Penerapan Good Corporate Governance terhadap Perseroan Terbuka di Pasar Modal

mengaburkan, menghilangkan, menyembunyikan atau merusak catatan pembukuan tersebut diancam dengan pidana penjara maksimal 15 tahun dan denda paling banyak Rp10 miliar Pasal 49 UU No. 71992 tentang Perbankan. Ketiga kejahatan korupsi dalam UU No.31 Tahun 1999 yang memiliki ancaman pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp200 juta dan maksimal Rp1 miliar. Seharusnya pemerintah sebagai dewan komisaris dan pemegang saham mayoritas mangajukan gugatan ke pengadilan terhadap anggota direksi Bank Lippo. Karena kesalahan atau kelalaian Direksi Bank Lippo, menimbulkan kerugian bagi perusahaan yang terlibat pada second report Bank Lippo Pasal 97 UU No.402007 tentang Perseroan Terbatas-UUPT, tetapi hal tersebut tidak dilakukannya. Hal ini berindikasi telah terjadi “perselingkuhan” guna menguras keuangan negara tersebut sebagai pemilik saham mayoritas”. 147

C. Penerapan Good Corporate Governance terhadap Perseroan Terbuka di Pasar Modal

Penerapan prinsip Good Corporate Governance pengelolaan perseroan yang baik di Indonesia sangat dipengaruhi baik oleh faktor – faktor budaya maupun historis. Kedua aspek tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan memiliki keterkaitan yang erat dengan elemen-elemen kemasyarakatan. Faktor-faktor tersebut memberikan kendala yang signifikan bagi pemerintah dalam memberlakukan dan menerapkan berbagai kebijakannya, kemajemukan dan kompleksitas masyarakat Indonesia juga merupakan faktor kesulitan lain dalam upaya menciptakan atau mengadopsi konsep-konsep 147 “Jerat Hukum Manajemen Bank Lippo”, www.Hukumonline.com Universitas Sumatera Utara manajemenpengelolaan yang baik. Sebagaimana halnya dengan substansi Good Corporate Governance yang telah diatur dalam UUPT. Berikut ini adalah pengalaman salah satu perusahaan di Indonesia, PT Astra Internasional, yang dalam perjalanannya dinilai telah melaksanakan good corporate governance dengan baik jauh sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia dan jauh sebelum good corporate governance menjadi tema sentral dalam wacana perbaikan perekonomian Indonesia. Fakta membuktikan dengan melaksanakan good corporate governance dengan baik kedua perusahaan bertahan mengahadapi krisis ekonomi dan menjadi yang terdepan dalam memperoleh manfaat dari penerapan good corporate governance: 148

1. PT. Astra Internasional.

149 Sebelum tahun 1992 keluarga Soeryadjaya adalah pemegang saham mayoritas PT. Astra Internasional. Perusahaan ini menerapkan corporate governance dengan baik walaupun kepemilikan saham mayoritas terpusat di tangan satu keluarga saja, Sejak tahun 1984 PT Astra telah memperkenalkan budaya perusahaannya berdasarkan Catur Dharma empat sikap : menjadi milik yang bermanfaat untuk Bangsa dan Negara, Memberi pelayanan yang terbaik kepada pelanggan, saling menghargai dan membina kerjasama, dan Berusaha mencapai yang terbaik. Hal ini dilengkapi dengan prinsip-prinsip Operasional terdiri dari, Sinergi, Kepercayaan, Tangkas, dan Bertanggungjawab. Catur Dharma ini ditindaklanjuti oleh perusahaan dengan memperkenalkan Pedoman Etika Bisnis Astra pada tahun 1985 yang memandu hubungan antara anak-anak 148 httpwww.fegi.or.idIndonesia002_09. Pengalaman _ind.htm. Diakses 18 Februari 2010 149 httpwww.fegi.or.idIndonesia002_11_PT Astra-expr.htm, Diakses tgl 18 Februari 2010 Universitas Sumatera Utara perusahaan serta hubungan dengan para pesaing, pemasok, pelanggan, pasar dan masyarakat. Dalam tahun 1999 PT Astra menyusun aspek korporasi untuk melaksanakan corporate governance yang baik yang harus ditaati oleh Dewan Komisaris dan Dewan Direksi. Aspek korporasi tersebut didasarkan pada “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan” yang menekankan kepada manajemen perusahaan supaya bertanggungjawab terhadap semua pihak yang berkepentingan stakeholders termasuk kreditur