Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Pematangsiantar

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN LAPANGAN

KERJA DI PEMATANGSIANTAR

TUGAS AKHIR

NIDA ELHAQ

072407035

PROGRAM STUDI D3 STATISTIKA

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN LAPANGAN

KERJA DI PEMATANGSIANTAR

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

NIDA ELHAQ

072407035

PROGRAM STUDI D3 STATISTIKA

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

PERSETUJUAN

Judul : HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN

LAPANGAN KERJA DI PEMATANGSIANTAR

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : NIDA ELHAQ

Nomor Induk Mahasiswa : 072407035

Program Studi : DIPLOMA (D-III) STATISTIKA

Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juli 2010 Diketahui

Departemen Matematika FMIPA USU

Ketua Pembimbing

Dr. Saib Suwilo, M.Sc. Drs. Djenda Djudjur Ginting, MS NIP. 196401091988031004 NIP. 194708191977101001


(4)

PERNYATAAN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN LAPANGAN KERJA DI PEMATANGSIANTAR

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2010

NIDA ELHAQ 072407035


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karuniaNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya.

Tugas Akhir ini berjudul Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Lapangan Kerja di Pematangsiantar .

Pada kesempatan ini, Penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan, bimbingan dan nasehat-nasehat yang tidak ternilai kepada semua pihak yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, terutama kepada :

1. Bapak Dr. Eddy Marlianto, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

2. Bapak Dr. Saib Suwilo, M.Sc, selaku Ketua Pelaksana Program Studi D3 Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU.

3. Bapak Drs. Djenda Djudjur Ginting, MS, selaku dosen Pembimbing yang telah bersedia memberi arahan, bimbingan dan petunjuk kepada Penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. Seluruh staf Pengajar di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU khususnya jurusan Matematika.

5. Kedua Orang Tua Penulis yang telah membimbing dan memberikan nasehat serta doa selama mengikuti perkuliahan.

6. Semua teman-teman di Program Studi D3 Statistika khususnya Statistika B dan seluruh Program Studi Statistika pada umumnya.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Karena itu dengan tangan terbuka Penulis menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini. Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan kepada setiap orang yang membacanya.


(6)

Akhir kata, Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

Medan, Juni 2010 Penulis,

NIDA ELHAQ 072407035


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Maksud dan Tujuan

1.4.1 Maksud 4

1.4.2 Tujuan 5

1.5 Metodologi Penelitian 5

1.5.1 Variabel yang diamati 7

1.5.2 Lokasi dan Waktu

1.5.2.1 Lokasi 7

1.5.2.2 Waktu 7

1.6 Tinjauan Pustaka 8

1.7 Sistematika Penulisan 9

BAB 2 Tinjauan Teoritis

2.1 Pengertian-pengertian 10

2.2 Statistik non Parametrik 11

2.3 Uji Chi-Kuadrat 12

2.3.1 Uji Independen antara Dua Faktor 14

2.3.2 Koefisien Kontingensi 17

2.4 Hipotesa 19

BAB 3 Tentang Daerah Riset

3.1 Sejarah Singkat Kota Pematangsiantar 21 BAB 4 Analisa dan Evaluasi

4.1 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Lapangan Kerja

di Pematangsiantar 28

BAB 5 Implentasi Sistem

5.1 Pengenalan Excel 40

5.2 Type Data dalam Microsoft Excel 43

5.3 Fungsi Statistik 44


(8)

Halaman BAB 6 Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan 48

6.2 Saran 49

Daftar Pustaka Lampiran


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Daftar Kontingensi 18

Tabel 2.2 Daftar Kontingensi dari Frekuensi yang Diharapkan 19 Tabel 4.1 Data Tingkat Pendidikan dengan Lapangan Kerja di Pematangsiantar 28

Tabel 4.2 Daftar Frekuensi yang Diharapkan 35

Tabel 4.3 Penentuan Harga Chi-Kuadrat 36


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Lapangan Kerja 30

Gambar 5.1 Mengaktifkan Microsoft Excel 41

Gambar 5.2 Tampilan Lembar Kerja Microsoft Excel 41 Gambar 5.3 Kotak Dialog Chart Wizard Step 1 of 4 45 Gambar 5.4 Kotak Dialog Chart Wizard Step 2 of 4 45 Gambar 5.5 Kotak Dialog Chart Wizard Step 3 of 4 Chart Option 46 Gambar 5.6 Chart Wizard Step 4 of 4 Chart Location 47


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan upaya dalam mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan kepadanya. Jadi pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang semakin penting agar generasi Indonesia bisa bersaing dalam persaingan lokal maupun internasional. Tetapi di Indonesia pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu masih menjadi masalah utama dalam sektor pendidikan, sedangkan pendidikan yang berkualitas tentunya akan membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas juga.

Dewasa ini banyak lontaran kritik terhadap sistem pendidikan yang pada dasarnya mengatakan bahwa perluasan kesempatan belajar cenderung telah menyebabkan bertambahnya pengangguran tenaga terdidik daripada bertambahnya tenaga produktif yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. Kritik ini tentu saja beralasan karena data sensus penduduk memperlihatkan kecenderungan yang menarik bahwa proporsi jumlah tenaga penganggur dari lulusan pendidikan yang lebih tinggi ternyata lebih besar dibandingkan dengan proporsi tenaga penganggur dari lulusan yang lebih rendah (Sensus Penduduk 1990). Dengan kata lain, persentase jumlah penganggur tenaga sarjana (tamatan Perguruan Tinggi) lebih besar dibandingkan


(12)

dengan persentase jumlah pengangguran lulusan SMA atau jenjang pendidikan yang lebih rendah.

Bagi setiap individu yang bisa melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi pada umumnya didasari harapan adanya peluang kerja dan pengembangan karier yang lebih terbuka pada masa mendatang. Adanya kenyataan peluang mendapat pekerjaan yang semakin sulit akibat kebijakan ekonomi politik negara yang belum berpihak pada terbukanya lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya bagi rakyat menjadikan tidak adanya jaminan bagi tamatan Perguruan Tinggi memiliki kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan. Kondisi ini berpotensi dalam memunculkan kecemasan akan kesulitan lapangan pekerjaan pada mahasiswa tingkat akhir yang bila tidak dikelola dengan baik kecemasan tersebut akan memiliki dampak merugikan bagi kehidupan individu karena setiap orang pasti mendambakan suatu pekerjaan, ini disebabkan karena kerja merupakan aktivitas dasar dan aktivitas sosial yang memiliki bagian esensial dari kehidupan manusia serta memberikan isi dan makan bagi kehidupan. Dalam lapangan Ilmu Psikologi bekerja merupakan salah satu tugas masa perkembangan dewasa awal, yaitu tugas perkembangan pada individu yang berusia 21-40 tahun.

Fenomena susahnya orang berpendidikan tinggi mendapatkan kerja di negerinya sendiri (tentu dengan gaji yang layak ) itu bukan menjadi monopoli khas Indonesia. Harap diingat di negara-negara padat seperti India, Pakistan, Iran, Mesir atau China misalnya kejadian yang sama juga mereka alami. Betapa banyak lulusan perguruan tinggi dari negara tersebut terpaksa bekerja mengadu nasib di luar negeri karea di negaranya tidak terdapat lowongan kerja yang memadai. Dengan demikian


(13)

penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara tingkat pendidikan dengan lapangan kerja di Pematangsiantar. Kota Pematangsiantar dijadikan objek penelitian karena penulis berasal dari kota tersebut. Sehingga judul Tugas Akhir ini adalah Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Lapangan Kerja di Pematangsiantar .

1.2 Perumusan Masalah

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat ditentukan oleh tingkat pendidikannya. Dalam dunia pasar kerja, kualitas SDM juga menjadi bahan pertimbangan utama dalam pemenuhan lapangan pekerjaan yang tersedia. Berdasarkan hal tersebut di atas yang menjadi permasalahan dalam Tugas Akhir ini adalah :

1. Apakah benar ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan lapangan kerja di Pematangsiantar?

2. Seberapa besar/erat hubungan antara tingkat pendidikan dengan lapangan kerja di Pematangsiantar?

1.3 Batasan Masalah

Agar Tugas Akhir ini tidak menyimpang dari sasaran yang dituju, maka perlu membuat pembatasan ruang lingkup pembahasannya adalah khusus di kota Pematangsiantar saja dan yang dipelajari hanya mengenai hubungan tingkat pendidikan dengan lapangan kerja.

