Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara

(1)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN LAPANGAN

KERJA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

KARTIKA FEBRIANI BR.KARO

062407075

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN LAPANGAN

KERJA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

KARTIKA FEBRIANI BR.KARO

062407075

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. PERSETUJUAN

Judul : HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN

LAPANGAN KERJA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : KARTIKA FEBRIANI BR.KARO

Nomor Induk Mahasiswa : 062407075

Progam Studi : DIPLOMA-3 STATISTIKA

Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

( FMIPA ) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Mei 2009

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Matematika FMIPA USU Pembimbing

Ketua

Dr. Saib Suwilo, M.Sc Drs. Rachmad Sitepu, M.Si


(4)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. PERNYATAAN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN LAPANGAN KERJA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2009

KARTIKA FEBRIANI BR.KARO 062407075


(5)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. PENGHARGAAN

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNyalah sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya.

Tugas akhir ini berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Lapangan Kerja di Provinsi Sumatera Utara”.

Pada kesempatan ini, Penulis menyampaikan ucapan terimakasih atas bantuan, bimbingan dan nasehat-nasehat yang tidak ternilai kepada semua pihak yang telah membantu Penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir ini terutama kepada :

1. Bapak Dr. Edi Marlianto, M.Sc selaku Dekan Fakultas MIPA USU. 2. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Pembantu Dekan 1 FMIPA USU.

3. Bapak Dr. Saib Suwilo, M.Sc selaku Ketua Departemen Matematika FMIPA.

4. Bapak Drs. Swarno Ariswoyo, M.Si selaku Koordinator Program Studi

Statistika D-III FMIPA.

5. Bapak Drs. Rachmad Sitepu, M.Si selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah banyak memberi dukungan, bimbingan serta saran dalam penulisan Tugas Akhir ini.

6. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan dan motivasi kepada Penulis.

7. Teman-teman yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada Penulis.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Karena itu dengan tangan terbuka Penulis menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini. Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan kepada setiap orang yang membacanya.


(6)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

Akhir kata, Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

Medan, Mei 2009 Penulis,

KARTIKA FEBRIANI BR.KARO NIM 062407075


(7)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Daftar Isi vi Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

BAB 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 3 1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Maksud dan Tujuan 4 1.5 Metodologi Penelitian 5 1.5.1 Variabel yang diamati 7

1.5.2 Lokasi dan Waktu 7 1.5.2.1 Lokasi 7 1.5.2.2 Waktu 7 1.6 Tinjauan Pustaka 8

1.7 Sistematika Penulisan 9 BAB 2 Tinjauan Teoris 11

2.1 Pengertian Pengertian 11

2.2 Statistik non Parametrik 12

2.3 Uji Chi-Kuadrat 13

2.3.1 Uji Independen antara dua faktor 15

2.3.2 Koefisien Kontingensi 18

2.4 Hipotesa 20

BAB 3 Tentang Daerah Riset 22 3.1 Sejarah singkat Sumatera Utara 22

3.2 Potensi dan masalah pembangunan Sumatera Utara 28 3.2.1 Potensi pembangunan Sumatera Utara 28 3.2.2 Permasalah pokok pembangunan Sumatera Utara 30 3.3 Visi dan Misi pembangunan Sumatera Utara 31

3.3.1 Visi 32

3.3.2 Misi 33

3.4 Fungsi Sistem pendidikan sebagai pemasok tenaga kerja terdidik 37 3.5 Beberapa Saran untuk menghasilkan tenaga kerja terdidik 37

BAB 4 Analisa dan Evaluasi


(8)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

4. 1 Hubungan Tingkat pendidikan dengan lapangan kerja 42

BAB 5 Implementasi Sistem 50

5.1 Pengenalan Microsoft Exel 50

5.2 Tipe Data dalam Microsoft Exel 53

5.3 Fungsi Statistik 54

5.4 Membuat Grafik pada Microsoft Exel 54

BAB 6 Kesimpulan dan Saran 58

6.1 Kesimpulan 58

6.2 Saran 58

Daftar Pustaka Lampiran


(9)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Daftar Kontingensi 19

Tabel 2.2 Daftar Kontingensi Frekuensi yang Diharapkan 20

Tabel 4.1 Data Tingkat Pendidikan Penduduk Menurut Lapangan Kerja 42

Tabel 4.2 Daftar Frekuensi yang Diharapkan 46

Tabel 4.3 Penentuan Harga Chi-Kuadrat 47


(10)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Hubungan antar Tingkat Pendidikan dan Lapangan Kerja 43

Gambar 5.1 Mengaktifkan Microsoft Excel 51

Gambar 5.2 Tampilan Lembar Kerja Microsoft Excel 51

Gambar 5.3 Kotak Dialog Chart Wizard Step 1 of 4 55

Gambar 5.4 Kotak Dialog Chart Wizard Step 2 of 4 55

Gambar 5.5 Kotak Dialog Chart Wizard Step 3 of 4 – Chart Option 56


(11)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan upaya dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan kepadanya. Jadi, pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang semakin penting agar generasi Indonesia bisa bersaing dalam persaingan lokal maupun Internasional. Tetapi di Indonesia pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu masih menjadi masalah utama dalam sektor pendidikan, sedangkan pendidikan yang berkualitas tentunya akan membentuk SDM yang berkualitas juga.

Dewasa ini banyak lontaran kritik terhadap sistem pendidikan yang pada dasarnya mengatakan bahwa perluasan kesempatan belajar cenderung telah menyebabkan bertambahnya pengangguran tenaga terdidik daripada bertambahnya tenaga produktif yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. Kritik ini tentu saja beralasan karena data sensus penduduk memperlihatkan kecenderungan yang menarik bahwa proporsi jumlah tenaga penganggur dari lulusan pendidikan yang lebih tinggi ternyata lebih besar dibandingkan dengan proporsi tenaga penganggur dari lulusan yang lebih rendah (Sensus Penduduk, 1990). Dengan kata lain, persentase jumlah penganggur tenaga sarjana (tamatan perguruan tinggi) lebih besar dibandingkan dengan persentase jumlah penganggur lulusan SMA atau jenjang pendidikan yang lebih rendah.


(12)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

Oleh karena itu, bagi individu yang bisa melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi pada umumnya didasari harapan adanya peluang kerja dan pengembangan karier yang lebih terbuka pada masa mendatang. Adanya kenyataan peluang mendapatkan pekerjaan yang semakin sulit akibat kebijakan ekonomi politik negara yang belum berpihak pada terbukanya lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya bagi rakyat menjadikan tidak adanya jaminan bagi tamatan perguruan tinggi memiliki kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan. Kondisi ini berpotensi dalam memunculkan kecemasan akan kesulitan lapangan pekerjaan pada mahasiswa tingkat akhir yang bila tidak di kelola dengan baik kecemasan tersebut akan memiliki dampak merugikan bagi kehidupan individu karena setiap orang pasti mendambakan suatu pekerjaan, ini disebabkan karena kerja merupakan aktivitas dasar dan aktivitas sosial yang memiliki bagian esensial dari kehidupan manusia serta memberikan isi dan makna pada kehidupan. Dalam lapangan ilmu Psikologi bekerja merupakan salah satu tugas masa perkembangan dewasa awal, yaitu tugas perkembangan pada individu yang berusia 21-40 tahun.

Fenomena susahnya orang berpendidikan tinggi mendapatkan kerja di negerinya sendiri (tentu dengan gaji yang "layak") itu bukan menjadi monopoli khas Indonesia. Harap diingat di negara-negara padat penduduk seperti India, Pakistan, Iran, Mesir atau China misalnya kejadian yang sama juga mereka alami. Betapa banyak lulusan perguruan tinggi dari negara yang disebutkan di atas terpaksa bekerja mengadu nasib di luar negeri karena di negaranya tidak ada lowongan yang memadai. Jadi, dari permasalahan ini penulis ingin meneliti apakah masih ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan lapangan kerja sehingga judul yang penulis angkat adalah


(13)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. “Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Lapangan Kerja di Provinsi Sumatera Utara”.

1.2 Perumusan Masalah

Kualitas sumber daya manusia (SDM) sangat ditentukan oleh tingkat pendidikannya. Dalam dunia pasar kerja, kualitas SDM juga merupakan bahan pertimbangan utama dalam pemenuhan lapangan pekerjaan yang tersedia.

Dari sebab itu, persoalan yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah apakah benar anggapan atau pendapat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki penduduk maka semakin mudah untuk mendapatkan suatu pekerjaan atau tingkat pendidikan yang dimiliki tidak berpengaruh sama sekali dalam mendapatkan suatu pekerjaaan, yang mungkin diakibatkan karena terbatasnya lapangan pekerjaan.

1.3 Batasan Masalah

Untuk mengarahkan penelitian agar tidak menyimpang dari sasaran yang dituju, maka perlu membuat pembatasan ruang lingkup permasalahan yaitu menganalisa hubungan tingkat pendidikan dengan lapangan kerja.

Disini tingkat pendidikan dibagi menjadi 6 bagian, yaitu : 1. Tidak/ Belum pernah sekolah

2. Tidak/ Belum tamat SD 3. SD


(14)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

4. SLTP

5. SMTA

6. Akademi / PT

Dan lapangan pekerjaan utama dibagi menjadi 4 bagian, yaitu : 1. Pertanian

2. Industri 3. Perdagangan 4. Jasa

1.4 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa dekat hubungan antara tingkat pendidikan dan lapangan pekerjaan utama, untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang diberikan pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui bagaimana cara meningkatkan kompetensi pendidikan

(pengetahuan, keahlian, pengalaman) agar sesuai dengan tuntutan pekerjaan di lapangan.

2. Untuk dapat mengambil kebijaksanaan dari ketenagakerjaan yang


(15)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. 1.5 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data SAKERNAS 2007 untuk SUMUT yang bertujuan untuk menganalisa hubungan tingkat pendidikan dan lapangan pekerjaan utama yaitu menggunakan analisa Chi-Kuadrat yang diuji dengan :

∑∑

= =

=

h j i k j ij ij ij

E

E

O

1 2

2

(

)

χ

Dengan :

Oij: jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris ke-i dan

kolom ke-j.

