BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada 1 Oktober 2005, pemerintah menetapkan kenaikan harga bahan bakar minyak BBM dalam rangka mengurangi beban subsidi. Tingkat kenaikan harga
BBM kali ini tergolong tinggi dibanding kenaikan-kenaikan harga sebelumnya, yaitu bensin: 87,5, solar: 104,8, dan minyak tanah: 185,7.
Keputusan ini diambil dengan latar belakang: 1 peningkatan harga BBM yang sangat tinggi di pasar dunia sehingga berakibat pada makin besarnya penyediaan
dana subsidi yang dengan sendirinya makin membebani anggaran belanja negara; 2 pemberian subsidi selama ini cenderung lebih banyak dinikmati kelompok
masyarakat menengah ke atas; dan 3 perbedaan harga yang besar antara dalam dan luar negeri memicu terjadinya penyelundupan BBM ke luar negeri.
Kenaikan harga BBM menambah beban hidup masyarakat. Mereka tidak hanya menghadapi kenaikan harga BBM, tetapi juga kenaikan berantai berbagai
harga barang dan jasa kebutuhan sehari-hari. Berbagai kenaikan tersebut menyebabkan penurunan daya beli masyarakat, terlebih rumah tangga miskin. Untuk
mengurangi beban tersebut, pada 10 September 2005 pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Inpres No. 12 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Bantuan
Langsung Tunai kepada Rumah Tangga Miskin. Melalui program yang kemudian dikenal sebagai “Bantuan Langsung Tunai” BLT ini pemerintah menyediakan dana
Sutan Tolang Lubis : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan.
USU e-Repository © 2008.
bantuan bagi sekitar 15,5 juta rumah tangga miskin. Besarnya dana adalah Rp100.000 per keluarga per bulan dan diberikan setiap tiga bulan.
Pada penyaluran tahap pertama yang direalisasikan sejak 1 Oktober 2005 pemerintah menyediakan dana sebesar Rp 4,6 triliun. Penyaluran dana kepada rumah
tangga miskin dilakukan oleh PT Pos Indonesia melalui kantor cabangnya di seluruh Indonesia.
Dalam pelaksanaan program ini tidak ditemukan adanya acuan atau pedoman umum yang berisi penjelasan menyeluruh tentang program bagi semua pihak yang
berkepentingan. Acuan yang tersedia hanya berupa buku petunjuk parsial seperti petunjuk pendataan rumah tangga miskin dan petunjuk pendistribusian Kartu
Kompensasi BBM KKB yang persebarannya cenderung terbatas di kalangan internal BPS Badan Pusat Statistik.
Akibatnya, terdapat perbedaan pemahaman antar pihak terkait tentang pelaksanaan program. Instansi yang berperan dalam pelaksanaan Program BLT
adalah Departemen Sosial, BPS, dan PT Pos Indonesia. Pemerintah Daerah Pemda pada awalnya tidak dilibatkan secara serius. Namun, dengan perkembangan
pelaksanaan program pihak Pemda dan seluruh jajarannya sering diminta membantu proses pencairan dana dalam rangka meredam gejolak sosial.
Di berbagai daerah, kegiatan sosialisasi program secara formal dan menyeluruh bagi pihak terkait di luar lembaga pelaksana nyaris tidak pernah
dilakukan. Sosialisasi formal hanya terbatas tentang rencana kegiatan Pendataan Sosial Ekonomi Penduduk 2005 PSE05 yang dalam praktiknya merupakan
Sutan Tolang Lubis : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan.
USU e-Repository © 2008.
pendataan keluargarumah tangga miskin. Sosialisasi formal untuk masyarakat luas pun tidak dilakukan. Banyak pihak mengeluhkan kurangnya sosialisasi program.
