Analisa Pengendalian Internal Pada Prosedur Pemberian Kredit Usaha di Bank Rakyat Indonesia (PERSERO), Tbk Cabang Kabanjahe

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 EXTENSION

SKRIPSI

ANALISA PENGENDALIAN INTERNAL PADA PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT USAHA DI BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO), TBK

CABANG KABANJAHE

OLEH :

NAMA : PUTRI CAROLYN SITEPU NIM : 070522140

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2010


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisa Pengendalian Internal Pada Prosedur Pemberian Kredit Usaha di Bank Rakyat Indonesia (PERSERO), Tbk Cabang Kabanjahe” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar, apa adanya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia meneriman sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Mei 2010

Yang Membuat Pernyataan,

Putri Carolyn Sitepu NIM 070522140


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dan hormat kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena atas berkat dan kuasa-Nya peneliti mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Sripsi ini berjudul “Analisa Pengendalian Internal pada Prosedur Pemberian Kredit Usaha di Bank Rakyat Indonesia (PERSERO), Tbk Cabang Kabanjahe” ,disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini,peneliti banyak memperoleh bimbingan, dorongan semangat, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing, atas bimbingan dan arahan Bapak dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Syahelmi, M.Si, Ak, selaku Dosen Penguji I dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Dosen Penguji II atas segala masukan dan saran yang telah diberikan.


(4)

5. Teristimewa kepada keluargaku tercinta, Ayahanda Jaya Sitepu, SH dan Ibunda Suliati Br Ginting, yang telah memberikan doa, dukungan moril dan materil dengan tulus yang tiada henti-hentinya kepada penulis hingga penyelesaian studi dan sampai pada terselesaikannya skripsi ini. Kepada Abangku Febri Pepalemsa Sitepu, SH dan Adikku Mei Gita Br sitepu yang turut serta dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-temanku yang terkasih: Lisa,Lisna,Fera,Yasi, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masi jauh dari sempura. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Terlepas dari segala kekurangan dan keterbatasan kemampuan penelitian ini, peneliti sekali lagi mengucapkan puji dan syukur kepada-Nya, semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalas kebaikan segenap pihak yang telah membantu peneliti. Peneliti berharap skripsi ini bias bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Mei 2010 Peneliti,

Putri Carolyn Sitepu NIM 070522140


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan penyaluran dan penagihan kredit yang akan meningkatkan jumlah pemberian kredit, mengidentifikasikan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pemberian kredit dan untuk mengetahui prosedur pengawasan kredit yang diberikan pada bank. Permasalahan yang dihadapi adalah Apakah pengendalian internal pada prosedur pemberian kredit usaha di Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe sudah efektif ?

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen internal perusahaan, interview dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada pihak yang berkepentingan di BRI (Persero) Tbk Cabang Kabanjahe, observasi dengan pelaksanaan suatu studi pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek yang diteliti. Penelitian ini menggunakan 2 jenis data yaitu data primer dan sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan deduktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank tidak mewajibkan debitur untuk memberikan laporan usaha secara periodik, sehingga bank tidak dapat mengetahui secara lebih dini kemungkinan akan terjadinya tunggakan kredit. Prosedur pengawasan tunggakan kredit pada bank belum memadai karena pengawasan hanya dilakukan untuk debitur yang menunggak 1 bulan ke atas.

Kata Kunci: Pengendalian Internal, Kredit, Prosedur Pemberian, Prosedur Pengawasan, PT. BRI (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe


(6)

ABSTRACT

The objective of research would be to analyze the implementation of credit delivery and collection that will increase the number of credit distribution, to identifity potential problems in credit delivery and to know the supervisory procedure of credit enforced in the bank. The problem is “whether the internal control in procedure of business credit delivery in Bank Rakyat Indonesia (Persero), branch of Kabanjahe, has been effective?”

The technic of data collection used was through documentation, collecting the data from internal documents of organization, interview by distributing the questionnaires directly to management of BRI (Persero) branch of Kabanjahe, observation to registration of phenomenon as object of the research. This research used two type of data: primary and secondry data. The data was analyzed descriptively and deductively.

The result of research indicated that the bank did not require the debtor to prepare periodic report of business, the bank could not know potential bad collection of credit. The control procedure of bad credit was ineffective, because the supervision has been only implemented for debtor who delayed one or more mont payment.

Keyword: Internal Control, Kredit, Delivery Procedure, Control Procedure, PT. BRI (Persero), Branch of Kabanjahe.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Kerangka Konseptual ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 7

1. Pengertian Kredit ... 7

2. Pengertian dan Tujuan Pengendalian Intern Kredit ... 8

3. Unsur-unsur Pengendalian Intern Kredit ... 15

4. Prosedur Pemberian Kredit ... 16

5. Pengawasan Setelah Kredit Diberikan ... 23


(8)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 27

B. Jenis dan Sumber Data ... 27

C. Teknik Pengumpulan Data ... 27

D. Metode Analisis Data ... 28

F. Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 29

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan ... 30

1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 30

2. Struktur Organisasi Perusahaan ... 31

3. Formulir dan Catatan Akuntansi Pengendalian Intern Kredit ... 38

4. Prosedur Pemberian Kredit ... 41

5. Prosedur Pengawasan Tunggakan Kredit ... 48

B. Pembahasan Hasil Analisis ... 52

1. Prosedur Pemberian Kredit ... 52

2. Prosedur Pengawasan Tunggakan Kredit ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58


(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar 3.1. Struktur Organisasi PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero), Tbk Cabang Kabanjahe ... 33 Gambar 3.2. Flowchart Pemberian Kredit ... 47 Gambar 3.3. Flowchart Pengawasan Tunggakan Kredit ... 51


(10)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan penyaluran dan penagihan kredit yang akan meningkatkan jumlah pemberian kredit, mengidentifikasikan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pemberian kredit dan untuk mengetahui prosedur pengawasan kredit yang diberikan pada bank. Permasalahan yang dihadapi adalah Apakah pengendalian internal pada prosedur pemberian kredit usaha di Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe sudah efektif ?

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen internal perusahaan, interview dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada pihak yang berkepentingan di BRI (Persero) Tbk Cabang Kabanjahe, observasi dengan pelaksanaan suatu studi pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek yang diteliti. Penelitian ini menggunakan 2 jenis data yaitu data primer dan sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan deduktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank tidak mewajibkan debitur untuk memberikan laporan usaha secara periodik, sehingga bank tidak dapat mengetahui secara lebih dini kemungkinan akan terjadinya tunggakan kredit. Prosedur pengawasan tunggakan kredit pada bank belum memadai karena pengawasan hanya dilakukan untuk debitur yang menunggak 1 bulan ke atas.

Kata Kunci: Pengendalian Internal, Kredit, Prosedur Pemberian, Prosedur Pengawasan, PT. BRI (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe


(11)

ABSTRACT

The objective of research would be to analyze the implementation of credit delivery and collection that will increase the number of credit distribution, to identifity potential problems in credit delivery and to know the supervisory procedure of credit enforced in the bank. The problem is “whether the internal control in procedure of business credit delivery in Bank Rakyat Indonesia (Persero), branch of Kabanjahe, has been effective?”

The technic of data collection used was through documentation, collecting the data from internal documents of organization, interview by distributing the questionnaires directly to management of BRI (Persero) branch of Kabanjahe, observation to registration of phenomenon as object of the research. This research used two type of data: primary and secondry data. The data was analyzed descriptively and deductively.

The result of research indicated that the bank did not require the debtor to prepare periodic report of business, the bank could not know potential bad collection of credit. The control procedure of bad credit was ineffective, because the supervision has been only implemented for debtor who delayed one or more mont payment.

Keyword: Internal Control, Kredit, Delivery Procedure, Control Procedure, PT. BRI (Persero), Branch of Kabanjahe.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank sebagai tempat simpan pinjam merupakan mitra usaha yang sangat penting bagi perusahaan industri, dagang, dan perusahaan jasa. Hal ini terutama disebabkan peranan uang yang sangat berhubungan dengan dunia bank. Pertumbuhan dan perkembangan suatu bank pada umumnya sangat tergantung pada ruang lingkup kegiatan usahanya.

Penyaluran kredit merupakan salah satu kegiatan pokok bank dimana bank menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dan memperoleh dana tersebut dari masyarakat melalui tabungan. Penyaluran kredit dilakukan oleh bank milik swasta maupun pemerintah. Kelancaran penyaluran kredit sangat tergantung peranan bank itu sendiri dan kesadaran pihak debitur untuk menyelesaikan kredit sebagaimana yang telah disepakati. Dengan adanya prosedur penyaluran kredit yang efisien dan efektif diharapkan kebutuhan nasabah dapat terpenuhi dan resiko kegagalan kredit menjadi kecil.

Pemberian kredit mengandung suatu tingkat resiko kerugian, yang dapat diakibatkan oleh dua hal yaitu: resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu, dan resiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya bencana alam.


(13)

Oleh karena itu setiap bank harus mengendalikan kreditnya dengan baik secara internal.

Pengendalian internal kredit adalah bagaimana mengelola pemberian kredit mulai dari kredit tersebut diberikan sampai dengan kredit tersebut lunas. Pengendalian internal tersebut dilakukan melalui serangkaian prosedur pemberian kredit dengan memperhatian prinsip-prinsip pemberian kredit yang disebut dengan ‘5C’, yaitu: (1) Character, (2) Capacity, (3) Capital, (4) Colleteral dan (5) Condition. Character: menunjukkan kemungkinan atau profitabilitas dari debitur secara jujur berusaha untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya. Faktor ini sangat penting karena setiap transaksi kredit mengandung kesanggupan untuk membayar. Capacity: pendapatan subyektif mengenai kemampuan dari debitur. Hal ini diukur dengan catatan pada waktu yang lalu, dilengkapi dengan observasi fisik pada perusahaan dari debitur. Capital: diukur oleh posisi finansial debitur secara umum dimana hal ini ditunjukkan oleh analisa rasio. Collateral: dicerminkan oleh aktiva dari debitur yang dikaitkan atau dijadikan jaminan bagi keamanan kredit. Condition: menunjukkan impact (pengaruh langsung) dari trend ekonomi pada umumnya terhadap perusahaan debitur yang bersangkutan atau perkembangan khususnya dalam suatu bidang ekonomi tertentu yang mungkin mempunyai efek terhadap kemampuan debitur untuk memenuhi kewajiban. Semua prinsip tersebut harus dianalisis secara mendalam sebelum kredit benar-benar diberikan.