Eij : Banyak kasus yang diharapkan untuk dikategorikan dalam baris ke-i dan kolom

ke-j

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut : Tolak H0 jika χ2

hitung ≥ 2

χ tabel

Terima H0 jika χ2 hitung < χ2 tabel

Dalam taraf nyata α= 0.05 dan derajat kebebasan (dk) untuk distribusi Chi Kuadrat adalah (b-1)(k-1).

Setelah mendapatkan harga Chi Kuadrat, biasanya kita menghitung harga koefisien kontingensi yang diberi simbol C. Kegunaanya adalah untuk mencari atau


(16)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

menghitung keeratan hubungan antara dua variabel yang mempunyai gejala ordinal (kategori), paling tidak berjenis nominal. Rumus yang digunakan adalah:

C =

N

hitung hitung

+

2 2

χχ

Keterangan :

C = Koefisien kontingensi

2

χ hitung = Hasil perhitungan Chi Kuadrat

N = Banyak data

Harga koefisien kontingensi maksimum dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Cmaks =

m m 1

Dengan m adalah harga minimum antara b dan k atau antara baris dan kolom. Dengan membandingkan C dengan Cmaks maka keeratan hubungan variabel I

dan II ditentukan oleh persentasenya. Hubungan itu disimbolkan dengan Q dan mempunyai nilai antar -1 dan 1. Bila harga Q mendekati 1 maka hubungan tambah erat dan bila Q menjauhi 1 maka hubungan semakin kurang erat.

Q = ×100

maks

C C


(17)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. 1.5.1 Variabel yang diamati

Variabel yang diamati dalam hubungan tingkat pendidikan dan lapangan pekerjaan utama yaitu variabel bebas (independen variabel) adalah lapangan pekerjaan utama sedangkan variabel terikat (dependen variabel) adalah tingkat pendidikan penduduk. Hipotesis penelitian :

H0 = tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dan lapangan pekerjaaan utama di Sumut.

H1 = ada hubungan antara tingkat pendidikan dan lapangan pekerjaan utama di Sumut.

1.5.2 Lokasi dan Waktu

1.5.2.1 Lokasi

Lokasi penelitian adalah BPS Sumatera Utara Jl.Asrama No.179 Medan.

1.5.2.2 Waktu

Penelitian ini dilakukan selama 30 hari yaitu tanggal 10 Februari sampai dengan 10 Maret 2009.


(18)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. 1.6 Tinjauan Pustaka

Suryadi, Ace “Analisis Kebijakan Pendidikan”

Titik singgung antar pendidikan dan pertumbuhan ekonomi ialah produktivitas tenaga kerja, dengan asumsi bahwa semakin tinggi mutu pendidikan, semakin tinggi produktivitas kerja, semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat (teori Human Capital).

Soepeno, Bambang “Statistik Terapan”

Chi kuadrat adalah teknik analisis statistik untuk mengetahui signifikansi perbedaan antara proporsi (dan atau probabilitas) subjek atau objek penelitian yang datanya telah dikategorikan. Dasar pijakan analisis dengan chi kuadrat adalah jumlah frekuensi yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Guilford dan Fruthter: 1978: 193) : “Chi square is

used with data in the form of frequencies or data can be readly transformed into frequencies. This is includes proportions and probabilities”.

Mantra, Ida Bagoes “Demografi Umum”

Peningkatan pendidikan angkatan kerja dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, sebagaimana disebutkan oleh Gardiner, dkk (1994) ada anggapan bahwa pembahasan yang terlalu menekankan pada tingkat pendidikan yang rendah dilakukan dalam rangka untuk menarik investasi asing karena mutu angkatan kerja yang rendah berkaitan dengan upah buruh yang rendah, padahal angkatan kerja yang berpendidikan rendah mempunyai tingkat kompetisi rendah, yang terlihat dari beberapa ciri yang kurang menguntungkan (Simajuntak, 1994).


(19)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. 1.7 Sistematika Penulisan

Dalam tugas akhir ini disusun dengan sistematika yang terdiri dari enam bab yaitu :

BAB 1 : PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB 2 : TINJAUAN TEORITIS

Pada bab ini berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan isi dari tugas akhir.

BAB 3 : TENTANG DAERAH RISET

Pada bab ini berisi tentang daerah tempat riset yaitu Sumatera Utara. Bagaimana sejarah singkat Sumatera Utara, Apa saja yang menjadi potensi Sumatera Utara, Apa saja yang menjadi masalah dalam pembangunan di Sumatera Utara.

BAB 4 : ANALISA DAN EVALUASI

Dalam bab ini menguraikan dan manganalisa data yang telah

diperoleh langsung dari sumbernya yaitu untuk melihat hubungan tingkat pendidikan dengan lapangan kerja penduduk di Sumut nenurut SAKERNAS 2007.

BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM

Pada bab ini berisi tentang cara memasukkan data dan menganalisis data pada program Microsoft Excel.

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN


(20)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

dari evaluasi dan saran dari tugas akhir ini.


(21)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian-Pengertian

Lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/ usaha/ perusahaan/ kantor tempat seseorang bekerja.

Pekerjaan utama adalah jika seseorang hanya mempunyai satu pekerjaan, maka pekerjaan tersebut digolongkan sebagai pekerjaan utama. Bila pekerjaan yang dilakukan lebih dari satu, maka pekerjaan utama adalah pekerjaan yang dilakukannya dengan waktu terbanyak. Jika waktu yang digunakan sama, maka pekerjaan yang memberi penghasilan terbesar dianggap sebagai pekerjaan utama. Seseorang dikatakan mempunyai pekerjaan lebih dari satu apabila pekerjaan yang dilakukan berada di bawah pengelolaan yang terpisah.

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah tingkat pendidikan yang dicapai seseorang setelah mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi suatu tingkatan sekolah formal dengan mendapatkan tanda tamat/ ijasah.


(22)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. 2.2 Statistik non Parametrik

Metode statistik non parametrik atau sering juga disebut metode bebas sebaran adalah test yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat yang mengenai parameter-parameter populasi yang merupakan induk sampel penelitiannya. Oleh karena itu observasi-observasi independen dan variabel yang diteliti pada dasarnya memiliki kontinuitas.

Dalam kegiatan penelitian, biasanya lebih banyak digunakan analisa statistik parametrik dari pada statistik non parametrik. Statistik parametrik digunakan jika kita telah mengetahui model matematis dan distribusi populasi suatu data yang akan dianalisis. Jika kita tidak mengetahui suatu model distribusi populasi dari suatu data dan jumlah data relatif kecil atau asumsi kenormalan tidak selalu dapat dijamin penuh, maka kita harus menggunakan statistik non parametrik (statistik bebas sebaran).

Statistik non parametrik mempunyai kelebihan atau keunggulan yaitu kebanyakan prosedur parametrik memerlukan asumsi dalam jumlah yang minimal maka kemungkinan untuk beberapa prosedur non parametrik perhitungan-perhitungan dapat dilakukan dengan cepat dan mudah, terutama bila terpaksa dilakukan dengan manual. Jadi penggunaan prosedur-prosedur ini menghemat waktu yang diperlukan untuk perhitungan dan ini merupakan bahan pertimbangan bila hasil penyajian harus secara tersaji atau bila mesin hitung berkemampuan tinggi tidak tersedia. Dengan statistik non parametrik para peneliti dengan dasar matematik dan statistik yang kurang biasanya konsep dan metode prosedur non parametrik mudah dipahami. Prosedur-prosedur non parametrik boleh diterapkan bila data telah diukur dengan menggunakan skala pengukuran.


(23)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

Sedangkan kelemahan dari statistik non parametrik adalah perhitungan-perhitungan yang dibutuhkan untuk kebanyakan prosedur non parametrik cepat dan sederhana, prosedur-prosedur ini kadang-kadang digunakan untuk kasus-kasus yang lebih tepat bila ditangani prosedur-prosedur non parametrik sehingga cara seperti ini sering menyebabkan pemborosan informasi. Meskipun prosedur non parametrik terkenal karena prinsip perhitungan yang sederhana, pekerjaan hitung-menghitung selalu membutuhkan banyak tenaga dan akan menimbulkan kejenuhan.

Dalam implementasi, penggunaan prosedur yang tepat merupakan tujuan dari peneliti. Beberapa parameter yang dapat digunakan sebagai dasar penggunaan statistik non parametrik :

1. Hipotesis yang diuji tidak melibatkan parameter populasi

2. Skala yang digunakan lebih lemah dari skala prosedur parametrik 3. Asumsi-asumsi parametrik tidak terpenuhi.

2.3 Uji Chi-Kuadrat

Uji Chi-kuadrat merupakan salah satu prosedur non parametrik yang dapat digunakan dalam analisis statistik yang sering digunakan dalam praktek. Teknik Chi-kuadrat (Chi-square; Chi dibaca : kai ; simbol dari huruf Yunani: χ2) ditemukan oleh Helmet pada tahun 1875, tetapi baru pada tahun 1900, pertama kali diperkenalkan kembali oleh Karl Pearson.


(24)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

Uji Chi-kuadrat digunakan untuk menguji kebebasan antara dua sampel (variabel) yang disusun dalam tabel baris kali kolom atau menguji keselarasan dimana pengujian dilakukan untuk memeriksa ketergantungan dan homogenitas apakah data sebuah sampel yang diambil menunjang hipotesis yang menyatakan bahwa populasi asal sampel tersebut mengikuti suatu distribusi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, uji ini dapat juga disebut uji keselarasan (goodness of fit test), karena untuk menguji apakah sebuah sampel selaras dengan salah satu distribusi teoritis (seperti distribusi normal, uniform, binomial dan lainnya).

Pada kedua prosedur tersebut selalu meliputi perbandingan frekuensi yang teramati dengan frekuensi yang diharapkan bila H0 yang ditetapkan benar, karena

dalam penelitian yang dilakukan data yang diperoleh tidak selamanya berupa data skala interval saja, melainkan juga data skala nominal, yaitu yang berupa perhitungan frekuensi pemunculan tertentu.

Perhitungan frekuensi pemunculan juga sering dikaitkan dengan perhitungan persentase , proporsi atau yang lain yang sejenis. Chi-kuadrat adalah teknik statistik yang dipergunakan untuk menguji probabilitas seperti itu, yang dilakukan dengan cara mempertentangkan antara frekuensi yang benar-benar terjadi, frekuensi yang diobservasi, observe frequencies (disingkat F0 atau O) dengan frekuensi yang

diharapkan, expected frequencies (disingkat Fh atau E).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan Chi-kuadrat, yaitu : 1. Chi-kuadrat digunakan untuk menganalisa data yang berbentuk frekuensi.


