahap I : 01-01-2006 s/d 31-12-2006
3. Pendidikan Tahap II : 01-01-2007 s/d 28-02-2008
4. Pendidikan Tahap III : 01-03-2008 s/d 31-03-2010
5. Penelitian dan tesis : September 2008 - April 2010
(67)
Lampiran 6
Cara Pemotomgam dan Pengikatan Tali Pusat
(1)
Lampiran 3
LEMBAR KUESIONER
Nama pasien : ………..
Lahir tanggal : ……….. pkl…………..
IDENTITAS IBU :
1. Nama : ……….. Nama suami : ……….. Alamat : ... Umur : ……….. ... Pekerjaan : ... Pendidikan : ... 2. Riwayat menstruasi :
Siklus ……… hari sekali
HPHT………. usia kehamilan : ……..minggu
3. Riwayat obstetrik : Gravida : ... Paritas : ... Abortus : ...
(2)
1. Apgar skor menit ke 1 dan 5 : …./….. 2. Berat badan lahir : ... gram 3. Panjang badan lahir : ...cm
4. Jenis kelamin : laki-laki / perempuan
5. Efek samping* : pucat ( ya / tidak ) distres nafas (ya/tidak) kuning ( ya / tidak ) Kramer :
(3)
(4)
Lampiran 5
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap : dr. Anna Triana
Tempat / Tanggal lahir : Kutacane / 6 Oktober 1978 Alamat : Jl. Kenanga Sari No.12 Medan Nama suami : Husnawan Mutiara Nama anak : Haifa Rizka Fathia
Pendidikan
1. Taman Kanak- Kanak di TK Melati Bangko, selesai tahun 1983 2. Sekolah Dasar di SD Inpres 506 Bukit Tinggi, tamat tahun 1990
3. Sekolah Menegah Pertama di SMP Negeri 1 Idi, Aceh Timur, tamat tahun 1993
4. Sekolah Menegah Atas di SMA Negeri 1 Tanjung Balai, tamat tahun 1996 5. Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, tamat tahun 2003
(5)
1. Dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) di RSU. Zainoel Abidin, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, tahun 2003 - 2004.
2. Dokter Pegawai Negeri Sipil (PNS) di RSU. Meuraxa, Kota Banda Aceh, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, tahun 2004 - Sekarang.
Pendidikan Spesialis
1. Adaptasi di BIKA FK. USU : 01-9-2005 s/d 31-12-2005 2. Pendidikan Tahap I : 01-01-2006 s/d 31-12-2006 3. Pendidikan Tahap II : 01-01-2007 s/d 28-02-2008
4. Pendidikan Tahap III : 01-03-2008 s/d 31-03-2010
5. Penelitian dan tesis : September 2008 - April 2010
(6)
Lampiran 6
Cara Pemotomgam dan Pengikatan Tali Pusat