4. Perseroan harus memastikan bahwa semua informasi yang dapat memengaruhi
harga saham perseroan dan atau suatu produk perseroan dirahasiakan, sampai pengumuman mengenai harga tersebut dilakukan kepada masyarakat.
102
viii. Kerahasiaan
Dewan komisaris dan Direksi bertanggung jawab kepada perseroan untuk menjaga kerahasiaan perseroan.
ix. Informasi Orang Dalam
Anggota dewan komisaris dan direksi yang memiliki saham dalam perseroan serta setiap “orang dalam” sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang – undangan di bidang pasar modal yang berlaku dilarang menyalahgunakan informasi penting berkaitan dengan perseroan. Informasi
sehubungan dengan rencana pengambilalihan, penggabungan usaha, dan pembelian kembali saham pada umumnya dianggap sebagai “informasi orang
dalam”.
x. Etika Berusaha dan Antikorupsi
Anggota dewan komisaris, dan karayawan perseroan dilarang untuk memberikan atau menawarkan, baik langsung maupun tidak langsung, sesuatu
yang berharga kepada pelanggan atau seorang pejabat pemerintah untuk memengaruhi atau sebagai imbalan atas apa yang telah dilakukannya dan tindakan
lainnya sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
102
Dalam Bukunya M. Irsan Nasarudin, SH, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, 2008, hlm 100
Universitas Sumatera Utara
xi. Donasi
Dana aset atau keuntungan perseroan yang terhimpun untuk kepentingan para pemegang saham perseroan tidak patut digunakan untuk kepentingan donasi
politik.
xii. Kepatuhan Kepada Peraturan Perundang – undangan tentang proteksi kesehatan, keselamatan kerja, dan pelestarian lingkungan
Direksi wajib memastikan bahwa perseroan, pabrik, took, kantor, dan
lokasi usaha serta fasilitas perseroan lainnya memenuhi peraturan perundang – undangan yang berlaku berkenaan dengan pelestarian lingkungan, kesehatan, dan
keselamatan kerja. xiii. Kesempatan Kerja yang sama
Direksi wajib menggunakan kemampuan bekerja, kua lifikasi, dan kriteria yang terkait dengan hubungan kerja sebagai dasar satu – satunya dalam
mengambil keputusan mengenai hubungan kerja antara perseroan dan karyawan. Bapepam berupaya untuk menerapkan prinsip – prinsip good corporate
governance dengan memasukkannya ke dalam pembuatan peraturan. Salah satunya adalah dimasukkannya klausul yang mewajibkan emitenperusahaan
publik untuk memiliki dewan komisaris independen, direktur independen, komite audit, dan sekretaris independen dalam RUU Pasar Modal ke dalam peraturan,
meskipun sampai saat ini peraturan tersebut belum berlaku efektif, namun sebagian besar emiten atau perusahaan publik telah menjalankannya. Hal ini
disebabkan karena Bursa Efek Jakarta telah mengeluarkan peraturan yang
Universitas Sumatera Utara
mewajibkan perusahaan – perusahaan yang tercatat di bursa tersebut untuk memiliki komisaris independen dan komite audit. Berdasarkan data Bursa Efek
Jakarta, pada tahun 2002 tercatat sebanyak 257 emitenperusahaan publik telah memiliki komisaris Independen.
103
1. Hak Dasar Pemegang Saham
Selain UUPT, UUPM juga mengakomodasikan prinsip – prinsip yang terkandung dalam GCG. Penerapan prinsip GCG ini dibuat untuk melindungi
kepentingan pemegang saham publik dari adanya transaksi yang merugikan kepentingan invesstasinya. UUPM beserta peraturan pelaksanannya memberikan
perlindungan kepada pemodal, kepastian hukum, dan menciptakan pasar yang teratur, wajar, dan efisien.
