Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, 2008.
USU Repository © 2009
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Faktor Produksi Input
a. Bibit
Peternak kambing didaerah penelitian memperoleh bibit dari peternak di desa itu sendiri atau desa tetangga yaitu campuran dari kambing kacang dan
etawa, dimana kambing etawa sebagai jantan dan kambing kacang sebagai induk. Harga bibit bervariasi antara Rp 300.000,- sd Rp 350.000,- per ekor . Cara
perkawinan yang dilakukan peternak adalah kawin secara alamiah dimana kambing jantan diperoleh secara pinjam dengan bayaran memberi anakan bibit
dengan harga yang lebih murah sesuai dengan jumlah anak kambing tersebut. Demikian juga kebutuhan bibit hingga saat penelitian masih dapat dipenuhi di
daerah penelitian dan seluruh peternak yang ada di daerah penelitian memiliki jenis bibit kambing campuran.
b. Kandang Di daerah penelitian kandang dibangun dengan arah Utara- Selatan, agar
sinar matahari pada waktu pagi hari tetap masuk kandang dan tidak begitu panas. Sinar matahari pada pagi hari mengandung sinar ultraviolet sangat penting untuk
membasmi dan membantu pembentukan vitamin pada ternak kambing. Didalam usaha ternak kambing kebutuhan kandang sangat penting sekali sebagai pelindung
panas, hujan, dingin dan tiupan angin yang sangat kencang. Di daerah penelitian kandang kambing terbuat dari atap rumbia nipah karena harga lebih murah dan
sesuai dengan keadaan perekonomian peternak tersebut dan rumbia nipah tidak
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, 2008.
USU Repository © 2009
begitu menyerap panas matahari sehingga kondisi kandang tidak terlalu panas pada siang hari dan tidak terlalu dingin pada malam hari. Dinding terbuat dari
papan dan kayu ataupun bambu, dengan melakukan pembatas kandang antara satu dengan lainnya serta lantai terbuat dari bambu juga. Perkandangan kambing
sebahagian besar di belakang rumah penduduk dan ada juga di ladang. Di daerah penelitian ukuran kandang 2,5 x 5 m dengan kapasitas 20 ekor dan kandang dibagi
3 tiga bagian untuk pemisahan kambing sesuai dengan kondisi kambing anak dan induk dipisahkan . Dengan demikian, rata-rata kepadatan kambing 1,6
ekorm2 sedangkan ukuran kepadatan yang baik adalah 1,5 m2 per ekor induk dan anak 0,04 m2 per ekor Mulyono, 2007 : 27
Di daerah penelitian kebersihan kandang cukup baik, dimana kebersihan kandang dilakukan setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari pada saat pemberian
makanan pakan hijauan . Kebersihan kandang sangat perlu untuk kesehatan ternak kambing untuk menjaga kelembaban kandang.
c. Pakan Hijauan
Pakan hijauan merupakan makanan pokok bagi ternak kambing. Ternak kambing memperoleh pakan di kandangnya sendiri, karena peternak yang
mengambil ke lokasi perladangan yaitu pagar-pagar ladang dan ada juga khusus tanaman hijauan di tempat tertentu ladang .
Pemberian makanan ada yang melakukan 2 x sehari yaitu pagi 10
00
– 11
00
dan sore hari 15
00
- 16
00
, tetapi sebahagian besar peternak memberi makan di sore hari hanya peternak populasi sedikit yang memberi makan 2 kali
sehari. Penyediaan pakan hijauan tergantung pada peternak, ada yang menyabitnya 1 x dua hari dan ada juga dilakukan setiap hari. Di daerah penelitian
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, 2008.
USU Repository © 2009
air minum untuk ternak kambing pada saat musim kemarau selalu diberikan setiap hari tetapi musim penghujan hal ini tidak dilakukan karena air sudah cukup
dari pakan hijauannya. d.
Modal Adapun modal untuk usaha ternak kambing adalah modal investasi
tanah, kandang dan peralatan dan modal operasional pakan hijauan, air . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1 Jumlah Modal Usaha Ternak Kambing Ribuan Rupiah
Strata Jumlah Modal Rupiah
Total Rupiah
Kandang Rupiah
Peralatan Rupiah
I 1.200.000
231.100 1.431.100
II 2.666.670
288.000 2.954.670
Sumber : Data primer ,2008. Diolah dari Lampiran 8 Dari tabel dapat dilihat bahwa modal usaha ternak kambing untuk strata I
sekitar Rp 1.431.100,- per tahun dan strata II sekitar Rp 2.9554.670,- per tahun. Modal peternak tersebut merupakan modal sendiri atau pinjaman dari keluarga
mereka. Pada awalnya mereka beternak dalam skala kecil, setelah modal kembali mereka memperbanyak ternaknya. Modal investasi awal yang paling besar adalah
kandang dan tanah. Pada umumnya mereka menempatkan kandang kambing di belakang rumah untuk menghindari pencurian kambing pada malam hari. Dengan
demikian modal untuk peternakan kambing di daerah penelitian tersedia. e. Tenaga Kerja
Jumlah penduduk Desa Gurukinayan adalah 2207 jiwa dengan jumlah usia produktif 10- 64 tahun sekitar 1604 jiwa atau 72,68 dari jumlah penduduk.
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, 2008.
USU Repository © 2009
Di daerah penelitian pada umumnya tenaga kerja untuk ternak kambing adalah pria kepala rumah tangga dan untuk lebih jelasnya kebutuhan tenaga kerja
untuk ternak kambing dapat dilihat sbb:
Tabel 5.2 Kebutuhan Tenaga Kerja HKPTahun
No Jenis Pekerjaan
Kebutuhan TK HKPTahun STRATA I
STRATA II Peternak
Per 12 ekor Peternak
Per 30 ekor
1 Pengambilan Pakan 38,76
49,61 59,57
75,20 2 Pemberian Pakan +
Permbersihan Kandang Total
88,37 134,77
Sumber: Data primer, 2008 Diolah dari Lampiran 3 Dari tabel dapat dilihat bahwa kebutuhan tenaga kerja TK untuk strata
I adalah 88,37 HKPtahun per 12 ekor dan strata II adalah 134,77 HKPtahun per 30 ekor . Tetapi kebutuhan tenaga kerja tersebut dilakukan oleh pemilik ternak
kambing sehingga biaya tenaga kerja tidak pernah diterima secara langsung oleh pemilik ternak.
f. Peralatan Peralatan yang digunakan untuk usaha ternak kambing cukup sederhana
seperti ember, sabit, cangkul, beko, sapu lidi, dan tali. Ember digunakan untuk mengangkat air dan tempat minuman ternak; sabit untuk memotong pakan
hijauan; cangkul untuk mengambil kotoran ternak dari bawah kandang; beko untuk mengangkat pakan hijauan dan kotoran ternak; sapu lidi untuk
membersihkan kandang dan tali untuk mengikat pakan hijauan dari tempat
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, 2008.
USU Repository © 2009
penyabitan ke sekitar kandang. Peralatan-peralatan tersebut dapat diperoleh di pekan terdekat di daerah penelitian dengan harga yang terjangkau.
Dengan penjelesan atau keterangan di atas peneliti menyimpulkan bahwa faktor produksi input untuk ternak kambing tersedia didaerah penelitian. Dengan
demikian hipotesisis 1 yang mengatakan bahwa “ Input untuk usaha ternak kambing tesedia di daerah penelitian diterima”.
5.2 Teknologi