dan masyarakat. Aspek-aspek perusahaan ini mencakup empat unsur corporate governance , yaitu: Keadilan, transparansi, akuntabilitas, dan tanggung jawab. Selama periode Soeryadjaya, pada tahun 1990 PT Astra terdaftar pada Bursa Efek Jakarta BEJ dan Bursa Efek Surabaya dengan indeks BEJ pada tingkat paling tinggi dan harga saham Astra mencapai Rp 33.000 persaham dari harga emisi perdananya IPO sebesar Rp 14.850. Pada tahun yang sama PT Astra meraih penghargaan Piagam manajemen “Manajemen Pengoperasian” dari Asian Institute of Management. Keluarga Soeryadjaya melepaskan kepemilikan sahamnya di PT Astra pada tahun 1992 dan ketika krisis ekonomi melanda Indonesia selama tahun 1997-1998 Badan Penyehatan Perbankan Nasional mengambil alih saham-saham PT. Astra yang terpusat dalam tangan satu keluarga. Hingga tanggal 30 April 2000 Cycle Carriage Mauritius Ltd. CCL menjadi pemegang saham mayoritas PT Astra 24,14 saham dengan mengambil alih kendali saham yang dipegang BPPN. Pengendalian manajemen PT Astra, baik dewan komisaris maupun dewan direksi, sebelum dan sesudah tahun 1992 pada dasarnya telah didominasi oleh tenaga-tenaga profesional yang independen. Hal itu masih berlangsung ketika CCL menjadi Universitas Sumatera Utara pemegang saham mayoritas saat ini. Dari 11 anggota dewan komisaris, 5 orang komisaris mewakili pemegang saham mayoritas sementara 6 orang lainnya merupakan komisaris Independen Lebih dari 50 anggota dewan komisaris merupakan komisaris independen. Dari 8 anggota dewan direksi hanya 1 orang mewakili pemegang saham mayoritas dan 7 orang lainnya adalah direktur independen lebih dari 80 anggota dewan direksi merupakan anggota independen. Hal ini sejalan dengan rekomendasi dalam code for good corporate governance yang menganjurkan bahwa paling sedikit 20 dari anggota dewan komisaris maupun dewan direksi adalah anggota independen. Berbeda dengan PT Timah yang telah diaudit dalam hal corporate governance. PT Astra belum pernah melakukan hal yang sama. Akan tetapi, komitmen PT Astra untuk menerapkan corporate governance dengan menaati ketentuan hukum yang ada terlaksana dengan baik. Misalnya, seluruh pinjaman PT Astra dan anak-anak perusahaannya dari Bank Universal bank yang merupakan anak perusahaan PT Astra hanya berjumlah 7,29 dari seluruh kredit yang diberikan oleh Bank Universal kepada debitur-debiturnya. Hal ini sejalan dengan ketentuan mengenai batas maksimum pemberian kredit legal lending limit yang memungkinkan bank untuk meminjamkan maksimal 20 dari modal bank kepada perusahaan anggota groupnya. Menyadari pentingnya pelaksanaan good corporate governance, dewan komisaris dan dewan direksi bertanggungjawab atas pelaksanaan good corporate governance dengan dibantu oleh semua divisi PT Astra, Misalnya corporate secretary mengorganisir Divisi hukum, Investor Relation, serta corporate Universitas Sumatera Utara communication untuk menjalankan misi serta tujuannya dengan baik yang ditinjau sekali seminggu pada tingkat departemen, dua kali sebulan pada tingkat divisi, dan dua kali tahun pada tingkat dewan direksi. Peninjauan ini perlu untuk menilai bagaimana misi dan tujuan dilaksanakan untuk menjamin sejauh mana pelaksanaan good corporate governance di bidang-bidang tersebut. Di samping itu terdapat Komisaris Independen dan Komite Audit sebagai lembaga pendukung untuk memastikan bahwa corporate governance dilaksanakan dengan baik di lingkungan PT Astra. Pada saat corporate governance menjadi isu penting, PT Astra telah membentuk suatu komite audit sebagaimana dianjurkan oleh BAPEPAM Badan Pengawas Pasar Modal pada bulan mei 2000. BAPEPAM sendiri mengatur ketentuan-ketentuan mengenai Komite Audit pada bulan juni 2000 dan memberi waktu satu tahun kepada perusahaan-perusahaan untuk mempersiapkan diri. Akibat krisis politik dan krisis ekonomi maka Pendapatan Total Konsolidasi Bersih Total Net Consolidated Revenue PT Astra menurun 