Disini tingkat pendidikan dibagi menjadi 6 (enam) bagian, yaitu : 1. Tidak/Belum pernah sekolah

2. Tidak/Belum tamat SD 3. SD


(14)

4. SLTP 5. SMTA

6. Akademi/Perguruan Tinggi (PT)

Dan lapangan pekerjaan dibagi menjadi 9 (sembilan) bagian, yaitu : 1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air Minum 5. Bangunan

6. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 7. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi

8. Lembaga Keuangan, Usaha, Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan

1.4 Maksud dan Tujuan 1.4.1 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan dan lapangan pekerjaan di Pematangsiantar.

2. Mengetahui seberapa besar/erat hubungan antara hubungan antara tingkat pendidikan dan lapangan pekerjaan di Pematangsiantar.


(15)

1.4.2 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui bagaimana cara meningkatkan kompetensi pendidikan (pengetahuan, keahlian, pengalaman) agar sesuai dengan tuntutan pekerjaan di lapangan.

2. Sebagai bahan bacaan bagi Pemda Pematangsiantar dalam mengambil kebijaksanaan dari ketenagakerjaan yang berhubungan dengan pendidikan dan keterampilan tenaga kerja.

1.5 Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei di mana data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisa Chi-kuadrat (2) yaitu :



h

i k

j ij

ij ij

E E O

1 1

2

2 ( )

Dengan : 

ij

O Jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris ke-i dan kolom ke-j.

ij

E Banyak kasus yang diharapkan untuk dikategorikan dalam baris ke-i dan kolom ke-j

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut : Hipotesis ditolak jika Ho : 2hitung2tabel


(16)

Hipotesis diterima jika Ho : 2hitung2tabel

Dalam taraf nyata (kepercayaan) = 0.05 dan derajat kebebasan (dk) untuk distribusi Chi Kuadrat adalah (b-1)(k-1).

Setelah mendapatkan harga Chi-kuadrat (2), biasanya kita menghitung harga koefisien kontingensi yang diberi simbol C. Kegunaannya adalah untuk mencari atau menghitung keeratan hubungan antara dua variabel yang mempunyai gejala ordinal (kategori), paling tidak berjenis nominal. Rumus yang digunakan adalah :

N C

hitung hitung

2 2

Dengan :

C = Koefisien Kontingensi

hitung

2

= Hasil perhitungan Chi-kuadrat N = Banyak data

Harga koefisien kontingensi maksimum dihitung dengan rumus sebagai berikut :

m m Cmaks  1

Dengan m adalah harga minimum antara b dan k atau antara baris dan kolom. Dengan membandingkan C dengan Cmaksmaka keeratan hubungan variabel I dan II ditentukan oleh persentasenya. Hubungan itu disimbolkan dengan Q dan mempunyai nilai antara -1 dan 1. Bila harga Q mendekati 1 maka hubungan antara kedua variabel tersebut semakin erat begitu pula sebaliknya bila nilai Q menjauhi 1 maka hubungan akan menjadi kurang erat. Nilai Q dihitung dengan rumus :


(17)

% 100 x

CC

Q

maks

1.5.1 Variabel yang diamati

Variabel yang diamati dalam hubungan tingkat pendidikan dengan lapangan pekerjaan adalah lapangan pekerjaan sebagai variabel bebas (independent variable), sedangkan tingkat pendidikan sebagai variabel terikat (dependent variable).

Hipotesis penelitian :

H0 = Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan lapangan pekerjaan di Pematangsiantar.

H1 = Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan lapangan pekerjaan di Pematangsiantar.

1.5.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.2.1 Lokasi

- Lokasi yang dipelajari dalam Tugas Akhir ini adalah kota Pematangsiantar. - Data sekunder yang digunakan diambil dari BPS Sumatera Utara Jl. Asrama

No.179 Medan. 1.5.2.2 Waktu


(18)

1.6 Tinjauan Pustaka

1. Suryadi, Ace Analisis Kebijakan Pendidikan

Titik singgung antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi ialah produktivitas tenaga kerja, dengan adanya asumsi bahwa semakin tinggi mutu pendidikan, semakin tinggi produktivitas kerja, semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat, (teori

Human Capital)

2. Soepeno, Bambang Statistik Terapan

Chi-kuadrat (2) adalah teknik analisis statistik untuk mengetahui signifikansi perbedaan antara proporsi (dan atau probabilitas) subjek atau objek penelitian yang datanya telah dikategorikan. Dasar pijakan analisis dengan chi kuadrat (2) adalah jumlah frekuensi yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Guilford dan Fruthter: 1978: 193) : Chi square is used with data in the form of frequencies or data can be readly transformed into frequencies. The is includes proportions and probabilities

3. Mantra, Ida Bagoes Demografi Umum

Peningkatan pendidikan dan angkatan kerja dapat dilihat dari dua sisi. Sebagaimana disebutkan oleh Gardiner, dkk (1994) ada anggapan bahwa pembahasan yang terlalu menekankan pada tingkat pendidikan yang rendah dilakukan dalam rangka untuk menarik investasi asing karena muutu angkatan kerja yang rendah berkaitan dengan upah buruh yang rendah, padahal angkatan kerja yang berpendidikan rendah mempunyai tingkat kompetisi rendah, yang terlihat dari beberapa ciri yang kurang menguntungkan (Simanjuntak, 1994).


(19)

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam Tugas Akhir ini disusun dengan sistematika yang terdiri dari 6 (enam) bab, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Pada bab ini berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan isi dari Tugas Akhir.

BAB III : TENTANG DAERAH RISET

Pada bab ini berisi tentang daerah tempat riset yaitu Pematangsiantar. Bagaimana sejarah singkat Pematangsiantar.

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

Dalam bab ini menguraikan dan menganalisa data yang telah diperoleh langsung dari sumbernya yaitu untuk melihat hubungan tingkat pendidikan dengan lapangan pekerjaan di Pematangsiantar menurut Keadaan Angkatan Kerja di Pematangsiantar, Agustus 2008. BAB V : IMPLEMENTASI SISTEM

Pada bab ini berisi tentang cara memasukkan data dan menganalisis data pada program Microsoft Excel.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang diambil penulis dari evaluasi.


(20)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian-pengertian

Lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/usaha/ perusahaan/kantor dimana seseorang bekerja.

Pekerjaan utama adalah jika seseorang hanya mempunyai satu pekerjaan maka pekerjaan tersebut digolongkan sebagai pekerjaan utama. Bila pekerjaan yang dilakukan lebih dari satu, maka pekerjaan utama adalah pekerjaan yang dilakukannya dengan waktu terbanyak. Jika waktu yang digunakan sama, maka pekerjaan yang memberi penghasilan terbesar dianggap sebagai pekerjaan utama. Seseorang dikatakan mempunyai pekerjaan lebih dari satu apabila pekerjaan yang dilakukan berada di bawah pengelolaan yang terpisah.

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah tingkat pendidikan yang dicapai seseorang setelah mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi suatu tingkatan sekolah formal dengan mendapatkan tanda tamat/ijazah.

2.2 Statistik non Parametrik

Metode Statistik non Parametrik atau sering juga disebut metode bebas sebaran adalah test yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat mengenai


(21)

parameter-parameter populasi yang merupakan induk sampel penelitiannya. Oleh karena itu observasi-observasi independent dan variabel yang diteliti pada dasarnya memiliki kontinuitas.

Dalam kegiatan penelitian,biasanya lebih banyak digunakan analisis statistik parametrik daripada statistik non parametrik. Statistik parametrik digunakan jika kita telah mengetahi model matematis dan distribusi populasi suatu data yang akan dianalisis. Jika kita tidak mengetahui suatu model distribusi populasi dari suatu data dan jumlah data relatif kecil atau asumsi kenormalan tidak selalu dapat dijamin penuh, maka kita harus menggunakan statistik non parametrik (statistik bebas sebaran).

