Setelah semua selesai maka dana kredit dapat dicairkan sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam perjanjian kredit,
pencairan dana kredit akan diserahkan melalui penjual atau developer.
Untuk menghindari segala sesuatu yang menyebabkan kredit macet, tentunya bank sangat berhati-hati dalam menyalurkan
kredit. Dampak kredit macet terhadap bank sangatlah negatif, seperti terjadinya likuidasi, pada bank yang mengakibatkan
bank tersebut likuidasi dibekukan oleh Bank Indonesia. Maka dalam penyaluran kredit bank akan sebisa mungkin untuk
menghindarkan segala yang menyebabkan kredit macet dengan melaksanakan prosedur pemberian kredit dengan baik dan
benar. Dalam tahap-tahap prosedur kredit sebaiknya menghindari kemungkinan terjadinya kecurangan, tetapi kredit
macet sering terjadi karena nasabah tidak membayar cicilan kredit macet, semua sering terjadi karena nasabah tidak
membayar cicilan kredit tepat pada waktunya.
5. Sistem Pengendalian Internal
Dalam rangka pengawasan fasilitas kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada Debitur, maka setiap bank melakukan suatu control
yang dapat meminimalisasi penyimpangan-penyimpangan yang akan terjadi. Sistem pengendalian internal merupakan suatu sistem
pengawasan di bank yang terintegrasi pada setiap unit kerja serta saling melengkapi antara satu unit kerja dengan unit kerja lainnya,
Universitas Sumatera Utara
sehingga keseluruhan unit kerja dapat berjalan sesuai dengan sistem yang berlaku.
Sistem Pengendalian Intern Internal Control merupakan suatu proses yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen dan
personil lainnya. Dalam suatu perusahaan, yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian
tujuan dalam: •
Keandalan pelaporan keuangan •
Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku •
Efektivitas dan efisiensi operasi Di dalam Sistem Pengendalian Internal
terdapat 5 komponenunsur yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya,
yaitu: a.
Lingkungan Pengendalian yang menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-
orangnya. Lingkungan pengendalian disini merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan
struktur. b.
Penaksiran Resiko yaitu pengidentifikasian entitas dan analisis terhadap resiko yang relevan untuk mencapai tujuannya,
membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana resiko harus dikelola.
Universitas Sumatera Utara
c. Aktivitas Pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang
membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. d.
Informasi dan Komunikasi yaitu pengidentifikasian, penangkapan dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang
memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka e.
Pemantauan merupakan proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.
Kelima komponen yang terdapat pada sistem pengendalian intern sangat berkaitan terhadap jalannnya prosedur pemberian Kredit
Usaha yang terdapat pada PT Bank Tabungan Negara Persero. Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengendalian pada saat Perencanaan
Pada saat nasabah mengajukan permohonan kredit, segenap data dan informasi yang diterima dari calon debitur dibandingkan
satu dengan yang lainnya. Relationship Officer harus meneliti dan membandingkan semua aspek dari data tersebut, baik kebenaran,
keabsahan, kewajaran dan lainnya. Satu hal yang penting yaitu bank memperhatikan apakah sektor industri calon debitur termasuk
dalam target market bank atau tidak. Bila dari evaluasi awal terjadi keraguan atas banyak hal, maka bank sudah dapat memutuskan
bahwa kredit tidak bisa diproses lebih lanjut. Apabila semuanya ternyata memadai, bank bisa melakukan
proses lebih lanjut. Dalam hal ini, bank harus sudah memiliki perangkat dan metode yang ditetapkan untuk pelaksanaan hal-hal
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Proses selanjutnya adalah analisis atas data nasabah. Dalam proses ini bank perlu memperhatikan aspek-aspek legalitas
usaha, yuridis, teknis, sumber daya manusia, ekonomi, pemasaran, keuangan dan sebagainya. Akhirnya bank akan melakukan
perhitungan kemungkinan pembiayaan dalam bentuk kredit atau cara pembiayaan lainnya.
Dalam keputusan kredit, disamping ditetapkan jumlah kredit, jangka waktu, tingkat bunga, tujuan penggunaan kredit atau fasilitas
bank lainnya, disertai juga dengan syarat-syarat term of condition yang harus dipenuhi oleh nasabah. Syarat ini meliputi syarat yang
harus dipenuhi sebelum kredit ini dicairkan dan syarat-syarat pada saat kredit itu berjalan.