28 pada tahun 1998 dibanding dengan tahun 1997. Akan tetapi untuk tahun 1999 PT Astra melaporkan pertumbuhan pendapatan bersihnya sebesar 34 menjadi Rp 15 trilyun, dari Rp 11 trilun pada tahun 1998, pada tahun 1999 majalah Asiamoney memberi penghargaan kepada PT Astra atas pelaksanaan good corporate governance sebagai Best Managed Companies perusahaan- perusahaan yang dikelola dengan cara yang terbaik. Salah satu kriterianya ialah transparansi. Saat ini PT Astra mempekerjakan 94.402 orang di Indonesia. Dari sisi Implementasi good corporate governance telah diterapkan di dua sektor yaitu Badan Usaha Milik Negara BUMN dan Bursa Efek Jakarta BEJ. Universitas Sumatera Utara Penerapan prinsip GCG di BUMN ditandai dengan penerbitan dari Keputusan Menteri BUMN No. 117M-MBU2002 tentang pengembangan praktek good corporate governance di BUMN. 150 Surat keputusan tersebut mengatur mengenai kewajiban bagi BUMN yang asetnya di atas 1 triliun, yang menyerahkan dana masyarakat yang telah go publik, diwajibkan membentuk Komite Audit dan Sekretaris Perusahaan. Di samping itu, susunan direksi dan komisaris BUMN sebanyak 20 berasal dari pihak independen. Sedangkan untuk mengukur kinerja direksi, maka disyaratkan calon direksi BUMN untuk menandatangani Statement of Corporate Independent SCI. 151 SCI sendiri terdiri dari komponen Appoinment Agreements dan sistem Remunerasi berdasarkan kinerja SCI sendiri merupakan perjanjian. Perjanjian itu berisi pertama, perjanjian antara BUMN manajemendireksi dan komisaris dengan pemegang saham kementrian BUMNothers yang setiap tahun harus ditandatangani bersama oleh kedua pihak. Kedua, merupakan pernyataan dari ekspektasi kinerja dan akuntabilitas. Ketiga, SCI merupakan dokumen publik. SCI ini memiliki periode selama 3 tahunan, dan setiap tahun selalu diperbaharui dengan kondisi yang ada. SCI ini dipersiapkan dewan direksi dan kemudian disetujui oleh dewan komisaris. Dokumen tersebut kemudian dipublikasikan dengan menggunakan website atau mekanisme komunikasi yang lain. 152 150 I Nyoman Tjager, Corporate Governance dan Implementasinya di Indonesia. Makalah disampaikan dalam seminar “Keberadaan Good Corporate dalam masyarakat bisnis Indonesia, sekarang dan masa mendatang”, Yogyakarta: Program Magister Hukum, Pascasarjana UGM, 2000 151 Ibid 152 Ibid Selain dari SCI, system yang dibangun juga adalah Appointment Agreement AA. Fungsi utama dari AA ini adalah memberikan pengertian jelas dan terinci dari Universitas Sumatera Utara tugas dan tanggungjawab para anggota direksi dan komisaris yang diangkat serta hak dan kewajiban dari yang bersangkutan individual. 153 Implementasi GCG lainnya adalah, dalam bentuk Sistem Remunerasi berdasarkan kinerja. Sistem ini akan diterapkan kepada level direksi. System ini dikaitkan dengan pencapaian target keuangan dan non keuangan yang akan mendorong direksi bertindak secara professional dan objektif sejalan dengan tujuan pemerintah sebagai pemegang saham. 154 Implementasi di Bursa Efek Jakarta BEJ sendiri dilaksanakan pada sisi peraturan pencatatan efek. Hal ini disebabkan adanya 3 fenomenayang terjadi di BEJ. Fenomena pertama, adalah konsentrasi kepemilikan saham consentration of ownership. Konsentrasi kepemilikan ini adalah terjadinya pemusatan kepemilikan pada suatu pihak tertentu, sehingga memungkinkan terjadinya hubungan afiliasi antara pemilik, pengawas dan direktur suatu perusahaan. 155 Kedua, adanya peyaluran dana antar group, yaitu sumber dana yang diperoleh dari suatu perusahaan tertentu dipakai untuk membiayai perusahaan lainnya dalam group yang sama. Ketiga, terbentuknya konglomerasi usaha, yaitu pembentukan group usaha yang bergerak dalam bidang-bidang usaha yang komprehensif, yaitu mulai perusahaan penyedia dana sampai dengan perusahaan penggunga dana. Implikasi selanjutnya adalah penyaluran dana oleh bank kepada group usahanya, sehingga kebijakan pemberian kredit tidak lagi memperhatikan 153 Ibid 154 Ibid 155 Ibid Universitas Sumatera Utara kelayakan usaha, sehingga muncul berbagai penyimpangan dalam pemberian kredit perbankan. 