Statistik non parametrik mempunyai kelebihan atau keunggulan yaitu kebanyakan prosedur parametrik memerlukan asumsi dalam jumlah yang minimal maka kemungkinan untuk beberapa prosedur non parametrik perhitungan-perhitungan dapat dilakukan dengan cepat dan mudah, terutama bila terpaksa dilakukan dengan manual. Jadi penggunaan prosedur-prosedur ini menghemat waktu yang diperlukan untuk perhitungan dan ini merupakan bahan pertimbangan bila hasil penyajian harus secara tersaji atau bila mesin hitung berkemampuan tinggi tidak tersedia. Dengan statistik non parametrik para peneliti dengan dasar matematik dan statistik yang kurang, biasanya konsep dan metode prosedur non parametrik mudah dipahami. Prosedur-prosedur non parametrik boleh diterapkan bila data telah diukur dengan menggunakan skala pengukuran.

Sedangkan kelemahan dari statistik non parametrik adalah perhitungan-perhitungan yang dibutuhkan untuk kebanyakan prosedur non parametrik cepat dan sederhana, prosedur-prosedur ini kadang-kadang digunakan untuk kasus-kasus yang


(22)

lebih tepat bila ditangani prosedur-prosedur non parametrik sehingga cara ini sering menyebabkan pemborosan informasi. Meskipun prosedur statistik non parametrik terkenal karena prinsip perhitungan yang sederhana, pekerjaan hitung-menghitung selalu membutuhkan banyak tenaga dan akan menimbulkan kejenuhan.

Dalam implementasi, penggunaan prosedur yang tepat merupakan tujuan dari peneliti. Beberapa parameter yang dapat digunakan sebagai dasar penggunaan statistik non parametrik :

1. Hipotesis yang diuji tidak melibatkan parameter populasi

2. Skala yang digunakan lebih lemah dari skala prosedur parametrik 3. Asumsi-asumsi parametrik tidak terpenuhi

2.3 Uji Chi-Kuadrat

Uji Chi-kuadrat merupakan salah satu prosedur non parametrik yang dapat digunakan dalam analisis statistik yang sering digunakan dalam praktek. Teknik Chi-kuadrat (Chi-square; Chi dibaca : kai; simbol dari huruf Yunani : 2) ditentukan oleh Helmet pada tahun 1875, tetapi baru pada tahun 1900, pertama kali diperkenalkan kembali oleh Karl Pearson.

Uji Chi-kuadrat digunakan untuk menguji kebebasan antara dua sampel (variabel) yang disusun dalam tabel baris kali kolom atau menguji keselarasan dimana pengujian dilakukan untuk memeriksa ketergantungan dan homogenitas apakah data sebuah sampel yang diambil menunjang hipotesis yang menyatakan bahwa populasi asal sampel tersebut mengikuti suatu distribusi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, uji ini dapat juga disebut uji keselarasan (goodness of fit test), karena untuk menguji


(23)

apakah sebuah sampel selaras dengan salah satu distribusi teoritis (seperti distribusi normal, uniform, binomial dan lainnya).

Pada kedua prosedur tersebut selalu meliputi perbandingan frekuensi yang teramati dengan frekuensi yang diharapkan bila H0 yang ditetapkan benar, karena dalam penelitian yang dilakukan data yang diperoleh tidak selamanya berupa data skala interval saja, melainkan juga data skala nominal, yaitu yang berupa perhitungkan frekuensi pemunculan tertentu.

Perhitungan frekuensi pemunculan juga sering dikaitkan dengan perhitungan persentase, proporsi atau yang lain yang sejenis. Chi-kuadrat adalah teknik statistik yang dipergunakan untuk menguji probabilitas seperti itu, yang dilakukan dengan cara mempertentangkan antara frekuensi yang benar-benar terjadi, frekuensi yang diobservasi, observe frequencies (disingkat F0 atau O) dengan frekuensi yang diharapkan,expected frequencies(disingkat Fhatau E).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan Chi-kuadrat, yaitu :

1. Chi-kuadrat digunakan untuk menganalisa data yang berbentuk frekuensi. 2. Chi-kuadrat tidak dapat digunakan untuk menentukan besar atau kecilnya

korelasi dan variabel-variabel yang dianalisa.

3. Chi-kuadrat pada dasarnya belum dapat menghasilkan kesimpulan yang memuaskan.

4. Chi-kuadrat cocok digunakan untuk data kategorik, data diskrit atau data nominal.


(24)

Cara memberikan interpretasi terhadap Chi-kuadrat adalah dengan menentukan df (degree of freedom) atau db (derajat bebas). Setelah itu dibandingkan dengan tabel harga kritis Chi-kuadrat, akhirnya mengambil kesimpulan dengan ketentuan :

1. Bila harga Chi-kuadrat (2) sama atau lebih besar dari tabel Chi-kuadrat maka hipotesa nol (H0) ditolak dan hipotesa alternatif (H1) diterima.

2. Bila harga Chi-kuadrat (2) lebih kecil dari tabel Chi kuadrat maka hipotesa nol (H0) diterima dan hipotesa alternatif (H1) ditolak.

Ada beberapa persoalan yang dapat diselesaikan dengan mengambil manfaat dari Chi-kuadrat diantaranya adalah :

2.3.1 Uji Independen antara Dua Faktor

Banyak data hasil pengamatan yang dapat digolongkan ke dalam beberapa faktor, karakteristik atau atribut terdiri dari beberapa klasifikasi, kategori, golongan atau mungkin tingkatan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap fenomena demikian akan diselidiki mengenai asosiasi atau hubungan atau kaitan antara faktor-faktor itu, bisa dikatakan bahwa faktor-faktor itu bersifat independen atau bebas, tepatnya bebas statistik. Selain daripada itu akan diselidiki ada atau tidaknya pengaruh mengenai beberapa taraf atau tingkatan sesuatu faktor terhadap kejadian fenomena.

Secara umum untuk menguji independen antar dua faktor dapat dijelaskan sebagai berikut : misalkan diambil sebuah sampel acak berukuran n, dan tiap pengamatan tunggal diduga terjadi karena adanya dua macam faktor I dan II. Faktor I terbagi atas b taraf atau tingkatan dan faktor II atau tebagi atas k taraf. Banyak pengamatan yang terjadi karena taraf ke-i faktor I (i = 1, 2, ... , b) dan taraf ke-j


(25)

faktor II (j = 1, 2, ... , k) akan dinyatakan dengan Oij.Hasilnya dapat dicatat dalam sebuah daftar kontingensi b x k. Pasangan hipotesis yang akan diuji berdasarkan data dengan memakai penyesuaian persyaratan data yang diuji sebagai berikut :

H0: Kedua faktor bebas statistik H1: Kedua faktor tidak bebas statistik

Tabel yang disajikan akan dianalisis untuk setiap sel yang diperlukan kemudian dibentuk tabel kontingensi. Dari tabel tersebut di atas agar dapat dicari hubungan antara faktor-faktor dengan menggunakan stasistik uji Chi-kuadrat

Pengujian eksak sukar digunakan, karena di sini hanya akan dijelaskan pengujian yang bersifat pedekatan. Untuk itu diperlukan frekuensi teoritik atau banyak gejala yang diharapkan tejadi, disini akan dinyatakan dengan Eij.

Rumusnya adalah sebagai berikut :

n n x n

E io oj

ij

Dengan :

Eij= Banyak data teoritik (banyak gejala yang diharapkan terjadi)

nio= jumlah baris ke-i

noj= jumlah total ke-j

n = total jumlah data

Dengan demikian misalnya didapat nilai dari teoritik masing-masing data :

nxn

n

E 10 01


(26)

nxn n

E 10 02

12  ;

nxn

n

E 20 01

21  ;

nxn

n

E 20 02

22  ;

dan seterusnya ...

Jelas bahwa nn10 n20 ...nb0 n01n02 ...n0k

Sehingga nilai statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis di atas adalah :



  b i k j ij ij ij E E O 1 1 2 2 Dengan : 2

= Chi-kuadrat 

ij

O Jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris ke-i dan kolom ke-j.

ij

E Banyak kasus yang diharapkan untuk dikategorikan dalam baris ke-i dan kolom ke-j

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut : Hipotesis ditolak jika H0 : 2hitung2tabel

Hipotesis diterima jika H1 : 2hitung2tabel

Dalam taraf nyata (kepercayaan) = 0.05 dan derajat kebebasan (dk) untuk distribusi Chi Kuadrat adalah (b-1)(k-1), dalam hal yang lainnya kita terima hipotesis H1.