(25)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

2. Chi-kuadrat tidak dapat digunakan untuk menentukan besar atau kecilnya korelasi dari variabel-variabel yang dianalisa.

3. Chi-kuadrat pada dasarnya belum dapat menghasilkan kesimpulan yang

memuaskan.

4. Chi-kuadrat cocok digunakan untuk data kategorik, data diskrit atau data nominal.

Cara memberikan interpretasi terhadap Chi-kuadrat adalah dengan menentukan df (degree of freedom) atau db (derajat bebas). Setelah itu berkonsultasi tabel harga kritik Chi-kuadrat. Selanjutnya membandingkan antara harga Chi-kuadrat dari hasil perhitungan dengan harga kritik Chi-kuadrat, akhirnya mengambil kesimpulan dengan ketentuan :

1. Bila harga Chi-kuadrat (χ2) sama atau lebih besar dari tabel Chi-kuadrat maka hipotesa nol (H0) ditolak dan hipotesa alternatif (Ha) diterima.

2. Bila harga Chi-kuadrat (χ2) lebih kecil dari tabel Chi-kuadrat maka hipotesa nol (H0) diterima dan hipotesa alternatif (Ha) ditolak.

Ada beberapa persoalan yang dapat diselesaikan dengan mengambil manfaat dari Chi-kuadrat diantaranya adalah :

2.3.1 Uji Independen antara Dua Faktor

Banyak data hasil pengamatan yang dapat digolongkan ke dalam beberapa faktor, karakteristik atau atribut terdiri dari beberapa klasifikasi, kategori, golongan atau mungkin tingkatan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap fenomena demikian


(26)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

akan diselidiki mengenai asosiasi atau hubungan atau kaitan antara faktor-faktor itu, bisa dikatakan bahwa faktor-faktor itu bersifat independen atau bebas, tepatnya bebas statistik. Selain daripada itu akan diselidiki ada atau tidaknya pengaruh mengenai beberapa taraf atau tingkatan sesuatu faktor terhadap kejadian fenomena.

Secara umum untuk menguji independen antar dua faktor dapat dijelaskan sebagai berikut : misalkan diambil sebuah sampel acak berukuran n, dan tiap pengamatan tunggal diduga terjadi karena adanya dua macam faktor I dan II. Faktor I terbagi atas b taraf atau tingkatan dan faktor II terbagi atas k taraf. Banyak pengamatan yang terjadi karena taraf ke-i faktor ke I (i = 1,2,...,b) dan taraf ke-j faktor ke II (j = 1,2,...,k) akan dinyatakan dengan Oij. Hasilnya dapat dicatat dalam

sebuah daftar kontingensi b x k. Pasangan hipotesis yang akan diuji berdasarkan data dengan memakai penyesuaian persyaratan data yang diuji sebagai berikut : Ho : Kedua faktor bebas statistik

H1 : Kedua faktor tidak bebas statistik

Tabel yang disajikan akan dianalisis untuk setiap sel yang diperlukan kemudian dibentuk tabel kontingensi. Dari tabel tersebut di atas agar dapat dicari hubungan antara faktor-faktor dengan menggunakan statistik uji Chi-kuadrat.

Pengujian eksak sukar digunakan, karena di sini hanya akan dijelaskan pengujian yang bersifat pendekatan. Untuk itu diperlukan frekuensi teoritik atau banyak gejala yang diharapkan terjadi, di sini akan dinyatakan dengan Eij.


(27)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

Rumusnya adalah sebagai berikut : n

n n

Eij =( io× oj)/ Dengan:

ij

E = Banyak data teoritik (banyak gejala yang diharapkan terjadi)

io

n = jumlah baris ke-i

oj

n = jumlah kolom ke-j

n = total jumlah data

Dengan demikian misalnya didapat nilai dari teoritik masing-masing data :

11

E = (n x 10 n )/ n ; 01 E = (12 n x10 n )/ n 02

21

E = (n x 20 n )/ n ; 01 E = (22 n x20 n )/ n 02 dan seterusnya...

Jelas bahwa n = n + 10 n + ... + 20 n = bo n + 01 n + ... + 02 nok

Sehingga nilai statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis di atas adalah :

∑∑

= =

=

b i k j ij ij ij

E

E

O

1 1 2

2

(

)

χ

Dengan : 2

χ = Chi-kuadrat

Oij = Jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris

ke-i dan kolom ke-j

Eij = Banyak kasus yang diharapkan untuk dikategorikan dalam baris ke-i


(28)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut : Tolak H0 jika χ2hitung χ2tabel

Terima H0 jika χ2hitung < χ2tabel

Dalam taraf nyata α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) untuk distribusi Chi-Kuadrat adalah ( b-1 )( k-1), dalam hal yang lainnya kita terima hipotesis H0.

2.3.2 Koefisien Kontingensi

Kegunaan teknik koefisien kontingensi yang diberi simbol C, adalah untuk mencari atau menghitung keeratan hubungan antara dua variabel yang mempunyai gejala ordinal (kategori), paling tidak berjenis nominal.

Cara kerja atau perhitungan koefisien kontingensi sangatlah mudah jika nilai Chi-kuadrat sudah diketahui. Oleh karena itu biasanya para peneliti menghitung harga koefisien kontingensi setelah menemukan harga Chi-kuadrat. Test signifikansi yang digunakan tetap menggunakan tabel kritik Chi-kuadrat, dengan derajat kebebasan (db) sama dengan jumlah kolom dikurangi satu dikalikan dengan jumlah baris dikurangi satu (b-1)(k-1). Rumus untuk menghitung koefisien kontingensi adalah :

N C

hitung hitung

+

= 2

2

χ χ


(29)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

C = Koefisien kontigensi

χhitung2 = Hasil perhitungan Chi-Kuadrat N = Banyak data

Dari data yang dianalisis maka dapat dibentuk daftar kontingensi frekuensi yang diamati seperti tabel 2.1 di bawah ini :

Tabel 2.1 Daftar Kontingensi

FAKTOR II (K TARAF)

JUMLAH

1 2 …. K

F A KT O R I (B T AR AF

) 1 O11 O12 …. O1k N10

2 O12 O22 …. O2k N20

B OB1 OB2 …. OBk nB0

Jumlah N01 N02 …. n0k N

Dimana : faktor I dan faktor II adalah faktor-faktor yang membentuk daftar kontingensi dengan b baris dan k kolom. nij adalah frekuensi yang diamati.

=

=

b i ij i

E

N

1 )

( ; i = 1,2,3,...,b

=

=

k j ij j

E

N

1 )

( ; j = 1,2,3,...,k

Selain itu frekuensi yang diharapkan dari frekuensi yang diamati dapat dilihat dengan rumus :


(30)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

n n n

Eij =( io× oj)/

Dengan :

ij

E : frekuensi yang diharapkan

n : jumlah data yang diamati

Dari rumus di atas dapat disusun tabel kontingensi dari frekuensi yang diharapkan seperti pada tabel 2.2 di bawah ini :

Tabel 2.2 Daftar Kontingensi dari Frekuensi yang Diharapkan

FAKTOR II (K TARAF)

JUMLAH

1 2 …. K

F A KT O R I (B T AR AF

) 1 E11 E12 …. E1k n10

2 E12 E22 …. E2k n20

B EB1 EB2 …. EBk nB0

Jumlah n01 n02 …. n0k N

2.4 Hipotesa

Hipotesa secara etimologis dibentuk dari dua kata yaitu, kata hypo yang berarti kurang dan thesis yang berarti pendapat. Jadi hypotesis artinya suatu kesimpulan yang masih kurang, yang masih belum sempurna. Pengertian ini kemudian diperluas dengan maksud sebagai kesimpulan yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan


(31)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

dengan membuktikan kebenaran hipotesa tersebut. Pembuktian ini hanya dapat dilakukan dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan.

Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki untuk menentukan hipotesa adalah : 1. Hipotesa harus muncul dan hubungannya dengan teori serta masalah yang

diteliti.

2. Setiap hipotesis adalah kemungkinan jawaban terhadap persoalan yang diteliti. 3. Hipotesis harus dapat diuji atau terukir tersendiri untuk menetapkan hipotesis

yang besar kemungkinannya didukung oleh data empirik.

Perlu diingat, apapun syarat suatu hipotesis, yang jelas bahwa penampilan setiap hipotesis adalah bentuk statement, yaitu pernyataan tentang sifat atau keadaan hubungan dua atau lebih variabel yang akan diteliti.

Adapun jenis hipotesis yang mudah dimengerti adalah hipotesis nol (H0),

hipotesis alternatif (Ha), hipotesis kerja (Hk). Tetapi yang biasa adalah H0 yang

merupakan antara dua variabel x dan variabel y yang akan diteliti atau variabel independen (x) tidak mempengaruhi variabel dependen (y).


(32)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. BAB 3

TENTANG DAERAH RISET

3.1 Sejarah Singkat Sumatera Utara

Di zaman Pemerintahan Belanda, Sumatera merupakan suatu pemerintahan yang bernama Gonvernement van Sumatera, yang meliputi seluruh Sumatera, dikepalai oleh seorang Gouverneur berkedudukan di Medan. Sumatera terdiri dari daerah-daerah administrative yand dinamai keresidenan.

Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, Sumatera tetap merupakan suatu kesatuan pemerintahan yaitu Provinsi Sumatera yang dikepelai oleh seorang Gubernur dan terdiri dari daerah-daerah Administratif Keresidenan yang dikepalai oleh seorang Residen.