Sebagai contoh, kriteria penerima BLT tidak disosialisasikan secara terbuka, bahkan instansi pemerintah di tingkat Kelurahan dan Kecamatan secara resmi tidak
mengetahui besarnya target dan realisasi di daerahnya. Di Kota Medan, kurangnya sosialisasi program menyebabkan aparat
Kecamatan, Kelurahan dan Kepala Lingkungan kurang dapat membantu menjelaskan program kepada masyarakat yang bertanya atau mengadu.
Menurut buku Pelaksanaan Pendataan Rumah Tangga Miskin 2005, pendataan rumah tangga miskin diselenggarakan sejak 15 Agustus hingga 15
September 2005. Namun dalam praktiknya, waktu pelaksanaan pendataan bervariasi. Adanya kemungkinan bahwa tidak semua prosedur pendataan tersebut diikuti
secara benar. Beberapa pelanggaran yang mungkin terjadi yaitu : 1 Petugas BPS tidak melaksanakan verifikasi kasat mata secara menyeluruh, melainkan hanya
beberapa keluargarumah tangga saja; 2 Petugas Pencacah tidak menghubungi Kepala Lingkungan untuk membuat daftar keluargarumah tangga miskin awal dan
ada juga pencacah yang meminta orang lain melakukan tugasnya; 3 Pengisian formulir PSE05.RT secara langsung dari rumah ke rumah hanya dilakukan terhadap
sebagian kecil rumah tangga; 4 Pertanyaan yang diajukan kepada keluargarumah tangga tidak lengkap, kebanyakan hanya dua hingga tiga variabel pertanyaan, seperti
pekerjaan, status kepemilikan rumah, dan banyaknya anak yang sekolah.
Sutan Tolang Lubis : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan.
USU e-Repository © 2008.
Secara umum, penerima Bantuan Langsung Tunai adalah keluargarumah tangga miskin. Namun, di satu sisi masih banyak berita adanya keluargarumah
tangga yang sama miskinnya tetapi tidak mendapatkan BLT undercoverage. Di sisi lain, ditemukan juga beberapa keluargarumah tangga mampu yang menerima BLT
leakage. Tidak ada ketentuan yang mengatur penggunaan dana BLT. Artinya, penerima
dapat menggunakan dana untuk keperluan apa pun. Dalam kenyataannya, umumnya penerima menggunakan dana BLT untuk membeli beras dan minyak tanah,
membayar listrik dan biaya kontrak rumah, serta melunasi utang. Selain itu, ada juga beberapa penerima yang menggunakan dana untuk biaya kesehatan dan sekolah.
Hanya sedikit yang memanfaatkan dana untuk modal usaha. Setelah pembagian KKB dan pencairan dana, banyak anggota masyarakat
mengajukan keberatan karena tidak memperoleh BLT. Padahal mereka telah didata atau selama ini termasuk keluargarumah tangga miskin dalam program
penanggulangan kemiskinan lainnya. Mereka datang ke Kepala Lingkungan, Kantor Lurah, Kantor Camat, hingga Kantor Walikota Gedung DPRD. Alhasil, di lapangan
proses penyaluran BLT ini menyisakan cerita panjang dan menyesakkan. Pada masa pencairan BLT, terjadi antrean panjang para penerima BLT di
Kantor Pos. Bahkan ada di beberapa daerah terjadi tindak kekerasan seperti warga yang mengamuk dan membakar kantor. Begitu hebohnya kekisruhan penyaluran BLT
ini sehingga hal tersebut mengalihkan perhatian dari upaya-upaya peningkatan
Sutan Tolang Lubis : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan.
USU e-Repository © 2008.
pelayanan kepada masyarakat miskin yang sebelumnya menjadi fokus dana kompensasi BBM.