(27)

2.3.2 Koefisien Kontingensi

Kegunaan teknik koefisien kontingensi yang diberi simbol C, adalah untuk mencari atau menghitung keeratan hubungan antara dua variabel yang mempunyai gejala ordinal (kategori), paling tidak berjenis nominal.

Cara kerja atau perhitungan koefisien kontingensi sangatlah mudah jika nilai Chi-kuadrat sudah diketahui. Oleh karena itu biasanya para peneliti menghitung harga koefisien kontingensi setelah menentukan harga Chi-kuadrat. Test signifikansi yang digunakan tetap menggunakan tabel kritik Chi-kuadrat, dengan derajat kebebasan (db) sama dengan jumlah kolom dikurangi satu dikalikan dengan jumlah baris dikurangi satu (b-1)(k-1). Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien kontingensi adalah :

N C

hitung hitung

2 2

Dengan :

C = Koefisien Kontingensi

hitung

2

= Hasil perhitungan Chi Kuadrat N = Banyak data


(28)

Dari data yang dianalisis maka dapat dibentuk daftar kontingensi frekuensi yang diamati seperti tabel 2.1 di bawah ini :

Tabel 2.1 Daftar Kontingensi FAKTOR II (K TARAF)

JUMLAH

1 2 ... K

FA KT OR II ( B TA RA F)

1 O11 O12 ... O1K n10

2 O21 O22 ... O2K n20

... ... ... ... ... ...

... ... ... ... ... ...

B OB1 OB2 ... OBK nB0

JUMLAH N01 N02 ... n0K N

Dimana :

Faktor I dan faktor II adalah faktor-faktor yang membentuk daftar kontingensi dengan b baris dan k kolom. nijadalah frekuensi yang diamati.

b

k

i ij

i E

N() ; i = 1, 2, 3, ..., b

b

k

j ij

j E

N( ) ; i = 1, 2, 3, ..., k

Selain itu frekuensi yang diharapkan dari frekuensi yang diamati dapat dilihat dengan rumus :

n n x n

E io oj

ij

Eij : frekuensi yang diharapkan


(29)

Dari rumus di atas dapat disusun tabel kontingensi dari frekuensi yang diharapkan seperti pada tabel 2.2 di bawah ini :

Tabel 2.1 Daftar Kontingensi dari Frekuensi yang Diharapkan FAKTOR II (K TARAF)

JUMLAH

1 2 ... K

FA

KT

OR

II

(

B

TA

RA

F)

1 E11 E12 ... E1K n10

2 E21 E22 ... E2K n20

... ... ... ... ... ...

... ... ... ... ... ...

B EB1 EB2 ... EBK nB0

JUMLAH N01 N02 ... n0K N

2.4 Hipotesa

Hipotesa secara estimologis dibentuk dari dua kata yaitu, kata hypo yang berarti kurang danthesisyang berarti pendapat. Jadihypotesisartinya suatu kesimpulan yang masih kurang, yang masih belum sempurna. Pengertian ini kemudian diperluas dengan maksud sebagai kesimpulan yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesa tersebut. Pembuktian ini hanya dapat dilakukan dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan.

Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki untuk menentukan hipotesa adalah : 1. Hipotesa harus muncul dan hubungannya dengan teori serta masalah yang

diteliti.


(30)

3. Hipotesis harus dapat diuji atau terukir tersendiri untuk menetapkan hipotesis yang besar kemungkinannya didukung oleh data empirik.

Perlu diingat, apapun syarat suatu hipotesis, yang jelas bahwa penampilan setiap hipotesis adalah bentuk statement, yaitu pernyataan tentang sifat atau keadaan hubungan dua atau lebih variabel yang akan diteliti.

Adapun jenis hipotesis yang mudah dimengerti adalah hipoesis nol (H0), hipotesis alternatif (H1), hipotesis kerja (Hk). Tetapi yang biasa adalah H0 yang merupakan antara dua variabel yaitu variabel x da variabel y yang akan diteliti atau variabel independen (x) tidak mempengaruhi variabel dependen (y).


(31)

BAB III

TENTANG DAERAH RISET

3.1 Sejarah Singkat Kota Pematangsiantar

Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Pemaangsiantar merupakan Daerah Kerajaan. Pematangsiantar yang berkedudukan di Pulau Holing dan raja terakhir dari dinasti ini adalah keturunan marga Damanik yaitu Tuan Sang Nawaluh Damanik yang memegang kekuasaan sebagai raja 1906.

Di sekitar Pulau Holing kemudian berkembang menjadi perkampungan tempat tinggal penduduk diantaranya Kampung Suhi Haluan, Siantar Bayu, Suhi Kahean, Pantoan, Suhi Bah Bosar, dan Tomuan. Daerah-daerah tersebut kemudian menjadi daerah hukum Kota Pematangsiantar yaitu :

1. Pulau Holing menjadi Kampung Pematang 2. Siantar Bayu menjadi Kampung Pusat Kota

3. Suhi Kahean menjadi Kampung Sipinggol-pinggol, Kampung Melayu, Martoba, Sukadame dan Bane

4. Suhi Bah Bosar menjadi Kampung Kristen, Karo, Tomuan, Pantoan, Toba dan Martimbang

Setelah Belanda memasuki Daerah Sumatera Utara, Daerah Simalungun menjadi daerah kekuasaan Belanda sehingga pada tahun 1907 berakhirlah kekuasaan


(32)

raja-raja. Kontroleur Belanda yang semula berkedudukan di Perdagangan, pada tahun 1907 dipindahkan ke Pematangsiantar. Sejak itu Pematangsintar berkembang menjadi daerah yang banyak dikunjungi pendatang baru, Bangsa Cina mendiami kawasan Timbang Galung dan Kampung Melayu.

Pada tahun 1910 didirikan Badan Persiapan Kota Pematangsiantar. Kemudian pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Stad Blad No. 285 Pematangsiantar berubah menjadi Gemente yang mempunyai otonomi sendiri. Sejak Januari 1939 berdasarkan Stad Blad No. 717 berubah menjadi Gemente yang mempunyai Dewan.

Pada zaman Jepang berubah menjadi Siantar State dan Dewan dihapus. Setelah Proklamasi Kmerdekaan Pematangsiantar kembali menjadi Daerah Otonomi. Berdasarkan Undang-undang No. 22/1948 Status Gemente menjadi Kota Kabupaten Simalungun dan Walikota dirangkap oleh Bupati Simalungun sampai tahun 1957.

Berdasarkan Undang-undang No. 1/1957 berubah menjadi Kota Praja Penuh dan dengan keluarnya Undang-undang No. 18/1965 berubah menjadi Kota, dan dengan keluarnya Undang-undang No. 5/1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah berubah menjadi Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar sampai sekarang.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1981 Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar terbagi atas 4 (empat) wilayah kecamatan yang terdiri atas 29 Desa/Kelurahan dengan luas wilayah 12,48 Km2 yang peresmiannya dilaksanakan oleh Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 17 Maret 1982.


(33)

Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu : 1. Kecamatan Siantar Barat

2. Kecamatan Siantar Timur 3. Kecamatan Siantar Utara 4. Kecamatan Siantar Selatan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1986 tanggal 10 Maret 1986 Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar diperluas menjadi 6 (enam) wilayah Kecamatan. Dimana 9 Desa/Kelurahan dari wilayah Kabupaten Simalungun masuk menjadi wilayah Kota Pematangsiantar, sehingga Kota Pematangsiantar terdiri dari 38 Desa/Kelurahan dengan luas wilayah menjadi 70230 Km2.

Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu : 1. Kecamatan Siantar Barat

2. Kecamatan Siantar Timur 3. Kecamatan Siantar Utara 4. Kecamatan Siantar Selatan 5. Kecamatan Siantar Marihat 6. Kecamatan Siantar Martoba

Selanjutnya, pada tanggal 23 Mei 1994 dikeluarkan kesepakatan bersama Penyesuaian Batas Wilayah Administrasi antara Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun dengan SKB Bersama No :

1994 / 4620 /

136/3140/1994

136 . Adapun hasil kesepakatan


(34)

Pada tahun 1997 Wilayah Administrasi di Kota Pematanngsiantar mengalami perubahan status sesuai dengan SK yang meliputi :

SK Gubernur Sumatera Utara No. 140.050.K/97 tertanggal 13 Februari 1997 dan direalisasikan oleh SK Walikota KDH Tk II Kota Pematangsiantar No. 140/1961/Pem/97 tertanggal 15 April 1997 tentang : Pembentukan Lima Kelurahan Persiapan di Kecamatan Siantar Martoba.

