Pengambilan Sampel Pembuatan Serbuk Simplisia Pemeriksaan Organoleptis Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

18 ammonium molibdat, asam sulfat, asam klorida, aquadest CV. Rudang Jaya, dan Vitamin C baku pabrik CSPC Weisheng Pharmaceutical. 3.4 Pembuatan Pereaksi 3.4.1 Larutan Fosfomolibdat Larutan pereaksi mengandung ammonium molibdat 4 mM, natrium fosfat 28 mM, dan asam sulfat 600 mM. Dilarutkan 16,3 ml H 2 SO 4 98 dalam 12 ml aquadest dalam labu tentukur 500 ml, kemudian ditambahkan 2,296 gram natrium fosfat dan 2,472 gram ammonium molibdat dan dicukupkan hingga garis tanda Prieto, et al., 1999. Data dapat dilihat pada Lampiran 1. 3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah rimpang temulawak Curcuma xanthorrhiza Roxb. yang diambil dari pasar tradisional Beruang di Jalan Beruang Kecamatan Medan-Perjuangan sedangkan sediaan jadi temulawak diambil dari Brastagi Supermarket di Jalan Gatot Subroto No. 288 Kecamatan Medan-Petisah. Ciri-ciri rimpang yang dipilih adalah rimpang induk yang tidak memiliki rimpang anakan cabang, memiliki kulit berwarna kuning kecoklatan dan daging berwarna jingga tua. Pengambilan sampel dilakukan secara purposif. Metode pengambilan sampel purposif ini ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang tidak terambil mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel yang diteliti Sudjana, 2005. Universitas Sumatera Utara 19

3.5.2 Pembuatan Serbuk Simplisia

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang temulawak Curcuma xanthorrhiza Roxb.. Rimpang temulawak yang masih segar disortasi basah dan ditimbang. Selanjutnya rimpang diiris-iris dengan ketebalan 2-5 mm, lalu dikeringkan selama 3-8 hari dengan cara diangin-anginkan. Irisan rimpang yang kering ditandai dengan rapuh saat dipatahkan. Kemudian sampel dihaluskan dengan menggunakan blender sehingga diperoleh serbuk simplisia.

3.5.3 Pemeriksaan Organoleptis

Pemeriksaan organoleptis dilakukan dengan cara mengamati dengan bentuk, warna, rasa rimpang temulawak Curcuma xanthorrhiza Roxb.. 3.5.4 Analisis Kuantitatif 3.5.4.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Vitamin C Ditimbang setara 50 mg vitamin C, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dengan aquadest sampai garis tanda. Diperoleh LIB I dengan konsentrasi vitamin C sebesar 1.000 µgml. 3.5.4.2 Panjang Gelombang Maksimum Dipipet 1,2 ml LIB I, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda 120 µgml. Dari larutan ini dipipet 0,5 ml dan dicampur dengan 5,0 ml larutan pereaksi yang mengandung amonium molibdat 4 mM, natrium fosfat 28 mM, dan asam sulfat 600 mM sehingga didapat larutan dengan konsentrasi 10,9090 µgml, kemudian diinkubasi selama 90 menit pada suhu 95°C. Didinginkan larutan pada suhu kamar kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 400-800 nm. Universitas Sumatera Utara 20

3.5.4.3 Waktu Kerja Operating Time

Dipipet 1,2 ml LIB I, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda 120 µgml. Dari larutan ini dipipet 0,5 ml dan dicampur dengan 5,0 ml larutan pereaksi yang mengandung ammonium molibdat 4 mM, natrium fosfat 28 mM, dan asam sulfat 600 mM sehingga didapat larutan dengan konsentrasi 10,9090 µgml, kemudian diinkubasi selama 90 menit pada suhu 95°C. Didinginkan larutan pada suhu kamar kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh. Pengukuran dilanjutkan setiap satu menit sampai menit ke 30. Data pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 3.

3.5.4.4 Kurva Kalibrasi Vitamin C

Dari LIB I dipipet 0,6 ml; 0,8 ml; 1 ml; 1,2 ml; 1,4 ml dan 1,6 ml ke labu tentukur 10 ml, dicukupkan volumenya dengan aquadest hingga garis tanda untuk mendapatkan konsentrasi 60 µgml; 80 µgml; 100 µgml; 120 µgml; 140 µgml dan 160 µgml. Dipipet masing-masing 0,5 ml dan dicampur dengan 5,0 ml larutan pereaksi yang mengandung ammonium molibdat 4 mM, natrium fosfat 28 mM, dan asam sulfat 600 mM sehingga didapat larutan dengan konsentrasi 5,4545 µgml; 7,2727 µgml; 9,0909 µgml; 10,9090 µgml; 12,7272 µgml dan 14,5454 µgml, kemudian diinkubasi selama 90 menit pada suhu 95°C dan didinginkan pada suhu kamar kemudian diukur absorbansi pada panjang gelombang maksimum dalam rentang operating time yang telah diperoleh. Data pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 5. Universitas Sumatera Utara 21