Dilihat dari sudut kemanusiaan penyaluran dana kompensasi BBM kepada keluarga miskin merupakan tindakan yang wajar, karena yang paling terkena dampak
kenaikan harga BBM adalah kelompok ini. Pemerintah telah memberikan rasa kepedulian kepada keluarga miskin. Daya beli masyarakat secara keseluruhan
mengalami penurunan karena harga barang naik sementara pendapatan tidak naik. Jika harga BBM saja yang naik mungkin tidak begitu dipermasalahkan,
namun yang menjadi persoalan adalah kenaikan harga yang juga ikut naik seiring dengan kenaikan harga BBM tersebut, seperti kenaikan harga bahan-bahan kebutuhan
pokok dan sebagainya. Keadaan tersebut diperburuk lagi dengan menurunnya tingkat ekonomi masyarakat. Masyarakat harus bersabar karena kenaikan pendapatan yang
akan terjadi memerlukan waktu. Tidak tertutup kemungkinan kenaikan pendapatan itu tidak punya arti apabila persentasenya lebih kecil dari persentase kenaikan harga
rata-rata. Pemerintah pada saat itu sedang mengalami kesulitan keuangan. Inilah yang
harus dimaklumi masyarakat untuk setuju pada kenaikan harga BBM. Tetapi seberapa parah kesulitan keuangan itu tidak diketahui oleh masyarakat umum karena tidak
dibuka oleh pemerintah. Namun dari situasi tersebut masyarakat menduga kesulitan keuangan pemerintah sudah sedemikan parahnya.
Anggaran yang dipakai untuk kegiatan pembangunan fisik sangatlah kecil. Sebagian besar penerimaan negara dipergunakan untuk membiayai lembaga dan
Sutan Tolang Lubis : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan.
USU e-Repository © 2008.
aparatur pemerintah dan sebagian lainnya untuk membayar cicilan dan bunga utang luar negeri. Dapat dipahami akan terbatasnya keuangan negara saat itu, hanya saja
pemerintah tidak terbuka kepada masyarakat. Kenaikan harga BBM merupakan salah satu cara bagi pemerintah untuk mengurangi beban di dalam anggaran. Namun
kenaikan tersebut berdampak pada kenaikan harga-harga lainnya. Masyarakat sebenarnya tidak mempersoalkan kenaikan harga atas barang apa
pun jika hubungan fungsional antara harga dengan pendapatan berjalan seiring. Artinya kenaikan harga barang bersamaan dengan kenaikan pendapatan masyarakat.
Namun yang menjadi persoalan adalah jika fungsi ini tidak berjalan seiring. Harga- harga naik tetapi pendapatan tidak naik, atau kenaikan pendapatan lebih lambat dari
kenaikan harga sehingga daya beli masyarakat terus melemah dan tingkat kesejahteraan menjadi turun.
Di samping itu kepincangan pendapatan masyarakat sangatlah tinggi sehingga mengakibatkan terjadinya kesenjangan sosial. Pemerintah kesulitan untuk
mengharmoniskan hubungan antara harga dan pendapatan. Keadaan tersebut merupakan produk dari perencanaan serta pelaksanaan pembangunan ekonomi yang
dilaksanakan pemerintah pada masa sebelumnya. Pemerintah tidak memperhatikan potensi ekonomi yang dimiliki masyarakat dan negara. Perencanaan dan kebijakan
ekonomi tidak didasarkan pada potensi ekonomi daerah dan tidak didasarkan pada dorongan multiflier effects tetapi didasarkan pada pertambahan demand dan kemajuan
teknologi. Perencanaan dan kebijakan ekonomi lebih berwawasan sentralistik tanpa memperhatikan kepentingan ekonomi daerah yang multiflier effect-nya cukup tinggi.
Sutan Tolang Lubis : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan.
USU e-Repository © 2008.
Berbagai permasalahan yang ditemukan pada saat itu adalah akumulasi dari berbagai permasalahan ekonomi masa lalu, sementara pemerintah tidak mampu
mengatasinya secara tepat sehingga membawa perekonomian kepada suatu keadaan stagflasi. Keadaan stagflation sebenarnya sudah terlihat sebagai pertanda
perekonomian dalam keadaan lampu kuning. Tingkat pertumbuhan melemah stagnation sementara inflasi inflation tinggi dan pengangguran terus bertambah.