SK Gubernur Sumatera Utara No. 140/2610.K/95 tertanggal 4 Oktober 1995 serta direalisasikan oleh SK Walikota KDH Tk II Kota Pematangsiantar No. 140/1961/Pem/97 tertanggal 2 Juli 1997 tentang Perubahan Status 9 (sembilan) Desa menjadi Kelurahan.

Sehingga pada tahun 1997 wilayah administrasi Kota Pematangsiantar menjadi 43 Kelurahan. Perihal Urusan rumah tangga daerah, sampai saat ini Kota Daerah Tk II Pematangsiantar terdapat 13 dinas otonom, yaitu :

1. Dinas Pendapatan Kota Pematangsiantar (Perda No. 12 Tahun 1989) 2. Dinas Pasar Kota Pematangsiantar (Perda No. 2 Tahun 1987)

3. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pematangsiantar (Perda No. 6 Tahun 1992)

4. Dinas Perindustrian Kota Pematangsiantar (Perda No. 4 Tahun 1986) 5. Dinas Peternakan Kota Pematangsiantar (Perda No. 5 Tahun 1984) 6. Dinas PU Kota Pematangsiantar (Perda No. 19 Tahun 1990)

7. Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar (Perda No. 13 Tahun 1995) 8. Dinas Tata Kota Kota Pematangsiantar (Perda No. 6 Tahun 1987) 9. Dinas Kebakaran Kota Pematangsiantar (Perda No. 7 Tahun 1996) 10. Dinas Tata Bangunan Kota Pematangsiantar (Perda No. 6 Tahun 1996)


(35)

11. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kota Pematangsiantar (Perda No. 11 Tahun 1996)

12. Dinas LLAJ Kota Pematangsiantar (Perda No. 1 Tahun 1994)

13. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pematangsiantar (Perda No. 12 Tahun 1995)

Pada tahun 2007 diterbitkan 5 Peraturan Daerah tentang pemekaran wilayah administrasi Kota Pematangsiantar yaitu :

1. Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Siantar Sitalasari

2. Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Siantar Marimbun

3. Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Bah Sorma

4. Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Tanjung Tongah, Naga Pitu dan Tanjung Pinggir

5. Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Parhorasan Nauli, Sukamakmur, Marihat Jaya, Tong Marimbun, Mekar Nauli dan Nagahuta Timur

Dengan demikian jumlah Kecamatan di Kota Pematangsiantar ada sebanyak 8 (delapan) Kecamatan dengan jumlah Kelurahan sebanyak 53 Kelurahan.

Kemudian pada tabel berikut ini disajikan para pejabat Walikota KDH yang pernah memegang tampuk pimpinan di Kota Pematangsiantar dan para anggota legislatif dan pimpinan Komisi di DPRD Kota Pematangsiantar.


(36)

Nama Pejabat Walikota KDH Tk II Pematangsiantar Sejak Tahun 1956 sampai sekarang

No. Nama Masa Jabatan

1 O.K.H. Salamuddin 1956 1957

2 Jamaluddin Tambunan 1957 1959

3 Rakoetta Sembiring 1960 1964

4 Abner Situmorang Juni 1964 Agustus 1964 5 Pandak Taringan 10 Agustus 1964 31 Agustus 1965 6 Zainuddun Hasan 31 Agustus 1965 17 Desember 1966 7 Tarif Siregar 1 Oktober 1966 7 Desember 1966 8 Drs. M. Pardede 28 Desember 1966 24 April 1967 9 Letkol Leurimba 25 April 1967 28 Juni 1974 10 Kol. Sanggup Ketarean 29 Juni 1974 29 Juni 1979 11 Kol. Drs. MJT. Sihotang 29 Juni 1979 29 Juni 1984 12 Drs. Jabanten Damanik 29 Juni 1984 29 Juni 1989 13 Drs. Zulkifli Harahap 29 Juni 1989 29 Juni 1994 14 Drs. Abu Hanifah 29 Juni 1994 25 Mei 2000 15 Drs. Marim Purba 25 Mei 2000 Januari 2007 16 Ir. R.E. Siahaan Agustus 2007 - sekarang


(37)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

Pendidikan angkatan kerja merupakan salah satu indikator penting untuk menggambarkan kualitas angkatan kerja tersebut. Dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memungkinkan pekerja lebih produktif dan daya saingnya lebih tinggi pula.

Penyerapan tenaga kerja menurut sekitar dapat mencerminkan tingkat perkembangan suatu wilayah. Ciri perekonomian daerah maju umumnya yaitu lebih banyak penduduk bekerja di sekitar sektor industri atau jasa dibandingkan sekitar sektor pertanian.

Pematangsiantar merupakan daerah yang mempunyai ciri daerah maju karena sektor perdagangan dan jasa mempunyai persentase yang cukup tinggi dibandingka dengan sektor-sektor yang lainnya


(38)

4.1 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Lapangan Kerja di Pematangsiantar

Hubungan tingkat pendidikan dengan lapangan pekerjaan di Pematangsiantar ditunjukkan pada tabel 4.1 seperti di berikut ini :

Tabel 4.1 Data Tingkat Pendidikan dengan Lapangan Kerja di Pematangsiantar

Pendidikan Lapangan Kerja Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tidak/belum pernah

sekolah 2 26 3 2 58 3 2 2 1 99

Tidak/belum

tamat SD 408 21 399 13 1179 1046 234 39 944 4283

SD 1244 9 1035 29 1720 5912 3177 303 1695 15124

SLTP 3024 5 2699 183 994 8556 437 15 6025 21938

SMTA 5660 34 3127 348 2008 15711 2907 1876 12464 44135 Akademi/PT 1053 2 247 46 327 5500 693 413 4228 12509 Jumlah 11391 97 7510 621 6286 36728 7450 2648 25357 98088

Sumber : Keadaan Angkatan Kerja di Kota Pematangsiantar, Agustus 2008

Keterangan :

1 = Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 2 = Pertambangan dan Penggalian

3 = Industri pengolahan

4 = Listrik, Gas dan Air Minum 5 = Bangunan

6 = Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 7 = Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi


(39)

8 = Lembaga Keuangan, Usaha, Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan

9 = Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Peorangan

Data di atas memperlihatkan penduduk menurut lapangan pekerjaan dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Ditinjau menurut pendidikan secara umum angkatan kerja masih didominasi tamatan pendidikan SMTA (Sekolah Menengah Tingkat Atas). Dari seluruh angkatan kerja yang diperoleh dari sembilan lapangan kerja yaitu perdagangan (37,44%); jasa (25,85%); industri (7,66%); transportasi dan komunikasi (7,6%); konstruksi (6,41%); pertanian (11,61%); lembaga keuangan (2,7%); listrik, gas dan air minum (0,93%); pertambangan (0,1%). Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikannya yaitu tidak/belum pernah sekolah (0,1%), tidak/belum tamat SD (4,37%), tamat SD (15,42%), tamat SLTP (22,37%), tamat SMTA (44,99%), dan tamat Akademi/Perguruan Tinggi (12,75%).


