EVALUASI PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI 1. Segi Efektifitas

4.2. EVALUASI PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI 4.2.1. Segi Efektifitas Ukuran Efektifitas dari Program Bantuan Langsung Tunai yaitu apakah hasil yang diinginkan telah tercapai sesuai dengan rencana yang telah ditentukan oleh Pemerintah. Berdasarkan tujuan dari Program BLT, maka hasil yang diharapkan adalah : a. Terlindungnya keluarga miskin dari dampak langsung kenaikan BBM; b. Bertahannya kemampuan daya beli keluarga miskin; dan c. Tetap terjaganya stabilitas dan gejolak sosial masyarakat yang rentan terhadap pengaruh psikologis. Tabel 4.1 Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan Apakah dengan pemberian BLT dapat melindungi keluarga miskin dari dampak langsung kenaikan BBM No. Jawaban Jumlah KK Persentase 1. Ya 3 6,98 2. Ragu-ragu 4 9,30 3. Tidak 36 83,72 Total 43 100,00 Sumber : Data Primer 2007 Merujuk kepada tabel 4.1 dapat kita ketahui bahwa mayoritas responden mengaku bahwa pemberian Bantuan Langsung Tunai belum dapat melindungi keluarga miskin dari dampak langsung kenaikan BBM. Hal ini dapat dilihat dari Sutan Tolang Lubis : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan. USU e-Repository © 2008. sangat sedikitnya frekuensi responden yang menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut sebanyak 3 orang responden 6,98. Sedangkan yang menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut sebanyak 36 orang responden 83,72, dan sisanya adalah responden yang menyatakan ragu-ragu. Tabel 4.2 Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan Apakah dengan pemberian BLT dapat mempertahankan kemampuan daya beli keluarga akibat terjadinya kenaikan BBM No. Jawaban Jumlah KK Persentase 1. Ya 13 30,23 2. Ragu-ragu 9 20,93 3. Tidak 21 48,84 Total 43 100,00 Sumber : Data Primer 2007 Berdasarkan tabel 4.2 tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas responden menjawab bahwa Bantuan Langsung Tunai yang diberikan pemerintah belum dapat mempertahankan kemampuan daya beli sumber energi keluarga mereka sebagai akibat terjadinya kenaikan BBM yakni sebanyak 21 orang responden 48,84, sedangkan responden yang menjawab sebaliknya sebanyak 13 orang responden 30,23. Sisanya adalah responden yang ragu-ragu yakni sebanyak 9 orang responden 20,93. Sutan Tolang Lubis : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan. USU e-Repository © 2008. Tabel 4.3 Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan Apakah Anda Puas diberikan BLT walaupun harga BBM naik No. Jawaban Jumlah KK Persentase 1. Ya 22 51,16 2. Ragu-ragu 8 18,61 3. Tidak 13 30,23 Total 43 100,00 Sumber : Data Primer 2007 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebanyak 22 orang responden 51,16 menjawab bahwa para penerima Bantuan Langsung Tunai merasa puas dengan program tersebut walaupun harga BBM naik. Kemudian yang menjawab tidak puas sebanyak 13 orang responden 30,23, dan yang menyatakan ragu-ragu yakni sebanyak 8 orang responden 18,61. Berarti jika dilihat secara keseluruhan dari responden kebanyakan mereka mengakui merasa cukup puas terhadap Bantuan Langsung Tunai yang telah mereka terima sebanyak Rp.300.000 per 3 bulan tersebut. Dengan demikian stabilitas dan gejolak sosial masyarakat terutama keluarga miskin yang rentan terhadap pengaruh psikologis tetap terjaga walaupun pemerintah menetapkan kenaikan harga BBM tanggal 1 Oktober 2005. Dapat kita lihat bahwa dari tiga tujuan yang diharapkan pemerintah ternyata hanya satu yang tercapai. Sutan Tolang Lubis : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan. USU e-Repository © 2008.

