Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Kambing lokal Capra aegagrus hicrus adalah sub spesies dari kambing liar yang tersebar di Asia Barat Daya dan Eropa. Adapun klasifikasi kambing adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Artiodactyla Familia : Bovidae Sub familia : Caprinae Genus : Capra Spesies : C.aegagrus Sub spesies : C.a.hircus Linnaeus, 1758 : 32 Kambing merupakan suatu jenis binatang memamah biak yang berukuran sedang. Kambing liar jantan maupun betina memiliki tanduk sepasang, namun tanduk pada kambing jantan lebih besar. Umumnya kambing mempunyai jenggot, dahi cembung, ekor agak keatas, dan kebanyakan berbulu halus dan kasar. Habitat yang disukainya adalah daerah pegunungan yang berbatu-batu. Dalam pengembaraannya mencari makanan, kelompok kambing dipimpin oleh kambing Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009 betina yang paling tua. Kambing jantan berfungsi sebagai penjaga keamanan rombongan. Waktu aktif mencari makanannya siang maupun malam hari. Makanan utamanya adalah rumput-rumputan dan dedaunan. Kambing berbeda dengan domba Linnaeus, 1758 : 32. Kambing berkembang biak dengan melahirkan dua hingga tiga ekor anak, setelah bunting selama 150 hingga 154 hari dan dewasa kelaminnya dicapai pada usia empat bulan. Dalam setahun kambing dapat beranak sampai dua kali. Menurut jenisnya kambing dapat dibagi empat jenis antara lain: a. Kambing Kacang Kambing kacang adalah kambing yang pertama kali ada di Indonesia. Badannya kecil, tinggi gumba pada yang jantan 60 sentimeter hingga 65 sentimeter, sedangkan yang betina 56 sentimeter. Bobot pada jantan bisa mencapai 25 kilogram, sedang yang betina seberat 20 kilogram. Telinganya tegak, berbulu halus dan pendek. Baik betina maupun yang jantan memiliki dua tanduk yang pendek. b. Kambing Etawa Kambing ini datangnya dari India. Badannya besar, tinggi gumba yang jantan 90 sentimeter hingga 127 sentimeter dan yang betina hanya mencapai 92 sentimeter. Bobot yang jantan bisa mencapai 91 kilogram, sedangkan betina hanya mencapai 63 kilogram. Telinganya panjang dan terkulai kebawah. Dahi dan hidungnya cembung. Baik jantan maupun betina bertanduk pendek. Kambing jenis ini mampu menghasilkan susu hinga tiga literhari. Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009 c. Kambing JawaranduPeranakan Etawa Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan antara kambing etawa dengan kambing kacang. Kambing ini memiliki ciri separuh mirip kambing Etawa dan separuh lagi mirip kambing kacang. Kambing ini dapat menghasilkan susu sebanyak 1,5 literhari. d. Kambing Saenen Kambing ini berasal dari Saenen, Swiss. Baik kambing jantan maupun betinanya tidak memiliki tanduk. Warna bulunya putih atau krem pucat. Hidung, telinga dan ambingnya berwarna belang hitam. Dahinya lebar, sedangkan telinganya berukuran sedang dan tegak. Kambing ini merupakan jenis kambing penghasil susu. Mulyono dan Sarwono, 2007 : 33-34. Pemilihan bibit kambing atau bakalan yang akan di pelihara tergantung dari selera petani-ternak dan kemampuaan modal yang dimiliki. Namun secara umum yang menjadi pilihan petani-ternak adalah kambing yang umumnya paling mudah di pasarkan. Pemilihan bibit kambing secara praktis yang di pergunakan dalam penilaian individual adalah mengamati bentuk luar tubuh, yakni yang menyangkut bentuk tubuh umum, ukuran vital dari bagian-bagian tubuh, normal tidaknya pertumbuhan organ kelamin. Syarat yang paling penting untuk seleksi calon bibit kambing adalah kambing