Pada Sidang I Komite Nasional Daerah (K.N.D) Provinsi Sumatera, mengingat kesulitan-kesulitan perhubungan ditinjau dari segi pertahanan, diputuskan untuk membagi Provinsi Sumatera menjadi 3 sub Provinsi yaitu sub Provinsi Sumatera Utara (yang terdiri dari Keresidenan Aceh, Keresidenan Sumatera Timur, dan Keresidenan Tapanuli), sun Provinsi Sumatera Tengah dan sub Provinsi Sumatera Selatan. Dalam perkembangan selanjutnya melalui Undang-undang No.10 Tahun 1948 tanggal 15 April 1948, Pemerintah menetapkan Sumatera menjadi 3 Provinsi yang masing-masing berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri yaitu :


(33)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

1. Provinsi Sumatera Utara yang meliputi Keresidena Aceh, Sumatera Timur, dan Tapanuli.

2. Provinsi Sumatera Tengah yang meliputi Keresidenan Sumatera Barat, Riau, dan Jambi.

3. Provinsi Sumatera Selatan yang meliputi Keresidenan Bengkulu,

Palembang, Lampung, dan Bangka Belitung.

Dengan mendasarkan kepada Undang-undang No.10 Tahun 1948, atas usul Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara dengan suratnya tanggal 16 Februari 1973 No.4585/25, DPRD Tingkat I Sumatera Utara dengan keputusannya tanggal 13 Agustus No.19/K/1973 telah menetapkan bahwa hari jadi Provinsi Sumatera Utara adalah tanggal 15 April 1948 yaitu tanggal ditetapkannya Undang-undang No.10 Tahun 1948 tersebut.

Pada awal Tahun 1949 berkaitan dengan meningkatnya serangan Belanda diadakanlah reorganisasi pemerintahan di Sumatera. Pada waktu itu, keadaan memerlukan suatu sistem pertahanan yang lebih kokoh dan sempurna. Oleh karena itu, perlu diputuskan alat-alat kekuatan sipil dan militer dalam tiap-tiap Daerah Militer Istimewa yang berada dalam satu tangan yaitu Gubernur Militer. Sehingga penduduk sipil dan militer berada di bawah kekuasaan satu pemerintah.

Perubahan demikian ini ditetapkan dengan Keputusan Pemerintah Darurat R.I tanggal 16 Mei 1949 No.21/Pem/P.D.R.I., yang diikuti Keputusan Pemerintah Darurat R.I tanggal 17 Mei 1949 No.22/Pem/P.D.R.I. Jabatan Gubernur Sumatera Utara ditiadakan.


(34)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

Gubernur yang bersangkutan diangkat menjadi komisaris dengan tugas-tugas memberi pengawasan dan tuntutan terhadap pemerintahan, baik sipil maupun militer. Selanjutnya dengan intruksi Dewan Pembantu dan Penasehat Wakil Perdana Menteri tanggal 15 September 1949, Sumatera Utara dibagi menjadi 2 daearah Militer Istimewa yaitu Aceh dan Tanah Karo diketuai oleh Gubernur Militer Dr. F.L. Tobing.

Selanjutnya dengan ketetapan Pemerintah Darurat R.I dalam bentuk Peraturan Perdana Menteri Pengganti Peraturan Pemerintah tanggal 17 Desember 1949 No.8/Des/W.K.P.M dibentuklah Provinsi Aceh dan Provinsi Tapanuli/ Sumatera Timur. Kemudian dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No.5 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950, Peraturan Wakil Perdana Menteri Pengganti Peraturan Pemerintah tanggal 17 Agustus 1949 N0.8/Des/W.K.P.M tahun 1949 tesebut dicabut dan kembali dibentuk Provinsi Sumatera Utara dengan daerah yang meliputi daerah Keresidenan Aceh, Sumatera Timur, dan Tapanuli. Selanjutnya dengan Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950, pada waktu RIS, ditetapkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia terbagi atas beberapa daerah-daerah Provinsi, yaitu :

1. Jawa Barat 2. Jawa Tengah 3. Jawa Timur 4. Sumatera Utara 5. Sumatera Tengah 6. Sumatera Selatan 7. Kalimantan 8. Sulawesi


(35)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

9. Maluku 10.Sunda Kecil

Pada tanggal 7 Desember 1956 diundangkanlah Undang-undang No.24 Tahun 1956 yaitu Undang-undang tentang pembentukan daerah otonom Provinsi Aceh dan perubahan peraturan pembentukan Provinsi Sumatera Utara. Pasal 1 Undang-undang No.24 Tahun 1956 ini menyebutkan :

1. Daerah Aceh yang meliputi Kabupaten-kabupaten Aceh Besar, Aceh Pidie, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tengah, Aceh barat, Aceh selatan, Kota Besar Kutaraja, daerah-daerah tersebut dipisahkan dari lingkungan Daerah Otonom Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No.5 Tahun 1950 sehingga daerah-daerah tersebut menjadi daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan nama Provinsi Aceh.

2. Provinsi Sumatera Utara tersebut dalam ayat (1) yang wilayahnya telah dikurangi dengan bagian-bagian yang terbentuk sebagai daerah Otonom Provinsi Aceh, tetap disebut Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan Undang-undang Darurat No.7 Tahun 1956, Undang-undang Darurat No.8 Tahun 1956, Undang-undang No.9 Tahun 1956, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No.4 Tahun 1964, Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 17 Kabupaten/Kota. Tetapi dengan terbitnya Undang-undang No.12 Tahun 1998, tentang pembentukan Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dan Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), Undang-undang No.4 Tahun 2001 tentang pembentukan Kota Padangsidimpuan, Undang-undang No.9 Tahun 2003 tentang pembentukan


(36)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

Kabupaten Nias Selatan, Humbang Hasundutan, dan Pakpak Bharat, serta Undang-undang No.36 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Samosir dan Serdang Bedagai, dan pada Tahun 2007 dibentuk Kabupaten Batubara melalui Undang-undang No. 5 tahun 2007, kemudian pada tanggal 10 Agustus 2007 disahkan Undang-undang No.37 Tahun 2007 tentang pembentukan Kabupaten Padang Lawas Utara, dengan demikian wilayah Provinsi Sumatera Utara pada Juni 2008 sudah menjadi 21 Kabupaten dan 7 Kota. Adapun Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

a. Wilayah Kabupaten : 1) Nias

2) Mandailing Natal (Madina) 3) Tapanuli Selatan

4) Tapanuli Utara 5) Tapanuli Tengah 6) Toba Samosir (Tobasa) 7) Labuhan Batu

8) Asahan 9) Simalungun 10) Dairi 11) Karo

12) Deli Serdang 13) Langkat 14) Nias Selatan

15) Humang Hasundutan 16) Pakpak Bharat


(37)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

17) Samosir

18) Serdang Bedagai 19) Batubara

20) Padang Lawas Utara 21) Padang Lawas b. Wilayah Kota

1) Sibolga 2) Tanjung Balai 3) Pematang Siantar 4) Tebing Tinggi

5) Medan

6) Binjai

7) Padangsidimpuan

Seiring dengan pemberlakuan Undang-undang No.22 tentang Otonomi Daerah, maka pengaturan rumah tangga daerah telah berada pada kewenangan pemerintah Kabupaten/ Kota. Berkaitan dengan hal ini Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 tanggal 31 Juli 2001 untuk membentuk Dinas-Dinas sebagai institusi teknis di dalam melaksanakan tugas dan fungsi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Adapun Dinas-Dinas tersebut adalah : Dinas Pertanian

Dinas Peternakan


(38)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

Dinas Pendidikan Dinas Kesehatan

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas Kehutanan

Dinas Perikanan dan Kelautan Dinas Sosial

Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman Dinas Tenaga Keja dan Transmigrasi Dinas Perhubungan

Dinas Perkebunan Dinas Pendapatan

Dinas Jalan dan Jembatan Dinas Pengairan

Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Dinas Pertambangan dan Energi

3.2 Potensi dan Masalah Pembangunan Sumatera Utara

3.2.1 Potensi Pembangunan Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara memiliki potensi daerah yang sangat potensial untuk didayagunakan untuk mengembangkan kapasitas daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumatera Utara. Sebagian potensi yang ada telah


(39)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

termanfaatkan namun masih tersedia potensi yang lebih besar untuk pembangunan ke depan.

Potensi-potensi yang dimiliki Sumatera Utara adalah : 1. Potensi Sumber Daya Alam terbaharui.

2. Potensi Produk Agribisnis Unggulan 3. Potensi Pariwisata

4. Potensi Sumber Daya Manusia

5. Potensi Modal Sosial dan Modal Spritual 6. Potensi Infrastruktur dan Energi.

Yang hanya dijelaskan pada karya tulis ini adalah Potensi Sumber Daya Manusia. Sumber daya manusia merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan. Sumber daya manusia yang dimaksud mencakup sumber daya manusia pengusaha, sumber daya manusia teknokrat (ilmuwan) dan sumber daya manusia birokrat (pengusaha).

Provinsi Sumatera Utara memiliki SDM yang potensial baik pengusaha mulai dari petani/nelayan, pedagang, pengusaha UKMK, pengusaha besar maupun SDM teknokrat (ahli-ahli) yang ada di Perguruan Tinggi. SDM Sumatera Utara memiliki karakteristik yang unik antara lain daya juang tinggi, berani, progresiv, mandiri dan terbuka, yang sangat sesuai dengan kebutuhan pembangunan.

Selama ini Sumatera Utara sudah terkenal sebagai ”pencetak” SDM nasional, baik sebagai pengusaha, ilmuwan maupun birokrat. Pada bidang pengusaha saat ini banyak pengusaha kelas nasional yang berasal dari Sumatera Utara. Demikian juga


(40)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

SDM Ilmuwan Nasional dan SDM Birokrat Nasional banyak yang berasal dari Sumatera Utara. Sumatera Utara tercatat sebagai pengekspor SDM bermutu ke daerah lain.

3.2.2 Permasalahan Pokok Pembangunan Sumatera Utara

Saat ini masyarakat Sumatera Utara menghadapi permasalahan pokok pembangunan yang memerlukan pemecahan segera. Permasalahan pokok pembangunan yang dimaksud antara lain sebagai berikut.

1. Masalah Peningkatan dan Pemerataan Pendapatan Penduduk 2. Masalah Kemiskinan

3. Masalah Pengangguran

4. Masalah Kesehatan dan Sosial 5. Masalah Lingkungan Hidup 6. Masalah Pelayanan Publik

7. Masalah Pendidikan Sumber Daya Manusia

8. Masalah Ketersediaan dan Kualitas Infrasturuktur Pembangunan 9. Masalah Otonomi Daerah

10.Masalah Daya Saing dan Produk Unggulan

Yang hanya dibahas dalam karya tulis ini adalah Masalah Pendidikan Sumber Daya Manusia. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan hal yang terpenting dalam pembangunan masa depan Sumatera Utara. Kekayaan Sumber Daya


(41)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

Alam tidak ada gunanya bila SDM tidak mendukung. Kualitas SDM juga menjadi faktor daya saing kedepan.