4.2.2. Segi Efisiensi

Efesiensi yaitu apakah tujuan yang dicapai dalam pelaksanaan program tersebut menggunakan sumber daya secara optimal. Berbicara tentang kenaikan BBM tidak bisa dilepaskan dari pembahasan tentang kemiskinan. Sebab, pemerintah menggembar-gemborkan kenaikan BBM akan menurunkan angka kemiskinan. Alasannya, kenaikan tersebut dibarengi dengan pemberian dana kompensasi. Sebagai contoh rumah tangga yang pengeluarannya sama dengan garis kemiskinan. Berdasarkan garis kemiskinan Rp150.000 per kapita per bulan yang ditetapkan BPS, untuk sebuah keluarga dengan anggota keluarga rata-rata 4,3 berarti Rp650.000 per keluarga per bulan. Kenaikan harga BBM nonminyak tanah hanya meningkatkan biaya per rumah tangga 1 sebesar Rp6.500 per bulan. Jika biaya transportasi diperhitungkan, total pengeluaran meningkat Rp12.000 per bulan per keluarga. Lalu, keluarga ini mendapatkan Bantuan Langsung Tunai sebesar Rp100.000bulan. Jumlah ini masih lebih besar dibandingkan kenaikan biaya yang Rp12.000 tersebut. Sutan Tolang Lubis : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan. USU e-Repository © 2008. Tabel 4.4 Simulasi Estimasi Tingkat Kemiskinan Nasional Akibat Kenaikan Harga BBM dan Pemberian BLT kepada Rumah Tangga Miskin Uraian Garis Kemiskinan Rpkapitabulan Tingkat Kemiskinan Berdasarkan poverty rate BPS 2004 16,66 110.353 16,66 Disesuaikan dengan persentase kenaikan harga BBM 122.909 22,05 Pemberian BLT Rp 100,000bulanrumah tangga • 100 sampai ke sasaran 17,87 • 90 sampai ke sasaran 18,23 • 80 sampai ke sasaran 18,73 • 70 sampai ke sasaran 19,11 • 60 sampai ke sasaran 19,48 • 50 sampai ke sasaran 20,05 Keterangan: Kenaikan harga BBM: bensin: 87,5, solar: 104,8, dan minyak tanah; 185,7 Hasilnya memperlihatkan bahwa kebijakan kenaikan harga BBM pada 1 Oktober 2005 akan menambah proporsi penduduk miskin sebesar 5,49 atau 11.516.146 orang. Sementara itu, Program BLT dapat mengurangi laju pertambahan proporsi penduduk miskin dari 5,49 menjadi sebesar 1,21, dengan syarat tingkat ketepatan sasaran penerima program mencapai 100. Makin besar kesalahan sasaran mistargeting, makin besar peningkatan tingkat kemiskinan. Sutan Tolang Lubis : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan. USU e-Repository © 2008.