Berikut ini uraian prinsip corporate governance yang terdapat dalam peraturan perundang – undangan di bidang pasar modal antara lain sebagai
berikut:
a. Memperoleh metode yang aman dalam pendaftaran pendaftaran pemilikan dan
pengalihan sahamnya. UUPM Pasal 48 dan 49 serta peraturan No. IV.B.1. dan Peraturan No. IX.J.I. memungkinkan pemegang saham memperoleh
kenyamanan dan keamanan dalam mendaftarkan sahamnya dengan memperbolehkan perusahaan melimpahkan wewenang pengadministrasian,
pemindahan pemilikan, penyerahan, atau penerimaan efek kepada Biro Administrasi Efek BAE.
b. Mendapatkan Informasi yang relevan tentang perseroan tepat waktu dan mudah
berbagai aturan tersebar baik di dalam UUPM maupun dalam peraturan pelaksananya yang mengatur tentang penyampaian dan penyebaran informasi
kepada pemegang saham secara tepat dan mudah. Misalnya, ini terlihat dari UUPM pasal 85 – 89 yang mengatur kewajiban emiten atau perusahaan publik
untuk memberikan informasi kepada publikpemegang saham mengenai keadaan perseroan baik secara berkala maupun insidentil dalam hal terjadi
peristiwa material yang menyangkut perusahaan.
c. Partisipasi dalam RUPS dan penggunaan Hak Suara. Dalam peraturan No.
IX.E.1. tentang Benturan kepentingan transaksi tertentu, peraturan IX.K.1.
103
Bapepam, Laporan Tahunan 2002, Bapepam dan Departemen Keuangan, Jakarta, 2002, hlm 56.
Universitas Sumatera Utara
tentang penggabungan, peleburan usaha perusahaan publik atau emiten, dan peraturan No. IX.J.1. diatur bahwa pemegang saham berhak memperoleh
kesempatan untuk berpartisipasi dan menggunakan hak suara dalam RUPS serta mendapatkan informasi tentang tata cara RUPS termasuk pengunaan hak
suara.
2. Keterbukaan atau Transparansi
Sebagaimana diungkapkan di muka bahwa sebagian besar dari peraturan pasar modal menekankan aspek keterbukaan atau transparansi. Manajemen
perusahaan sejak akan menjual efeknya kepada masyarakat sudah diwajibkan untuk mengungkapkan informasi perusahaan secara akurat yang lain, tujuan
perusahaan, kegiatan usaha, keuangan, kinerja perusahaan, risiko material, dan kepemilikan serta hal – hal yang lain yang mempunyai pengaruh terhadap
perusahaan. Kewajiban itu terus berlanjut setelah perusahaan menjadi perusahaan terbuka melalui penyampaian laporan berkala atau laporan yang
bersifat insidentil. Untuk menjaga kualitas informasi yang akurat dan wajar, maka penyusunan laporan tertentu yang memuat informasi tertentu seperti
laporan keuangan harus dilakukan oleh pihak independen yang professional.
3. Tugas Pengurus Perseroan
Direksi dan Dewan Komisaris harus menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab semata – mata demi kepentingan perseroan Fiduciary duty
sesuai dengan UUPT. Bagi pengurus emiten atau perusahaan publik terdapat kewajiban lain seperti memantau atau mengelola konflik potensial atas
kepentingan manajemen, pengurus, pemegang saham, dan penyalahgunaan aset perusahaan; memastikan keabsahan akutansi dan sistem pelaporan keuangan
termasuk komite audit independen dan menerapkan sistem kontrol yang tepat untuk memonitor risiko, keuangan dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang – undangan serta mengawasi proses keterbukaan dan komunikasi informasi. Komite audit independen mempunyai peran dan tanggung jawab
untuk:
1. Mengkaji laporan keuangan tahunan perusahaan dan memastikan dewan
direksi menyetujuinya . 2.
Menjaga hubungan dengan auditor eksternal dan internal. 3.
Mengkaji kontrol internal surat – surat manajemen.
104
Peran tersebut dirumuskan berdasarkan tantangan baru yang berupa: 1.
Globalisasi pasar. 2.
Peningkatan penggunaan teknologi. 3.
Meningkatnya kompleksitas transaksi, standar akutansi, dan peraturan. 4.
Hambatan ekonomi. 5.
Membesarnya perhatian publik mengenai etika korporasi.
105
104
Laporan Pricewaterhouse Coopers, Audit Committees: Applying International Best Practices in Indonesia, Dalam Bukunya M. Irsan Nasarudin, SH, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, 2008,
hlm 108
105
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERBUKA DALAM