Secara jujur harus diakui bahwa mutu pendidikan di Sumatera Utara meskipun tidak tergolong jelek, tetapi cenderung menurun dari tahun ke tahun. Bila dibandingkan kualitas pendidikan sebelum tahun 1980-an, kualitas pendidikan di Sumatera Utara cenderung menurun. Hal ini diindikasikan minimumnya prestasi akademik tingkat Nasional yang pernah diraih pendidikan Sumatera Utara. Makin banyaknya putra-putri Sumatera Utara yang memilih melanjutkan pendidikan keluar Sumatera Utara juga indikasi betapa mutu pendidikan di Sumatera Utara sedang mengalami penurunan setidak-tidaknya kalah dengan mutu pendidikan di Pulau Jawa.

Bagaimana memulihkan sekaligus meningkatkan mutu pendidikan seluruh jenjang pendidikan di Sumatera Utara, perlu dijadikan agenda penting dalam lima tahun kedepan. Hal ini mencakup pembenahan sarana dan prasarana pendidikan. Kekayaan pendidikan Sumatera Utara seperti yang pernah dialami tahun 1970-an harus dikejar kembali.

3.3 Visi Dan Misi Pembangunan Sumatera Utara

Berdasarkan potensi yang dimiliki dan masalah pokok pembangunan serta mempertimbangkan perubahan lingkungan strategis yang terjadi (globalisasi, otonomi daerah, demokrasi), maka visi pembangunan provinsi Sumatera Utara dalam lima tahun kedepan (2008 -2013) di rumuskan sebagai berikut.


(42)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. 3.3.1 Visi

”Terwujudnya Daerah dan Masyarakat Sumatera Utara yang SUMUT (Sejahtera, Unggul, Mandiri, Unik, Toleran)”.

Penjelasan Visi

1. Terwujudnya daerah dan masyarakat Sumatera Utara yang sejahtera, yakni sejahtera lahir dan batin dalam aspek tingkat pendapatan (US$ 2500 perkapita tahun 2013), bebas kemiskinan, bebas narkoba, sehat jasmani dan rohani, aman dan tertib.

2. Terwujudnya daerah dan masyarakat Sumatera Utara yang Unggul yakni unggul dari segi SDM, unggul layanan publik, unggul produk, unggul dalam berdemokrasi, unggul bermasyarakat, dan unggul dalam kepatuhan hukum.

3. Terwujudnya daerah dan masyarakat Sumatera Utara yang Mandiri yakni percaya diri, mampu mengembangkan kemampuan diri dengan prakarsa sendiri, mampu mendayagunakan potensi daerah yang dimiliki, kreatif, inovatif, bekerja keras, dan kerjasama serta memiliki rasa kebanggaan sebagai orang Sumatera Utara dan sebagai bangsa Indonesia.

4. Terwujudnya daerah dan masyarakat Sumatera Utara yang Unik yakni

memiliki ciri/ karakteristik tersendiri yang berbeda dengan daerah lain dalam hal-hal yang positip seperti dari segi adat/ budaya, unik produknya, unik bahasa dan tutur kata, unik karakternya, unik karena Sumatera Utara berbeda dengan daerah lain.


(43)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

5. Terwujudnya daerah dan masyarakat Sumatera Utara yang Toleran yakni tenggang rasa, menghargai perbedaan pendapat, menghargai perbedaan agama, adat-budaya, menghargai perbedaan aspirasi, menghargai perbedaan kemampuan, peduli terhadap sesama, mengutamakan kepentingan bersama, dan mengutamakan musyawarah untuk mufakat.

3.3.2 Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut, maka misi pembangunan provinsi Sumatera Utara disusun sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan pembangunan ekonomi untuk mendayagunakan potensi daerah di bidang agribisnis/ agroindustri dan pariwisata secara berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, untuk meningkatkan pendapatan, memeratakan kesempatan kerja/berusaha dan pendapatan dan menghapus kemiskinan.

Maksudnya adalah :

a. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sesuai kewenangan (UU No. 32 Tahun 2004) memfasilitasi, mempromosi, mendorong tumbuh kembangnya dunia usaha untuk mendayagunakan potensi dan keunggulan komparatif Sumatera Utara dalam bidang agribisnis dan pariwisata.

b. Pendayagunaan yang ada diupayakan untuk menjadikan perekonomian

Sumatera Utara berdaya saing, berkerakyatan, dan berkelanjutan.

c. Sasarannya adalah : meningkatkan pendapatan, membuka kesempatan kerja dan berusaha, pemerataan pendapatan, dan menghapus kemiskinan.


(44)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. 2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan masyarakat agar

memiliki kecerdasan majemuk yakni kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spritual.

Maksudnya adalah :

a. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menyelenggarakan dan memfasilitasi terwujudnya peningkatan kualitas SDM dan masyarakat baik melalui pendidikan formal (seluruh jenjang), training/pelatihan, dan pendidikan informal

b. Sumber Daya Manusia yang dimaksud adalah SDM Pengusaha (mulai dari

pengusaha kecil sampai pengusaha besar), SDM Birokrat pemerintah, SDM teknokrat/ ilmuwan, baik secara individu maupun masyarakat.

c. Kualitas SDM yang akan dituju adalah SDM yang memiliki kecerdasan

majemuk yakni kecerdasan intelektual (sesuai keahlian/ ketrampilan), kecerdasan emosional (taat dan cerdas adat/ budaya/ hukum) dan kecerdasan spritual (taat dan cerdas agama/ kepercayaan). Kualitas SDM yang demikian dijadikan keunggulan dan keunikan Sumatera Utara

3. Meningkatkan kualitas aparatur pemerintahan yang taat azas tata kelola pemerintahan (good governance) dalam rangka pelayanan publik yang prima.

Maksudnya adalah :

a. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menyelenggarakan upaya peningkatan mutu penyelenggaraan pemerintahan yang taat asas dan tata kelola pemerintahan (good governance) yang mencakup : akuntabilitas, pengawasan,


(45)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

daya tanggap, profesionalisme, efisiensi dan efektifitas, transparansi, kesetaraan, wawasan kedepan, partisipasi dan penegakan hukum.

b. Kualitas penyelenggaraan pemerintahan dimaksudkan untuk pelayanan publik yang prima yakni cepat, mudah, murah, untuk setiap masyarakat.

4. Membangun, meningkatkan dan memelihara infrastruktur/ prasarana/ sarana daerah untuk mendukung pembangunan di segala bidang dan memfasilitasi kegiatan masyarkat.

Maksudnya adalah :

a. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara membangun dan memfasilitasi

tersedianya infrastruktur pembangunan seperti infrastruktur jalan/ jembatan, pelabuhan laut dan udara, terminal, energi, irigasi dan pengairan, telematika, infrastruktur IPTEK dan infrastrukutur lainnya. Selain membangun/ memfasilitasi, pemerintah provinsi juga melakukan/ memfasilitasi pemeliharaan infrastruktur pembangunan yang telah ada.

b. Penyediaan infrastruktur pembangunan baik kualitas maupun kuantitas

dimaksudkan untuk memfasilitasi kegiatan ekonomi agar memiliki daya saing, membangun keunggulan daerah Sumatera Utara dalam berinvestasi, mengefisiensikan dan mengefektifkan distribusi barang dan jasa serta memfasilitasi mobilisasi dan kegiatan masyarakat.

5. Membangun sistem dan kelembagaan keamanan/ ketertiban serta penegakan hukum demi terwujudnya rasa aman, keadilan, kepastian hukum baik berusaha maupun bermasyarakat.


(46)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

a. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara bekerjasama dengan pemerintah pusat membangun sistem dan kelembagaan keamanaan dan ketertiban dengan meningkatkan kualitas peran TNI, POLRI dan jajarannya.

b. Selain sistem dan kelembagaan keamanan/ ketertiban yang disediakan negara, pemerintah provinsi Sumatera Utara juga mengembangkan sistem dan kelembagaan keamanan/ketertiban masyarakat berbasiskan budaya lokal (local wisdom) baik pada level desa/ masyarakat maupun level perusahaan

c. Pembangunan sistem dan kelembagaan keamanan dan ketertiban masyarakat diletakkan dalam kerangka penegakan hukum

d. Penyediaan sistem dan kelembagaan keamanan dan ketertiban dimaksudkan untuk menciptakan rasa aman, keadilan, kepastian hukum baik dalam berusaha maupun dalam bermasyarakat.

6. Membangun dan meningkatkan kualitas sistem dan kelembagaan politik demi terwujudnya masyarakat dan budaya demokrasi yang bertanggung jawab dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Maksudnya adalah :

a. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sesuai kewenangannya memfasilitasi tumbuh kembangnya kegiatan di bidang politik sebagai mekanisme penyaluran aspirasi, kebebasan berpendapat, kebebasan berkreatifitas yang taat hukum dan azas-azas kepatutan.

b. Pengembangan kualitas sistem dan kelembagaan politik dimaksudkan untuk membangun masyarakat dan budaya demokrasi yang bertanggung jawab dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.


(47)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. 3.4 Fungsi Sistem Pendidikan Sebagai Pemasok Tenaga Kerja Terdidik

Peranan pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) memang tidak perlu diragukan. Karena titik singgung antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi ialah produktivitas tenaga kerja, semakin tinggi mutu pendidikan, semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat (Teori

Human Capital).

Sistem pendidikan harus mampu membuka cakrawala yang lebih luas bagi tenaga yang dihasilkannya, khusunya dalam membuka lapangan kerja baru. Sesuai dengan fungsi ini, sistem pendidikan harus dapat menghasilkan tenaga yang mampu mengembangkan potensi masyarakat dalam menghasilkan barang dan jasa termasuk cara-cara memasarkannya. Kemampuan ini amat penting dalam rangka jika ingin memperluas lapangan kerja dan lapangan usaha. Dengan demikian, tamatan atau lulusan sistem pendidikan tidak bergantung hanya kepada lapangan kerja yang sudah ada yang jumlahnya sangat terbatas, akan tetapi mengembangkan lahan kerja yang masih potensial.