4.2.3. Segi Kecukupan

Tidak ada ketentuan yang mengatur penggunaan dana BLT. Artinya, penerima dapat menggunakan dana untuk keperluan apa pun. Karenanya, responden penerima menggunakan dana BLT untuk berbagai kebutuhan, namun umumnya digunakan untuk kebutuhan konsumsi seperti membeli beras, minyak tanah, minyak goreng, gula, lauk pauk, dan kebutuhan lainnya. Beberapa penerima juga membeli baju untuk anak-anaknya. Penggunaan dana terbesar kedua adalah untuk membayar utang di warung. Cukup banyak penerima BLT yang menggunakan dananya untuk keperluan biaya sekolah anak, baik pembayaran uang sekolah yang tertunda, pembelian alat tulis dan buku, pembayaran ujian semester dan kegiatan lain di sekolah. Ada juga keluarga miskin, terutama yang lanjut usia, menggunakan dana BLT untuk berobat. Hanya sedikit penerima yang menyisihkan dana BLT untuk menambah modal. Dana sebesar Rp300.000 diharapkan cukup untuk menutup kekurangan biaya hidup selama tiga bulan akibat kenaikan BBM. Namun, dana BLT yang diterima kebanyakan sudah habis digunakan dalam seminggu, bahkan ada yang habis dibelanjakan dalam sehari. Hanya beberapa penerima yang mengatakan menabung sebagian dari uang tersebut. Sutan Tolang Lubis : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan. USU e-Repository © 2008. Tabel 4.5 Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan Apakah pemberian BLT sebesar Rp.100.000bulan sudah mencukupi untuk menambah pemasukan keluarga seiring dengan terjadinya kenaikan harga BBM No. Jawaban Jumlah KK Persentase 1. Ya 6 13,95 2. Ragu-ragu 4 9,30 3. Tidak 33 76,75 Total 43 100,00 Sumber : Data Primer 2007 Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden menjawab bahwa Bantuan Langsung Tunai sebesar Rp.100.000bulan belum mencukupi untuk menambah pemasukan keluarga seiring dengan terjadinya kenaikan harga BBM yakni sebanyak 33 orang responden 76,75, dan diikuti oleh responden yang menjawab sebaliknya yakni sebanyak 6 orang responden 13,95. Sisanya adalah responden yang ragu-ragu yakni sebanyak 4 orang responden 9,30. Pada umumnya responden merasa senang memperoleh BLT namun banyak yang menilai bahwa dana yang diterima terlalu kecil. Bantuan yang mereka anggap memadai adalah Rp200.000–Rp300.000 per bulan sebanding dengan persentase kenaikan pengeluaran harian rumah tangga pasca kenaikan harga BBM. Beberapa keluarga miskin bahkan menyatakan bahwa mereka lebih memilih harga BBM Sutan Tolang Lubis : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan. USU e-Repository © 2008. tidak naik ketimbang menerima BLT, karena dengan demikian harga-harga kebutuhan pokok dengan sendirinya tidak naik.

4.2.4. Segi Pemerataan

Hasil temuan di lapangan dapat diketahui bahwa meskipun dalam pelaksanaan pendataan tidak sepenuhnya mengikuti ketentuan, umumnya penerima BLT adalah keluargarumah tangga miskin. Mereka adalah keluargarumah tangga yang mendapatkan penghasilan dari pekerjaan sebagai buruhkulitukang lepas, pedagang kecil dsb. Kondisi tempat tinggal mereka umumnya berupa rumah sederhana yang terletak di lingkungan yang tidak sehat, serta hanya terdiri dari satu ruang sempit yang tidak sebanding dengan jumlah anggota rumah tangga yang mendiaminya. Hal ini menunjukkan bahwa program bantuan yang diberikan pemerintah tersebut kepada masyarakat memang sudah tepat kepada orang yang benar-benar layak untuk menerimanya. Namun, ditemukan juga beberapa keluargarumah tangga mampu yang mendapatkan BLT, misalnya, mereka yang memiliki sepeda motor atau pun tabungan, memiliki tanah yang luas, mampu menyewa rumah yang bagus, sedang merenovasi rumahnya, dan mereka yang biaya hidupnya ditanggung anaknya yang cukup mampu. Sebaliknya, banyak dijumpai keluargarumah tangga miskin yang tidak tercakup sebagai penerima BLT undercoverage. Hal ini, antara lain, disebabkan kepala keluarga tidak dapat dijumpai pencacah pada saat pendaftaran awal, selain itu Sutan Tolang Lubis : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan. USU e-Repository © 2008. terdapat keluarga lain yang tinggal di rumah tersebut yang menjadi penerima BLT. Sebagian keluargarumah tangga miskin atau bahkan sangat miskin lainnya tidak menerima KKB tanpa diketahui alasan yang jelas. Tabel 4.6 Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan Apakah terjadi pemerataan dalam pemberian BLT dalam hal semua Rumah Tangga Miskin yang ada telah menjadi penerima BLT No. Jawaban Jumlah KK Persentase 1. Ya 14 32,56 2. Ragu-ragu 5 11,63 3. Tidak 24 55,81 Total 43 100,00 Sumber : Data Primer 2007 Tabel 4.6 menunjukkan kepada kita bahwa mayoritas responden mengatakan bahwa dalam pemberian Bantuan Langsung Tunai belum terjadi pemerataan yakni sebanyak 24 orang responden 55,81 tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Kemudian diikuti oleh responden yang mengatakan setuju sebanyak 14 orang responden 32,56, dan ada 5 orang responden 11,63 yang menyatakan ragu-ragu. Beberapa faktor yang diperkirakan menyebabkan ketidaktepatan hasil pendataan diantaranya: 1. Kurang memadainya jumlah pencacah dibanding jumlah keluargarumah tangga di wilayah tugasnya; Sutan Tolang Lubis : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan. USU e-Repository © 2008. 2. Kurangnya kemampuankapasitas sebagian pencacah dalam menyerap materi pelatihan serta mempraktikkannya di lapangan; 3. Kurang memadainya waktu pelatihan. Waktu pendataan secara keseluruhan yang terlalu singkat juga dinilai sebagai kendala utama pelaksanaan pendataan sehingga tidak semua tahapan dilakukan dengan baik dan benar. Hal lain yang kurang tepat adalah variabelkriteria beserta variasi isian dalam kuesioner rumah tangga yang digunakan BPS untuk menentukan kemiskinan. Variabelkriteria tersebut tampaknya masih perlu dipertimbangkan tingkat sensitivitasnya. Dalam beberapa kasus, kriteria tersebut dinilai masih belum mampu menangkap gambaran kemiskinan, seperti tidak tersedianya variabel kepemilikan rumah sehingga orang yang menempati rumah milik orang lain yang cukup bagus sudah dinilai tidak layak meskipun mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sutan Tolang Lubis : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan. USU e-Repository © 2008.