(14)

Pada umumnya untuk menjamin keandalan hasil analisis kredit, perusahaan perbankan membuat satu fungsi yang secara khusus bertugas menganalisis setiap permohonan kredit, yang disebut dengan bagian kredit. Dalam prosedurnya, bagian kredit menerima permohonan kredit dari debitur serta semua persyaratan yang ditetapkan, kemudian melakukan analisis, menilai dan menyimpulkan layak tidaknya kredit diberikan berdasarkan prinsip 5 C.

Namun dalam pelaksanaannya kelima unsur dalam prinsip pemberian kredit tersebut (5C) tidaklah mudah diterapkan. Terdapat banyak kasus dimana bank mengabaikan beberapa unsur karena berbagai faktor. Misalnya untuk jenis kredit usaha kecil, kebanyakan debitur tidak dapat menyediakan jaminan atas kredit padahal penyaluran kredit pada usaha kecil sangat diperlukan, baik untuk perkembangan usaha debitur maupun bagi bank itu sendiri. Penilaian atas kelayakan usaha debitur juga dapat mengalami kendala karena debitur tidak dapat menyediakan informasi secara lengkap. Keadaan tersebut dapat menyebabkan prosedur pemberian kredit menjadi kurang efektif.

Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang usaha simpan pinjam. Namun dari pengamatan pendahuluan diketahui bahwa sistem pemberian kredit belum efektif, sehingga penulis ingin melakukan penelitian dengan judul: “Analisa Pengendalian Internal Pada Prosedur Pemberian Kredit Usaha di Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe”.


(15)

B. Perumusan Masalah

Menurut Nazir (2003:111) bahwa “Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya kemenduaan arti (ambiguity), adanya halangan dan rintangan, adanya celah (gap) baik antar kegiatan atau antar fenomena, baik yang telah ada ataupun yang akan ada.

Semakin luasnya ruang gerak dan ukuran perusahaan menjadi lebih kompleks dan meluas, menuntut manajemen harus mampu mengawasi jalannya operasi perusahaan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka penulis merumuskan masalah: “Apakah pengendalian internal pada prosedur pemberian kredit usaha di Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe sudah efektif ?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pelaksanaan penyaluran dan penagihan kredit yang akan meningkatkan jumlah pemberian kredit.

2. Mengidentifikasikan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pemberian kredit.

3. Untuk mengetahui prosedur pengawasan kredit yang diberikan pada bank.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap agar hasil yang diperoleh dapat memberikan manfaat antara lain:


(16)

1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfat untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai pengendalian internal pada prosedur pemberikan kredit usaha di bank.

2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam prosedur pemberian kredit dan pengawasan setelah kredit diberikan.

3. Pihak lain, sebagai informasi yang dapat digunakan untuk bahan penelitian dan menambah pengetahuan bagi yang berminat dalam bidang yang serupa.

E. Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:

keputusan pemberian kredit pada bank harus mempertimbangkan berbagai faktor, yaitu character, capacity, capital, colleteral dan condition. Analisis secara mendalam atas berbagai faktor tersebut sangat diperlukan agar keputusan yang

Pengendalian Internal: Character,

Capacity, Capital, Colleteral dan

Condition

Keputusan Pemberian

Kredit

Pemberian Kredit

Penolakan Pemberian Kredit

Pengawasan tunggakan


(17)

dihasilkan menjadi lebih tepat demi menghindari terjadinya kegagalan kredit. Jika hasil analisis menunjukkan bahwa kredit tidak layak maka bank harus melakukan penolakan. Setelah kredit diberikan selanjutnya bank harus menjamin bahwa semua pokok kredit ditambah bunga dapat diterima kembali oleh bank. Oleh karena itu pengawasan kredit yang telah diberikan khususnya setiap tunggakan yang terjadi harus mendapatkan perhatian secara lebih dini.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Kredit

Kredit berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti percaya atau yang dalam bahasa latin “Creditum” berarti kepercayaan dan kebenaran. Sebab itu, dasar pemikiran persetujuan pemberian kredit oleh suatu lembaga keuangan atau kepada seseorang atau badan usaha berdasarkan kepercayaan.

Bila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan saat itu, bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada kreditur (bank) setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui antara bank dengan debitur.

Dalam Undang-undang No. 10/1998 mengenai pokok-pokok perbankan, Bab I Pasal 1 (c) dalam Suyatno (2003:13), yang dimaksud dengan kredit adalah: “Penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain, dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan.”

Ikatan Akuntan Indonesia (2007:Paragraf 11, Seksi 31.4) mengemukakan sebagai berikut:

Kredit adalah peminjam uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam


(19)

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Hal yang termasuk dalam pengertian kredit yang diberikan adalah kredit dalam rangka pembagian bersama, kredit dalam restrukturisasi dan pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan Note Purchase Agreement (NPA).

Pada bank yang mempunyai usaha simpan pinjam, pengendalian atau pengawasan kredit lebih penting, karena kemungkinan terjadinya tunggakan cukup besar padahal pinjaman yang diberikan adalah tanpa agunan. Nasabah atau debitur pada bank sebagian besar adalah usaha kecil yang pengelolaannya kurang professional. Keadaan tersebut menyebabkan pengawasan tunggakan kredit harus dilakukan secara aktif dengan tindakan pengawasan yang lebih dini. Untuk mendukung proses pengawasan, maka penggolongan kredit pada bank harus lebih ketat. Artinya, setiap tunggakan pembayaran angsuran kredit harus dianggap bermasalah secara lebih dini.

2. Pengertian dan Tujuan Pengendalian Intern Kredit a. Pengertian Pengendalian Intern

Pengertian pengendalian intern sering berbeda antara satu penulis dengan penulis lainnya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pola berpikir dan sudut peninjaunya.

Pengendalian intern mempunyai peranan yang sangat penting bagi suatu organisasi perusahaan. Pengendalian intern merupakan alat manajemen dalam melakukan tugasnya. Pengendalian intern membantu manajemen untuk menilai organisasi yang ada serta operasi yang dilakukan perusahaan. Semuanya ini


(20)

bertujuan untuk mencegah dan menghindari timbulnya kesilapan, kecurangan dan penyelewengan.

Menurut Hartadi (2003:81):

Pengendalian intern adalah suatu proses, yang dipengaruhi oleh aturan direksi, manajemen, personalia lainnya, yang disusun untuk memberi jaminan yang berhubungan dengan pencapaian tujuan berikut ini:

1). Dapat dipercayainya laporan keuangan.

2). Kesesuaian dengan undang-undang yang ditetapkan dan aturan. 3). Efektivitas dan efisiensi operasi (kegiatan).

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standard Profesional Akutan Publik (2001: Paragraf 06, Seksi 319.2) sebagai berikut:

Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan berikut ini : (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektifitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Selanjutnya menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2001: Paragraf 07, Seksi 319.2) bahwa pengendalian terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut ini:

a. Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.

b. Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola.

c. Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.

d. Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka.

e. Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.


(21)

1). Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang lain, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup berikut ini:

a) Integritas dan nilai etika.

b) Komitmen terhadap kompetensi.

c) Partisipasi dewan komisaris atau komite audit. d) Filosofi dan gaya operasi manajemen.

e) Struktur organisasi.

f) Pemberian wewenang dan tanggung jawab. g) Kebijakan dan praktik sumber daya manusia.

2). Penaksiran Risiko

Penaksiran risiko entitas untuk tujuan pelaporan keuangan merupakan identifikasi, analisis, dan manajemen terhadap risiko yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Sebagai contoh, penaksiran risiko dapat ditujukan ke bagaimana entitas mempertimbangkan kemungkinan transaksi tidak dicatat atau mengidentifikasi dan menganalisis estimasi yang dicatat dalam laporan keuangan.


(22)

Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan yang andal juga berkaitan dengan peristiwa dan transaksi khusus.

Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkasdan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut ini:

a) Perubahan dalam lingkungan operasi. b) Personel baru.

c) Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki. d) Teknologi baru.

e) Lini produk, produk, atau aktivitas baru. f) Restrukturisasi korporasi.

g) Operasi luar negeri. h) Standar akuntansi baru.

3). Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan etintas. Aktivitas pengendalian mempunyai berbagai tujuan dan


(23)

diterapkan di berbagai tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan berikut ini:

a) Review terhadap kinerja. b) Pengolahan informasi. c) Pengendalian fisik. d) Pemisahan tugas.

4). Informasi dan Komunikasi

Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang, dan ekuitas yang bersangkutan. Kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem tersebut berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat keputusan semestinya dalam mengendalikan aktivitas entitas dan menyiapkan laporan keuangan yang andal. Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan.


(24)

5). Pemantauan

Suatu tanggung jawab manajemen yang penting adalah membangun dan memelihara pengendalian intern. Manajemen memantau pengendalian untuk mempertimbangkan apakah pengendalian tersebut beroperasi sebagaimana yang diharapkan dan bahwa pengendalian tersebut dimodifikasi sebagaimana mestinya jika perubahan kondisi menghendakinya.

Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu san pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Di berbagai entitas, auditor intern atau personel yang melakukan pekerjaan serupamemberikan kontribusi dalam memantau aktivitas entitas. Aktivitas pemantauan dapat mencakup penggunaan informasi dari komunikasi dengan pihak luar seperti keluhan customers dan komentar dari badan pengatur yang dapat memberikan petunjuk tentang masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan.

b. Tujuan Pengendalian Intern

Pengendalian intern yang baik agar terhindar dari segala bentuk penyelewengan maupun penyimpangan. Sistem pengendalian intern diperlukan agar tujuan perusahaan yang telah ditetapkan dapat tercapai.


(25)

Holmes dan Burns (2002:112), mengemukakan bahwa tujuan pengendalian intern adalah:

1) Pengamanan kekayaan.

2) Kepastian tentang bisa dihindarkannya terjadinya kewajiban yang tidak semestinya

3) Kepastian tentang kecermatan dan keterandalan data akuntansi. 4) Tercapainya efisiensi operasional.

5) Dipatuhinya kebijakan-kebijakan yang sudah digariskan manajemen.