3.5 Beberapa Saran Untuk Menghasilkan Tenaga Kerja Terdidik

Pendekatan tenaga kerja (manpower approach) yang murni dalam perencanaan pendidikan diakui oleh pakar ekonomi dan pakar ekonomi pendidikan sebagai suatu yang mustahil. Keduanya mengakui sumbangan pendidikan dalam perkembangan ekonomi seperti pendapat Schultz Denision, Krueger, Hicks, Weeler, Psacharopoulus, dari pendekatan Human Capital sampai signalig model dari Ake Blomquist. Namun di


(48)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

negara berkembang di mana investasi pendidikan tinggi sebagian besar merupakan subsidi pemerintah sehingga sosial rate of return relatif rendah dibandingkan dengan pendidikan dasar, pendekatan tenaga kerja patut memperoleh perhatian dalam pengelolaan pendidikan tinggi kita.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal di atas adalah : 1. Proses pendidikan dengan dorongan yang sangat kuat dari sekolah dasar

menuju pendidikan tinggi perlu diferensiasi. Pendidikan ibarat aliran sungai, apabila tidak dikendalikan akan menjadikan kekuatan banjir yang merusak. Dam-dam perlu dibuat agar air dapat dimanfaatkan dan banjir dapat dikendalikan. Sistem pengendalian itu antara lain diferensiasi program pendidikan dan pelatihan kejuruan dalam berbagai bentuknya, proses evaluasi dan seleksi yang lebih rasional, dan relevansi program yang lebih sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja dalam berbagai sektor pembangunan.

2. Pengarahan pekerjaan sudah dimulai sejak dini. Sejak jenjang pendidikan dasar perlu ada pengarahan kepada motivasi cinta kerja dan informasi yang menarik mengenai dunia kerja. Program pendidikan nonformal atau Kejar Usaha perlu diperbanyak dan dekat dengan konsumen.

3. Sejalan dengan intervensi untuk mengubah ambisi para pemuda ke arah pekerjaan, dikembangkan sikap self employment untuk mengisi sektor informal yang mempunyai kesempatan kerja yang cukup luas. Di dalam kaitan ini perlu koordinasi program pelatihan antar departemen : Dikbud, Naker, Industri, Pertanian, agar dapat disusun program pelatihan terpadu. Program ini tentunya tidak dapat tersusun terpusat dan seragam, tetapi harus sesuai dengan


(49)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

kebutuhan yang nyata. Pengelolaan program pelatihan ini haruslah diberikan kepada daerah sesuai dengan otonomi daerah (Tingkat Dua).

4. Dengan filter-filter yang ada pada jenjang pendidikan sebelumnya, diperoleh mahasiswa yang lebih matang. Kematangan tersebut mencakup dua aspek : aspek intelektual, dan aspek motivasional. Mahasiswa yang matang secara intelektual adalah juga mahasiswa yang mempunyai kemampuan intelektual. Hal ini berarti bahwa mahasiswa pendidikan tinggi haruslah selektif, melalui penapisan-penapisan yang objektif. Dunia kampus adalah dunia ilmu pengetahuan dan riset yang meminta syarat-syarat yang ketat dalam hal kemampuan intelektual.

5. Pengembangan sistem pendidikan tinggi nasional perlu direstruktusiasi. Pestroika sistem pendidikan tinggi ini meliputi berbagai aspek, antara lain keseimbangan program studi, peningkatan mutu, dan hubungan antara PTN dan PTS. Seperti telah diuraikan, sistem pendidikan nasional kita sebelumnya belum memadai memproduksi tenaga-tenaga sarjana secara kuantitatif. Peranan PTS dalam kaitan ini adalah sangat membantu, asal outputnya memperhitungkan program-program studi yang sangat diperlukan dalam pembangunan nasional. Khusunya program studi ilmu sosial dan keguruan perlu diatur agar outputnya sesuai dengan kebutuhan. Selain itu mutu pendidikan terus ditingkatkan, antara lain dengan meningkatkan kualifikasi tenaga dosen, sarana dan prasarana yang memadai.

Selain kematangan intelektal mahasiswa juga memerlukan kematangan motivasi. Mereka yang memperoleh privilelege memasuki perguruan tinggi


(50)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

tahu benar untuk apa ia memasukinya. Ia mengetahui bahwa baik social cost maupun individual cost untuk memasuki lembaga pendidikan tinggi itu cukup tinggi. Baginya, ijasah perguruan tinggi bukanlah tujuan, tapi semata-mata sebagai simbol formal akan keberhasilannya menyelesaikan pendidikan pada lembaga itu. Ada sinyalemen banyak mahasiswa dewasa ini yang memasuki lembaga pendidikan tinggi hanya sekedar menghabiskan waktu atau karena belum berhasil memperoleh pekerjaan, atau sebab-sebab entrinsik lainnya.

6. Perampingan perguruan tinggi bukan berarti menutup pintu bagi pemeratan. Ada banyak orang yang ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi untuk pengembangan pribadinya semata-mata, atau ingin secepatnya menerapkan ilmu pengetahuannya untuk kehidupannya. Dalam hal ini program-program nongelar atau program diploma perlu diperbanyak atau diferensiasi. Perguruan tinggi haruslah menjadi pusat belajar berkelanjutan.

7. Pembangunan nasional kita haruslah merata di seluruh daerah nusantara. Apa yang terjadi dewasa ini, terdapat tenaga-tenaga lulusan perguruan tinggi yang tidak merata baik dalam hal jumlah maupun dalam kualifikasinya. Hal ini disebabkan pendidikan tinggi kita dikelola telalu sentralistik dengan program yang homogen. Dengan demikian, peran dan fungsi pendidikan tinggi dengan pembangunan daerah boleh dikatakan minim atau tidak ada. Programnya nyaris tidak punya relevansi dengan kebutuhan tenaga tingkat tinggi yang diperlukan dalam pembangunan daerah. Yang banyak diperlukan adalah tenaga teknik dan tenaga ahli pertanian untuk pembangunan pedesan, tetapi yang diwisuda adalah kebanyakan ahli-ahli ilmu hukum politik dan keguruan.


(51)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. BAB 4

ANALISA DAN EVALUASI

Pendidikan angkatan kerja merupakan salah satu indikator penting untuk

menggambarkan kualitas angkatan kerja tersebut. Dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memungkinkan pekerja lebih produktif dan daya saingnya lebih tingggi pula.

Penyerapan tenaga kerja menurut sekitar dapat mencerminkan tingkat perkembangan suatu wilayah. Ciri perekonomian daerah maju umumnya yaitu lebih banyak penduduk bekerja disekitar industri atau jasa dibandingkan sekitar pertanian. Di Sumatera Utara masih didominasi pada sektor pertanian.

4.1 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Lapangan Kerja

Hubungan tingkat pendidikan dengan lapangan kerja ditunjukkan pada table 4.1 di bawah ini :


(52)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. Tabel 4.1 Data Tingkat Pendidikan Penduduk Menurut Lapangan Kerja

Pendidikan Lapangan Kerja Jumlah Pertanian Industri Perdagangan Jasa

Tidak/ belum pernah

sekolah 69.687 1.439 3.193 3.328 77.647

Tidak/ belum tamat SD 343.176 23.992 59.067 24.199 450.434

SD 1.001.809 112.216 244.131 105.833 1.463.989

SLTP 590.432 98.699 235.266 97.967 1.022.364

SMTA 398.708 137.638 371.244 238.393 1.145.983

Akademi/ PT 15.576 12.992 42.683 187.696 258.947

Jumlah 2.419.388 386.976 955.584 657.416 4.419.364

Sumber: Sakernas 2007, BPS Sumatera Utara

Data diatas memperlihatkan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Ditinjau menurut pendidikan secara umum angkatan kerja masih didominasi tamatan pendidikan sekolah dasar. Dari seluruh angkatan kerja yang diperoleh dari empat lapangan pekerjaan utama yaitu pertanian, industri, perdagangan dan jasa berdasarkan tingkat pendidikannya sebanyak 1,76% tidak tamat SD sedangkan angkatan kerja yang belum tamat SD sebanyak 10,19%, tamat SD sebanyak 33,13%, tamat SLTP sebanyak 23,13%, tamat SMTA sebanyak 25,93% dan akademi/ PT sebanyak 5,86%.

Jika dilihat menurut lapangan pekerjaan utama masih didominasi pada sektor pertanian yaitu sebanyak 54,75%, pada sektor industri sebanyak 8,76%, pada sektor perdagangan sebanyak 21,62%, dan pada sektor jasa sebanyak 14,89%.

Dari data diatas, untuk tingkat pendidikan belum pernah sekolah lebih banyak bekerja pada sektor pertanian yaitu sebanyak 69.687 jiwa, pada tingkat pendidikan belum tamat SD lebih banyak bekerja pada sektor pertanian yaitu sebanyak 343.176 jiwa, pada tingkat pendidikan tamatan SD lebih banyak bekerja pada sektor pertanian


(53)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

yaitu sebanyak 1.001.809 jiwa, pada tingkat pendidikan tamatan SLTP lebih banyak bekerja pada sektor pertanian yaitu sebanyak 590.432 jiwa, pada tingkat pendidikan tamatan SMTA lebih banyak bekerja pada sektor pertanian yang perbedaannya sedikit dengan sektor perdagangan yaitu sebanyak 398.708 dan 371.244 dan pada tingkat pendidikan tamatan perguruan tinggi lebih banyak bekerja pada sektor jasa yaitu sebanyak 187.696.

Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam gambar 4.1 dibawah ini :

0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000

1 2 3 4 5 6

Tingkat Pendidikan Ju m lah yan g B eker

ja Lapangan Kerja Pertanian

Lapangan Kerja Industri

Lapangan Kerja Perdagangan

Lapangan Kerja Jasa

Gambar 4.1 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Lapangan Kerja

Keterangan untuk Tingkat Pendidikan : 1 = Belum pernah sekolah

2 = Belum Tamat SD 3 = SD

4 = SLTP 5 = SMTA 6 = Akademi/ PT


(54)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan lapangan kerja , maka kita dapat melakukan uji Chi-Kuadrat (χ2) yaitu dengan cara mengamati jumlah frekuensi yang diharapkan dari frekuensi yang diamati yang dapat ditentukan dengan rumus :

ij

E = (n io × n )/n oj Dengan :

ij

E = Banyak data teoritik (banyak gejala yang diharapkan terjadi)

io

n = Jumlah baris ke-i

jo

n = Jumlah baris ke-j

n = Total jumlah data

Dapat dicari jumlah frekuensi yang diharapkan dari jumlah frekuesi yang diamati, sebagai berikut :

E11 = (77.647 × 2.419.388) / 4.419.364 = 42.508,0 E12 = (77.647 × 386.976) / 4.419.364 = 6.799,1 E13 = (77.647 × 955.584) / 4.419.364 = 16.789,3 E14 = (77.647 × 657.416) / 4.419.364 = 11.550,6

E21 = (450.434 × 2.419.388) / 4.419.364 = 246.590,8 E22 = (450.434 × 386.976) / 4.419.364 = 39.441,7 E23 = (450.434 × 955.584) / 4.419.364 = 97.395,8 E24 = (450.434 × 657.416) / 4.419.364 = 67.005,7


(55)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

E31 = (1.463.989 × 2.419.388) / 4.419.364 = 801.463,2

E32 = (1.463.989 × 386.976) / 4.419.364 = 128.192,3 E33 = (1.463.989 × 955.584) / 4.419.364 = 316.553,3 E34 = (1.463.989 × 657.416) / 4.419.364 = 217.780,1

E41 = (1.022.364 × 2.419.388) / 4.419.364 = 559.694,8 E42 = (1.022.364× 386.976) / 4.419.364 = 89.522,0 E43 = (1.022.364× 955.584) / 4.419.364 = 221.062,3 E44 = (1.022.364× 657.416) / 4.419.364 = 152.084,9

E51 = (1.145.983 × 2.419.388) / 4.419.364 = 627.370,3 E52 = (1.145.983× 386.976) / 4.419.364 = 100.346,5 E53 = (1.145.983× 955.584) / 4.419.364 = 247.792,1 E54 = (1.145.983× 657.416) / 4.419.364 = 170.474,2

E61 = (258.947 × 2.419.388) / 4.419.364 = 141.760,9

E62 = (258.947× 386.976) / 4.419.364 = 22.674,4

E63 = (258.947× 955.584) / 4.419.364 = 55.991,2

E64 = (258.947× 657.416) / 4.419.364 = 38.520,5

Dari koefisien di atas dapat dibentuk daftar kontingensi dari daftar frekuensi yang diharapkan yang dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini :


(56)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. Tabel 4.2 Daftar Frekuensi yang Diharapkan

Pendidikan Lapangan Kerja Jumlah Pertanian Industri Perdagangan Jasa

Tidak/ belum

pernah sekolah 42.508,0 6.799,1 16.789,3 11.550,6 77.647

Tidak/ belum

tamat SD 246.590,8 39.441,7 97.395,8 67.005,7 450.434

SD 801.463,2 128.192,0 316.553,3 217.780,0 1.463.989

SLTP 559.694,8 89.522,0 221.062,3 152.085,0 1.022.364

SMTA 627.370,3 100.347,0 247.792,1 170.474,0 1.145.983

Akademi/ PT 141.760,9 22.674,4 55.991,2 38.520,5 258.947

Jumlah 2.419.388 386.976 955.584 657.416 4.419.364

Dari jumlah yang diamati dan jumlah frekuensi yang diharapkan dapat ditentukan pada setiap item kejadian yang berlaku, diamati perbedaan antara nij dan Eij ada

tidaknya hubungan antara faktor I dan faktor II dan jumlah beda = 0 dengan penggabungan tabel 4.1 dan 4.2 dapat ditentukan harga χ2 seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.3 di bawah ini

Tabel 4.3 Penentuan Harga Chi- Kuadrat No Oij Eij Oij-Eij (Oij-Eij)

2

(Oij-Eij) 2

/Eij

1 69.687 42.507,97627 27.179,02 738.699.331 17.377,8993

2 343.176 246.590,8249 96.585,18 9.328.696.045 37.830,6697

3 1.001.809 801.463,156 200.345,8 40.138.457.228 50.081,4753

4 590.432 559.694,8324 30.737,17 944.773.472,9 1.688,01536

5 398.708 627.370,2547 -228.662 52.286.426.736 83.342,2151

6 15.576 141.760,9557 -126.185 15.922.643.057 112.320,37

7 1.439 6.799,061012 -5.360,06 28.730.254,06 4.225,62086

8 23.992 39.441,68156 -15.449,7 238.692.660,3 6.051,78712

9 112.216 128.192,3388 -15.976,3 255.243.402,1 1.991,09716

10 98.699 89.522,00617 9.176,994 84.217.215,8 940,743169

11 137.638 100.346,547 37.291,45 1.390.652.466 13.858,4984


(57)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

13 3.193 16.789,3459 -13.596,3 184.860.621,8 11.010,5911

14 59.067 97.395,80706 -38.328,8 1.469.097.450 15.083,7854

15 244.131 316.553,3467 -72.422,3 5.244.996.305 16.569,0755

16 235.266 221.062,2797 14.203,72 201.745.670,9 912,619155

17 371.244 247.791,9943 123.452 15.240.397.713 61.504,8027

18 42.683 55.991,22635 -13.308,2 177.108.888,6 3.163,1543

19 3.328 11.550,61682 -8.222,62 67.611.427,37 5.853,49063

20 24.199 67.005,68646 -42.806,7 1.832.412.406 27.347,1179

21 105.833 217.780,1585 -111.947 12.532.166.298 57.545,0325

22 97.967 152,084,8818 -54.117,9 2.928.745.127 19.257,3061

23 238.393 170.474,204 67.918,8 4.612.962.855 27.059,5946

24 187.696 38.520,45248 149.175,5 22.253.343.978 577.702,04

Jumlah 1.156.851,55

Dari tabel 4.3 diperoleh :

2

χ =

∑∑

= =

h i k j ij ij ij

E

E

O

1 1 2

)

(

2

χ = 1.156.851,55

Dengan hipotesa sebagai berikut :

H0 : tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan lapangan kerja. H1 : ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan lapangan kerja.

Dan harga χ2 yang terdapat di dalam tabel dengan derajat kebebasan (dk) dari masalah yang diteliti adalah :

dk = (b-1)(k-1) = (6-1)(4-1) = 15 dan dengan α = 0.05 diperoleh :

= = 2(0.05)(15)

2 χ

χ tabel 25,0


(58)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

Jadi, H0 ditolak maka H1 diterima, artinya ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan lapangan kerja.

Selanjutnya untuk mengetahui seberapa dekat hubungan antara tingkat pendidikan dengan lapangan kerja ditentukan koefisien kintingensi C (derajat hubungan) sebagai berikut :

N C hitung hitung + = 2 2 χ χ C = 4419364 547 , 1156851 547 , 1156851 +

C = 0,46

Untuk menentukan derajat asosiasi antara tingkat pendidikan dengan lapangan kerja maka harga C diatas dibandingkan dengan C maksimum, yaitu :

Cmaks=

m m 1

Dengan m = harga minimum antara b dan k yakni minimum antara banyak baris dan banyak kolom. Dalam penelitian ini banyak baris = 6 dan banyak kolom = 4, jadi minimumnya adalah 2, sehingga :

C 2 1 2− = maks


(59)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

Cmaks= 0,71

Langkah selanjutnya adalah membandingkan harga C dengan Cmaks sehingga

diperoleh :

Q = ×100%

maks

C C

Q = 100%

71 . 0

46 , 0

× Q = 64,79%

Berdasarkan ketentuan Davis (1971) nilai Q berada antara 0,50 dan 0,69, maka dapat diketahui bahwa derajat hubungan antara tingkat pendidikan dengan lapangan kerja erat.


(60)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. BAB 5

IMPLEMENTASI SISTEM

5.1 Pengenalan Excel

Microsoft Excel adalah aplikasi pengolah angka (spread sheet) yang sangat populer dan canggih saat ini yang dapat digunakan untuk mengatur, menyediakan maupun menganalisa data dan mempresentasikan dalam bentuk tabel, grafik atau diagram.

Aplikasi ini juga banyak digunakan untuk memproyeksikan data. Microsoft ini juga merupakan pengembangan dari Microsoft excel versi lainnya yang dikonsentrasikan agar program aplikasi spread sheet (lembar kerja) ini lebih mudah dipakai, lebih fleksibel, lebih mudah diintegrasikan dengan program aplikasi Microsoft Office XP lainnya. Untuk mengaktifkan lembar kerja Microsoft Excel dapat dilakukan dengan cara :

1. Klik tombol Start

2. Pilih dan klik Program, Microsoft Office, Microsoft Excel


(61)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. Gambar 5.1 Mengaktifkan Microsoft Excel

Setelah Microsoft Excel diaktifkan maka tampilan lembar kerja Microsoft Excel akan muncul seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.2 di bawah ini :


(62)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

Keterangan dari lembar kerja diatas adalah :

1. TitleBar : baris judul berisi nama aplikasi yang digunakan yakni MS.Excel.

2. MenuBar : baris menu yakni perintah yang dapat diaktifkan dengan mengklik menu atau menekan tombol Alt di keyboard dengan salah satu huruf bergaris bawah pada menu.

3. ToolBar : baris tool (alat) yakni icon-icon perintah MS.Excel

4. FormulaBar : daerah tempat penulisan atau tampilan rumus atau data yang ada pada lembar kerja.

5. NameBox : daerah penunjuk range atau sel yang sedang aktif.

6. ScrollBar : lajur penggulung layer baik secara tegak (vertikal) maupun secara mendatar (horizontal).

Istilah-istilah dalam Microsoft Excel :

1. Worksheet adalah daerah tempat lembaran kerja untuk memasukkan data atau rumus. Normalnya Microsoft ini menyediakan worksheet atau sheet sebanyak 3 sheet. Worksheet terdiri dari 65.536 baris dan 256 kolom.

2. Workbook adalah buku kerja yang terdiri dari beberapa worksheet. Workbook ini merupakan file penyimpanan worksheet sehingga mempermudah mengorganisasi file-file sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

3. Cell adalah merupakan perpotongan baris dan kolom yang ditandai dengan aktifnya pointer sel pada posisi tertentu. Posisi sel aktif ditunjukkan pada nameBox.