4.2.5. Segi Responsivitas

Akar masalah mengapa rakyat kita miskin bukan pada persoalan naik tidaknya BBM. Persoalannya: bagaimana agar kebutuhan hidup dapat terjangkau. Walau pemerintah memberi subsidi dan membagi-bagi uang kepada rakyat miskin setiap bulannya kalau kebutuhan dasar masyarakat sulit dijangkau tentu program ini hanya omong kosong belaka. Tabel 4.7 Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan Apakah dengan Pemberian BLT dapat membebaskan keluarga dari persoalan kemiskinan No. Jawaban Jumlah Jiwa Persentase 1. Ya 8 18,61 2. Ragu-ragu 5 11,63 3. Tidak 30 69,76 Total 43 100,00 Sumber : Data Primer 2007 Dari tabel 4.7 dapat kita ketahui bahwa mayoritas responden tidak setuju apabila dikatakan pemberian Bantuan Langsung Tunai dapat membebaskan keluarga dari belenggu kemiskinan, yakni sebanyak 30 orang responden 69,76. Sedangkan yang menyatakan setuju sebanyak 8 orang responden 18,61. Responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 5 orang responden 11,63. Karenanya, subsidi atau cash transfer tersebut bukan kebijakan optimal. Perlu ada kebijakan lain yang tidak mendistorsi harga BBM , sekaligus mengurangi Sutan Tolang Lubis : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan. USU e-Repository © 2008. pendapatan riil kaum miskin. Caranya dengan selalu menjaga kebutuhan dasar masyarakat agar senantiasa tersedia dan terjangkau. Atau dengan kata lain pemerintah harus menjamin pasokan BBM, beras, gula, dan bahan pokok lainnya di pasar dengan harga terjangkau masyarakat. Tentu tak salah jika rakyat miskin disantuni uang cash setiap bulan. Namun, bantuan itu bukan privilese khusus. Jika semua rakyat miskin yang banyak jumlahnya itu disantuni terus, sampai kapan kebijakan humanis itu mampu bertahan? Melihat tingginya angka rakyat tak mampu, selama rakyat belum mampu dan berdaya untuk ke luar dari kubangan kemiskinan, anggaran bagi-bagi uang tersebut tidak bisa tidak harus berlaku unlimitted. Itu berarti, anggaran akan habis untuk menyuplai daya beli masyarakat. Alangkah sangat bijaksananya jika negara mengoreksi kebijakan yang mendahulukan tindakan kuratif ketimbang preventif ini. Kita punya persoalan besar dengan minimnya lapangan kerja, kita punya persoalan juga dengan kecilnya lahan petani, kita pun punya masalah dengan rendahnya produktivitas bangsa menghasilkan produk dalam negeri, dan kita punya masalah dengan banyaknya kasus kurang gizi di tengah masyarakat. Maka persoalan ini dapat pecah dengan membuka banyak pabrik padat karya di daerah kantong kemiskinan. Di samping itu memecahkan masalah kemiskinan dengan cara membagi-bagi uang juga tidak tepat. Orang miskin akan tetap miskin dengan diberi santunan berapa pun, dikasih baju baru ataupun beras raskin. Orang miskin akan tertolong, berubah nasib dan harkat martabatnya hanya bila mereka memperoleh kesempatan Sutan Tolang Lubis : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan. USU e-Repository © 2008. menyalurkan kapasitas produktifnya sebagai manusia, artinya orang miskin memperoleh pendapatan karena bekerja. Inilah hakikat dari pesan konstitusi kita bahwa tiap-tiap warga negara berhak akan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Cash transfer adalah penanggulangan kemiskinan darurat yang sementara. Penyaluran subsidi BBM ini harus dapat ditransformasikan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat untuk memungkinkan mereka berkemampuan membuka dan memperoleh pekerjaan. Sutan Tolang Lubis : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan. USU e-Repository © 2008.

