Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, 2008.
USU Repository © 2009
penyabitan ke sekitar kandang. Peralatan-peralatan tersebut dapat diperoleh di pekan terdekat di daerah penelitian dengan harga yang terjangkau.
Dengan penjelesan atau keterangan di atas peneliti menyimpulkan bahwa faktor produksi input untuk ternak kambing tersedia didaerah penelitian. Dengan
demikian hipotesisis 1 yang mengatakan bahwa “ Input untuk usaha ternak kambing tesedia di daerah penelitian diterima”.
5.2 Teknologi
a. Bibit Peternak mempunyai jenis bibit ternak kambing campuran kambing etawa dan
kambing kacang . Cara perkawinan yang dilakukan peternak adalah kawin secara alamiah yaitu proses pemasukan sperma pada alat kelamin betina yang dilakukan
pejantan itu sendiri kontak langsung. Perkawinan antara induk dan pejantan terjadi di kandang itu sendiri tanpa pengawasan .
b. Pakan Seluruh pakan yang diberikan berasal dari tanaman hijauan yang diambil dari
lokasi perladangan peternak. Jenis pakan hijauan yang diberikan adalah jenis gajah, kalendra, rambatan dsb dan ternak kambing dapat memperoleh pakan di
kandangnya sendiri. Banyaknya pakan hijauan yang diberikan tergantung pada populasi ternak kambing.
c. Obat-obatan Peternak kambing di daerah penelitian umumnya memberikan obat-obatan bila
ternak kambing sudah menunjukkan tanda-tanda terserang penyakit, dimana penyakit yang sering timbul adalah penyakit kulit kurap pada mulut dan badan,
masuk angin. Pemberian obat-obatan dilakukan peternak kambing dengan mencampur oli kotor dan belerang untuk penyakit kulit pada mulut dan badan
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, 2008.
USU Repository © 2009
sedangkan masuk angin peternak mengoleskan afitson ke perut kambing atau menyayat sedikit kuping kambing hingga mengeluarkan sedikit darah.
d. Pengolahan Hasil Hasil utama peternak kambing di daerah penelitian adalah daging dan anakan
untuk bibit. Pengolahan daging , susu dan kulit kambing di daerah penelitian belum ada.
e. Peralatan Di daerah penelitian peternak kambing mempergunakan peralatan yang cukup
sederhana seperti ember, sabit, cangkul, beko, sapu lidi dan tali. Peralatan- peralatan tersebut dapat diperoleh di pecan-pekan terdekat di daerah penelitian
dan Kabanjahe dengan harga yang terjangkau. Ada juga peralatan yang diperoleh diladang peternak sendiri misalnya bambu untuk kandang ternak.
Dari keterangan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa penggunaan teknologi di daerah penelitian tidak ada, mulai dari penyediaan bibit, penyediaan
pakan, pemakaian obat-obatan, pengolahan hasil dan penggunaan alat-alat. Dengan demikian hipotesis 2 yang menyatakan bahwa “ Penerapan teknologi di
daerah penelitian masih sederhana diterima.
5.3.Faktor Sosial Ekonomi
a. Kesempatan Kerja
Sesuai dengan penelitian, usaha ternak kambing yang ada di daerah penelitian tidak mampu menyerap tenaga kerja dengan jumlah yang besar.
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, 2008.
USU Repository © 2009
Adapun kebutuhan tenaga kerja untuk satu tahun adalah sebagai berikut :
Tabel 5.3 Kebutuhan Tenaga Kerja untuk Satu Tahun
No JENIS PEKERJAAN
KEBUTUHAN TK HKPTAHUN STRATA I
STRATA II 1.
2. Pengambilan Pakan
Pemberian Pakan
+
Pembersihan kandang 38,76
49,61 59,57
75,20
TOTAL 88,37
134,77
Sumber: Data primer, 2008 Diolah dari Lampiran 2 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan Tenaga Kerja TK per
tahun pada Strata I adalah 88,37 HKPtahun per 12 ekor dan kebutuhan TK per tahun pada Strata II adalah 134,77 HKPtahun per 30 ekor.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa usaha peternak kambing di daerah penelitian dapat memberikan kesempatan kerja bagi penduduk ,
walaupun tidak memberikan peluang dengan cukup besar. Dengan demikian hipotesis 3 yang mengatakan bahwa “ Usaha ternak kambing mampu memberi
kesempatan kerja “ diterima. b.