(40)

Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam gambar 4.1 di bawah ini :

Tabel Hubungan antara Tingkat Pendidikan

dengan Lapangan Kerja

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000

Tidak/belum pernah

sekolah Tidak/belum tamat SD SD SLTP SMTA Akademi/PT

Tingkat Pendidikan Jumlah

yang Bekerja

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perkebunan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan

Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi

Lembaga Keuangan, Usaha, Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan


(41)

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan lapangan kerja, maka kita dapat melakukan uji Chi-kuadrat (2) yaitu dengan cara mengamati jumlah frekuensi yang diharapkan dari frekuensi yang diamati dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

n n x n

E io oj

ij

Dengan :

Eij= Banyak data teoritik (banyak gejala yang diharapkan terjadi)

nio= jumlah baris ke-i

noj= jumlah total ke-j

n = total jumlah data

Dapat dicari jumlah frekuensi yang diharapkan dari jumlah frekuensi yang diamati, sebagai berikut :

50 , 11 9808811391 99

11  x

E 10 , 0 9808897 99 12  xE 58 , 7 980887510 99

13  x

E 63 , 0 98088621 99

14  x

E 34 , 6 980886286 99

15  x

E 07 , 37 9808836728 99

16  x

E 52 , 7 980887450 99

17  x


(42)

67 , 2 980882648 99

18  x

E 59 , 25 9808825357 99

19  x

E 39 , 497 9808811391 4283

21  x

E 24 , 4 9808897 4283

22  x

E 92 , 327 980887510 4283

23  x

E 12 , 27 98088621 4283

24  x

E 48 , 274 980886286 4283

25  x

E 72 , 1603 9808836728 4283

26  x

E 30 , 325 980887450 4283

27  x

E 62 , 115 980882648 4283

28  x

E 21 , 1107 9808825357 4283

29  x

E 36 , 1756 9808811391 15124

31  x

E 96 , 14 9808897 15124

32  x

E 95 , 1157 980887510 15124

33  x


(43)

75 , 95 98088621 15124

34  x

E 23 , 969 980886286 15124

35  x

E 02 , 5663 9808836728 15124

36  x

E 70 , 1148 980887450 15124

37  x

E 29 , 408 980882648 15124

38  x

E 75 , 3909 9808825357 15124

39  x

E 67 , 2547 9808811391 21938

41  x

E 69 , 21 9808897 21938

42  x

E 66 , 1679 980887510 21938

43  x

E 89 , 138 98088621 21938

44  x

E 90 , 1405 980886286 21938

45  x

E 45 , 8214 9808836728 21938

46  x

E 24 , 1666 980887450 21938

47  x

E 24 , 592 980882648 21938

48  x

E 25 , 5671 9808825357 21938

49  x


(44)

42 , 5125 9808811391

44135

51  x

E 65 , 43 9808897 44135

52  x

E 15 , 3379 980887510 44135

53  x

E 42 , 279 98088621 44135

54  x

E 41 , 2828 980886286 44135

55  x

E 88 , 16525 9808836728 44135

56  x

E 15 , 3352 980887450 44135

57  x

E 48 , 1191 980882648 44135

58  x

E 46 , 11409 9808825357 44135

59  x

E 68 , 1452 9808811391 12509

61  x

E 37 , 12 9808897 12509

62  x

E 74 , 957 980887510 12509

63  x

E 20 , 79 98088621 12509

64  x

E 64 , 801 980886286 12509

65  x

E 86 , 4683 9808836728 12509

66  x


(45)

09 , 950 980887450 12509

67  x

E

70 , 337 980882648 12509

68  x

E

74 , 3233 9808825357

12509

69  x

E

Dari koefisien di atas dapat dibentuk daftar kontingensi dari daftar frekuensi yang diharapkan yang dapat di lihat pada tabel 4.2 di bawah ini :

Tabel 4.2 Daftar frekuensi yang Diharapkan

Dari jumlah yang diamati dan jumlah frekuensi yang diharapkan dapat ditentukan pada setiap item kejadian yang berlaku, diamati perbedaan antara nijdan Eij ada tidaknya hubungan antara faktor I dan faktor II dan jumlah beda = 0 dengan penggabungan tabel 4.1 dan 4.2 dapat ditentukan harga 2seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.3 berikut :

Pendidikan Lapangan Kerja Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tidak/belum

pernah sekolah 11,50 0,10 7,58 0,63 6,34 37,07 7,52 2,67 25,59 99 Tidak/belum

tamat SD 497,39 4,24 327,92 27,12 274,48 1603,72 325,30 115,62 1107,21 4283

SD 1756,36 14,96 1157,95 95,75 969,23 5663,02 1148,70 408,29 3909,75 15124

SLTP 2547,67 21,69 1679,66 138,89 1405,90 8214,45 1666,24 592,24 5671,25 21938

SMTA 5125,42 43,65 3379,15 279,42 2828,41 16525,88 3352,15 1191,48 11409,46 44135

Akademi/PT 1452,68 12,37 957,74 79,20 801,64 4683,86 950,09 337,70 3233,74 12509


(46)

Tabel 4.3 Penentuan Harga Chi-kuadrat

No Oij Eij Oij- Eij (Oij- Eij)2

ij ij ij

E E

O 2

1 2 11,50 -9,5 90,2500 7,8478

2 408 497,39 -89,39 7990,5721 16,0650

3 1244 1756,36 -512,36 262512,7696 149,4641

4 3024 2547,67 476,33 226890,2689 89,0580

5 5660 5125,42 534,58 285775,7764 55,7566

6 1053 1452,68 -399,68 159744,1024 109,9651

7 26 0,10 25,9 670,8100 6708,1000

8 21 4,24 16,76 280,8976 66,2494

9 9 14,96 -5,96 35,5216 2,3744

10 5 21,69 -16,69 278,5561 12,8426

11 34 43,65 -9,65 93,1225 2,1334

12 2 12,37 -10,37 107,5369 8,6934

13 3 7,58 -4,58 20,9764 2,7673

14 399 327,92 71,08 5052,3664 15,4073

15 1035 1157,95 -122,95 15116,7025 13,0547 16 2699 1679,66 1019,34 1039054,0356 618,6097 17 3127 3379,15 -252,15 63579,6225 18,8153

18 247 957,74 -710,74 505151,3476 527,4410

19 2 0,63 1,37 1,8769 2,9792

20 13 27,12 -14,12 199,3744 7,3516

21 29 95,75 -66,75 4455,5625 46,5333

22 183 138,89 44,11 1945,6921 14,0089

23 348 279,42 68,58 4703,2164 16,8321

24 46 79,20 -33,2 1102,2400 13,9172

25 58 6,34 51,66 2668,7556 420,9394

26 1179 274,48 904,52 818156,4304 2980,7506

27 1720 969,23 750,77 563655,5929 581,5499


(47)

No Oij Eij Oij- Eij (Oij- Eij)2

ij ij ij

E E

O 2

29 2008 2828,41 -820,41 673072,5681 237,9685

30 327 801,64 -474,64 225283,1296 281,0278

31 3 37,07 -34,07 1160,7649 31,3128

32 1046 1603,72 -557,72 311051,5984 193,9563

33 5912 5663,02 248,98 61991,0404 10,9466

34 8556 8214,45 341,55 116656,4025 14,2014 35 15711 16525,88 -814,88 664029,4144 40,1812 36 5500 4683,86 816,14 666084,4996 142,2085

37 2 7,52 -5,52 30,4704 4,0519

38 234 325,30 -91,3 8335,6900 25,6246

39 3177 1148,70 2028,3 4114000,8900 3581,4407 40 437 1666,24 -1229,24 1511030,9776 906,8507 41 2907 3352,15 -445,15 198158,5225 59,1139

42 693 950,09 -257,09 66095,2681 69,5674

43 2 2,67 -0,67 0,4489 0,1681

44 39 115,62 -76,62 5870,6244 50,7752

45 303 408,29 -105,29 11085,9841 27,1522

46 15 592,24 -577,24 333206,0176 562,6199

47 1876 1191,48 684,52 468567,6304 393,2652

48 413 337,70 75,3 5670,0900 16,7903

49 1 25,59 -24,59 604,6681 23,6291

50 944 1107,21 -163,21 26637,5041 24,0582

51 1695 3909,75 -2214,75 4905117,5625 1254,5860 52 6025 5671,25 353,75 125139,0625 22,0655 53 12464 11409,46 1054,54 1112054,6116 97,4678 54 4228 3233,74 994,26 988552,9476 305,6996 Jumlah 98088 98088,04 -0,04 20738483,9746 21006,9148


(48)

Dari tabel 4.3 diperoleh :



  h i k j ij ij ij E E O 1 1 2 2  2 21006,9148

Dengan hipotesa sebagai berikut :

H0: tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan lapangan kerja. H1: ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan lapangan kerja.