(63)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

5. Range adalah kumpulan beberapa sel yang membentuk kelompok area

(ditandai dengan warna hitam saat diblok). 6. Gridlines adalah garis Bantu sel pada area kerja.

7. Fill Handle adalah bagian bawah kanan pointer cell berfungsi untuk memindah atau mengcopy data dan rumus dengan menggunakan mouse.

5.2 Type Data Dalam Microsoft Excel

Type data dalam Microsoft ini terbagi dalam dua data yaitu :

1. Konstanta yaitu data yang diketik langsung pada area kerja berupa teks, data tunggal, waktu, mata uang, persen, pecahan, notasi ilmiah dan lainnya.

2. Rumus yaitu gabungan dari type konstanta, alamat, sel, nama sel atau range, fungsi operator yang menghasilkan nilai baru. Type rumus ditandai dengan diawali tanda = atau tanda +

Berikut ini adalah beberapa operator yang sering digunakan dalam Microsoft Excel seperti ditunjukkan pada tabel 5.1 di bawah ini :

Tabel 5.1 Operator yang sering digunakan dalam Microsoft Excel

+ Tambah = Sama Dengan

- Kurang > Lebih Besar

* Perkalian >= Lebih Besar Sama Dengan

/ Pembagian < Lebih Kecil

^ Pangkat <= Lebih Kecil Sama Dengan


(64)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. 5.3 Fungsi Statistik

Fungsi ini bertujuan untuk menganalisa kumpulan suatu data. Penganalisaan data tersebut ada beberapa bentuk antara lain :

1. SUM (range) fungsinya untuk mencari total sekumpulan data angka.

2. MAX (range) fungsinya untuk mencari nilai tertinggi dari sekumpulan data angka.

3. MIN (range) fungsinya untuk mencari nilai terendah dari sekumpulan data angka.

4. AVERAGE (range) fungsinya untuk mencari nilai rata-rata dari sekumpulan data angka.

5. COUNT (range) fungsinya untuk mencari banyak data dari sekumpulan data angka.

6. COUNTA (range) fungsinya untuk mencari banyak data dari sekumpulam data atau teks.

5.4 Membuat Grafik pada Excel

1. Membuat grafik menggunakan Chart Wijard Langkah-langkah membuat grafik :

a. Sorot range data yang akan dibuat grafik (mencakup judul baris dan judul kolom).

b. Klik icon Chart Wijard maka kotak dialog Chart Wijard-Step 1 of 4 akan ditampilkan seperti Gambar 5.3 di bawah ini :


(65)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. Gambar 5.3 Kotak Dialog Chart Wijard-Step 1 of 4

c. Pada daftar Chart Type, pilih model grafik yang diinginkan. Untuk melihat tampilan grafik sementara, klik tombol Press and Hold to view sample tanpa melepaskan penekanan tombol mouse.

d. Klik Next maka kotak dialog Chart Wijard-Step 2 of 4 akan ditampilkan seperti Gambar 5.4 di bawah ini :

Gambar 5.4 Kotak Dialog Chart Wijard-Step 2 of 4

Isilah tab data range dengan men-klik tombol pemilihan data yang terletak sebelah kanan kotak. Karena range data telah disorot maka secara otomatis akan ditampilkan. Kemudian dipilih jenis series in dengan meng-klik tab


(66)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

e. Klik Next, maka kotak dialog Chart Wijard –Step 3 of 4 – Chart

Option, ditampilkan seperti Gambar 5.5 di bawah ini :

Gambar 5.5 Kotak Dialog Chart Wijard –Step 3 of 4 – Chart Option

f. Tab Titles digunakan untuk membuat judul grafik, dimana

Chart title, diisi dengan judul table

Category (X) Axis, diisi dengan judul tabel sumbu X Series (Y) Axis, diisi dengan judul tabel utnuk sumbu Y Value (Z) axis, diisi dengan judul table untuk sumbu Z

g. Tab Axes digunakan untuk mengatur judul sumbu (axis), kita dapat mengatur apakah judul sumbu kategori (X) axis, series (Y) axis dan Value (Z) axis akan ditampilkan atau tidak. Jika ingin ditampilkan ceklislah sumbu tersebut.

h. Tab Gridlines digunakan untuk mengatur tampilan garis skala pembantu (grid) pada sumbu X, Y dan Z dengan pilihan Mayor Gridlines dan Minor Gridlines. Cekislah pada sumbu yang diinginkan untuk menampilkannya.


(67)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

i. Tab Legend digunakan untuk mengatur tampilan legend dari

grafik.Tandailah option Show Legend untuk menampilkan legend dan tentukan posisi legend pada option Placement apakah dibawah, pojok, atas, kanan atau kiri.

j. Klik tombol Next untuk melangkah ke tahap akhir pembuatan grafik ini, yaitu Chart Wizard-Step 4 of 4 –Chart Location seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.6 di bawah ini :

Gambar 5.6 Chart Wizard-Step 4 of 4 –Chart Location

Pada kotak dialog pilih As Object In jika ingin menempatkan grafik pada lembar kerja data secara berdampingan, atau pilih As New Sheet jika ingin menampilkan data pada lembar kerja yang baru tetapi tetap dalam buku kerja yang sama.


(68)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

1. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan lapangan kerja penduduk si Sumatera Utara menurut SAKERNAS 2007. Besarnya keeratan hubungan antara kedua faktor ini adalah Q = 64,79 yang artinya tingkat pendidikan dan lapangan kerja mempunyai hubungan yang erat.

2. Tingkat pendidikan masih memberikan sumbangan yang kuat dalam mencari pekerjaan, terbukti dari nilai keeratannya yaitu Q = 64,79.

3. Terbatasnya lapangan pekerjaan bagi tamatan pendidikan tinggi masih dapat dilihat dari hasil analisis data.

4. Kesimpulan-kesimpulan di atas bukan merupakan kesimpulan yang mutlak karena kesimpulan ini hanya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu tingkat pendidikan dan lapangan kerja.

6.2Saran

1. Untuk mengurangi pengangguran, bagi lulusan pendidikan tinggi agar tidak bergantung hanya kepada lapangan kerja yang sudah ada yang jumlahnya


(1)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

i. Tab Legend digunakan untuk mengatur tampilan legend dari

grafik.Tandailah option Show Legend untuk menampilkan legend dan tentukan posisi legend pada option Placement apakah dibawah, pojok, atas, kanan atau kiri.

j. Klik tombol Next untuk melangkah ke tahap akhir pembuatan grafik ini, yaitu Chart Wizard-Step 4 of 4 –Chart Location seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.6 di bawah ini :

Gambar 5.6 Chart Wizard-Step 4 of 4 –Chart Location

Pada kotak dialog pilih As Object In jika ingin menempatkan grafik pada lembar kerja data secara berdampingan, atau pilih As New Sheet jika ingin menampilkan data pada lembar kerja yang baru tetapi tetap dalam buku kerja yang sama.


(2)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan lapangan kerja penduduk si Sumatera Utara menurut SAKERNAS 2007. Besarnya keeratan hubungan antara kedua faktor ini adalah Q = 64,79 yang artinya tingkat pendidikan dan lapangan kerja mempunyai hubungan yang erat.

2. Tingkat pendidikan masih memberikan sumbangan yang kuat dalam mencari pekerjaan, terbukti dari nilai keeratannya yaitu Q = 64,79.

3. Terbatasnya lapangan pekerjaan bagi tamatan pendidikan tinggi masih dapat dilihat dari hasil analisis data.

4. Kesimpulan-kesimpulan di atas bukan merupakan kesimpulan yang mutlak karena kesimpulan ini hanya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu tingkat pendidikan dan lapangan kerja.

6.2 Saran

1. Untuk mengurangi pengangguran, bagi lulusan pendidikan tinggi agar tidak bergantung hanya kepada lapangan kerja yang sudah ada yang jumlahnya


(3)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009.

sangat terbatas, akan tetapi dapat mengembangkan lahan kerja yang masih potensial.

2. Program pendidikan sebaiknya diubah menjadi program yang lebih sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja dalam berbagai sektor pembangunan.

3. Mutu pendidikan juga harus diperhatikan untuk menghasilkan tenaga kerja yang lebih produktif.


(4)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. DAFTAR PUSTAKA

Junadi, Purnawan. 1994. Pengantar Analisis Data. Jakarta : Rineka Cipta.

Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Edisi Kedua.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Rumus dan Fugsi pada Microsoft Excel Versi 97, 2000, XP, 2003. 2003. Edisi

Pertama. Yogyakarta : ANDI ; Madiun : MADCOMS.

Soepeno, Bambang. 1997. Statistik Terapan Dalam Ilmu-Ilmu Sosial Dan Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Sudjana. 1992. Metode Statistik. Bandung : Tarsito.

Suryadi, Ace. 1993. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Syani, abdul. 1995. Pengantar Metode Statistik Nonparametrik. Jakarta : Pustaka


(5)

(6)

Kartika Febriani Br. Karo : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Lapangan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara, 2009. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIOANAL

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Jln. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Padang Bulan, Medan – 20155

Telp. (061) 8211050, 8214290 Fax. (061) 82144290

Medan, 20 November 2008 Nomor : /H5.2.1.8/SPB/2008

Lampiran : 1 Exs

Hal : Pengambilan Data Riset Mahasiswa

Program Studi Diploma III Statistika Departemen Matematika FMIPA USU

Kepada Yth :

Pimpinan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara

Jln.Asrama No.179 Medan

Dengan hormat,

Bersama ini kami memohon kesediaan saudara untuk menerima Mahasiswa Diploma III Statistika FMIPA USU untuk melakukan penelitian pengumpulan data, atas nama:

NAMA NIM PROGRAM STUDI

KARTIKA FEBRIANI

BR KARO 062407075 D III STATISTIKA

Data yang dimaksud khusus dipergunakan untuk menyusun Tugas Akhir mahasiswa yang bersangkutan pada Program Diploma III Statistika FMIPA USU.

Demikianlah kami sampaikan atas bantuan dan kerjasama saudara dihanturkan terimakasih.

a.n Dekan

Pembantu Dekan I

Dr. Sutarman, M.Sc NIP. 1319455359

Tembusan:

1. Yth Ketua Program Studi D-III Statistika 2. Arsip