harus sehat, usia masih muda dan tidak pernah terkena penyakit berbahayamenular. Secara garis besar syarat-syarat untuk pemilihan bibit kambing adalah sebagai berikut: Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009 a. Calon induk 1. tidak memiliki kecacatan fisik 2. bentuk perut normal 3. telinga kecil hingga sedang 4. berbulu halus dan bersih 5. roman muka baik 6. ekor tumbuh normal 7. usia tidak lebih dari satu tahun 8. berat tubuh sekitar 20-45 kg b. Calon pejantanpemacak 1. tidak memiliki kecacatan fisik 2. bentuk tubuh baik dan normal 3. kaki kokoh dan otot-otot kuat 4. telinga kecil hingga sedang 5. berbulu halus dan bersih 6. memiliki scrontum yang lebih besar dan tumbuh normal 7. usia tidak lebih dari satu tahun 8. berat tubuh sekitar 20-25 kg Kanisius, 1993:36. Sebelum beternak kambing, pertama kali yang perlu disiapkan adalah membangun kandang. Kandang merupakan tempat istirahat dan berteduh bagi kambing. Kandang yang baik berfungsi memudahkan dalam pemeliharaan ternak sehari-hari seperti pemberian pakan dan minuman, pengendalian penyakit, serta Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009 vaksinasi. Lokasi kandang sebaiknya dipilih di tempat yang teduh, tetapi cukup mendapatkan sinar matahari di waktu pagi. Kondisi kandang adalah bentuk atau model kandang yang bisa membantu ternak terhindar dari gangguan alam secara langsung seperti hembusan angin, terpaan hujan, dan sengatan terik matahari. Untuk mendapatkan kandang yang optimal di perlukan perencanaan konstruksi yang baik. Model kandang untuk kambing umumnya berbentuk panggung yang di bangun di atas permukaan tanah sehingga terdapat kolong di bawah kandang. Tinggi kolong dari permukaan tanah sekitar 0,5m Sarwono, 2007 : 22. Konstruksi kandang yang baik adalah kokoh, kuat, dan tahan lama. Kandang yang baik adalah kandang yang memiliki ventilasi lancar, dindingnya kuat dan baik, atap tidak bocor, serta lantainya tidak mudah lembab. Atap kandang berfungsi untuk melindungi ternak dari panas matahari, hujan dan angin. Bahan atap dapat dibuat dari genting, asbes, ijuk, atau rumbia. Lantai kandang di buat dari bilah-bilah bambu, papan, atau lapisan semen. Agar tidak menimbulkan kecelakaan bagi ternak, sebaiknya lantai dibuat rata, datar, tidak licin, tidak terlalu keras dan tajam, serta tidak tembus air. Lantai kandang dibuat sejajar dengan papan lantai dengan lebar celahnya antara 1-1,5 cm sehingga kotoran dan air kencing dapat jatuh ke bawah. Selain itu, lantai bercelah juga memudahkan pengumpulan kotoran dan pembersihan kandang. Keadaan lantai harus selalu bersih, kering, tidak becek atau lembab, dan mudah di bersihkan. Kambing jantan dan betina sebaiknya dipelihara secara terpisah. Begitu juga anak-anak kambing setelah lepas sapih, yaitu berumur 2-4 bulan. Kandang untuk pejantan dibuat khusus dengan ukuran 125 cm x 150 cmekor atau minimal 150 cm2 luas kandang. Kandang untuk betina yang belum beranak dibuat dengan ukuran 100 Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009 cm x 125 cmekor. Untuk induk betina yang sedang bunting tua atau siap melahirkan anak, sebaiknya ditempatkan di kandang yang khusus yang berukuran 125 cm x 150 cm x175 cmekor. Anak kambing lepas sapih yang berusia 2-4 bulan harus dibuat kandang tersendiri berukuran 100 cm x 125 cm x 175 cmekor atau dibuat seperti kandang kambing betina yang pelihara secara kelompok, yaitu tanpa dinding penyekat sehingga anak-anak kambing lebih bebas bergerak. Sarwono, 2007:22.

2.2. Landasan Teori