Menurut tujuannya, pengendalian intern dibagi dua macam, yaitu pengendalian intern akuntansi dan pengendalian intern administratif. Pengendalian intern akuntansi yang merupakan bagian dari sistem pengendalian intern, meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Pengendalian intern akuntansi yang baik akan menjamin keamanan kekayaan investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Pengendalian intern administratif meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan efektivitas dipatuhinya kebijakan manajemen. Tujuan pengendalian intern adalah bersifat positif, maksudnya ialah dapat mencapai tujuan dalam batas-batas penghalang. Pengedalian intern juga dapat berubah dalam pembentukan rencana baru. Pengendalian intern mensyaratkan umpan (feed forward) yaitu bahwa tujuan, rencana, kebijakan dan standar ditetapkan dan bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan, pengendalian intern didasarkan konsep umpan balik (feed


(26)

menjamin tercapainya tujuan. Prosedur rinci yang digunakan manajemen untuk mengendalikan operasi perusahaan disebut pengendalian intern (internal control). Pada perusahaan kecil, pemilik mengendalikan karyawan dan memperhatikan seluk beluk perusahaan secara pribadi. Namun bagi perusahaan besar yang jaringan organisasinya semakin luas, menyulitkan manajemen mengendalikan semua tahap operasi perusahaan. Untuk itu dilakukan pengendalian intern.

Untuk mencegah berbagai bentuk kecurangan, perusahaan umumnya mengembangkan sistem pengendalian intern atsa kas, dimana menurut Hartadi (2002:46) bahwa sistem pengendalian intern yang baik harus dapat memberi jaminan bahwa:

1. Semua kas yang harus telah diterima, secara kenyataan sudah diterima dan dicatat segera secara teliti.

2. Pengeluaran kas dilakukan setelah ada otorisasi dan dicatat secara layak.

3. Kas yang ada di perusahaan dan di bank dicatat secara teliti dan dilindungi selayaknya.

4. Saldo kas dipelihara secara cukup tetapi tidak melebihi tingkat yang dianggarkan untuk kegiatan normal.

3. Unsur-unsur Pengendalian Intern Kredit

Unsur-unsur dari kredit yang menjadi pertimbangan dalam memberikan kredit menurut Kasmir (2008:75) adalah:

a. Kepercayaan, yaitu adanya suatu penyerahan uang atau tagihan atas barang kepada pihak lain harus dilandasi rasa saling percaya antara kedua belah pihak bahwa pada saat yang telah diperjanjikan si peminjam akan melunasi hutangnya.

b. Resiko, yaitu pemberian kredit menimbulkan suatu resiko dimana jangka waktu kredit merupakan masa abstrak. Resiko timbul pada kreditur uang, jasa atau barang telah lepas kepada orang lain. c. Waktu, yaitu menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan


(27)

d. Prestasi atau bunga, yaitu pihak kreditur akan memperoleh tambahan nilai atas prestasi yang diberikan kepada debitur sesuai dengan jumlah yang ditentukan, hal ini berarti bank harus selalu memperhitungkan bunga.

e. Kreditur, yaitu orang atau badan usaha yang memiliki uang, barang atau jasa dan bersedia meminjamkan uangnya kepada orang lain.

4. Prosedur Pemberian Kredit

Melihat kredit sebagai sumber utama pendapatan juga sebagai resiko dalam usaha bank, maka dalam memberikan kredit bukanlah pekerjaan yang mudah, karena proses pemberian kredit hingga penagihannya akan banyak menentukan kualitas kredit itu sendiri. Dalam memberikan kredit, bank membuat beberapa prosedur. Prosedur pemberian kredit tersebut dibagi atas beberapa tahap yaitu :

a. Tahap permohonan kredit b. Tahap analisa kredit

c. Tahap keputusan atas permohonan kredit d. Tahap persetujuan permohonan kredit e. Tahap pencairan kredit

f. Tahap pengawasan kredit g. Tahap pelunasan kredit

a. Tahap Permohonan Kredit

Tahap ini merupakan tahap pertama yang harus dilaksanakan calon debitur apabila hendak meminta kredit, yaitu dengan mengajukan terlebih dahulu surat


(28)

permohonan dan mengisi daftar isian yang disediakan oleh bank. Adapun daftar isian tersebut meliputi informasi berikut:

- Data Pribadi

- Badan usaha yang terdiri dari : bentuk badan usaha, susunan pengurus,

- Alamat, bidang usaha yang dijalankan.

- Prospek dari calon debitur dimasa akan datang. - Tujuan pengunaan kredit dan jumlahnya. - Kapan pengembalian kredit

- Jaminan yang akan diberikan.

b. Tahap Analisa Kredit

Tahap ini merupakan tahap yang sangat penting karena pada tahap inilah bank dapat menilai apakah calon debitur layak untuk menerima kredit atau tidak. Menurut Kasmir (2003:104), pada umumnya analisa yang dilakukan oleh bank pada calon debiturnya yaitu analisa 5C yang dikenal sebagai prinsip 5C yakni :

1) Character = sifat-sifat si calon peminjam 2) Capital = modal dasar si calon peminjam 3) Capacity = kemampuan si calon peminjam

4) Collateral = jamina yang disediakan sicalon peminjam 5) Condition of economy = kondisi perekonomian


(29)

1). Character (Kepribadian)

Character merupakan sifat yang terdapat pada diri peminjam. Kejujuran integritas. Peminjam adalah yang paling utama. Catatan mengenai masa lampau peminjam merupakan ukuran bagi penampilannya dikemudian hari jika mempertimbangkan kreditnya.

Ada beberapa hal yang dibahas dalam menganalisa watak calon debitur yaitu :

1) Riwayat calon debitur yang membahas latar belakang usaha dan pengalaman usaha yang akan memberikan gambaran kepada bank mengenai prospek pencapaian usaha di masa yang akan datang.

2) Hubungan calon debitur dengan bank lain, apakah calon debitur pernah melakukan tindakan wanprestasi terhadap bank.

3) Hubungan calon debitur dengan bank pemberi kredit apakah debitur sudah pernah meminjam, apakah calon debitur adalan nasabah lama atau baru. 4) Reputasi calon debitur dalam dunia usaha juga merupakan karakter dari calon

debitur apakah debitur mematuhi aturan-aturan yang ada dalam dunia usaha.

2). Capacity (Kemampuan)

Capacity merupakan penilaian terhadap calon debitur mengenai

kemampuan calon debitur dalam melunasi pinjamannya dari usaha yang dilakukannya atau kegiatannya usaha yang akan dibiayai dari kredit bank. Capacity merupakan ukuran yang menyelutuhan tehadap kekayaan dan


(30)

pendapatan debitur di masa lampau, sekarang, dan akan datang yang dikaitkan dengan kemampuan debitur dalam melunasi kewajibannya.

3). Capital (Modal )

Merupakan jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki debitur ketia mengajukan permohonan kredit. Penilaian modal terhadap debitur tidak hanya dilihat dari besar kecilnya modal, namun bagaimana modal tersebut digunakan oleh debitur, cukuplah modal yang ada dalam menjalankan usahanya. Oleh karena itu debitur harus menggunakan modal dengan baik dan benar.

4). Collateral (Jaminan)

Merupakan jaminan yang diberikan oleh debitur baik bersifat fisik maupun nonfisik. Nilai jaminan ini sebaiknya melebihi jumlah kredit ini diperlukan agar kredit maupun dari barang jaminan yang dicairkan apabila pemohon kredit tidak mampu mengembalikan pinjaman kreditnya.

Dalam tahap analisa kredit, jaminan kredit, jaminan kredit (Collateral) memegang peranan penting oleh karena itu bank harus teliti dalam barang-barang yang dijaminkan kepada bank. Pihak bank juga harus mengerti nilai jaminan secara yuridis serta persyaratan ekonomis suatu jaminan kredit yaitu :

Menurut Santoso (2001:51), jaminan kredit harus memenuhi persyaratan hukum (yuridis) dan ekonomis syarat-syarat hukum (yuridis) agunan yaitu :

1) Jaminan harus mempunyai wujud nyata (tangible).

2) Jaminan harus merupakan milik debitur dengan bukti surat-surat yang sah


(31)

3) Jika jaminan merupakan barang yang dikuasakan, pemiliknya harus ikut menandatangani akad kredit.

4) Jaminan tidak sedang dalam proses pengadilan. 5) Jaminan bukan sedang dalam keadaan sengketa. 6) Jaminan bukan yang terkena proyek pemerintah. Syarat-syarat Ekonomis Jaminan yaitu :

a) Jaminan harus mempunyai nilai ekonomis pasar

b) Nilai jaminan kredit harus lebih besar daripada plafond kreditnya.

c) Marketability, yaitu jaminan harus mempunyai pasaran yang cukup

luas atau mudah dijual.

d) Ascertainability of value, yaitu jaminan kredit yang diajukan oleh

debitur harus mempunyai standar harga tertentu (harga pasar).

e) Transferable, yaitu jaminan kredit yang diajukan debitur harus mudah

dipindahkantangankan baik secara fisik maupun secara hukum.

5). Condition of Economy (Kondisi ekonomi)

Merupakan keadaan perekonomian secara keseluruhan. Dalam hal ini kondisi ekonomi secara umum dan kondisi pada sektor usaha si pemohon kredit perlu untuk diteliti sehingga bantuan kredit yang akan diberikan benar-benar bermanfaat bagi perkembangan usahanya.

c. Tahap keputusan atas permohonan kredit

Dalam tahap ini, yang dimaksud dengan keputusan adalah setiap tindakan pejabat yang berdasarkan wewenangnya berhak mengambil keputusan berupa menolak, menyetujui dan atau mengusulkan permohonan kredit kepada pejabat yang lebih tinggi. Setiap keputusan permohonan kredit, harus memperhatikan


(32)

penilaian syrat-syarat umum yang pada dasarnya tercantum dalam laporan pemeriksaan kredit.

d. Tahap Persetujuan Permohonan Kredit

Yang dimaksud dengan persetujuan permohonan kredit adalah, keputusan bank untuk mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan kredit dan calon debitur untuk melindungi kepentingan bank dalam pelaksanan persetujuan tersebut, maka biasanya ditegaskan terlebih dahulu langkah yang harus ditempuh oleh debitur antara lain

1) Debitur harus membaca terlebih dahulu Surat penegasan persetujuan permohonan kredit kepada pemohon yang meliputi maksimum kredit, jangka waktu berlakunya kredit, bentuk pinjaman, suku bunga, bea materai kredit yang harus dibayar, provisi kredit dan sanksi.

