Teknik Deskripsi Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat

sebagai kepercayaan kepada Tuhan atau dewa serta dengan ajaran dan kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Maka, penerjemahan ad-dîn dan millatun dengan Agama kurang tepat, karena ad-dîn berarti umum sedangkan millatun memiliki mana khusus, yaitu syari’at dan dipakai dalam konteks yang khusus pula.

2. Teknik Deskripsi

Teknik deskripsi adalah teknik penerjemahan dengan menjelaskan makna kata Bahasa Sumber di dalam bahasa penerima seperti tampak pada perubahan kata menjadi frase atau frase yang sederhana menjadi frase yang kompleks. Syihabuddin, 2002 : 124. Menurut Syihabuddin 2002 : 120-121 Penyamaan konsep Bahasa Sumber dengan konsep Bahasa Penerima pada Teknik Deskripsi memiliki 4 Pola, yakni : Kt  F Kt + Kt, Kt  F=F1 Kt+Kt, Kt = Kt FKt+Kt, Kt  F=F1{Kt=F2Kt +Kt}. Contoh penerjemahan menggunakan pola-pola diatas : Pola Kt  F Kt + Kt Rumusan ini berarti penerjemah menjelaskan makna kata Kt BS dengan sebuah frase F didalam BP yang terdiri atas beberapa kata Kt+Kt Syihabuddin, 2002 : 120. Misalnya, pada makna kata al- ‘azίz Kt dideskripsikan  dengan frase Maha perkasa F yang terdiri atas kata Maha Kt + perkasa Kt. lā ilāha illā huwa al-‘azίzu l-hakίm ‘...Tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Universitas Sumatera Utara Bijaksana.‘ Pola Kt  F=F1 Kt+Kt Rumusan ini berarti penerjemah menjelaskan makna kata Kt BS dengan sebuah Frase bertingkat satu F1 didalam BP yang terdiri atas dua kata Kt + Kt Syihabuddin, 2002 : 120. walākin kāna hanίfan musliman ‘...akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri kepada Allah...’ wa tawaffanā ma‘a al-abrāri ‘...dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti’ Pola Kt= Kt  F Kt + Kt Rumusan ini berarti penerjemah menyamakan sebuah Kata Kt dengan Kata Kt lain didalam BS. Kemudian makna kata tersebut dijelaskan dengan sebuah Frase F didalam BP yang terdiri atas dua kata Kt + Kt. Syihabuddin, 2002: 120. wallāhu khabίrun bimā ta‘malūna ‘...Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan’ Universitas Sumatera Utara Pola Kt  F=F1{Kt=F2Kt +Kt} Rumusan ini berarti bahwa makna kata Kt BS dideskripsikan dengan frase bertingkat F2 Syihabuddin, 2002 : 121. Misalnya, makna kata Muhsinîna dijelaskan frase Orang-orang yang berbuat kebajikan. Sebenarnya pola ini sama dengan pola Kt  F, tetapi penjelasannya lebih luas, seperti tercermin dari struktur frase. wallāhu yuhibbu l-muhsinίna ‘...dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan’ Ketepatan makna penerjemahan dengan menggunakan pola diatas : Pemakaian pola seperti diatas menimbulkan masalah hilangnya unsur-unsur makna kata BS. Penerjemahan al- ‘azίz dengan Maha Perkasa menghilangkan komponen- komponen semantis yang terkandung didalamnya, karena maha perkasa hanya menggambarkan satu dari empat makna yang ada : a sangat langka, b sangat dibutuhkan oleh semua orang, c sangat mulia, d tidak dapat dikalahkan oleh hal lain. Syihabuddin, 2002:122. KBBI 2007 mengartikan perkasa dengan kuat dan tangguh serta berani, gagah berani, kuat dan berkuasa, hebat dan keras. Kamus Umum Bahsa Indonesia 1886:740 mengartikan perasa dengan gagah berani, kuat, berkuasa, hebat, gagah. Maka penerjemahan kata al- ‘azίz dengan Maha Perkasa kurang tepat, karena menghilangkan banyak makna BS. Sebaiknya ia dialihkan ke BP menjadi al- ‘azίz. Syihabuddin, 2002 : 122. Namun secara umum, pemakaian pola-pola penerjemahan diatas menghasilkan terjemahan yang tepat dan dapat difahami oleh pemakai BP. Minimnya kasus-kasus kekurangtepatan dalam penerjemahan menunjukkan suatu kecenderungan bahwa pada Universitas Sumatera Utara umumnya cara penjelasan dapat mengungkapkan makna BS di dalam BP. Syihabuddin, 2002 : 122.

3. Teknik Integratif