3.5.4.5 Kapasitas Antioksidan dari Serbuk Simplisia Rimpang Temulawak

Ditimbang serbuk simplisia temulawak sebanyak 100 mg, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan dengan aquadest hingga garis tanda konsentrasi larutan = 10.000 µgml. Lalu disaring. Filtrat dipipet sebanyak 0,5 ml dan dicampur dengan 5,0 ml larutan pereaksi yang mengandung ammonium molibdat 4 mM, natrium fosfat 28 mM, dan asam sulfat 600 mM sehingga didapat larutan dengan konsentrasi 909,0909 µgml, kemudian diinkubasi selama 90 menit pada suhu 95°C. Didinginkan larutan pada suhu kamar kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum dalam rentang operating time yang telah diperoleh. Kapasitas antioksidan dinyatakan dalam mg vitamin C yang ekivalen dengan 1 gram sampel. Data pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 7.

3.5.4.6 Kapasitas Antioksidan dari Serbuk Simplisia Temulawak dengan Maserasi

Ditimbang serbuk simplisia sebanyak 200 gram dan dimasukkan ke dalam sebuah bejana kaca berwarna gelap, kemudian dituangi dengan 1.500 ml aquadest, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk. Diperas dan diserkai hingga didapat maserat. Ampas direndam kembali dengan 500 ml aquadest. Biarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari, dienap tuangkan atau disaring. Semua maserat digabungkan dan dicukupkan hingga 2 liter Ditjen POM, 1979. Maserat dipipet sebanyak 2 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan dengan aquadest hingga garis tanda konsentrasi larutan = 20.000 µgml. Dari larutan ini dipipet 0,5 ml dan dicampur dengan 5,0 ml Universitas Sumatera Utara 22 larutan pereaksi yang mengandung ammonium molibdat 4 mM, natrium fosfat 28 mM, dan asam sulfat 600 mM sehingga didapat larutan dengan konsentrasi 1818,1818 µgml, kemudian diinkubasi selama 90 menit pada suhu 95°C. Didinginkan larutan pada suhu kamar kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum dalam rentang operating time yang telah diperoleh. Kapasitas antioksidan dinyatakan dalam mg vitamin C yang ekivalen dengan 1 gram sampel. Data pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 9.

3.5.4.7 Kapasitas Antioksidan dari Sediaan Jadi Temulawak di Pasaran

Serbuk sediaan jadi temulawak digerus dalam lumpang sampai halus. Ditimbang sebanyak 100 mg serbuk sediaan jadi temulawak, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan dengan aquadest hingga garis tanda konsentrasi larutan = 10.000 µgml. Disaring. Filtrat dipipet sebanyak 2 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan dengan aquadest hingga garis tanda konsentrasi larutan = 2.000 µgml. Dari larutan ini dipipet 0,5 ml dan dicampur dengan 5,0 ml larutan pereaksi yang mengandung ammonium molibdat 4 mM, natrium fosfat 28 mM, dan asam sulfat 600 mM sehingga didapat larutan dengan konsentrasi 181,8181 µgml, kemudian diinkubasi selama 90 menit pada suhu 95°C. Didinginkan larutan pada suhu kamar kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum dalam rentang operating time yang telah diperoleh. Kapasitas antioksidan dinyatakan dalam mg vitamin C yang ekivalen dengan 1 gram sampel. Data pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 11. Universitas Sumatera Utara 23

3.5.5 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi atau Limit of Detection LOD merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi atau Limit of Quantitation LOQ merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Menurut Harmita 2004, batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Simpangan Baku = 2 n Yi Y 2 − − ∑ LOD = slope SB x 3 LOQ = slope SB x 10 Data pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 14.

3.5.6 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali Recovery

Dokumen yang terkait

UJI EFEK STIMULANSIA INFUSA RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) PADA MENCIT JANTAN Uji Efek Stimulansia Infusa Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Pada Mencit Jantan Galur Swiss.

0 2 11

PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) TERHADAP KADAR Pengaruh Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) Terhadap Kadar Kolesterol Total Pada Tikus Putih Hiperlipidemia.

0 0 13

PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMULAWAK(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) TERHADAP Pengaruh Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak(Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) Terhadap Daya Antiinflamasi Natrium Diklofenak Pada Tikus.

0 2 13

Pembuatan Sediaan Krim Antiakne Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb).

0 1 5

Pengukuran Kapasitas Antioksidan Dalam Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) Secara Spektrofotometri Sinar Tampak

0 0 14

Pengukuran Kapasitas Antioksidan Dalam Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) Secara Spektrofotometri Sinar Tampak

0 0 2

Pengukuran Kapasitas Antioksidan Dalam Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) Secara Spektrofotometri Sinar Tampak

0 0 6

Pengukuran Kapasitas Antioksidan Dalam Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) Secara Spektrofotometri Sinar Tampak

0 0 10

Pengukuran Kapasitas Antioksidan Dalam Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) Secara Spektrofotometri Sinar Tampak

0 0 2

Pengukuran Kapasitas Antioksidan Dalam Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) Secara Spektrofotometri Sinar Tampak

0 0 31