156 Beberapa upaya yang dilakukan BEJ dalam rangka mengenalkan GCG dikalangan perusahaan tercatat adalah memasukkan beberapa prinsip GCG dalam peraturan pencatatan efek no 1-A huruf C dan huruf F, yang telah diberlakukan sejak juli tahun 2000, butir-butir peraturan pencatatan efek yang memuat GCG antara lain adalah: Fenomena ini yang membuat diperlukannya penerapan prinsip GCG di kalangan emiten BEJ, melalui peraturan pencatatan efek. Dengan pengaturan tersebut, diharapkan perusahaan tercatat dapat meningkatkan transparansi, mengurangi risiko perusahaan publik dijalankan dengan kurang optimal untuk kepentingan pemegang saham publik, sehingga infornasi yang tersedia bagi pemodal memadai, dan hal ini akan menarik minat investor untuk kembali berminat berinvestasi di bursa Indonesia. 157 Ketentuan huruf C ini menyatakan bahwa perusahaan tersebut diwajibkan memiliki3 komponen penting dalam pelaksanaan GCG, yaitu Komisaris Independen, Komite Audit dan Sekretaris Perusahaan, Filosofi yang dianut BEJ dalam menetapkan Komisaris Independen ini adalah, publik yang telah menanamkan modalnya di perusahaan publik memiliki posisi yang lemah terhadap manajemen perusahaan, sehingga posisi Komisaris Independen ini diharapkan mampu memperhatikan kepentingan dan aspirasi pemegang saham publik terhadap perusahaan. 156 Ibid 157 Ibid Universitas Sumatera Utara Sebagai bentuk perlindungan terhadap pemegang saham pubik juga maka ditetapkan harus ada komite audit yang salah satu anggotanya dan sekaligus ketuanya adalah komisaris independen. Sekretasis perusahaan diharapkan memiliki peran sebagai jembatan bagi pemodal terhadap informasi tentang dan mengenai perusahaan dimana pemodal menanamkan modalnya. Sedangkan ketentuan F ini mengatur tentang tindakan-tindakan yang tidak boleh dilakukan oleh perusahaan dalam masalah financial. Hal ini dimaksudkan supaya perusahaan mengelola asetnya betul-betul untuk kepentingan seluruh pemegang sahamnya, bukan pemegang saham pengendali semata. Peraturan lain yang sedang disusun oleh BEJ adalah peraturan tentang kewajiban penyampaian informasi dan peraturan tentang sanksi. Dengan peraturan ini diharapkan bahwa perusahaan tercatat akan semakin transparan dalam penyampaian informasi tentang aktifitas perusahaan, serta semakin mematuhi tentang aturan main yang telah ditetapkan oleh BEJ tadi. Upaya lain yang dilakukan oleh BEJ dalam rangka mengenalkan penerapan GCG dikalangan perusahaan tercatat adalah dengan penyusunan Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten. Tujuan ini adalah untuk meningkatkan kualitas pengungkapan disclosure laporan keuangan emiten. Penyusunan pedoman ini dilakukan atas kerjasama antara BEJ, Ikatan Akuntan Indonesia, Asosiasi Emiten Indonesia, serta badan pengawas pasar modal. Dengan dibuatnya pedoman tersebut diharapkan akan dapat mendorong terciptanya GCG bagi emiten. Universitas Sumatera Utara Cara yang dilakukan adalah mendorong emiten untuk menyusun laporan keuangan sesuai dengan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan PSAK dan International Accounting Standard IAS dan membudayakan penerapan good corporate governance. Disamping itu dengan cara mendorong emiten untuk lebih meningkatkan kualitas informasi laporan keuangannya. Misalnya dalam penyajian transaksi pada pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa tidak hanya meliputi transaksi normal perusahaan kepada pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa. Penerapan GCG di Indonesia bukan disebabkan oleh adanya keharusan dari regulasi, namun lebih kepada kebutuhan dari dalam perusahaan itu sendiri. Dengan demikian hadirnya Komisi Nasional Kebijakan Good Corporate Governance sangat relevan. Universitas Sumatera Utara

BAB V Kesimpulan Dan Saran