2) Debitur setuju atas pengikatan jaminan yaitu pihak bank menandatangani surat kepada notaris untuk melaksanakan pengikatan jaminan yang diberikan oleh debitur kepada bank

3) Penandatangani Surat Perjanjian Kredit oleh debitur yang meliputi syarat maksimum kredit, jangka waktu kredit, tujuan pengunaan dan sanksi.

e. Tahap Pencairan Kredit

Jika kredit telah disetujui dengan wewenang pejabat yang memutuskan dan setalah langkah-langkah yang ditentukan pada tahap persetujuan permohonan


(33)

kredit telah dilaksanakan, maka debitur dapat melakukan penarikan tunai atas kredit yang diberikan sesuai dengan Surat Penegasan Permohonan Kredit kepada pemohon.

f. Tahap Pengawasan kredit

Pengawasan atau controlling menurut Handoko (2003:25) adalah “Penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan.”

Fungsi dilakukannya pengawasan kredit adalah untuk mengamati debitur apakah debitur benar-benar memenuhi persyaratan dan melaksakannya sesuai dengan surat perjanjian kredit yang telah disepakati oleh debitur dengan bank.

Sebagaimana halnya dengan pengawasan pada umumnya, maka tujuan yang akan dicapai pada pengawasan kredit meliputi beberapa aspek :

a. Untuk menjamin agar penggunaan kredit oleh debitur sesuai dengan dasar dan tujuan pemberiannya dan bahwa pengambilan dari kredit tersebut dapat terjamin sesuai dengan perencanaannya.

b. Untuk memberikan bimbingan secara terus-menerus agar terjadi perbaikan peningkatan dalam kemampuan usaha debitur.

c. Pengawasan perkreditan hendaknya menjadi peramal tentang nasib dan manfaat pemberian kredit.

d. Untuk merumuskan permasalahan-permasalahan pokok dan kecenderungan utama dari pemberian kredit pada umumnya dan yang sedang berjalan.


(34)

g. Tahap Pelunasan Kredit

Pelunasan kredit adalah dipenuhinya semua kewajiban uang nasabah terhadap bank yang berakibat hapusnya ikatan perjanjian kredit.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tahap ini yaitu :

a. Perhitungan semua kewajiban utang nasabah harus segera diselesaikan sampai dengan tanggal pelunasan yang meliputi utang pokok, utang bunga, denda-denda (jika ada) dan biaya administrasi lainnya.

b. Penyerahan kembali dokumen-dokumen kepada nasabah hanya dapat dilakukan setelah nasabah menyelesaikan semua kewajibanya.

c. Buatlah surat penegasan pelunasan yang antara lain berisi pernyataan terima kasih atas terjalinnya hubungan baik antara nasabah dengan bank pada waktu-waktu yang lalu.

d. Memberitahukan pada bagian kas bahwa setelah seluruh jumlah utang dilunasi, rekening pinjaman atas nama nasabah yang bersangkutan ditutup.

5. Pengawasan Setelah Kredit Diberikan

Nasabah menerima kredit setelah memenuhi semua persyaratan yang diperlukan, maka tugas bank selanjutnya adalah mengawasi kegiatan usaha nasabah. Semua data yang dikumpulkan dijadikan satu untuk mempermudah dalam mengevaluasi dan mengawasi perjalanan kredit serta menggunakannya agar tidak menyimpang dari tujuan dan manfaat perkreditan.


(35)

Sesungguhnya suatu pinjaman tidaklah dengan tiba-tiba buruk keadaannya tanpa memperlihatkan tanda-tanda sebelumnya. Pinjaman yang keadaannya memburuk pasti ada tanda-tandanya. Agar bank dapat mengetahui kesukaran-kesukaran yang akan dihadapinya kelak, harus secara teratur meneliti semua pinjaman yang ada. Di samping itu bank harus memperhatikan hal-hal yang mengarah kepada memburuknya keadaan pinjaman debiturnya hal-hal tersebut yaitu :

a. Tunggakan

Pada umumnya tunggakan yang terjadi dalam pembayaran angsuran merupakan tanda akan timbulnya suatu pinjaman bermasalah. Jika tunggakan terjadi karena ada tendensi tidak mau membayar dari debitur maka bank harus segera mempersiapkan hal-hal yang perlu dalam usaha untuk memperoleh pinjaman tersebut.

b. Gejala Memburuk

Adanya tanda-tanda bahwa keadaan keuangan debitur menunjukkan gejala memburuk dapat dilihat dengan membandingkan laporan usaha debitur yang berurutan. Hendaknya diminta laporan usaha debitur misalnya satu kali dalam sebulan apakah gejala memburuk itu berlangsung terus atau tidak.

c. Debitur yang Enggan

Keenganan debitur untuk mengkomunikasikan perputaran usahanya merupakan petunjuk. Petunjuk tentang adanya sesuatu yang disembunyikan mengenai ketidak beresan bidang keuangannya atau kemungkinan adanya pinjaman lagi yang diperoleh dari sumber lain.


(36)

d. Jaminan yang Turun Nilainya

Selama jangka waktu pinjaman bank harus secara berkala memeriksa keberadaan jaminan ditempatnya dan memeriksa secara fisik sehingga jaminan tersebut tidak turun nilainya.

e. Faktor-Faktor Lain

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi pinjaman misalnya bencana alam, gejala memburuknya situasi perekonomian sekelilingnya.

Pengawasan kredit yang dilakukan bank dapat bersifat sebagai berikut :

a. Pengawasan aktif, yaitu pengawasan yang dilakukan dengan pemeriksaan secara langsung ketempat usaha debitur sehingga bank dapat mengetahui masalah yang muncul pada usaha debitur tersebut.

b. Pengawasan tidak aktif, yaitu pengawasan yang dilakukan dengan meneliti laporan-laporan tertulis yang diberikan debitur secara teratur kepada bank mengenai perkembangan usahanya.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tamba (2008) melakukan penelitian pada Koperasi Kredit (CU) Pardomuan Pakkat Kabupaten Humbahas dengan perumusan masalah bahwa Pemberian kredit dan penagihan angsuran kredit pada koperasi tidak efektif. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan deduktif. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa faktor pertimbangan utama dalam membuat keputusan mengenai jumlah kredit yang disetujui adalah kelayakan


(37)

usaha calon debitur. Pemberian kredit tidak mempersyaratkan adanya jaminan berupa aktiva berharga karena pada umumnya debitur adalah golongan ekonomi lemah.

Yunita (2007) melakukan penelitian pada PT. BPR Tridana Percut Medan. Masalah yang dibahas adalah: Pengendalian intern kredit pada PT. BPR Tridana Percut Medan belum memadai. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa faktor pertimbangan utama dalam membuat keputusan mengenai jumlah kredit yang disetujui adalah kelayakan jumlah kredit yang diminta debitur dibanding dengan nilai benda yang dijaminkan, serta tujuan penggunaan kredit oleh debitur. Prosedur pemberian kredit tidak melakukan analisis secara mendalam terhadap kelayakan usaha atau pekerjaan debitur, karena pengumpulan informasi mengenai analisis kelayakan usaha membutuhkan biaya yang cukup besar.


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode studi kasus dengan melakukan penelitian secara mendalam mengenai pengendalian internal pada prosedur pemberian kredit usaha di Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe.

B. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan 2 jenis data, yaitu:

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan staf kredit untuk mengetahui faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemberian kredit.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen penunjang, seperti sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan, prosedur pemberian kredit.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu:


(39)

1. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen internal perusahaan yang terkait dengan lingkup penelitian ini. 2. Interview, dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara

langsung kepada pihak-pihak yang berkepentingan di BRI (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe.

3. Observasi yaitu dengan pelaksanaan suatu studi pengamatan dan 4. pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek yang diteliti.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dgunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Metode Deskriptif

Metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah yang dihadapi dengan mengumpulkan, mengklasifikasikan, menginterpretasikan dan menganalisis data yang diperoleh dari perusahaan sehingga dapat diketahui gambaran umum dari objek yang diteliti.

2. Metode Deduktif

Metode analisis yang bersifat ilmiah dengan cara membandingkan teori-teori akuntansi dengan data yang diperoleh dari lapangan atau perusahaan. Dengan demikian dapat dibuat kesimpulan dan dikemukakan saran untuk mengatasi masalah yang dihadapi.


(40)

E. Lokasi dan Jadwal Penelitian

Objek penelitian ini adalah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe, dengan alamat Jalan Veteran No. 100 Kabanjahe.

Tahap Penelitian Februari 2010 Maret 2010 April 2010 Mei 2010 Penyelesaian

Proposal Bimbingan Proposal Seminar Proposal Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Penyampaian Hasil Penelitian


(41)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Perusahaan

Awal berdirinya PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), atau dikenal dengan sebutan BRI bermula dari lembaga keuangan kecil yang didirikan oleh Raden Be Aria Wiriaatmadja bernama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden di Purwokerto Jawa Tengah pada 16 Desember 1895. Lembaga ini mengelola dana kas mesjid yang kemudian disalurkan kepada masyarakat dengan skema pengembalian yang mudah.

Seiring dengan berjalannya waktu, lembaga tersebut semakin berkembang dan dibutuhkan masyarakat. Sebagai bank milik pemerintah, BRl banyak berperan dalam mewujudkan visi pemerintah dalarn membangun ekonomi kerakyatan. Pada tahun 1960 pemerintah mengubah nama BRI menjadi Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN), Dan pada tahun 1968 pemerintah menetapkan kembali nama Bank Rakyat Indonesia sebagai bank umum. Pada tahun 1992 berubah nama dan status menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero).

Visi dari pada Bank Rakyat Indonesia adalah menjadi bank komersial terkemuka yang selalu rnengutamakan kepuasan nasabah. Pada tanggal 10 November 2003, BRI go public dan pemerintah melepaskan 30% saham miliknya kepada publik. BRI semakin memperlihatkan kekokohannya sebagai perusahaan publik. Komitmen yang kuat dan pengalaman yang sangat panjang dalam


(42)

melayani sektor UKMK membuat BRl senantiasa mampu untuk berperan aktif dalam pembangunan perekonomian rakyat.

PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe didirikan pada tanggal 16 Juli 1976 dengan alamat Jl. Veteran No. 100 Kabanjahe Kabupaten Karo, yang diresmikan oleh Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara E.W.P. Tambunan. Adapun hubungan PT. Bank Rakyat Indonesia pusat dengan cabang Kabanjahe bahwa pusat yang berada di Jakarta merupakan induk dari perusahaan dan cabang wajib melaporkan laporan keuangannya ke pusat.

Berpegang dari sejarah berdirinya, maka tujuan pendirian PT. BRI Cabang Kabanjahe adalah sebagai berikut :

a. Menghimpun dan mengelola dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan deposito.

b. Memberikan kredit bagi masyarakat pedesaan dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat.

c. Mendukung pertumbuhan ekonomi usaha kecil pedesaan serta mengurangi praktek-praktek ikon dan para rentenir.

Untuk mencapai tujuan dan hasil maksimal, maka PT. BRI menerapkan pola kerja human approach dan asas kepercayaan, sehingga kegiatan menabung penduduk di daerah ini dapat ditingkatkan, dan dana yang dihimpun dapat disalurkan dengan baik pada sektor pertumbuhan ekonomi setempat.

2. Struktur Organisasi Perusahaan

Stuktur organisasi perusahaan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan tingkat keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan yang


(43)

telah ditentukan terlebih dahulu. Dengan adanya penyusunan stuktur organisasi yang baik didalam perusahaan maka akan terlihat jelas adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab serta mempermudah koordinasi unit-unit kegiatan dalam perusahaan, dimana setiap bagian dapat mengetahui dengan jelas tugas dan wewenangnya masing-masing.

Pada dasarnya struktur organisasi yang dimiliki perusahaan ini berbentuk garis dan staff, artinya disamping pimpinan yang mempunyai wewenang juga diperlukan staff yang dapat memberikan masukan atau nasehat sesuai dengan keahliannya masing-masing. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi PT. Bank Rakyat Indonesia terdapat pada Gambar 3.1.


(44)

Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe


(45)

Dari gambar struktur organisasi di atas dapat diuraikan tugas dan tanggung jawab setiap bagian-bagian sebagai berikut:

1. Pimpingan Cabang (Pinca)

a. Memimpin kantor cabang sesuai dengan tugas pokoknya yang diterima dan ditetapkan untuk membina kantor dalam meningkatkan pelayanan terhadap nasabah.

b. Memberikan kepuasan atas pinjaman sesuai wewenangnya sebagai pimpinan cabang.

c. Mengatur operasional kantor sesuai dengan kebijaksanaan pelaksanaan kanwil.

d. Melaksanakan usaha bank pada umumnya dengan memberikan kredit, menerima dana, menarik dana, memberikan jasa bank kepada pemerintah sesuai dengan tugas yang diterapkan.

e. Menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan Bank Rakyat Indonesia Cabang, sesuai dengan kebijaksanaan kanwil direksi.

2. Account Officer (AO), terdiri:

a. AO Konsumer yaitu bertugas untuk melayani pinjaman kredit pensiun (golongan penghasilan tetap) yang diduduki oleh satu orang karyawan. b. AO Program yaitu bertugas untuk memberikan pinjaman kredit dalam

bidang program pemerintah (belum diduduki oleh karyawan). Oleh karena itu fungsi ini diambil alih oleh fungsi AO Konsumer.


(46)

3. Supervisor Penunjang Bisnis (SPB) a. Menerima PTK dan ADK

b. Meneliti dan mencocokkan dana yang ada pada PTK.

4. Petugas Sekretariat yaitu untuk mengagendakan surat keluar dan surat masuk dengan tertib sesuai ketentuan yang berlaku dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap nasabah. Mengatur lalulintas komunikasi (telepon, facsimile, internet) dalam mengefektifitas komunikasi kantor cabang, mendistribusikan semua surat masuk kepada para pejabat yang berwenang, menyiapkan surat keluar untuk diserahkan kepada petugas ekspedisi dalam penyampaian informasi pada unit kerja lainnya dan mengatur agenda kerja pimpinan cabang dalam kelancaran pelaksanaan tugas pimpinan cabang.

5. Petugas logistik adalah untuk memenuhi kebutuhan logistik kepada pekerja sesuai kebutuhan logistik kepada para pekerja. Mengadministrasikan semua aktiva tetap, melakukan penyusunan aktiva tetap, dan menyiapkan laporan di bidang logistik sesuai dengan permintaan kantor wilayah dan kantor pusat guna informasi bagi manajemen. Memelihara absensi kerja guna terciptanya disiplin kerja, termasuk melakukan administrasi semua bentuk hukuman jabatan bagi pekerja sesuai ketentuan yang berlaku dan mengatur pembagian kerja sopir, pramubakti, satpam, secara efektif dan efisien.

6. Petugas arsip atau laporan yaitu menyiapkan laporan yang diperlukan baik oleh intern maupun ekstern Bank Rakyat Indonesia.


(47)

7. Pembukuan

a. Melakukan pencatatan dari transaksi teller ke rekening masing-masing kartu pinjaman, tabungan, pendapatan, biaya, rupa-rupa dan kartu lainnya, secara tepat dan benar serta menutup pembukuan setiap hari jam kerja.

b. Menyimpan seluruh kartu-kartu yang telah di isi kemasing-masing pos dan melayani pembukaan/penutupan permohonan tabungan dan deposito serta menyimpan ke file masing-masing.

c. Bertanggung jawab terhadap pencatatan pembukuan dan penutupan bukuan setiap hari.

d. Bertanggung jawab terhadap seluruh kartu pinjaman, tabungan, deposito, dan rupa-rupa (seluruh kartu) dan bertanggung jawab terhadap kebenaran seluruh pembukuan dan laporan serta bertanggung jawab terhadap seluruh penyimpanan file laporan, register, surat, laporan pajak.

8. Satpam yaitu petugas keamanan dan mengatur parker. 9. Pengemudi bertugas mengemudi kendaraan perusahaan. 10. Pramubakti bertugas membersihkan perusahaan.

11. Assisten Manager Operasional (AMO)

a. Memastikan bahwa tidak terjadi transaksi dalam kurun waktu setelah

close system pada hari kerja sebelumnya sampai dengan awal hari

kerja berikutnya.

b. Memastikan bahwa semua pegawai dibawahnya telah siap ditempatnya masing-masing dalam melaksanakan Flag Operasional (mengaktifkan atau menonaktifkan terminal (user).


(48)

c. Mengelola kas induk (rupiah dan valuta asing) sesuai maksimum kas yang ditetapkan, melaksanakan pergeseran antar unit kerja dan memelihara pekerjaan register sesuai ketentuan.

d. Mengesahkan file dan menandatangani bukti kas dan transaksi tunai, kliring dan pemindahbukuan yang ada dalam batas wewenangnya. Mengeluarkan dan memasukkan uang ke kas induk.

e. Melakukan pemeriksaan fisik uang dan mencocokkannya dengan dokumen-dokumen.

f. Melakukan pengikatan uang kertas dengan pimpinan pada akhirnya.

12. Teller

a. Memberikan aplikasi tambahan kas awal dan menerima uang dari AMO.

b. Menerima uang setoran/penarikan dari nasabah dan mencocokkan dengan tanda setorannya.

c. Meneliti bukt i kas yang diterima.

d. Mencetak tapak validasi dan menginput data computer serta menyimpan kas ke pet teller sebelum menyerahkan kepada AMO dan memberikan uang kepada nasabah.

e. Meminta pengesahan kepada pejabat berwenang atas transaksi tunai yang melebihi batas wewenangnya.

f. Mengelola dan menyetorkan uang fisik kepada AMO. g. Memelihara register perinccian sisa kas.


(49)

h. Membayar biaya-biaya realisasi kredit dan transaksi lainnya yang kuitansinya telah disahkan oleh pejabat yang berwenang.

i. Menjamin kebenaran dan kelengkapan pengisian data pengiriman uang keluar sebelum diajukan pembukuan dan menjamin kelancaran pelaksanaan pengiriman uang keluar sesuai dengan kewenangannya. j. Mengelola kuitansi pembayaran rekening listrik/telepon/air/PBB dan

menerima pembayaran dari pelanggan.

k. Menjaga sewa peralatan yang berkaitan dengan pelayanan kas seperti mesin hitung, lampu ultra violet agar dapat berfungsi baik.

13. Teller OB (Over Booking) yaitu fungsi khusus menangani pemindahbukuan yang tidak tunai misalnya transfer dari Bank Unit ke Bank Cabang.

14. Supervisor Administrasi yaitu melakukan pencatatan semua transaksi yang terjadi pada BRI Cabang Kabanjahe.

3. Formulir dan Catatan Akuntansi Pengendalian Intern Kredit

Pada PT. BRI (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe terdapat beberapa prosedur yang berhubungan dengan pengendalian intern kredit, yaitu: prosedur pemberian kredit dan prosedur pengawasan kredit.. Adapun formulir yang digunakan dalam berbagai prosedur tersebut adalah sebagai berikut:

a. Bukti kepemilikan jaminan (BKJ)

Bukti kepemilikan jaminan merupakan surat-surat berharga yang dimiliki oleh debitur sebagai bukti sah atas kepemilikan benda yang akan digunakan


(50)

sebagai jaminan. Pada umumnya bukti-bukti tersebut adalah surat-surat kenderaan dan surat tanah.

b. Surat permohonan kredit (SPK)

Surat permohonan kredit dibuat oleh customer service. Surat permohonan kredit berisi data-data calon debitur yang mengajukan pinjaman kredit. c. Laporan penilaian jaminan (LPJ)

Laporan penilaian jaminan dibuat oleh account officer berdasarkan hasil penilaian atas jaminan yang diajukan oleh debitur. Laporan penilaian jaminan berisi nilai pasar dan nilai likuidasi atas benda yang dijaminkan.

d. Laporan analisis kelayakan kredit (LAKK)

Laporan analisis kelayakan kredit dibuat oleh credit support berdasarkan hasil analisis terhadap tujuan penggunaan kredit oleh debitur.

e. Surat keputusan pemberian kredit (SKPK)

Surat keputusan pemberian kredit dibuat oleh manager komersil berdasarkan pertimbangan menyeluruh atas bukti-bukti yang diterima dari credit support. Surat keputusan pemberian kredit berisi: jumlah kredit yang diberikan, jangka waktu kredit, tingkat bunga kredit, tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, serta nomor bukti kepemilikan jaminan kredit.

f. Laporan pencairan kredit (LPK)

Laporan pencairan kredit dibuat oleh teller berdasarkan surat keputusan pemberian kredit. Laporan pencairan kredit berisi nama-nama debitur yang


(51)

permohonan kreditnya telah diberikan (dicairkan), serta jumlah kredit yang diberikan.