b. Pengendalian pada saat Pelaksanaan
Keputusan kredit yang ditetapkan oleh komite kredit yang tertuang dalam memo usulan kredit dan disertai dengan syarat yang
harus dipenuhi. Biasanya syarat tersebut menyangkut jaminan, agunan dan pengikatan serta penguasaannya oleh bank, kewajiban-
kewajiban nasabah untuk menyampaikan laporan realisasi kerja usahanya, penutupan asuransi jaminan dengan syarat ”banker
clause”, asuransi kredit bila diperlukan, atau syarat-syarat spesifik lain tergantung kondisi nasabahnya. Ada syarat mutlak yang harus
dilaksanakan sebelum kredit diberikan. Dengan demikian, proses pengendalian disini adalah
membandingkan dan mengevaluasi apakah syarat itu telah dan
Universitas Sumatera Utara
dapat dipenuhi nasabah. Apabila ada hal-hal yang belum atau mungkin tidak dapat dipenuhi, langkah-langkah antisipasi perlu
dilakukan. Langkah-langkah antisipasi bisa sangat bervariasi. Apabila sangat mendasar, perlu dilakukan review ulang dengan
melaporkannnya kepada komite kredit untuk dicarikan jalan keluarnya atau yang paling ekstrim, penarikan kredit tidak jadi
dilaksanakan dan kredit dibatalkan. Berdasarkan hal di atas, perlu adanya surat pemberitahuan
kredit offering letter kepada nasabah terlebih dahulu agar nasabah mempelajari syarat-syarat tersebut. Apabila syarat-syarat kredit bisa
dilaksanakan dan nasabah menyanggupinya, proses pelaksanaan kredit dapat berjalan. Kegiatan pengendalian selalu berulang-ulang
membandingkan dan mengevaluasi penarikan kredit nasabah dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh bank.
c. Pengendalian pada saat Pengawasan
Pengendalian kredit pada hakikatnya menginginkan agar sasaran kredit tercapai baik bagi pihak bank maupun nasabahnya.
Oleh sebab itu, permasalahan seharusnya bisa diatasi secara dini agar tidak semakin luas dan kompleks. Pada saat kredit berjalan,
aktivitas usaha nasabah disampaikan ke bank, sesuai syarat yang ditetapkan oleh komite kredit. Setiap saat bank memperhatikan
laporan-laporan nasabah untuk melihat apakah target-target usaha nasabah yang ditetapkan tercapai atau tidak. Untuk itu, bank perlu
selalu membnadingkan dan mengevaluasi secara terus-menerus.
Universitas Sumatera Utara
Apabila terjadi deviasi dari rencana, bank perlu melakukan langkah-langkah koreksi secara dini, apalagi bila ternyata deviasi itu
sangat signifikan dan material. Bentuk konkritnya bisa saja berupa revisi dari target usaha nasabah, tambahan kredit, atau mungkin saja
bank meminta pelunasan kredit. Semua itu tergantung dari hasil evaluasi pada saat pengendalian kredit. Secara terus-menerus proses
ini berjalan sampai kredit itu lunas dan selesai. Bila proses pengendalian ini berjalan dengan baik, kesulitan
nasabah tidak terdeteksi secara dini sehingga bank terlambat mengambil langkah-langkah antisipasi dan koreksi. Akibat lebih
jauh adalah kesulitan bank untuk meminta pelunasan kredit. Dengan demikian, bank harus secara rutin melakukan kunjungan ke lokasi
usaha on the spot untuk meyakinkan secara fisik segala informasi yang diperoleh dan mencari informasi dari sumber yang tepat dan
akurat secara objektif.
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Pengendalian Internal pada Prosedur Pemberian Kredit Usaha
Pada dasarnya sistem pengendalian internal prosedur pemberian kredit usaha yang diterapkan oleh PT. Bank Tabungan Negara Persero
telah sesuai dengan prosdur pemberian kredit usaha yang telah ditentukan, ini didukung dengan adanya bagan arus yang sederhana yang diterapkan PT.
Bank Tabungan Negara Persero dalam menggambarkan bagaimana prosedur yang harus dilalui oleh calon nasabahdebitur dalam mendapat
kredit usaha ini. Sistem pengendalian yang berlaku dijalankan pada setiap
Universitas Sumatera Utara
tahap permohonan kredit usaha, ini terlihat dari pengendalian yang dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
diputuskannya kredit tersebut. Hal ini berarti, pihak PT.Bank Tabungan Negara Persero sangat berhati-hati dalam menganalisa calon debitur yang
benar-benar produktif agar nantinya tidak akan terjadi penyalahgunaan pemberian kredit.
Pada tahap analisa kredit, selain digunakan kriteria 5C dalam menilai calon debitur, sebaiknya pihak kreditur dalam hal ini PT. Bank
Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, menggunakan analisa kualitatif dan kuantitatif didalam pelaksanaannya, dimana analisa kualitatif
digunakan untuk melakukan penilaian terhadap karakter pemohon, latar belakang dan kualitas manajemennya. Selain itu juga dilakukan penilaian
terhadap kualitas dan stabilitas usaha dengan mempertimbangkan posisi pasar, persaingan serta prospek usaha nasabah. Sedangkan analisa
kuantitatif digunakan untuk menilai kelayakan modal dan kapasitas usaha yang akan dibiayai, agunan yang harus layak dari sisi nilai materialnya
maupun aspek legalitasnya, resiko usaha serta kemampuan calon debitur dalam membayar kembali pinjamannya. Agar analisa tersebut lebih akurat,
metode analisa tersebut dikombinasikan. Selain itu, pada tahap ini juga dilakukan analisa taksaipenilaian agunan dan bank checking oleh analisa
kredit dan analisa yuridis oleh legal. Adanya pemisahan batas wewenang tersebut dalam penganalisaan permohonan kredit dapat menghindari
terjadinya kecurangan yang dilakukan pejabat bank dan ini menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
sistem pengendalian internal pada prosedur pemberian kredit berjalan dengan efektif.
2. Analisis Pengendalian Internal terhadap Pemberian Kredit