1.6. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara eksperimen di laboratorium yaitu pembuatan pupuk mikroba dengan menggunakan bakteri Rhizobium yang diisolasi dari bintil akar
tanaman putri malu. Penelitian ini dilakukan beberapa tahap : 1. Preparasi sampel
2. Penyiapan media 3. Isolasi bakteri
4. Uji mikroskop untuk Rhizobium 5. Perbanyakan penanaman kembali untuk mendapatkan biakan murni.
6. Inokulasi bakteri pada bentonit 7. Perhitungan jumlah sel bakteri dilakukan dari minggu 1 sampai minggu 5
8. Pengujian lapangan. Dilakukan selama 4 minggu Dubey, 2005.
1.7. Lokasi Penelitian.
Penelitian ini dilakukan di laboratorium BiokimiaKimia Bahan Makanan dan laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Putri Malu
Tanaman putri malu tumbuh liar di pinggir jalan, lapangan terlantar, dan tempat - tempat terbuka yang terkena sinar matahari. Tumbuhan asli Amerika tropis ini dapat
di temukan pada ketinggian 1-1200 m, cepat berkembang biak, tumbuh memanjat, atau berbaring, tinggi 0,3 - 1,5 m. Batang bulat, berambut, dan berduri tempel. Daun
berupa daun majemuk menyirip genap ganda dua yang sempurna. Jumlah anak daun setiap sirip 5 - 26 pasang. Helaian anak daun berbentuk memanjang sampai lanset
ujung runcing, pangkal membundar, tepi rata, permukaan atas dan bawah licin, panjang 6 - 16 mm, lebar 1 - 3 mm, berwarna hijau, umumnya tepi daun berwarna
ungu. Jika daun tersebut tersentuh, akan melipat diri . Bunga bulat, berbentuk seperti bola, bertangkai, berwarna ungu. Buah berbentuk polong, pipih, berbentuk garis. Biji
bulat dan pipih. Dalimartha. S, 2003.
2.1.1 Sistematika tumbuhan Putri malu Mimosa pudica L
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophita
Kelas : Angiospermae
Sub kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Fabales
Famili : Mimosaceae
Sub Famili : Mimosoideae
Genus : Mimosaideae
Spesies : Mimosa pudica L OP Sharma, 2002.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Bintil akar
Macam asosiasi yang lain antara akar dan tumbuhan tingkat tinggi dan organisme tingkat rendah dijumpai pada leguminosa. Pada akar - akarnya terdapat bintil yang
berkembang sebagai akibat penetrasi bakteri pengikat nitrogen spesies Rhizobium ke dalam rambut akar. Bakteri tersebut memasuki akar terutama melalui rambut akar.
Sambil memperbanyak diri, bakteri tersebut membentuk benang infeksi dengan terkurungnya dalam selubung dari bahan seperti gum. Benang – benang itu menembus
ke dalam akar dan merangsang sel – selnya. Jumlah sel dalam bintil meningkat mula – mula karena pembelahan di seluruh massa sel yang bulat itu dan kemudian karena
aktivitas daerah meristematik setempat yang tidak dimasuki bakteri. Sel – sel terdiferensiasi itu di daerah sebagain dalam, yaitu zona bakteroid, mengandung bakteri
yang dilepaskan dari benang – benang infeksi. Bintil – bintil pada tingkatan itu secara sekilas mirip dengan primordium akar lateral. Fahn, A., 1991.
Perkembangan bintil akar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1. Konsentrasi nutrient anorganik
2. Suhu tanah suhu sekitar 25 – 30
3. Cahaya dan naungan cahaya yang cukup banyak dapat meningkatkan jumlah bintil sedangkan naungan akan menurunkan berat bintil akar.
C optimum untuk pembentukan bintil dan pada suhu yang lebih rendah atau jauh lebih panas pembentukan bintil
akar akan terhambat.
4. Konsentrasi CO
2
5. Ketersedian nitrogen di dalam tanah konsentrasi nitrogen yang tinggi dapat mengurangi jumlah maupun berat bintil akar.Yuwono.T, 2006.
konsentrasi karbondioksida yang tinggi dapat meningkatkan jumlah bintil akar.
Selama pertumbuhan bintil, bakteri mengalami transformasi ke bentuk bakteroid yang ukurannya lebih besar daripada aslinya. Transformasi ini berhubungan dengan sintesis
leghemoglobin, nitrogenase dan enzim lain yang diperlukan untuk fiksasi N
2
. waktu antara infeksi sampai dengan bakteri mampu memfiksasi N
2
sekitar 3-5 minggu. Selama peroide tersebut kebutuhan karbohidrat, nutrien mineral dan asam amino
disediakan oleh inang tanpa memperoleh keuntungan. http:elearning.unej.ac.id
.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Rhizobium sp
Rhizobium adalah salah satu contoh kelompok bakteri yang berkemampuan sebagai penyedia unsur hara bagi tanaman. Bila bersimbiosis dengan tanaman legume,
kelompok bakteri ini akan menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar didalamnya. Rhizobium hanya dapat memfiksasi nitrogen atmosfer bila berada di
dalam bintil akar dari mitra legumnya. Peranan Rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman khususnya berkaitan dengan masalah ketersedian nitrogen bagi tanaman
inangnya Rao, N.S., Subba, 1994. Bakteri Rhizobium aktif dapat diketahui secara visual dari bintil – bintil bundar
di akar tanaman. Bila akar dibelah, didalamnya akan tampak warna kemerahan bila bagian ini dipijit, akan keluar cairan kemerahan. Bakteri Rizobium akan giat
mengadakan fiksasi N pada tanah yang kandungan nitrogennya rendah dan akan berkurang pada tanah yang kandungan nitrogennya tinggi. Bakteri Rhizobium mampu
bertahan di dalam tanah selama beberapa tahun Ismawati.E, 2003.
Adapun ciri – ciri umum bakteri Rhizobium adalah merupakan gram negatif, bersifat aerob, berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,5 – 0,9 µm x 1,2 – 3 µm.
Bakteri ini termasuk dalam famili Rhizobiaceae. Bakteri ini banyak terdapat di dalam daerah perakaran tanaman legume dan membentuk hubungan simbiotik inang khusus
Yuwono.T, 2006.
Di antara bakteri yang bermanfaat, Rhizobium yang paling banyak digunakan untuk pupuk hayati. Koloni bakteri Rhizobium bersimbiosis dengan tanaman akar
leguminosa, membentuk bintil akar yang berperan dalam penyematan nitrogen. Rhizobum yang berasosiasi dengan tanaman legume mampu menyemat 100 – 300 kg
Nha dalam satu musim dan meninggalkan sejumlah N untuk tanaman berikutnya. Permasalahan yang perlu diperhatikan adalah efisiensi inokulan Rhizobium untuk jenis
tanaman tertentu. Rhizobium mampu mencukupi 80 kebutuhan nitrogen tanaman leguminosa dan meningkatkan produksi antara 10 - 25. Tanggapan tanaman
sangat bervariasi tergantung pada kondisi tanah dan efektivitas populasi asli Sutanto. R, 2002.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Simbiosis antara Rhizobium dengan Leguminosa