Dan harga 2 yang terdapat di dalam tabel dengan derajat kebebasan (dk) dari masalah yang diteliti adalah :

dk = (b-1)(k-1) = (6-1)(9-1) = 40 dan dengan = 0,05 diperoleh :

0,05 40 558, 2

2

tabel

Ternyata 2hit2tabel yaitu 21006,9148 > 55,8

Jadi H0 ditolak maka H1 diterima, artinya ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan lapangan kerja ditentukan koefisien kontingensi C (derajat hubungan) sebagai berikut : N C hitung hitung

2 2

98088 9148

,

2100621006,9148  C 42 , 0  C


(49)

Untuk menentukan derajat asosiasi antara tingkat pendidikan dengan lapangan kerja maka harga C diatas dibandingkan dengan C maksimum, yaitu :

m m

Cmaks  1

Dengan m = harga minimum antara b dan k yakni minimum antara banyak baris dan banyak kolom. Dalam penelitian ini banyak baris = 6 dan banyak kolom = 9, jadi minimumnya adalah 3, sehingga :

31 3  maks C 82 , 0  maks C

Langkah selanjutnya adalah membandingkan harga C dengan Cmaks sehingga diperoleh : % 100 x CC Q maks  % 100 82 , 0,42

0 x Q % 22 , 51  Q

Berdasarkan ketentuan Davis (1971) nilai Q berada antara 0,50 dan 0,69 dapat diketahui bahwa derajat hubungan antara tingkat pendidikan dengan lapangan kerja erat.


(50)

BAB V

IMPLEMENTASI SISTEM

5.1 Pengenalan Excel

Microsoft Excel adalah aplikasi pengolah angka (spread sheet) yang sangat populer dan canggih saat ini dapat digunakan untuk mengatur, menyediakan maupun menganalisa data dan mempresentasikan dalam bentuk tabel, grafik atau diagram.

Aplikasi ini juga banyak digunakan untuk memproyeksikan data. Microsoft ini juga merupakan pengembangan dari Microsoft Excel versi lainnya yang dikonsentrasikan agar program aplikasi spread sheet (lembar kerja) ini lebih mudah dipakai, lebih fleksibel, lebih mudah diintegrasikan dengan program aplikasi Microsoft Office XP lainnya. Untuk mengaktifkan lembar kerja Microsoft Excel dapat dilakukan dengan cara :

1. Klik tombol Start


(51)

Dan tampilannya ditunjukkan seperti Gambar 51 di bawah ini :

Gambar 5.1 Mengaktifkan Microsoft Excel

Setelah Microsoft diaktifkan maka tampilan lembar kerja Microsoft Excel akan muncul seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.2 di bawah ini :


(52)

Keterangan dari lembar kerja di atas adalah :

1. TitleBar : baris judul berisi nama aplikasi yang digunakan yakni MS. Excel.

2. MenuBar : baris menu yakni perintah yang dapat diaktifkan dengan mengklik menu atau menekan tombol Alt di keyboard dengan salah satu huruf bergaris bawah pada menu. 3. ToolBar : baris tool (alat) yakni icon-icon perintah MS.Excel.

4. FormulaBar : daerah tempat penulisan atau tampilan rumus atau data yang ada pada lembar kerja.

5. NameBox : daerah penunjukrangeatau sel yang sedang aktif.

6. ScrollBar : lajur penggulung layar baik secara tegak (vertikal) maupun secara mendatar.

Istilah-istilah dalam Microsoft Excel :

1. Worksheet adalah daerah tempat lembaran kerja untuk memasukkan data atau rumus. Normalnya Microsoft ini menyediakan worksheet atau sheet sebanyak 3 sheet. Worksheet terdiri dari 65.536 baris dan 256 kolom.

2. Workbook adalah buku kerja yang terdiri dari beberapa worksheet. Workbook ini merupakan file penyimpanan worksheet sehingga mempermudah mengorganisasi file-file sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

3. Cell adalah merupakan perpotongan baris dan kolom yang ditandai dengan aktifnya pointer sel pada posisi tertentu. Posisi sel aktif ditunjukkan pada NameBox.


(53)

5. Range adalah kumpulan beberapa sel yang membentuk kelompok area (ditandai dengan warna hitam saat diblok).

6. Gridlines adalah garis bantu sel pada area kerja.

7. Fill Handle adalah bagian bawah kanan pointer cell berfungsi untuk memindah atau mengcopy data dan rumus dengan menggunakan mouse.

5.2 Type Data dalam Microsoft Excel

Type data dalam Microsoft ini terbagi dalam dua data yaitu :

1. Konstanta yaitu data yang diketk langsung pada area kerja berupa teks, data tunggal, waktu, mata uang, persen, pecahan, notasi ilmiah dan lainnya.

2. Rumus yaitu gabungan dari type konstanta, alamat sel, nama sel atau range, fungsi operator yang menghasilkan nilai baru. Type rumus ditandai dengan diawali tanda = atau tanda +

Berikut ini adalah beberapa operator yang sering digunakan dalam Microsoft Excel seperti ditunjukkan pada tabel 5.1 di bawah ini :

Tabel 5.1 Operator yang sering digunakan dalam Microsoft Excel

+ Tambah = Sama dengan

- Kurang > Lebih besar

* Perkalian >= Lebih besar sama dengan / Pembagian < Lebih kecil

^ Pangkat <= Lebih kecil sama dengan % Persen <> Tidak sama dengan


(54)

5.3 Fungsi Statistik

Fungsi ini bertujuan untuk menganalisa kumpulan suatu data. Penganalisaan data tersebut ada beberapa bentuk antara lain :

1. SUM (range) fungsinya untuk mencari total sekumpulan data angka.

2. MAX (range) fungsinya untuk mencari nilai tertinggi dari sekumpulan data angka.

3. MIN (range) fungsinya untuk mencari nilai terendah dari sekumpulan data angka.

4. AVERAGE (range) fungsinya untuk mencari nilai rata-rata dari sekumpulan data angka.

5. COUNT (range) fungsinya untuk mencari banyak data dari sekumpulan data angka.

6. COUNTA (range) fungsinya untuk mencari banyak data dari sekumpulan data angka atau teks.

5.4 Membuat Grafik pada Microsoft Excel Membuat grafik menggunakan Chart Wizard Langkah-langkah membuat grafik :

a. Sorot range data yang akan dibuat grafik (mencakup judul baris dan judul kolom).

b. Klik icon Chart Wizard maka kotak dialog Chart Wizard-Step 1 of 4 akan ditampilkan seperti Gambar 5.3 di bawah ini :


(55)

Gambar 5.3 Kotak Dialog Chart Wizard Step 1 of 4 c. Pada daftar Chart Type, pilih model grafik yang diinginkan.

Untuk melihat tampilan grafik sementara, klik tombol Press and Hold to view sample tanpa melepaskan penekanan tombol mouse.

d. Klik Next maka kotak dialog Chart Wizard-Step 2 of 4 akan ditampilkan seperti Gambar 5.4 di bawah ini.


(56)

Isilah tab data range dengan meng-klik tombol pemilihan data yang terletak di sebelah kanan kotak. Karena range data telah disorot maka secara otomatis akan ditampilkan. Kemudian dipilih jenis series in dengan meng-klik tab series.

e. Klik Next, maka kotak dialog Chart Wizard Step 3 of 4 Chart Option, ditampilkan seperti Gambar 5.5 di bawah ini :

Gambar 5.5 Kotak Dialog Chart Wizard Step 3 of 4 Chart Option f. TabTitlesdigunakan untuk membuat judul grafik, dimana :

Chart Title, diisi dengan judul table

Category (X) Axis, diisi dengan judul tabel sumbu X Series (Y) Axis, diisi dengan judul tabel untuk sumbu Y Value (Z) Axis, diisi dengan judul tabel untuk sumbu Z

g. TabAxis digunakan untuk mengatur judul sumbu (Axis), kita dapat mengatur apakah judul sumbu kategori (X) axis, series (Y) axis dan value (Z) axis akan ditampilkan atau tidak. Jika ingin ditampilkan ceklislah sumbu tersebut.


(57)

h. TabGridlinesdigunakan untuk mengatur tampilan garis skala pembantu (grid) pada sumbu X, Y dan Z dengan pilihan Mayor Gridlines dan Minor Gridlines. Ceklislah pada sumbu yang diinginkan untuk menampilkannya.

i. TabLegenddigunakan untuk mengatur tampilan legend dari grafik. Tandailah option Show Legend untuk menampilkan legend dan tentukan posisi legend pada optionPlacementapakah di bawah, pojok, atas, kanan atau kiri.

j. Klik tombol Nextuntuk melangkah ke tahap akhir pembuatan grafik ini, yaitu Chart Wizard Step 4 of 4 Chart Locationseperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.6 di bawah ini :

Gambar 5.6 Chart Wizard Step 4 of 4 Chart Location Pada kotak dialog pilih As Object In jika ingin menempatkan grafik pada Lembar kerja data secara berdampingan, atau pilih As New Sheet jika ingin menampilkan data pada lembar kerja yang baru tetapi tetap dalam buku kerja yang sama.