Selanjutnya, catatan akuntansi yang digunakan dalam pengendalian intern kredit pada PT. BRI (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe adaah sebagai berikut: a. Buku Kredit

Buku kredit diselenggarakan oleh bagian pembukuan, digunakan untuk mencatat jumlah kredit yang diberikan pada masing-masing debitur serta transaksi penulasan angsuran kreditnya. Buku kredit dicatat berdasarkan bukti penyetoran angsuran.

b. Jurnal Penerimaan Kas

Jurnal penerimaan kas diselenggarakan oleh bagian pembukuan, berisi semua transaksi penerimaan kas dari pembayaran angsuran kredit oleh debitur. Jurnal penerimaan kas dibuat berdasarkan laporan penerimaan angsuran.

c. Jurnal Pengeluaran Kas

Jurnal pengeluaran kas diselenggarakan oleh bagian pembukuan, digunakan untuk mencatat transaksi pengeluaran kas untuk pencairan kredit kepada debitur. Dokumen sumber pencatatan jurnal pengeluaran kas adalah laporan pencairan kredit.


(52)

4. Prosedur Pemberian Kredit

Bagian-bagian yang terkait dalam prosedur pemberian kredit pada Pada PT. BRI (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe adalah: customer service, account

officer, credit support, manager komersil, teller, bagian pembukuan. Adapun

peranan masing-asing bagian yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari penjualan tunai adalah sebagai berikut:

a. Customer Service

1) Menerima permintaan kredit dari calon debitur bersama fotocopy bukti kepemilikan jaminan.

2). Mengisi surat permohonan kredit rangkap 2 atas nama calon debitur yang meminta pemberian kredit.

3). Menyerahkan surat permohonan kredit bersama fotocopy bukti kepemilikan jaminan ke account officer.

4) Menyimpan surat permohonan kredit lembar ke-1 sebagai arsip.

b. Account Offfice

1) Menerima fotocopy bukti kepemilikan jaminan dan surat permohonan kredit lembar ke-1 dari customer service.

2) Melakukan penilaian atas jaminan dan membuat laporan atas hasil penilaian jaminan rangkap 2.

3) Menyerahkan fotocopy bukti kepemilikan jaminan, surat permohonan kredit lembar ke-1, dan laporan penilaian jaminan lembar ke-1 ke credit


(53)

4) Menerima surat keputusan pemberian kredit lembar ke-1 dan ke-2 dari manager komersil.

5) Menerima asli bukti kepemilikan jaminan dari debitur serta menyerahkan surat keputusan pemberian kredit lembar ke-1 dan ke-2 ke debitur.

6) Mencatat bukti asli kepemilikan jaminan kredit pada daftar jaminan kredit, serta memasukkan asli bukti kepemilikan jaminan pada tempat penyimpanan jaminan.

c. Credit Support

1) Menerima fotocopy bukti kepemilikan jaminan, surat permohonan kredit lembar ke-1, serta laporan penilaian jaminan lembar ke-1 dari account

officer.

2) Menganalisis kelayakan pemberian kredit berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh. Adapun fokus analisis yang dilakukan adalah tujuan penggunaan kredit oleh debitur, serta kelayakan jumlah kredit yang dimohon dengan nilai jaminan.

3) Membuat laporan analisis kelayakan kredit rangkap 2, kemudian menyerahkan fotocopy bukti kepemilikan jaminan, surat permohonan kredit lembar ke-1, laporan penilaian jaminan lembar ke-1, serta laporan analisis kelayakan kredit lembar ke-1 ke manager komersil.

4) Menyimpan laporan analisis kelayakan kredit lembar ke-2 sebagai arsip pertinggal.


(54)

d. Manager Komersil

1) Menerima fotocopy bukti kepemilikan jaminan, surat permohonan kredit lembar ke-1, laporan penilaian jaminan lembar ke-1, serta laporan analisis kelayakan kredit lembar ke-1 dari credit support.

2) Mempertimbangkan serta memutuskan pemberian kredit pada pemohon kredit. Jika permohonan kredit disetujui maka manager komersil akan membuat surat keputusan pemberian kredit rangkap 3.

3) Surat keputusan pemberian kredit lembar ke-1 dan ke-2 diserahkan ke

account officer.

4) Menyimpan fotocopy bukti kepemilikan jaminan, surat permohonan kredit lembar ke-1, laporan penilaian jaminan lembar ke-1, laporan analisis kelayakan kredit lembar ke-1, surat keputusan pemberian kredit lembar ke-3 sebagai arsip pertinggal.

e. Teller

1) Menerima surat keputusan pemberian kredit lembar ke-1 dan ke-2 dari debitur.

2) Menyiapkan uang tunai sebesar nilai kredit yang tercantum pada surat keputusan pemberian kredit, meminta tanda tangan debitur serta membubuhkan cap lunas pada surat keputusan pemberian kredit lembar ke-1 dan ke-2.

3) Menyerahkan uang tunai bersama surat keputusan pemberian kredit lembar ke-1 ke debitur.


(55)

4) Membuat laporan pencairan kredit rangkap 2 berdasarkan surat keputusan pemberian kredit lembar ke-2.

5) Menyerahkan surat keputusan pemberian kredit lembar ke-2 dan laporan pencairan kredit lembar ke-2 ke bagian pembukuan.

6) Menyerahkan laporan pencairan kredit ke manager operasional.

f. Pembukuan

1) Menerima surat keputusan pemberian kredit lembar ke-2 dan laporan pencairan kredit lembar ke-2 dari teller.

2) Membuat buku kredit atas nama debitur yang tertera pada surat keputusan pemberian kredit lembar ke-2.

3) Mencatat transaksi pencairan kredit pada jurnal pengeluaran kas berdasarkan laporan pencairan kredit lembar ke-2.

4) Menyimpan surat keputusan pemberian kredit lembar ke-2 dan laporan pencairan kredit lembar ke-2 sebagai arsip pertinggal.

Dengan demikian, urutan prosedur pemberian kredit yang diterapkan pada PT. BRI (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe adalah sebagai berikut:

1) Customer service menerima permohonan kredit calon debitur bersama fotocopy bukti kepemilikan jaminan, kemudian membuat surat permohonan kredit rangkap 2 atas nama debitur tersebut. Surat permohonan kredit lembar ke-1 dan fotocopy bukti kepemilikan jaminan diserahkan ke account officer.


(56)

2) Account service melakukan penilaian atas jaminan serta membuat laporan analisis jaminan rangkap 2. Surat permohonan kredit lembar ke-1 dan fotocopy bukti kepemilikan jaminan serta laporan analisis penilaian jaminan lembar ke-1 diserahkan ke credit support.

3) Credit support melakukan analisis kelayakan kredit serta serta membuat laporan analisis kelayakan kredit rangkap 2. Analisis difokuskan pada tujuan penggunaan kredit oleh debitur, serta kelayakan jumlah kredit yang dimohon dengan nilai jaminan. Surat permohonan kredit lembar ke-1, fotocopy bukti kepemilikan jaminan, laporan analisis penilaian jaminan lembar ke-1 serta laporan analisis kelayakan kredit lembar 1 diserahkan ke manager komersil. 4) Manager komersil mempertimbangkan pemberian kredit serta

memutuskannya. Jika permohonan kredit disetujui maka manager komersil akan membuat surat keputusan pemberian kredit rangkap 3. Surat keputusan pemberian kredit lembar ke-1 dan ke-2 diserahkan ke account officer.

5) Account service menerima asli bukti kepemilikan jaminan dan menyerahkan surat keputusan pemberian kredit lembar ke-1 dan ke-2 ke debitur untuk keperluan pencairan kredit ke teller.

6) Teller menerima surat keputusan pemberian kredit dari debitur serta mempersiapkan uang sebesar yang tertera pada surat keputusan tersebut. Kemudian mencap lunas serta meminta tanda tangan dari debitur pada surat keputusan pemberian kredit . Uang tunai bersama surat keputusan pemberian kredit lembar ke-1 diserahkan ke debitur. Pada sore hari teller membuat laporan pencairan kredit rangkap 2. Laporan pencairan kredit lembar ke-2 dan


(57)

surat keputusan pencairan kredit lembar ke-2 diserahkan ke bagian pembukuan, sedangkan laporan pencairan kredit lembar ke-1 diserahkan ke manager operasional.

7) Bagian pembukuan membuat buku kredit atas nama debitur yang tertera pada surat keputusan pemberian kredit lembar ke-2, serta mencatat transaksi pencairan kredit pada jurnal pengeluaran kas berdasarkan laporan pencairan kredit lembar 2. Surat keputusan pemberian kredit lembar ke-2 dan laporan pencairan kredit lembar ke-2 disimpan sebagai arsip pertinggal.

Untuk lebih jelasnya, flowchart pemberian kredit yang diterapkan pada PT. BRI (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe dapat dilihat pada Gambar 3.2.


(58)

Menerima Fotocopy BKJ serta mengisi Fotocopy BKJ 2

SPK 1

Fotocopy BKJ SPK 1

Melakukan penilaian atas jaminan Fotocopy BKJ SPK 1

2

LPJ 1

Fotocopy BKJ SPK 1

LPJ 1

T Menganalisi s kelayakan pemberian Fotocopy BKJ SPK 1

LPJ 1

2

LAKK 1

Fotocopy BKJ SPK 1

LPJ 1

LAKK 1

Mempertimbangkan dan memutuskan pemberian kredit 3

2

SKPK 1

2

SKPK 1

Menerima Asli BKJ dan menyerahkan SKPP ke debitur Asli BKJ Daftar Jaminan Kredit 2 SKPK 1 Memcairkan kredit dan mencap lunas 2

SKPK 1

Uang 2

LPK 1

LPK 2

SKPK 2

Kartu Kredit Membuat kartu kredit atas Jurnal Pengeluaran Kas TPJ T T T T Calon Debitur Ke manajer Operasional Ke Debitur Keterangan:

BKJ = Bukti kepemilikan jaminan SPK = Surat permohonan kredit LPJ = Laporan penilaian jaminan LAKK = Laporan analisis kelayakan kredit SKPK = Surat keputusan pemberian kredit LPK = Laporan pencairan kredit TPJ = Tempat penyimpanan jaminan


(59)

5. Prosedur Pengawasan Tunggakan Kredit

Prosedur pengawasan tunggakan kredit pada PT. BRI (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe merupakan suatu prosedur untuk menangani kredit bermasalah dengan jumlah tungakan satu bulan ke atas, dengan tujuan untuk berupaya merealisasi tunggakan kredit tersebut. Caranya adalah dengan mengetahui sebab-sebab terjadinya tunggakan, kemudian mencari cara untuk mengatasi sebab-sebab-sebab-sebab terjadinya tunggakan tersebut. Bagian-bagian yang terkait dengan prosedur pengawasan tunggakan kredit adalah: bagian pembukuan dan account officer. Adapun peranan masing-masing bagian yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari angsuran kredit adalah sebagai berikut:

a. Bagian Pembukuan

1) Membuat daftar nama-nama debitur yang pembayaran angsuran kreditnya menunggak 1 bulan ke atas berdasarkan buku kredit, yang disebut dengan daftar tunggakan (rangkap 2).