Hasil Produksi Hasil utama peternakan kambing di daerah penelitian adalah daging
kambing dewasa dan anakan, dimana umur dewasa yang layak dijual 1 tahun 25-30kg dan anakan berumur 4 bulan. Selain itu kotoran kambing dapat
digunakan untuk pupuk tanaman dengan perkiraan 30 ekor kambing dewasa dapat menghasilkan 10 kaleng kotoran setiap minggu dengan harga 1 kaleng Rp5000,-.
Dan usia kambing yang dianggap tidak produktif lagi antara 5-6 tahun.
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, 2008.
USU Repository © 2009
1. Biaya Produksi
Biaya produksi dalam pengelolahan usaha ternak kambing meliputi biaya pembelian bibit, biaya penyusutan, biaya pemeliharaan. Biaya penysutan terdiri
dari biaya kandang dan alat-alat, biaya pemeliharaan terdiri dari pengadaan pakan hijauan atau biaya pengambilan pakan hijauan dengan menggunakan sepeda
motor atau kendaraan roda empat BBM. Untuk lebih jelasnya biaya produksi usaha ternak kambing dapat dilihat sbb:
Tabel 5.4 Total Biaya Produksi Usaha Ternak Kambing Rupiah No
Jenis Biaya Jumlah Biaya Rupiah
Strata I Strata II
1. 2.
3. Penyusutan alat dan kandang
Pengambilan Pakan BBM Tenaga Kerja
509.000 1.095.000
3.534.250 1.037.890
2.555.000 5.390.580
Total 5.138.250
8.983.470 Sumber: Data primer, 2008 Diolah dari Lampiran 6
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa biaya rata-rata per tahun setiap peternak pada strata I sebesar Rp 5.138.250,- dan strata II sebesar Rp 8.983.470,-,
dengan pengertian bahwa biaya tenaga kerja secara langsung tidak pernah diberikan karena pemilik ternak yang melakukan pekerjaan tersebut, sehingga
merupakan penambahan pendapatan. Selain itu dapat juga disimpulkan dari keterangan tersebut diatas semakin banyak ternak yang dipelihara semakin sedikit
biaya yang dikeluarkan.
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, 2008.
USU Repository © 2009
2. Penerimaan
Penerimaan adalah besarnya hasil yang diperoleh peternak dari usaha ternak pertambahan nilai ternak, penjualan anakan kambing dewasa dan kotoran
ternak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.5 Rata-rata Penerimaan Peternak Rupiah Per Tahun No
Jenis Penerimaan Jumlah PenerimaanRp
Strata I Strata II
1 Pertambahan Nilai Ternak
1.475.000 3.827.780
2 Penjualan Ternak
4.800.000 6.733.330
3 Kotoran
702.860 1.560.000
Total 6.977.860
12.121.110 Sumber: Data primer, 2008 Diolah dari Lampiran 2 dan 7
Dari tabel dapat dilihat bahwa penerimaan pada strata I sebesar Rp 6.977.860,- dan Strata II sebesar Rp 12.121.110,-. Dengan demikian, semakin
banyak jumlah ternak semakin banyak penerimaan. 3.
Pendapatan Peternak Pendapatan utama peternak berasal dari penjualan kambing dewasa dan
anakan serta kotoran ternak. Adapun pendapatan yang diperoleh peternak adalah total penerimaan dikurangi total biaya produksi. Tabel dibawah ini menunjukkan
besarnya pendapatan usaha ternak kambing per tahun sbb:
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, 2008.
USU Repository © 2009
Tabel 5.6 Pendapatan Usaha Ternak Kambing Rupiah Per Tahun No
Strata I Jumlah Pendapatan
PeternakRp
1 I
1.865.760 3.137.650
2 II
Sumber: Data primer, 2008 Diolah dari Lampiran 9 Dari tabel dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah pendapatan peternak
kambing per tahun untuk strata I adalah Rp 1.865.760,- sekitar 41,18 kontribusinya terhadap pendapatan keluarga atau 50 yang berarti
kontribusinya kecil dan strata II Rp 3.137.650,- sekitar 50,15 kontribusinya terhadap pendapatan keluarga atau 50 yang berarti kontribusinya besar.
Dengan demikian hipotesis 4 yang mengatakan bahwa “usaha ternak kambing dapat memberi kontribusi terhadap pendapatan peternak “diterima.
5.4 Analisis Kelayakan