(58)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan lapangan kerja di Pematangsiantar menurut Keadaan Angkatan Kerja di Kota Pematangsiantar, Agustus 2008. besarnya keeratan hubungan kedua faktor ini adalah Q = 51,22% yang artinya tingkat pendidikan dan lapangan kerja mempunyai hubungan yang erat.

2. Tingkat pendidikan masih memberikan sumbangan yang kuat dalam mencari pekerjaan, terbukti dari nilai keeratannya yaitu Q = 51,22%.

3. Terbatasnya lapangan pekerjaan bagi tamatan pendidikan tinggi masih dapat dilihat dari hasil analisis data.

4. Kesimpulan-kesimpulan di atas bukan merupakan kesimpulan yang mutlak karena kesimpulan ini hanya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu tingkat pendidikan dan lapangan kerja.


(59)

6.2 Saran

1. Untuk mengurangi pengangguran, bagi lulusan pendidikan tinggi agar tidak bergantung hanya kepada lapangan kerja yang sudah ada yang jumlahnya sangat terbatas, akan tetapi dapat mengembangkan lahan kerja yang masih potensial.

2. Program pendidikan sebaiknya diubah menjadi program yang lebih sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja dalam berbagai sektor pembangunan.

3. Mutu pendidikan juga harus diperhatikan untuk menghasilkan tenaga kerja yang lebih produktif.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Junadi, Purnawan. 1994.Pengantar Analisis Data. Jakarta: Rineka Cipta. Mantra, Ida Bagoes. 2003.Demografi Umum. Edisi Kedua. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Nurdiyanto, Burhan. 2002.Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Saleh, Samsubar. 1986.Statitik Nonparametrik. Edisi I, BPFE. Yogyakarta Soepeno, Bambang. 1997.Statistik Terapan Dalam Ilmu-ilmu Sosial dan

Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. 1992.Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Suryadi, Ace. 1993.Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya


(1)

Gambar 5.3 Kotak Dialog Chart Wizard Step 1 of 4 c. Pada daftar Chart Type, pilih model grafik yang diinginkan.

Untuk melihat tampilan grafik sementara, klik tombol Press and Hold to view sample tanpa melepaskan penekanan tombol mouse.

d. Klik Next maka kotak dialog Chart Wizard-Step 2 of 4 akan ditampilkan seperti Gambar 5.4 di bawah ini.


(2)

Isilah tab data range dengan meng-klik tombol pemilihan data yang terletak di sebelah kanan kotak. Karena range data telah disorot maka secara otomatis akan ditampilkan. Kemudian dipilih jenis series in dengan meng-klik tab series.

e. Klik Next, maka kotak dialog Chart Wizard Step 3 of 4 Chart Option, ditampilkan seperti Gambar 5.5 di bawah ini :

Gambar 5.5 Kotak Dialog Chart Wizard Step 3 of 4 Chart Option f. TabTitlesdigunakan untuk membuat judul grafik, dimana :

Chart Title, diisi dengan judul table

Category (X) Axis, diisi dengan judul tabel sumbu X Series (Y) Axis, diisi dengan judul tabel untuk sumbu Y Value (Z) Axis, diisi dengan judul tabel untuk sumbu Z

g. TabAxis digunakan untuk mengatur judul sumbu (Axis), kita dapat mengatur apakah judul sumbu kategori (X) axis, series (Y) axis dan value (Z) axis akan ditampilkan atau tidak. Jika ingin ditampilkan ceklislah sumbu tersebut.


(3)

h. TabGridlinesdigunakan untuk mengatur tampilan garis skala pembantu (grid) pada sumbu X, Y dan Z dengan pilihan Mayor Gridlines dan Minor Gridlines. Ceklislah pada sumbu yang diinginkan untuk menampilkannya.

i. TabLegenddigunakan untuk mengatur tampilan legend dari grafik. Tandailah option Show Legend untuk menampilkan legend dan tentukan posisi legend pada optionPlacementapakah di bawah, pojok, atas, kanan atau kiri.

j. Klik tombol Nextuntuk melangkah ke tahap akhir pembuatan grafik ini, yaitu Chart Wizard Step 4 of 4 Chart Locationseperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.6 di bawah ini :

Gambar 5.6 Chart Wizard Step 4 of 4 Chart Location Pada kotak dialog pilih As Object In jika ingin menempatkan grafik pada Lembar kerja data secara berdampingan, atau pilih As New Sheet jika ingin menampilkan data pada lembar kerja yang baru tetapi tetap dalam buku kerja yang sama.


(4)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan lapangan kerja di Pematangsiantar menurut Keadaan Angkatan Kerja di Kota Pematangsiantar, Agustus 2008. besarnya keeratan hubungan kedua faktor ini adalah Q = 51,22% yang artinya tingkat pendidikan dan lapangan kerja mempunyai hubungan yang erat.

2. Tingkat pendidikan masih memberikan sumbangan yang kuat dalam mencari pekerjaan, terbukti dari nilai keeratannya yaitu Q = 51,22%.

3. Terbatasnya lapangan pekerjaan bagi tamatan pendidikan tinggi masih dapat dilihat dari hasil analisis data.

4. Kesimpulan-kesimpulan di atas bukan merupakan kesimpulan yang mutlak karena kesimpulan ini hanya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu tingkat pendidikan dan lapangan kerja.


(5)

6.2 Saran

1. Untuk mengurangi pengangguran, bagi lulusan pendidikan tinggi agar tidak bergantung hanya kepada lapangan kerja yang sudah ada yang jumlahnya sangat terbatas, akan tetapi dapat mengembangkan lahan kerja yang masih potensial.

2. Program pendidikan sebaiknya diubah menjadi program yang lebih sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja dalam berbagai sektor pembangunan.

3. Mutu pendidikan juga harus diperhatikan untuk menghasilkan tenaga kerja yang lebih produktif.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Junadi, Purnawan. 1994.Pengantar Analisis Data. Jakarta: Rineka Cipta. Mantra, Ida Bagoes. 2003.Demografi Umum. Edisi Kedua. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Nurdiyanto, Burhan. 2002.Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Saleh, Samsubar. 1986.Statitik Nonparametrik. Edisi I, BPFE. Yogyakarta Soepeno, Bambang. 1997.Statistik Terapan Dalam Ilmu-ilmu Sosial dan

Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. 1992.Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Suryadi, Ace. 1993.Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya


Dokumen yang terkait

Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara

2 32 72

HUBUNGAN KEPUASAN KERJA DENGAN DISIPLIN KERJA MANAJER LAPANGAN HUBUNGAN KEPUASAN KERJA DENGAN DISIPLIN KERJA MANAJER LAPANGAN.

0 4 12

PENDAHULUAN HUBUNGAN KEPUASAN KERJA DENGAN DISIPLIN KERJA MANAJER LAPANGAN.

0 2 6

SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT STRES AKIBAT KERJA DENGAN Hubungan Tingkat Stres Akibat Kerja Dengan Tingkat Kepuasan Kerja Pada Perawat RSUD Dr. Moewardi Di Surakarta.

1 9 16

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN BESARNYA MODAL DENGAN MOTIVASI KERJA PARA WIRAUSAHA Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Besarnya Modal Dengan Motivasi Kerja Para Wirausaha Di Beteng Trade Center Solo.

0 1 13

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN BESARNYA MODAL DENGAN MOTIVASI KERJA WIRAUSAHA DI BETENG Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Besarnya Modal Dengan Motivasi Kerja Para Wirausaha Di Beteng Trade Center Solo.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN FURNITURE CV. MUGIHARJO KRAGILAN, BOYOLALI.

0 2 7

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN TINGKAT DEPRESI POSTPARTUM PADA PRIMIPARA Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Depresi Postpartum Pada Primipara Di Rsud Banjarsari.

0 0 12

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGE

0 0 6

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA, PENGALAMAN KERJA DAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

0 0 100