2) Menyerahkan daftar tunggakan lembar ke-1 ke account officer. 3) Menerima laporan hasil kunjungan lembar ke-1 dari account officer. 4) Mencatat iktisar laporan hasil kunjungan pada daftar tunggakan lembar

ke-2. Pada umumnya, iktisar kunjungan tersebut terdiri dari: alasan debitur atas tunggakan kredit, tanggal pembayaran tunggakan yang dijanjikan debitur, serta catatan singkat atas keadaan ekonomi debitur yang dibuat oleh account officer.


(60)

5) Menyerahkan laporan hasil kunjungan lembar ke-1 ke manager operasional, serta menyimpan daftar tunggakan lembar ke-2 sebagai arsip pertinggal.

b. Account Officer

1) Menerima daftar tunggakan lembar ke-1 dari bagian pembukuan.

2) Mengunjungi debitur yang menunggak. Pada debitur ditanyakan kenapa menunggak dan kapan waktu pembayaran tunggakan kredit akan dilakukan. Account officer juga melakukan pengamatan fisik terhadap usaha debitur, yang kemudian dirangkum dalam suatu laporan hasil kunjungan (rangkap 2).

3) Laporan hasil kunjungan lembar k-1 diserahkan ke bagian pembukuan, sedangkan laporan hasil kunjungan lembar ke-2 diserahkan ke manager komersil.

4) Menyimpan daftar tunggakan lembar ke-1 sebagai arsip pertinggal.

Dengan demikian, urutan prosedur pengawasan tunggakan kredit yang diterapkan pada PT. BRI (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe adalah sebagai berikut:

1) Bagian pembukuan mendaftar debitur yang menunggak 1 bulan ke atas berdasarkan buku kredit. Daftar tunggakan tunggakan dibuat rangkap 2, dan lembar ke-1 diserahkan ke account officer.

2) Account officer, mengunjungi debitur serta membuat laporan hasil kunjungan rangkap 2. Laporan hasil kunjungan lembar ke-1


(61)

diserahkan ke bagian pembukuan, sedangkan laporan hasil kunjungan lembar ke- diserahkan ke manager komersil.

3) Bagian pembukuan mencatat iktisar laporan hasil kunjungan pada daftar tunggakan lembar ke-2, kemudian menyerahkan laporan hasil kunjungan tersebut ke manager operasional.

Untuk lebih jelasnya, flowchart prosedur pengawasan tunggakan kredit yang diterapkan pada PT. BRI (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe dapat dilihat pada Gambar 3.3.


(62)

Gambar 3.3.

Flowchart Pengawasan Tunggakan Kredit

Pembukuan Account Officer

Kartu Kredit

Membuat daftar nama-nama debitur

yang menunggak lebih 1 bulan

2 DT 1

DT 1

Mengunjungi debitur yang tertera

pada DT, dan membuat laporan

DT 1 2

LHK 1

Mengiktisar isi LHK pada kolom keterangan DT- 2

LHK 1

T Ke Manager Komersil Ke Manager Operasional Keterangan:

DT = Daftar tunggakan

LHK = Laporan hasil kunjungan


(63)

B. Pembahasan Hasil Analisis 1. Prosedur Pemberian Kredit

Keputusan pemberian kredit pada PT. BRI (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe berada di tangan manager komersil. Sedangkan formulir-formulir yang digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan tersebut adalah fotocopy bukti kepemilikan jaminan dari debitur, surat permohonan kredit dari customer

service, laporan penilaian jaminan dari account officer, serta laporan analisis

kelayakan kredit yang dibuat oleh credit support.

Dari hasil penelitian yang telah dijelaskan pada BAB III diketahui bahwa prosedur pemberian kredit diawali dari customer service yang menerima permohonan kredit calon debitur bersama fotocopy bukti kepemilikan jaminan, kemudian membuat surat permohonan kredit rangkap 2 atas nama debitur tersebut. Surat permohonan kredit lembar ke-1 dan fotocopy bukti kepemilikan jaminan diserahkan ke account officer, Account service melakukan penilaian atas jaminan serta membuat laporan analisis jaminan rangkap 2. Surat permohonan kredit lembar ke-1 dan fotocopy bukti kepemilikan jaminan serta laporan analisis penilaian jaminan lembar ke-1 diserahkan ke credit support. Credit support melakukan analisis kelayakan kredit dengan cara menganalisis tujuan penggunaan kredit oleh debitur serta kelayakan jumlah kredit yang dimohon dengan nilai jaminan, yang hasilnya dibuat dalam laporan analisis kelayakan (rangkap 2). Surat permohonan kredit lembar ke-1, fotocopy bukti kepemilikan jaminan, laporan analisis penilaian jaminan lembar ke-1 serta laporan analisis kelayakan kredit lembar 1 diserahkan ke manager komersil. Manager komersil


(64)

mempertimbangkan pemberian kredit serta memutuskannya. Jika permohonan kredit disetujui maka manager komersil akan membuat surat keputusan pemberian kredit rangkap 3. Surat keputusan pemberian kredit lembar ke-1 dan ke-2 diserahkan ke account officer. Account service menerima asli bukti kepemilikan jaminan dan menyerahkan surat keputusan pemberian kredit lembar ke-1 dan ke-2 ke debitur untuk keperluan pencairan kredit ke teller. Teller menerima surat keputusan pemberian kredit dari debitur serta mempersiapkan uang sebesar yang tertera pada surat keputusan tersebut. Kemudian mencap lunas serta meminta tanda tangan dari debitur pada surat keputusan pemberian kredit . Uang tunai bersama surat keputusan pemberian kredit lembar ke-1 diserahkan ke debitur. Pada sore hari, teller membuat laporan pencairan kredit rangkap 2. Laporan pencairan kredit lembar ke-2 dan surat keputusan pencairan kredit lembar ke-2 diserahkan ke bagian pembukuan, sedangkan laporan pencairan kredit lembar ke-1 diserahkan ke manager operasional. Bagian pembukuan membuat buku kredit atas nama debitur yang tertera pada surat keputusan pemberian kredit lembar ke-2, serta mencatat transaksi pencairan kredit pada jurnal pengeluaran kas berdasarkan laporan pencairan kredit lembar 2. Surat keputusan pemberian kredit lembar ke-2 dan laporan pencairan kredit lembar ke-2 disimpan sebagai arsip pertinggal.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor pertimbangan utama dalam keputusan pemberian kredit yang diterapkan pada PT. BRI (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe adalah kelayakan jumlah kredit yang diminta debitur dibanding dengan nilai nilai benda yang dijaminkan. Formulir laporan analisis kelayakan kredit hanya memuat jumlah permohonan kredit dan nilai likuidasi


(65)

jaminan, tujuan penggunaan kredit oleh debitur, serta pendapat credit support atas layak tidaknya permohonan kredit tersebut. Dalam hal ini, jumlah pinjaman yang diberikan terbatas pada nilai likuidasi jaminan, bukan sebesar nilai pasar. Ini berarti jumlah kredit yang diberikan selalu lebih kecil dari nilai pasar jaminan kredit. Kebijakan tersebut ditujukan untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian akibat tidak tertagihnya kredit di kemudian hari. Jika pada akhirnya debitur tidak sanggup melunasi angsuran kreditnya maka realisasi penjualan jaminan kredit diharapkan dapat menutup kerugian kredit ditambah bunga kredit.

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa kebijakan perusahaan dalam mengelola pemberian kreditnya masih kurang tepat. Dasar pertimbangan kredit seharusnya juga memasukkan unsur kelayakan usaha. Artinya, credit support harus melakukan analisis secara mendalam tentang kemampuan membayar debitur dikemudian hari. Kemungkinan membayar tersebut dapat diprediksi dengan cara menganalisis kelayakan usaha atau kelayakan pekerjaan debitur. Jika terdapat banyak informasi yang menunjukkan bahwa usaha dan pekerjaan debitur cukup berprospek, ini berarti kemungkinan membayar debitur cukup baik. Jika kemampuan membayar debitur cukup baik maka bank dapat memberikan kredit dengan jumlah yang lebih tinggi dari nilai likuidasi jaminan, bahkan lebih tinggi atau minimal sama dengan nilai pasar jaminan.

Umum diketahui bahwa tujuan pemberian kredit bukan hanya sekedar menjaga kelangsungan hidup bank, tetapi juga untuk meningkatkan kemampuan usaha debitur. Bank dan debitur mempunyai hubungan yang saling menguntungkan, dimana bank menyediakan modal sedangkan debitur


(66)

menggunakan modal. Dengan penyediaan modal maka bank akan mendapat bunga, sedangkan debitur memperoleh peningkatan laba usaha.

Kesimpulan yang dapat dibuat dari uraian di atas adalah bahwa PT. BRI (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe belum dapat mengelola pemberian kreditnya dengan baik, karena dasar pertimbangan untuk membuat keputusan mengenai jumlah kredit yang disetujui masih kurang memadai. Jika jumlah kredit lebih dominan mempertimbangkan kelayakan jaminan maka dapat dipastikan bahwa akan banyak pinjaman kredit yang diberikan menjadi kredit bermasalah di kemudian hari, karena kelayakan jaminan belum menjamin bahwa debitur akan mampu melunasi pinjamannya dikemudian hari. Keadaan ini akan menyebabkan banyaknya kredit macet, yang berarti piutang perusahaan akan semakin banyak.

2. Prosedur Pengawasan Tunggakan Kredit

Menurut pengendalian kredit yang baik, setelah kredit diberikan maka perbankan harus secara aktif melakukan pengawasan atas kredit yang diberikan. Perbankan harus memperhatikan gejala memburuk dengan cara membandingkan laporan keuangan usaha debitur yang berurutan. Hendaknya diminta laporan usaha debitur misalnya satu kali dalam sebulan, sehingga dapat diketahui apakah gejala memburuk itu berlangsung terus atau tidak.

Pada PT. BRI (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe tidak terdapat prosedur pengawasan terhadap kelancaran usaha debitur. Dalam hal ini bank tidak mewajibkan kepada para debitur agar memberikan laporan keuangan secara berkala kepada bank. Alasannya adalah, para debitur bank banyak yang berasal


(67)

dari usaha golongan kecil dan menengah yang tidak mempunyai laporan keuangan. Untuk mengatasi masalah tersebut maka sebaiknya bank menyediakan formulir isian yang diberikan kepada debitur. Formulir tersebut berisi mengenai perkembangan usaha, seperti omset penjualan dan laba serta data lainnya yang dapat menunjukkan perkembangan usaha debitur. Dengan demikian, pihak bank dapat menganalisis dan mengetahui secara lebih dini jika usaha debitur menunjukkan gejala memburuk. Jika terdapat gejala memburuk maka bank dapat mencari solusi penyelesaian untuk disarankan kepada debitur, sehingga resiko kegagalan usaha menjadi lebih kecil dan resiko terjadinya tunggakan juga kecil. Dengan demikian bank seharusnya membuat prosedur pelaporan usaha dari debitur, sehingga semua kredit yang diberikan dapat diawasi dengan baik walaupun tunggakan belum terjadi.

Prosedur pengawasan yang terdapat pada PT. BRI (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe adalah prosedur pengawasan tunggakan kredit, yang merupakan suatu prosedur untuk menangani kredit bermasalah dengan jumlah tungakan satu bulan ke atas, dengan tujuan untuk berupaya merealisasi tunggakan kredit tersebut. Terdapat dua bagian yang terkait dengan prosedur pengawawan tunggakan kredit, yaitu bagian pembukuan dan account officer. Bagian pembukuan berperan membuat daftar nama-nama debitur yang pembayaran angsurannya menunggak, sedangkan account officer berperan mengunjungi debitur untuk menyelidiki sebab-sebab terjadinya tunggakan kredit tersebut.

Prosedur pengawasan tunggakan kredit dimulai dari bagian pembukuan yang mendaftar debitur yang menunggak 1 bulan ke atas berdasarkan buku


(1)

menggunakan modal. Dengan penyediaan modal maka bank akan mendapat bunga, sedangkan debitur memperoleh peningkatan laba usaha.

Kesimpulan yang dapat dibuat dari uraian di atas adalah bahwa PT. BRI (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe belum dapat mengelola pemberian kreditnya dengan baik, karena dasar pertimbangan untuk membuat keputusan mengenai jumlah kredit yang disetujui masih kurang memadai. Jika jumlah kredit lebih dominan mempertimbangkan kelayakan jaminan maka dapat dipastikan bahwa akan banyak pinjaman kredit yang diberikan menjadi kredit bermasalah di kemudian hari, karena kelayakan jaminan belum menjamin bahwa debitur akan mampu melunasi pinjamannya dikemudian hari. Keadaan ini akan menyebabkan banyaknya kredit macet, yang berarti piutang perusahaan akan semakin banyak.

2. Prosedur Pengawasan Tunggakan Kredit

Menurut pengendalian kredit yang baik, setelah kredit diberikan maka perbankan harus secara aktif melakukan pengawasan atas kredit yang diberikan. Perbankan harus memperhatikan gejala memburuk dengan cara membandingkan laporan keuangan usaha debitur yang berurutan. Hendaknya diminta laporan usaha debitur misalnya satu kali dalam sebulan, sehingga dapat diketahui apakah gejala memburuk itu berlangsung terus atau tidak.

Pada PT. BRI (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe tidak terdapat prosedur pengawasan terhadap kelancaran usaha debitur. Dalam hal ini bank tidak mewajibkan kepada para debitur agar memberikan laporan keuangan secara berkala kepada bank. Alasannya adalah, para debitur bank banyak yang berasal


(2)

dari usaha golongan kecil dan menengah yang tidak mempunyai laporan keuangan. Untuk mengatasi masalah tersebut maka sebaiknya bank menyediakan formulir isian yang diberikan kepada debitur. Formulir tersebut berisi mengenai perkembangan usaha, seperti omset penjualan dan laba serta data lainnya yang dapat menunjukkan perkembangan usaha debitur. Dengan demikian, pihak bank dapat menganalisis dan mengetahui secara lebih dini jika usaha debitur menunjukkan gejala memburuk. Jika terdapat gejala memburuk maka bank dapat mencari solusi penyelesaian untuk disarankan kepada debitur, sehingga resiko kegagalan usaha menjadi lebih kecil dan resiko terjadinya tunggakan juga kecil. Dengan demikian bank seharusnya membuat prosedur pelaporan usaha dari debitur, sehingga semua kredit yang diberikan dapat diawasi dengan baik walaupun tunggakan belum terjadi.

Prosedur pengawasan yang terdapat pada PT. BRI (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe adalah prosedur pengawasan tunggakan kredit, yang merupakan suatu prosedur untuk menangani kredit bermasalah dengan jumlah tungakan satu bulan ke atas, dengan tujuan untuk berupaya merealisasi tunggakan kredit tersebut. Terdapat dua bagian yang terkait dengan prosedur pengawawan tunggakan kredit, yaitu bagian pembukuan dan account officer. Bagian pembukuan berperan membuat daftar nama-nama debitur yang pembayaran angsurannya menunggak, sedangkan account officer berperan mengunjungi debitur untuk menyelidiki


(3)

kredit. Daftar tunggakan tunggakan dibuat rangkap 2, dan lembar ke-1 diserahkan ke account officer. Account officer, mengunjungi debitur serta membuat laporan hasil kunjungan rangkap 2. Laporan hasil kunjungan lembar ke-1 diserahkan ke bagian pembukuan, sedangkan laporan hasil kunjungan lembar ke-2 diserahkan ke manager komersil. Bagian pembukuan mencatat iktisar laporan hasil kunjungan pada daftar tunggakan lembar ke-2, kemudian menyerahkan laporan hasil kunjungan tersebut ke manager operasional.

Kelemahan yang ditemukan pada prosedur pengawasan tunggakan kredit di atas adalah batas waktu tunggakan yang kurang mendapat pengawasan. Perusahaan hanya mengawasi pembayaran angsuran yang menunggak 1 bulan ke atas, sehingga tindakan pengawasan yang dilakukan perusahaan menjadi cukup terlambat. Seharusnya, begitu debitur terlambat melakukan pembayaran angsuran beberapa hari, maka bagian pembukuan harus langsung mendaftarkannya pada daftar tunggakan, dan account officer harus segera mengunjungi debitur tersebut.

Jika perusahaan hanya mendatangi debitur yang menunggak 1 bulan ke atas, maka akan banyak debitur yang tidak disiplin dengan waktu pembayaran angsurannya, dan akibatnya akan banyak debitur yang menunggak. Demikian juga dengan jumlah tunggakan kredit yang sebenarnya masih lebih besar dari yang dicatat, karena besar kemungkinan terdapat banyak debitur yang belum membayar angsuran hingga beberapa hari dari tanggal jatuh tempo.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor pertimbangan utama dalam membuat keputusan mengenai keputusan dan jumlah kredit yang disetujui pada PT. BRI (Persero), Tbk Cabang Kabanjahe adalah kelayakan jumlah kredit yang diminta debitur dibanding dengan nilai benda yang dijaminkan.

2. Bank tidak mewajibkan debitur untuk memberikan laporan usaha secara periodik, sehingga bank tidak dapat mengetahui secara lebih dini kemungkinan akan terjadinya tunggakan kredit.

3. Prosedur pengawasan tunggakan kredit pada bank belum memadai karena pengawasan hanya dilakukan untuk debitur yang menunggak 1 bulan ke atas.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat dibuat beberapa saran, yaitu:

1. Sebaiknya bank mempertimbangkan kelayakan usaha atau pekerjaan debitur dalam membuat keputusan jumlah kredit yang disetujui


(5)

3. Sebaiknya bank melakukan pengawasan terhadap debitur yang belum melakukan pembayaran angsuran hingga beberapa hari dari tanggal jatuh tempo, bukan hanya mengawasi debitur yang menunggak 1 bulan ke atas.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Hartadi, Bambang, 2002, Auditing II, Cetakan Kelima, Andi Offset, Yogyakarta.

Hartadi, Bambang, 2003. Sistem Pengendalian Intern: Dalam Hubungannya dengan Manajemen dan Audit, Edisi Ketiga, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Handoko, T. Hani, 2003, Pengantar Manajemen, Edisi Kedua, Cekatan Kesebelas, BPFE, Yogyakarta.

Holmes, Arthur, W. dan David C. Burns, 2002, Auditing : Standard and Procedures, 9th Edition, Auditing : Norma dan Prosedur, Alih Bahasa: Moh. Badjuri, Buku Satu, Edisi Kesembilan, Erlangga, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2001, Standar Profesional Akuntan Publik, Cetakan Pertama, Salemba Empat, Jakarta.

Kasmir, 2003, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam, Cetakan Kesembilan: Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kasmir, 2008, Manajemen Perbankan, Edisi Pertama, Cetakan Ketujuh: Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Mulyani, Sri, 2004, Buku Petunjuk Teknik Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Nazir, Mohammad, 2003, Metode Penelitian, Cetakan Keempat, Ghalia Indoensia, Jakarta.

Santoso, Ruddy Tri, 2001, Kredit Usaha Perbankan, Edisi Pertama, Cetakan Keenam, Andi Ofset, Yogyakarta.

Suyatno, Thomas, et.al., 2003, Dasar-dasar Perkreditan, Cetakan Ketiga, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Tamba, Rivelina, 2008. Masalah Pemberian Kredit dan Penagihan Piutang Pada Koperasi Kredit Pardomuan Pakkat Kabupaten Humbahas, Skripsi, Jurusan Akuntansi, Universitas HKBP Nommensen, Medan.