Mikrobia yang akan dikemas sebagai pupuk hayati terlebih dahulu harus ditumbuhkan dalam medium yang sesuai sehingga dapat dihasilkan jumlah sel yang
tinggi. Kebutuhan nutrisi dalam medium perbanyakan sel bervariasi dengan macam mikroba yang digunkan. Oleh karena itu setiap spesies mikrobia memerlukan medium
dengan komposisi yang spesifik, meskipun beberapa kelompok mikrobia yang berbeda dapat ditumbuhkan dalam medium yang sama. Oleh karena itu jika pupuk
hayati dibuat dengan menggunkanan campuran mikroba yang berbeda, maka sebaiknya masing – masing mikrobia ditumbuhkan secara terpisah dalam medium
yang paling Sesuai. Secara umum produksi inokulan yang akan digunakan sebagai pupuk hayati meliputi beberapa tahapan, yaitu :
1. Isolasi dan skrining mikrobia yang akan digunakan sebagai pupuk hayati 2. Perbanyakan mikrobia dalam medium yang sesuai.
3. Pencampuran dengan bahan pembawa carrier 4. Pengemasan Yuwono. T, 2006.
2.7 Tekhnik kultivasi dan perbanyakan Rhizobium
Rhizobium pada umumnya dipelihara dengan menumbuhkan dalam medium padat Yeast Extract Manitol Agar YEMA. Untuk menjaga kemampuan fisiologisnya agar
tidak mengalami penurunan, maka Rhizobium harus diremakajan secara berkala. Kultur yang dipelihara inilah yang digunakan sebagai kultur induk yang digunakan
sebagai inokulum untuk perbanyakan yang akan diformulasi sebagai pupuk hayati. Komposisi medium Yeast Extract Manitol Agar YEMA yang umum digunakan
untuk pemeliharaan Rhizobium adalah sebagai berikut :
Komponen BeratVolume
K
2
HPO 0,5 g
4
MgSO4 0,2 g
NaCl 0,1 g
Manitol 10,0 g
Yeast Extract 1,0 g
Akuadest 1000 ml
Agar 20 g
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.7. Komposisi Medium Yeast Extrak Manitol Agar YEMA Selain medium dengan komposisi seperti diatas, beberapa peneliti atau produsen
inokulan Rhizobium menggunakan medium dengan komposisi yang bervariasi . perbanyakan medium dilakukan dengan menumbuhkan bakteri dalam medium cair
dalam skala volume yang disesuikan dengan kapasitas produksi inokulan.
Perkembangbiakan dilakukan dengan menggunakan fermentor besar dengan ragam alat pengaturan, misalnya pH, oksigen terlarut, suhu dan shaker penggojok.
Selai itu perbanyakan dapat juga dilakukan dengan menggunkan fermentor yang lebih sederhana yaitu menggunakan tabung erlenmeyer meskipun tanpa peralatan khusus.
Jika perbanyakan dilakukan dengan menggunakan tabung erlenmeyer, maka harus dilakukan penggojokan dengan alat penggojok shaker secara teratur yang dapat
diatur kecepatannya. Medium yang digunakan untuk perbanyakan sama dengan yang digunakan untuk pemeliharaan kultur tetapi tanpa menggunkan agar. Meskipun
medium cair dengan komposisi seperti diatas sudah cukup untuk perbanyakan Rhizobium, namun pengalaman menunjukkan bahwa penggunaan medium biphasik
dapat menghasilkan biomassa sel yang lebih banyak. Medium biphasik adalah medium yang terdiri dari atas dua fase yaitu medium fase padat medium yang
ditambah dengan agar yang ada dibagian bawah tabung erlenmeyer. Diatas medium padat lalu dituangkan medium fase cair dengan komposisi cair dengan komposisi
sama dengan medium padat tetapi tanpa agar. Kultur cair Rhizobium yang sudah dibuat selanjutnya dicampur dengan bahan
pembawa carrier material. Bahan pembawa yang dapat digunakan untuk Rhizobium ada beberapa macam, namun idealnya dengan karakteristik :
1. Mempunyai kemampuan menahan air yang tinggi 2. Tidak toksik terhadap mikroba
3. Mendukung pertumbuhan mikroba 4. Secara umum steril atau mudah disterilkan
5. Bahan mudah diperoleh dengan harga murah 6. Mempunyai daya lekat terhadap benih
7. Secara kimiawi mempunyai komposisi yang seragam 8. Mudah didegradasi, tidak mencemari lingkungan
9. Mudah melepaskan mikroba jika digunakan ditanah
Universitas Sumatera Utara
10. Mudah dicampur dan dikemas. Beberapa bahan pembawa yang dapat diguanakan untuk formulasi inokulan rhizobia
antara lain gambut, lignit, arang, zeolit dan lain – lain. Setelah dicampur dengan bahan pembawa, campuran Rhizobium dengan bahan pembawa tersebut kemudian dikemas.
Inokulan yang sudah dikemas selanjutnya dapat dibawa ketempat penggunaan atau dipasarkan Yuwono. T, 2006.
2.8 Uji Untuk membedakan Rhizobium dari kerabat dekatnya Agrobaktesrium