Selama tiga dekade berbagai upaya penanggulangan kemiskinan dilakukan melalui penyediaan kebutuhan dasar seperti pangan, pelayanan kesehatan dan
pendidikan, perluasan kesempatan kerja, pembangunan pertanian, pemberian dana bergulir melalui sistem kredit, pembangunan prasarana dan pendampingan,
penyuluhan sanitasi dan sebagainya. Namun ternyata kemiskinan belum dapat dientaskan, bahkan jumlah penduduk miskin semakin bertambah. Persentase jumlah
penduduk miskin di Indonesia lebih parah dibandingkan pada tahun 1980, persentase penduduk miskin tercatat 28,6 sedangkan tahun 2005 mencapai 29,7 atau di atas
72 juta yang jumlahnya dua kali lipat dibandingkan dengan penduduk miskin tahun 2004 yaitu 36,56 juta orang.
Patut dipertanyakan kenapa hal tersebut terjadi. Selain faktor naiknya harga BBM yang berperan besar terhadap naiknya jumlah penduduk miskin sampai dua kali
lipat untuk tahun 2005, faktor lain yang mungkin mempengaruhi adalah serangkaian cara dan strategi penanggulangan kemiskinan yang dilakukan, lebih berorientasi
material, sehingga keberlanjutannya sangat tergantung pada ketersediaan anggaran dan komitmen pemerintah.
Sutan Tolang Lubis : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan.
USU e-Repository © 2008.
Tidak mungkin menciptakan sumber daya manusia yang baik jika belenggu kemiskinan masyarakat melekat. Ketika rakyat tidak lagi mampu untuk mencukupi
kebutuhan minimal akibat pendapat rill tidak cukup maka yang terpikir oleh keluarga adalah memberdayakan mereka bekerja apa saja tanpa pernah berpikir
memberdayakan mereka melalui lembaga-lembaga pendidikan formal dan nonformal. Keluarga akan membiarkan anak-anak mereka yang usia sekolah menjadi gembel,
pengamen atau pengemis di pinggir-pinggir jalan, sementara pemerintah sibuk menghimbau wajib belajar. Akibat buruknya adalah munculnya generasi yang mudah
putus asa, generasi yang minder, generasi yang tidak punya wawasan, generasi yang miskin jiwanya dan tidak siap menghadapi tantangan. Dan lebih celaka lagi generasi
ini akan menjadi penonton dan penderita ketika setiap jengkal tanah yang mestinya menghidupi mereka dirampas oleh kapitalis yang tidak punya hati nurani.
Kemiskinan merupakan masalah utama pembangunan yang sifatnya kompleks dan multi dimensional. Persoalan kemiskinan bukan hanya berdimensi ekonomi tetapi
juga sosial, budaya, politik bahkan juga ideologi. Secara umum kondisi kemiskinan tersebut ditandai oleh kerentanan, ketidakberdayaan, keterisolasian, dan
ketidakmampuan untuk menyampaikan aspirasi dan kebutuhannya. Karena sifat kemiskinan yang multi dimensi tersebut, maka kemiskinan telah menyebabkan akibat
yang juga beragam dalam kehidupan nyata, antara lain: i secara sosial ekonomi dapat menjadi beban masyarakat, ii rendahnya kualitas dan produktivitas
masyarakat, iii rendahnya partisipasi masyarakat, iv menurunnya ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat, v menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap
Sutan Tolang Lubis : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan.
USU e-Repository © 2008.
birokrasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan vi kemungkinan merosotnya mutu generasi yang akan datang. Semua indikasi tersebut merupakan
kondisi yang saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Harapan untuk menyelesaikan berbagai masalah ekonomi masih
dimungkinkan, sepanjang pemerintah mampu menciptakan terobosan melalui berbagai kebijakan ekonomi perbaikan pada sektor bisnis, investasi dan perpajakan
dan kebijakan publik perbaikan di bidang pelayanan, keamanan dan prasarana.
1.2. Perumusan Masalah