4.2.6. Segi Ketepatan

Sesungguhnya dari semua kelompok masyarakat, kelompok miskin adalah yang paling menderita akibat kenaikan harga BBM. Keluarga miskin sangat mudah terkena risiko akibat alam atau faktor buatan manusia ekonomi, keamanan dan ketertiban. Mereka tidak memiliki instrumen untuk mengatasi risiko, sehingga mereka menjadi sangat rentan terhadap berbagai gejolak, seperti gejolak harga, yang serta-merta membuat kesejahteraan hidup mereka melorot. Tabel 4.8 Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan Apakah BLT telah membantu perekonomian keluarga No. Jawaban Jumlah Jiwa Persentase 1. Ya 36 83,72 2. Ragu-ragu 1 2,33 3. Tidak 6 13,95 Total 43 100,00 Sumber : Data Primer 2007 Berdasarkan tabel 4.8 tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas responden menyatakan secara keseluruhan Program BLT tersebut telah membantu perekonomian keluarga miskin. Ini dapat dilihat dari besarnya frekuensi responden yang menyatakan hal tersebut yakni sebanyak 36 orang responden 83,72. Sedangkan yang tidak setuju sebanyak 6 orang responden 13,95, dan yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 1 orang responden saja 2,33. Sutan Tolang Lubis : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan. USU e-Repository © 2008. Tabel 4.9 Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan Apakah lebih baik Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM diberikan Pemerintah dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai No. Jawaban Jumlah Jiwa Persentase 1. Ya 38 88,37 2. Ragu-ragu 4 9,30 3. Tidak 1 2,33 Total 43 100,00 Sumber : Data Primer 2007 Tabel 4.9 menunjukkan bahwa responden yang menyatakan program Bantuan Langsung Tunai lebih baik dari program bantuan pemerintah lainnya sebanyak 38 orang responden 88,37, hal ini dikarenakan bantuan pemerintah berupa uang tunai dapat langsung dimanfaatkan untuk menutupi kebutuhan yang mendesak. Sesuai dengan hasil petikan wawancara terhadap salah satu penerima bantuan langsung tunai yaitu Ibu Musinem pada hari Rabu tanggal 11 Juli di Kantor Kelurahan Gedung Johor pada pukul 17.00 sore, katanya : “…..Lebih bagus dalam bentuk uang kalau ada bantuan dari pemerintah, sebab kalau dalam bentuk barang ya terpaksa kami harus jual dulu. Hal ini kan jadi lebih merepotkan lagi kalau harus dijual dulu.” Kemudian yang menyatakan ragu-ragu terhadap program bantuan pemerintah berupa subsidi langsung tunai tersebut sebanyak 4 orang responden 9,30, dan yang menyatakan sebaliknya hanya 1 orang responden saja 2,33. Sutan Tolang Lubis : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan. USU e-Repository © 2008.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN