Pengetahuan Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar Tentang Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar, Kecamantan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

(1)

1

PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA PERUMNAS SIMALINGKAR

TENTANG PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN NARKOBA

(Studi Deskriptif Pada Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar, Kecamatan Pancur

Batu, Kabupaten Deli Serdang)

DISUSUN OLEH :

SEMPATI ULIARTHA TAMBUNAN (100901069)

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

2 ABSTRAKSI

Masalah narkoba kini menjadi masalah besar yang dihadapi seluruh bangsa. Penyalahgunaan dan peredaran narkoba secara gelap semakin tinggi di Indonesia. Narkoba telah merebak di semuan kalangan masyarakat. Masyarakat perlu mengetahui dampak-dampak yang ditimbulkan dari kejahatan narkoba. Informasi mengenai bahaya penyalahgunaan dan peredaran narkoba sangat diperlukan oleh seluruh masyarakat sehingga pencegahannya ikut terealisasi. Peranan agen-agen sosialisasi yang utama dan berkaitan langsung dalam memberikan informasi mengenai bahaya penyalahgunaan dan peredaran narkoba juga sangat penting dan berpengaruh pada upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat. Keluarga dan BNN adalah agen-agen sosialisasi yang sama-sama memiliki peranan yang sangat membantu mensosialisasikan bahaya narkoba dalam masyarakat.

Penelitian ini bertujuan adalah untuk mengetahui bagaimana pengetahuan masyarakat Desa Perumnas Simalingkar tentang penyalahgunaan dan peredaran narkoba serta bagaimana gambaran keluarga dan BNN sebagai agen sosialisasi.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menggambarkan pengetahuan masyarakat desa serta keluarga dan BNN sebagai agen sosialisasi secara objektif dan faktual, dengan melihat pandangan masyarakat. Adapun lokasi dalam penelitian ini di Desa Perumnas Simalingkar, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan berjumlah 100 orang responden dari populasi yang ada, dengan menggunakan teknik penarikan sampel Taro Yamane. Kuesioner dan observasi menjadi teknik serta instrumen dalam penelitan ini.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti setelah dianalisis, diperoleh bahwa pengetahuan masyarakat Desa Perumnas Simalingkar tentang penyalahgunaan dan peredaran narkoba terbilang baik. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas jawaban responden dengan memilih benar yaitu berjumlah 80%, sedangkan memilih salah yaitu berjumlah 19%. Pengetahuan masyarakat Desa Perumnas Simalingkar dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu berdasarkan tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, penghasilan, dan sumber informasi yang digunakan oleh masyarakat yang kebanyakan menggunakan televisi. Dalam penelitian ini juga diperoleh 74% responden menyatakan bahwa keluarga sebagai agen sosialisasi memberikan pengaruh positif dalam konteks menambah pengetahuan masyarakat, sedangkan 40% responden menyatakan bahwa BNN tidak memberikan pengaruh positif. Namun, tanggapan masyarakat pada kedua institusi sosial ini yang berperan sebagai agen sosialisasi ini sangat positif.


(3)

3

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebab atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengetahuan Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar Tentang Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar, Kecamantan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orangtua saya yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang, membantu secara penuh dalam materi atau financial, memberikan didikan, nasehat, serta doa yang senantiasa menguatkan saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Beserta kepada abang dan kakak saya, yang selama ini tumbuh berkembang bersama, senantiasa mengajarkan, dan juga banyak membantu secara financial dalam perkuliahan saya.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan FISIP USU


(4)

4

4. Bapak Dr. Sismudjito, M.Si, selaku Dosen Pembimbing dan wali saya. Saya mengucapkan terima kasih kepada beliau atas kesediaannya dalam memberikan pengarahan-pengarahan ataupun masukkan bagi skripsi saya.

5. Bapak Drs. Junjungan SBP Simanjuntak, M. Si, selaku Dosen Penguji dan Penasehat Akademik saya. Saya mengucapkan terima kasih atas masukkan pada skripsi saya.

6. Bapak dan Ibu Dosen FISIP USU, khususnya Dosen Departemen Sosiologi yang telah memberikan ilmu dan materi kuliah selama penulis menjalankan study. 7. Kepala Desa Perumnas Simalingkar yakni Armidun Purba dan salah satu pegawai

kantor Kepala Desa Perumnas Simalingkar yaitu Bang Aris. Saya mengucapkan terima kasih banyak atas izin untuk melakukan penelitian di Desa Perumnas Simalingkar.

8. Para responden yang bersedia memberikan waktunya mengisi kuesioner penelitian. Saya mengucapkan terimakasih untuk pengertiannya dan menerima kehadiran penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

9. Kepada Para sahabat penulis yakni Heppy Berutu dan Debora Ernawati Siringo-ringo yang bisa menjadi tempat untuk bertukar pikiran dan menemani penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

10.Kepada teman-teman stambuk penulis di Departeman Sosiologi FISIP USU yakni Johan Simamora, Veby Veny Velecya Pane, Winandar Yoga, dan Marlyna Sianturi yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk dapat menyelasaikan skripsi ini.

11.Kepada teman-teman dari FMIPA di jurusan Statistika yaitu Kak Dedek, yang telah banyak mengajarkan penggunaan SPSS. Beserta Sera Simatupang yang


(5)

5

berada di jurusan Biologi, yang telah membantu dan mengenalkan saya kepada kak dedek.

12.Semua pihak yang turut membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Atas dukungan berbagai pihak tersebut, penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi berbagai pihak yang membutuhkan.

Medan, 30 Maret 2015 Penulis,


(6)

6 DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI … ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI………v

DAFTAR TABEL………...vii

DAFTAR BAGAN………..ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 7

1.3.Tujuan Penelitian ... 7

1.4.Manfaat penelitian ... 8

1.5.Definisi Konsep ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan ... 11

2.2. Sosialisasi ... 15

2.3. Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba ... 19

2.4. Narkoba ... 31

2.5. Operasional Variabel ... 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 40

3.2. Lokasi Penelitian ... 40

3.3. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 41

3.4. Teknik pengumpulan Data ... 42

3.5. Teknik Penyajian dan Analisis Data ... 43

3.6. Jadwal Kegiatan ... 45

3.7. Keterbatasan Penelitian ... 45

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 47

4.1.1. Sejarah dan Kondisi Geografis Desa Perumnas Simalingkar……..47

4.1.2. Luas Desa Perumnas Simalingkar………...48

4.1.3. Kondisi Demografi dan Sosial-Ekonomi………....49

4.1.4. Pemerintah Desa Perumnas Simalingkar………...55

4.2. Karakteristik Responden ... 62

4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Penyalahgunaan dan Peredaran narkoba...68

4.3.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Jenis Narkoba……...68

4.3.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Dampak Narkoba……...75 4.3.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai


(7)

7

Pola Penyalahgunaan Narkoba……...87

4.3.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Izin Peredaran dan Pola Peredaran Gelap…...93

4.4. Keluarga dan BNN Sebagai Agen Sosialisasi...105

4.5. Analisis Data...113

4.5.1. Pengetahuan Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar...113

4.5.2. Pengaruh Keluarga dan BNN Sebagai Agen Sosialisasi...113

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan...119

5.2. Saran...121 DAFTAR PUSTAKA


(8)

8

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Luas Desa Perumnas Simalingkar ... ...48

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... ...49

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... ...50

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... ...51

Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... ...52

Tabel 4.7 Sarana Pendidikan ... ...58

Tabel 4.8 Sarana Kesehatan...59

Tabel 4.9 Prasarana Kesehatan ... ...60

Tabel 4.10 Sarana Tempat Ibadah ... ...61

Tabel 4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... ...62

Tabel 4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... ...63

Tabel 4.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... ...64

Tabel 4.14 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan ... ...65

Tabel 4.15 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... ...66

Tabel 4.16 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi ... ...67

Tabel 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Mengenai Pola Penyalahgunaan Narkoba……...68

Tabel 4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Narkoba Ada Yang Berasal Dari Alam dan Ada Yang Buatan……...69

Tabel 4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Rokok dan Minuman Mengandung Alkohol Merupakan Contoh Dari Zat Adiktif…...70

Tabel 4.20 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Sabu-sabu Merupakan Contoh Dari Psikotropika (Zat atau Obat, Baik Alamiah Maupun Sintetis...72

Tabel 4.21 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Ganja merupakan Contoh Dari Narkotika Alami...74

Tabel 4.22 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tentang Penyalahgunaan Narkoba Termasuk Perilaku Menyimpang, Yang Salah Satunya Karena Dipelajari Oleh Pemakainya Dalam Kelompoknya...75

Tabel 4.23 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tentang Tempat Rehabilitasi Narkoba Ditujukan Kepada Pemakai Narkoba Yang Ketergantungan...76

Tabel 4.24 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tentang Penyalahgunaan Narkoba Merubah Kepribadian Manusia Dengan Drastis, Pemurung, Pemarah Dan Tidak Takut Dengan Siapapun...78

Tabel 4.25 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tentang Narkoba Jika Disalahgunakan Dapat Mengakibatkan Pemakainya Putus Sekolah, Putus Kerja, Sampai Hancurnya Masa Depan...80

Tabel 4.26 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tentang Penyalahgunaan Narkoba Mengakibatkan Hancurnya Harapan Keluarga dan keluarga Merasa Malu di Masyarakat...83 Tabel 4.27 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tentang Dampak Sosial


(9)

9

Bagi Ketentraman Serta Keselamatan Umun...85 Tabel 4.28 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tentang Penyalahgunaan

Narkoba Awalnya Dari Coba-coba Karena Rasa Ingin tahu...87 Tabel 4.29 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tentang Pemakaian Narkoba Dilakukan Pada Saat Bersenang-senang Atau Berkumpul Bersama

Teman Sepergaulan...88 Tabel 4.30 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tentang Saat Stress,

Kesepian, Atau Situasi Tertentu, Pemakai Menggunakan Narkoba...90 Tabel 4.31 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tentang Kebiasaan

Memakai Sampai Ketergantungan Akan Narkoba Merupakan Tahap Puncak Dari Penyalahgunaan Narkoba...91 Tabel 4.32 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tentang Narkoba Bisa

Diedarkan Jika Memiliki Izin Dari Aparat Hukum dan Badan Kesehatan...93 Tabel 4.33 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tentang Peredaran Narkotika dan Psikotropika Yang Diizinkan Bila Bertujuan dan Bermanfaat Dalam

Dunia Kesehatan dan Penelitian...95 Tabel 4.34 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tentang Menyalahgunakan dan Mengedarkan Narkoba Dalam Jumlah Banyak dan Secara Gelap

Merupakan Kegiatan Yang Melanggar Hukum dan Menyimpang Dari Norma dan Nilai Dalam Masyarakat...97 Tabel 4.35 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tentang Peredaran Gelap

(Illegal) Narkoba Biasanya Dilakukan Oleh Oknum Seperti Kurir dan

Bandar Narkoba...99 Tabel 4.36 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tentang Bandar Narkoba

Adalah Orang Atau Kelompok Berbahaya Yang Merusaka Generasi Manusia Dan Dapat Dihukum Penjara Seberat-beratnya Atau Dihukum Mati...100 Tabel 4.37 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tentang Peredaran Gelap

Narkoba Di Indonesia Karena Adanya Jaringan Narkoba Internasional

Yang Mengedarkan...101 Tabel 4.38 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tentang Jalur Laut Meru-

pakan Jalur Yang Sangat Rentan Dari Peredaran Narkoba Di Indonesia...103 Tabel 4.39 Distribusi Responden Berdasarkan Kedekatan Dengan Keluarga...105 Tabel 4.40 Pengaruh Informasi Yang Diberikan Keluarga Terhadap Pengetahuan

Masyarakat Mengenai Bahaya Narkoba...106 Tabel 4.41 Pandangan Responden Mengenai Keluarga Sebagai Agen Sosialisasi Yang

Utama dan Berperan Aktif Dalam Memberikan Informasi Mengenai

Bahaya Narkoba...108 Tabel 4.42 Distribusi Responden Berdasarkan Mengetahui Badan Narkotika Nasional

(BNN)...109 Tabel 4.43 Pengaruh Informasi Yang Diberikan Badan Narkotika

Nasional Terhadap Pengetahuan Masyarakat Mengenai Bahaya

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba...110 Tabel 4.44 Pandangan Responden Mengenai Badan Narktika Nasional Merupakan

Lembaga Yang Sangat Penting Dalam Mencegah dan Memberantas Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika Dengan Memberikan Informasi Mengenai Kepada Masyarakat Tentang


(10)

10

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 1.1 Operasional Variabel...38 Bagan 4.1 Struktur Pemerintahan Desa Perumnas Simalingkar...56


(11)

2 ABSTRAKSI

Masalah narkoba kini menjadi masalah besar yang dihadapi seluruh bangsa. Penyalahgunaan dan peredaran narkoba secara gelap semakin tinggi di Indonesia. Narkoba telah merebak di semuan kalangan masyarakat. Masyarakat perlu mengetahui dampak-dampak yang ditimbulkan dari kejahatan narkoba. Informasi mengenai bahaya penyalahgunaan dan peredaran narkoba sangat diperlukan oleh seluruh masyarakat sehingga pencegahannya ikut terealisasi. Peranan agen-agen sosialisasi yang utama dan berkaitan langsung dalam memberikan informasi mengenai bahaya penyalahgunaan dan peredaran narkoba juga sangat penting dan berpengaruh pada upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat. Keluarga dan BNN adalah agen-agen sosialisasi yang sama-sama memiliki peranan yang sangat membantu mensosialisasikan bahaya narkoba dalam masyarakat.

Penelitian ini bertujuan adalah untuk mengetahui bagaimana pengetahuan masyarakat Desa Perumnas Simalingkar tentang penyalahgunaan dan peredaran narkoba serta bagaimana gambaran keluarga dan BNN sebagai agen sosialisasi.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menggambarkan pengetahuan masyarakat desa serta keluarga dan BNN sebagai agen sosialisasi secara objektif dan faktual, dengan melihat pandangan masyarakat. Adapun lokasi dalam penelitian ini di Desa Perumnas Simalingkar, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan berjumlah 100 orang responden dari populasi yang ada, dengan menggunakan teknik penarikan sampel Taro Yamane. Kuesioner dan observasi menjadi teknik serta instrumen dalam penelitan ini.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti setelah dianalisis, diperoleh bahwa pengetahuan masyarakat Desa Perumnas Simalingkar tentang penyalahgunaan dan peredaran narkoba terbilang baik. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas jawaban responden dengan memilih benar yaitu berjumlah 80%, sedangkan memilih salah yaitu berjumlah 19%. Pengetahuan masyarakat Desa Perumnas Simalingkar dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu berdasarkan tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, penghasilan, dan sumber informasi yang digunakan oleh masyarakat yang kebanyakan menggunakan televisi. Dalam penelitian ini juga diperoleh 74% responden menyatakan bahwa keluarga sebagai agen sosialisasi memberikan pengaruh positif dalam konteks menambah pengetahuan masyarakat, sedangkan 40% responden menyatakan bahwa BNN tidak memberikan pengaruh positif. Namun, tanggapan masyarakat pada kedua institusi sosial ini yang berperan sebagai agen sosialisasi ini sangat positif.


(12)

11 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masalah penyalahgunaan dan peredaran narkoba saat ini sudah menjadi persoalan global yang melanda semua wilayah maupun negara di dunia. Terkhususnya di Indonesia sendiri, penyalahgunaan dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan.

Narkoba tidak lagi memandang usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua sekalipun tidak luput dari jeratan penyalahgunaan narkoba. Serta tidak hanya dinikmati kalangan tertentu saja, tetapi sudah digunakan berbagai profesi, seperti pengusaha, birokrat, aparat hukum dan lainnya. Selain itu, persoalan peredaran narkoba juga tidak kalah mengkhawatirkan. Ini dilihat dari peredarannya bukan hanya di kota-kota besar tetapi sampai meramba ke pelosok Indonesia.

Indonesia menjadi salah satu negara yang sedang berkembang yang menjadi pasar besar bagi peredaran narkoba. Menurut Direktur Diseminasi Informasi Deputi Bidang Pencegahan BNN, bahwa saat ini Indonesia tidak lagi menjadi negara transit tetapi sudah menjadi negara pasar narkoba yang besar, apalagi dengan harga yang tinggi sehingga rawan dan surga bagi sindikat narkoba ( dalam Satu News, 2013).

Bukan hanya sebagai tempat transit atau tempat mengedarkan narkoba namun juga telah berkembang menjadi tempat penghasil narkoba. Kondisi ini mungkin tercipta sebagai dampak dari era globalisasi yang ditandai dengan kemajuaan teknologi informasi, liberalisasi perdagangan dan kemajuaan industri pariwisata yang mendorong Indonesia dapat tumbuh


(13)

12

kembang menjadi negara penghasil narkoba. Peredaran gelap narkoba ini tidak hanya berasal dari dalam negeri saja, namun juga datang dari luar negeri baik itu melalui jalur darat, jalur laut ataupun jalur udara. Peredaran gelap narkoba melalui jalur darat umumnya terjadi di sekitar wilayah perbatasan Indoensia dengan negara sekitar. Hal ini dapat terjadi karena lemahnya sistem pengawasan dan keamanan di wilayah perbatasan 21:05 WIB).

Pola peredaran narkoba semakin melanglang buana menembus batas negara, di mana saat ini narkoba sudah menjadi hal yang sangat menakutkan dan mengancam pertumbuhan generasi bangsa kita. Mengingat bahwa dewasa ini, arus perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah membawa masyarakat pada kemudahan-kemudahan mendapatkan informasi.Semua hal dapat menyebar lebih cepat melalui alat komunikasi yang semakin canggih.

Tingginya harga narkoba merupakan salah satu faktor penyebab peredaran narkoba seperti shabu-shabu. Direktur Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Anjan Pramuka Putra mengatakan bahwa harga pasaran shabu-shabu di Indonesia lebih mahal dibandingkan dengan Iran yakni salah satu negara produsen shabu terbesar di Indonesia. Harga shabu-shabu di iran per kilogram Rp. 100.000.000, sedangkan di Indonesia Rp. 400.000.000 sampai Rp. 1000.000.000. Dan ini masih partai standar, bukan partai besar.

Jika lingkungan sosial banyak terjadi penyimpangan maka ini dapat beresiko pada rusaknya cita dan citra generasi bangsa yang diakibatkan norma-norma dan nilai-nilai dalam


(14)

13

masyarakat telah terabaikan. Dengan demikian, demi berlangsungnya tertib sosial, perlu menegakkan kembali aturan-aturan yang bersifat normatif di masyarakat. Maka norma-norma sosial sangat perlu diketahui dan dipahami setiap anggota masyarakat lewat belajar dan mempelajarinya. Ini secara sosiologis biasa dikenal yaitu proses sosialisasi. Dalam proses sosialisasi dilaksanakan oleh kelompok-kelompok dalam masyarakat, yang disebut sebagai agen sosialisasi.

Sejalan dengan hal tersebut, yang menjadi perhatian kita adalah keluarga sebagai agen sosialisasi. Keluarga merupakan salah satu agen sosialisasi yang utama di masyarakat. Selain itu, keluarga juga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi manusia (dalam Narwoko dan Suyanto, 2007 : 92). Dari kasus penyalahgunaan narkoba yang tidak sedikit pada kalangan anak-anak dan remaja, sehingga membuat orang tua dalam keluarga terus merasakan kecemasan jika anaknya ikut dan terlibat ke dalamnya. Namun, dalam hal ini ditegaskan keluarga yang dimaksud bukan hanya sebatas orang tua atau saudara kandung saja, melainkan istri, suami, maupun anak juga.

Untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika (P4GN) yang sudah sangat merugikan dan membahayakan kehidupan masyarakat maka pemerintah melakukan upaya-upaya penegakan hukum tentang penggunaan, impor, eskpor, menanam, pengedaran narkotika secara terkendali dan diawasi dengan ketat. Ini dibuktikan dibuatnya peraturan hukum lewat Undang Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, untuk mengatur pemberantasan terhadap tindak pidana narkotika dengan memberikan ancaman sanksi pidana, seperti penjara, penjara seumur hidup, dan hukuman mati (dalam Siswanto, 2012 : 1-2).


(15)

14

Meskipun Undang-Undang Narkotika telah dibuat, penyalahgunaan dan peredaran gelapnya masih belum terbendung dan ditekan. Malahan setiap tahunnya kian tinggi dan bertambah. Salah satu faktor penting agar efektifitas atas pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan psikotropika maka dibuat lah lagi peraturan mengenai kelembagaaan yang sudah yaitu BNN. Lewat PERPRES (peraturan presiden) Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika Provinsi, dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota. BNN yang sekarang ini sudah diperkuat kewenangannya dalam penyelidikan dan penyidikan.

Dalam hal ini, secara sosiologis perlu diketahui BNN bukan hanya lembaga pemerintah yang bertugas menyelidiki dan menyidiki kasus narkotika, melainkan juga sebagai agen sosialisasi dalam masyarakat yang amat berperan penting dan berpengaruh terhadap pengetahuan dan pemahaman tentang dampak-dampak yang ditimbulkan narkoba kepada masyarakat.

Sehubungan dengan ini sumatera utara merupakan provinsi yang cukup tinggi kasus-kasus narkobanya dengan peringkat ketiga setelah Jakarta dan Jawa Timur. Berdasarkan data Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN pada pertengahan tahun 2012, sumatera utara tercatat menduduki peringkat ketiga dengan 2000 kasus. Di sumatera utara, jenis narkoba yang paling banyak digunakan dan diedarkan yaitu ganja dan shabu-shabu karena kedua jenis ini sangat dinikmati dan mudah didapatkan oleh pelakunya.

Menurut AKBP MP Nainggolan (dalam Berita Sore, 2014) pada tahun 2013 terakhir dari 3.094 kasus narkoba di SUMUT yang berhasil diungkap dengan barang bukti cukup beragam (http://beritasore.com/2014/01/16/3-094-kasus-narkoba-di-sumut/ diakses pada tanggal 23 April 2014 pukul 19:55 wib).


(16)

15

Berdasarkan hasil observasi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Desa Perumnas Simalingkar, ada sekelompok pemuda setempat sedang santai bernyanyi sambil menghisap ganja atau stephen (nama samaran baru dari ganja), yang mana menurut mereka hal tersebut sudah biasa dilakukan, baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan asalkan pandai melihat situasi. Hal ini dapat beresiko pada masyarakat sekitar lainnya seperti anak-anak, remaja dan pemuda-pemudi serta orang dewasa dan lainnya untuk meniru atau mengikuti jika memakai obat terlarang tidak lagi sembunyi-sembunyi alias terang-terangan.

Desa Perumnas Simalingkar bisa dikatakan sebagai desa yang maju karena lokasinya tidak jauh dari kota dan hanya dibatasi oleh jembatan pemisah dari Perumnas Simalingkar, kecamatan Medan Tuntungan. Desa ini terdapat banyak terminal atau pangkalan angkot, ada beberapa sekolah dan tempat ibadah, dan lainnya. Kondisi lingkungan di Desa Perumnas Simalingkar bisa disebut rawan untuk tumbuhnya tindakan atau perilaku menyimpang. Hal ini dikarenakan wilayah Desa Perumnas Simalingkar memiliki jumlah penduduk yang tidak sedikit yakni lebih dari 1600 KK dan penduduknya sudah bertransisi kearah hidup yang modern.

Ada beberapa hal yang menjadi daya tarik bagi penulis pada saat melihat kondisi lingkungan sosial yang rawan pada desa ini, yaitu:

1. Penyalahgunaan dan peredaran narkoba berkembang dengan cepat di setiap area, terkhusus di gang-gang.

2. Ada beberapa tempat yang buka hingga dini hari, seperti warnet, warung kopi, dan billyard. Tempat ini biasanya banyak pemuda-pemudi nongkrong, bertaruh atau berjudi, sampai memakai narkoba


(17)

16

3. Ada beberapa terminal angkot menjadi tempat memakai dan mengedarkan narkoba.

4. Ada beberapa kelompok pemuda setempat melakukan aksi premanis diluar daerah dan anggota dari gang motor yang cukup terkenal di Medan.

5. Terdapat basecamp khusus yang merupakan tempat biasa dari pemakai dan pengedar narkoba dalam melakukan aksinya.

Apabila hal ini terus dibiarkan akan mengakibatkan kehancuran masa depan generasi bangsa yang diharapkan dapat membangun dan mengembangkan kehidupan yang layak untuk semua masyarakat atau warga negara. Oleh sebab itu, sangat dibutuhkan kepedulian, keprihatinan, empati dari institusi atau lembaga yang berkaitan dengan ini, seperti BNN, keluarga, pendidikan, agama, hukum dan lainnya sangat dibutuhkan agar menciptakan proses sosialisasi yang baik dan mapan bagi putra atau putri bangsa dan negara.

Berhubungan dengan hal ini, dalam rangka meningkatkan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan serta peredaran gelap narkoba, dan demi tercapainya Indonesia Bebas Narkoba Tahun 2015, diperlukan kerja keras yang ekstra serta kerja sama antara lembaga negara dan masyarakat, melalui pemberian informasi-informasi penting atau sosialisasi mengenai bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Dalam hubungan ini secara khusus pula perlu peranan aktif dari agen sosialisasi dalam masyarakat dalam upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat yang nantinya pengetahuan tersebut berguna dan bermanfaat dalam kehidupan masyarakat.

Berdasarkan informasi dari media cetak, media elektronik, dan masyarakat, penulis mengetahui bahwa penyalahgunaan dan peredaran narkoba sedang marak terjadi. Dengan melihat kondisi-kondisi tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai


(18)

17

Pengetahuan Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar Tentang Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dilihat dari latar belakang yang sudah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengetahuan masyarakat Desa Perumnas Simalingkar tentang penyalahgunaan dan peredaran narkoba ?

2. Bagaimanakah gambaran Keluarga dan BNN (Badan Narkotikan Nasional) sebagai agen sosialisasi ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan masyarakat Desa Perumnas Simalingkar tentang penyalahgunaan dan peredaran narkoba.

2. Untuk mengetahui bagaimana gambaran Keluarga dan BNN (Badan Narkotika Nasional) sebagai agen sosialisasi.


(19)

18 1.4. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, baik untuk diri sendiri, maupun orang lain, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan dibidang ilmu sosial, khususnya sosiologi pendidikan serta menambah referensi dan sumbangan pemikiran hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan-masukan kepada pihak-pihak atau lembaga-lembaga yang membutuhkannya, terutama bagi keluarga, BNN (Badan Narkotika Nasional), dan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat untuk meningkatkan sosialisasi agar memperluas pengetahuan masyarakat tentang penyalahgunaan dan peredaran narkoba untuk mencegah kegiatan haram tersebut terjadi di lingkungan masyarakat sekitar.

1.5. Definisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, definisi konsep sangan diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah definisi, suatu abstraksi mengenai gejala atau realita atau suatu pengertian yang nantinya akan memperjelaskan suatu gejala. Disamping mempermudah dan memfokuskan penelitian, konsep juga berfungsi


(20)

19

sebagai panduan bagi peneliti untuk menindak lanjuti kasus tersebut serta menghindari timbulnya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam penelitian. Dengan kata lain, konsep adalah istilah yang mewakili atau suatu pengertian tersebut. Beberapa konsep yang dibatasi dengan pendefinisiannya secara operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan keseluruhan gagasan, ide, konsep, dan pemahaman, yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya, pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan, dan pemahaman, manusia menjalani segala sesuatu.

2. Masyarakat

Masyarakat adalah sekumpulan orang yang membentuk sistem, yang terjadi komunikasi didalam kelompok tersebut.

3. Penyalahgunaan dan peredaran narkoba merupakan aktivitas menyimpang dari norma-norma sosial yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang yang berakibat dan berdampak buruk terhadap kondisi sosial masyarakat. Kondisi sosial yang buruk dalam masyarakat disebabkan oleh terganggunya mental dan perilaku penyalahguna narkoba dan peredarannya merugikan masyarakat.

4. Narkoba adalah zat kimia yang mengubah keadaan psikologis perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, dan lain sebagainya.

5. Keluarga adalah institusi sosial dasar atau kelompok primer. Dalam penelitian ini keluarga secara langsung berperan sebagai agen sosialisasi utama, yang terdiri dari beberapa orang, seperti ayah, ibu, kakak, adik, dan juga istri, suami, dan anak bila yang sudah berkeluarga.


(21)

20

6. BNN adalah lembaga pemerintah atau kelompok formal. Dalam penelian ini BNN secara tidak langsung berperan sebagai agen sosialisasi yang memberikan informasi tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran narkoba kepada masyarakat.


(22)

21 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah pengakuan terhadap sesuatu yang menghasilkan keputusan. Keputusan ini mengutarakan pengetahuan, sehingga untuk berlakunya keputusan ini, pengetahuan dibagi dua yakni pengetahuan khusus yang mengenai satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal (Poedjawijatna, 2004).

Artinya, ada putusan yang bersifat khusus dan ada juga yang bersifat umum atau universal, misalnya narkoba itu buruk. Putusan ini hanya berlaku untuk narkoba tertentu saja, bukan untuk semua narkoba karena biasanya narkoba tertentu dipakai untuk dunia medis atau kesehatan. Dan juga putusan yang bersifat umum, misalnya narkoba buruk jika disalahgunakan. Ini berlaku untuk semua narkoba. Pengetahuan khusus memberikan penjelasan secara lebih mendalam tentang apa penyebab sesuatu hal dan bagaimana.

Pengetahuan merupakan keseluruhan gagasan, ide, konsep, dan pemahaman, yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya, pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan, dan pemahaman manusia menjalani segala sesuatu. Pengetahuan juga mencakup praktek atau kemampuan dalam memecahkan berbagai persoalan hidup yang belum di bekukan sistematis dan metode (Keraf A.S, 2001).

Pengetahuan merupakan hasil dari penginderaan manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengalaman manusia diperoleh


(23)

22

melalui mata dan telinga. Penglihatan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2003).

2.1.1. Tingkat Pengetahuan

Ada 6 tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (dalam Candra Simarmata, 2013), yaitu:

a. Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Menerapkan (application)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.


(24)

23 d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti: dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi, diantaranya :

a. Tingkat pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya rendah (dalam Safriana, 2013).


(25)

24 b. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulangi kembali pengetahuan yang diperoleh memecahkan masalah yang dihadapimasa lalu (Notoatmodjo, 2010).

c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan seseorang setiap haridalam menjalani kehidupannya. Seseorang yang bekerja diluar rumahcenderung memiliki akses yang baik terhadap informasi dibandingkansehari-hari berada dirumah pukul 18:30 WIB).

d. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

e. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas informasi (Notoatmodjo, 2003).

f. Informasi dan Sumber informasi

Informasi yang di peroleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Notoatmodjo, 2007).


(26)

25 g. Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap terhadap sesuatu (Notoatmodjo, 2007).

2.2. Sosialisasi

Sosialisasi adalah sebuah proses pengajaran atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat (dalam Mutiara Ginting, 2011). Lewat interaksi setiap individu mulai bersosialisasi dengan orang lain dan mulai belajar tentang cara berpikir, merasakan, dan bertindak. Menurut Soerjono Soekanto (1982), sosialisasi adalah suatu proses penempatan anggota masyarakat yang baru dalam mempelajari norma dan nilai yang berlaku pada masyarakat di tempat dia menjadi angota masyarakat tersebut. Sejumlah sosiolog beranggapan sosialisasi sebagai teori mengenai peran (role theory). Hal ini disebabkan dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu di masyarakat (dalam Kamanto Sunarto, 2000:23).

Lewat proses sosioalisasi individu-individu masyarakat belajar mengetahui dan memahami tingkah laku yang harus dilakukan dan tidak harus dilakukan (dalam Narwoko dan Suyanto, 2007:74). Sebagaimana diketahui bahwa proses sosialisasi merupakan suatu proses yang amat besar signifikasinya bagi kelangsungan keadaan tertib masyarakat. Artinya, hanya lewat proses-proses sosialisasi itu sajalah norma-norma sosial yang menjadi determinan segala keadaan tertib sosial dapat diwariskan dan diteruskan.

Proses sosialisasi melibatkan agen sosialisasi atau pihak-pihak yang melakukan sosialisasi. Menurut fuller dan Jacobs (dalam Kamanto Sunarto, 2000:26), ada 4 agen sosialisasi awal di masyarakat yaitu keluarga, teman bermain, sekolah dan media massa.


(27)

26

Secara luas agen-agen sosialisasi tidak hanya sebatas 4 agen sosialisasi yang disebutkan oleh Fuller dan Jacobs saja. Karena sosialisasi bukan hanya mengenai konsep diri dan peran, esensi sosialisasi adalah proses pembelajaran (learning process) terhadap hal baru bagi setiap individu atau kelompok. Melalui proses sosialisasi individu atau kelompok tidak hanya dipengaruhi, tetapi juga dapat mempengaruhi sehingga setiap individu atau kelompok juga dapat berperan menjadi menjadi agen-agen sosialisasi, dilihat dari hal yang akan disosialisasikan pada individu atau kelompok sosial.

Dalam pelaksanaan proses sosialisasi tidak hanya dilakukan oleh sepihak melainkan dua pihak secara aktif melaksanakan aktivitas sosialisasi. Ada sebagian aktivitas sosialisasi dipengaruhi dan dikerjakan oleh individu-individu tertentu, yaitu orang-orang yang mempunyai wibawa dan kekuasaan atas orang yang akan disosialisasikan, dan orang-orang yang mempunyai kedudukan sederajat atau merupakan bagian dari orang-orang-orang-orang yang akan disosialisasikan (Narwoko J Dwi dan Suyanto Bagong, 2007:77).

2.2.1. Keluarga dan BNN Sebagai Agen Sosialisasi

Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Penyampaian pesan-pesan oleh agen-agen sosialisasi dapat berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Misalnya dalam mensosialisasikan mengenai narkoba. Informasi yang disampaikan orang tua kepada anak di dalam keluarga hanya berupa hal negatif saja dari narkoba, namun BNN menyampaikan manfaat atau hal positif dari penggunaan narkoba kepada masyarakat. Sadar atau tidak hal tersebut membuat individu dalam masyarakat yang disosialisasikan atau sedang menjalani proses sosialisasi menjadi bingung atau bimbang.


(28)

27

Dalam hal ini, ingin membahas keluarga dan BNN sebagai agen sosialisasi. Antara kedua institusi sosial ini memang berbeda adanya. Ini dikarenakan secara umum setiap kelompok masyarakat mempunya standar dan nilai yang berbeda. Bukan hanya itu frekuensi, durasi, prioritas, maupun intensitas dalam melaksanakan sosialisasi tentunya juga berbeda yang dilakukan antara keluarga dan BNN (Badan Narkotika Nasional).

a. Keluarga

Keluarga merupakan agen sosialisasi yang utama dalam masyarakat yang sifatnya langsung dan primer. Menurut Berger dan Luckmann (dalam Sunarto, 2000:31), sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat. Dari sinilah anak pertama kali mengenal seluruh anggota keluarganya yaitu ayah, ibu, saudara-saudaranya sampai mengenal dirinya sendiri, dan juga mengenal lingkungan sosial maupun budayanya. Sosialisasi primer merupakan tempat menanamkan nilai-nilai budaya yang dianut keluarganya dalam hal aturan-aturan keluarga, agama, dan masyarakat. Dalam tahap ini, individu tidak mempunyai hak untuk memilih agen sosialisasinya, individu tidak dapat menghindar untuk menerima dan menginternalisasi cara pandang keluarga.

Bagi keluarga inti agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga


(29)

28

pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam lingkungan keluarga terutama orang tuanya sendiri.

b. BNN (Badan Narkotika Nasional)

Badan Narkotika Nasional (disingkat BNN) adalah sebu melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gela

lainnya kecuali bahan adiktif untu dan

Maret 2015, pukul 15:32 WIB). Salah satu fungsi BNN adalah untuk menyusun, merumuskan dan menetapkan norma, standar, kriteria dan prosedur P4GN (Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika).

Selain hal tersebut, BNN juga merupakan agen sosialisasi atau lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, yang secara formal memberi sosialisasi kepada masyarakat. Karena memiliki wewenang, BNN sebagai agen sosialisasi secara sadar mengusahakan memberi atau menyampaikan pemahaman-pemahaman atas makna, nilai, dan aturan-aturan serta kebijakan yang berlaku kepada masyarakat mengenai penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Proses sosialisasi yang disampaikan oleh lembaga ini biasanya dengan kontak dan komunikasi kepada masyarakat yang berisi informasi-informasi penting berupa hal positif dan negatif dari narkoba. Namun, kontak dan komunikasi pada masyarakat cenderung tidak langsung yang dilakukan oleh BNN. Ini ditandai dengan adanya kerja


(30)

29

sama antara BNN dan media massa. Bilapun ada kontak langsung, hanya sebagian kelompok masyarakat yang merasakan dan menerimanya, melainkan bukan secara keseluruhan. Misalnya BNN memprioritaskan kehadirannya di tengah-tengah sekolah atau kampus. Informasi penting mengenai narkoba seperti dampak dan bahaya penyalahgunaan dan peredaran narkoba hanya diterima oleh pelajar-pelajar saja.

Karena ketidaklangsungan komunikasi dan kontak, membuat efektivitas proses sosialisasi dalam masyarakat tidak berjalan dengan baik dan benar seperti yang diharapkan dan yang seharusnya. Adanya kehadiran langsung BNN di tengah-tengah masyarakat secara luas dan menyeluruh dapat membuka pemikiran dan menambah pengetahuan setiap anggota masyarakat sehingga peranan aktif agen sosialisasi formal tersebut benar-benar dirasakan. Bertambahnya pengetahuan dan pemahaman yang diterima masyarakat dari BNN secara langsung pada aplikasinya dapat bermanfaat dan diterapkan tiap-tiap masyarakat.

2.3. Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba

2.3.1. Penyalahgunaan Narkoba

Narkoba adalah zat atau obat yang sangat berbahaya jika disalahgunakan. Penyalahgunaan narkoba mengakibatkan ketergantungan, mengganggu sistem syaraf pusat dan dapat menyebabkan ganguan fisik, jiwa, sosial dan keamananan. Sifat utama yang terkandung dalam narkoba dapat mengakibatkan beberapa efek terhadap pengguna yang berlebihan secara umum berdampak sugesti (keinginan yang tak tertahankan terhadap narkoba), toleransi (kecendrungan untuk menambah dosis),


(31)

30

ketergantungan secara psikis (gelisah emosional), dan ketergantungan secara fisik (gejala putus zat).

Selain itu penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan bermacam-macam bahaya atau kerugian. Adapun kerugian itu antara lain terhadap pribadi, kehidupan keluarga, kehidupan sosial bermasyarakat serta kehidupan berbangsa dan bernegara. Terhadap pribadi, narkoba mampu merubah kepribadian penggunanya secara drastis seperti berubah menjadi pemurung, pemarah bahkan melawan terhadap siapapun. Penyalahgunaan narkoba menimbulkan sifat masa bodoh sekalipun terhadap dirinya sendiri, seperti tidak lagi memperhatikan lingkungan disekitarnya. Para pengguna cendrung untuk melakukan penyimpangan dan bahkan tidak jarang melakukan penyiksaan terhadap diri sendiri karena ingin menghilangkan rasa nyeri atau menghilangkan sifat ketergantungan narkoba.

Terhadap keluarga, seorang pengguna narkoba tidak lagi segan mencuri barang-barang di rumah untuk untuk membeli narkoba, tidak lagi menjaga sopan santun di rumah bahkan melawan kepada orang tua serta mencemarkan nama keluarganya sendiri. Terhadap kehidupan sosial, seorang pengguna narkoba cendrung melakukan penyimpangan sosial dan perbuatan kriminal karena pandangannya terhadap norma-norma yang ada ditengah masyarakat, termasuk norma hukum dan agama sudah demikian longgar. Serta sering melakukan kegiatan yang berbahaya bagi ketentraman dan keselamatan umum untuk mendapatttkan uang guna membeli narkoba seperti mencuri, memeras, membunuh, menodong, merampok, melacur dan sebagainya.


(32)

31

Terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, peredaran narkoba yang semarak dapat merupakan ancaman terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan banyaknya generasi penerus bangsa yang mengkonsumsi narkoba maka akan tidak ada lagi calon-calon pemimpin bangsa yang bisa diandalkan karena secara fisik dan psikis pengguna narkoba mengalami kemunduran dan keterbelakangan. Disamping hal tersebut diatas, seorang pengguna Narkoba juga rentan tertular penyakit berbahaya, mengalami over dosis yang dapat menyebabkan gangguan konsentrasi, proses pikir dan perilaku. Bahkan tidak jarang para pengguna narkoba berakhir dengan kematian yang mengenaskan.

2.3.1.1. Pola Penyalahgunaan Narkoba

a. Pola pemakaian coba-coba (eksperimental)

Pemakaian coba-coba ini dilakukan oleh seseorang yang sebelumnya belum pernah mengkonsumsi narkoba. Biasanya hal ini terjadi pada remaja, yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Tentunya, ketika pertama kali mencoba tidak langsung dengan dosis yang tinggi, alias dengan dosis kecil. Namun, jika hal ini dibiarkan, maka akan sangat berbahaya, karena bisa berefek pada ketergantungan.

b. Pola pemakaian sosial

Pola pemakaian narkoba untuk pergaulan (saat berkumpul atau pada acara tertentu). Dengan kata lain, narkoba dipakai pada saat bersenang-senang bersama teman-teman sepergaulan. Biasanya hal ini


(33)

32

terjadi karena ingin diakui/diterima oleh kelompoknya. Mula-mula narkoba diperoleh secara gratis atau dibeli dengan harga murah. Namun, lama-lama jika si penderita sudah mulai ketergantungan, tentunya harga akan naik berlipat-lipat.

c. Pola pemakaian situasional

Pola pemakaian karena situasi tertentu, misalnya kesepian atau stress. Pemakaian narkoba ini dianggap sebagai cara untuk mengatasi masalah. Pada tahap ini pemakai berusaha memperolah narkoba secara aktif.

d. Pola habituasi (kebiasaan)

Pola ini untuk yang telah mencapai tahap pemakaian teratur (sering), disebut juga penyalahgunaan narkoba. Terjadi perubahan pada tubuh dan gaya hidup. Teman lama berganti dengan teman pecandu. Ia menjadi sensitif, mudah tersinggung, pemarah, dan sulit tidur atau berkosentrasi. Sebab narkoba mulai menjadi bagian dari kehidupannya. Minat dan cita-citanya semula hilang. Kalau sekolah sering membolos dan prestasi sekolahnya menjadi merosot. Lebih suka menyendiri daripada berkumpul bersama keluarga.

e. Pola ketergantungan

Ini adalah tingkatan yang sangat berbahaya. Si pemakai akan selalu berupaya memperoleh narkoba dengan cara apapun tidak peduli


(34)

33

cara yang digunkannya itu baik atau buruk. Berbohong, menipu, mencuri, dan tindakan kriminal lainnya bisa saja ia lakukan, asal ia bisa mendapatkan obat terlarang itu. Pengguna sudah tidak dapat lagi mengontrol penggunaan narkoba. Narkoba telah menjadi pusat kehidupannya. Hubungan dengan keluarga, teman-temannya menjadi rusak berantakan.

2.3.2. Peredaran Narkoba

Peredaran narkoba saat ini telah mencapai situasi yang mengkhawatirkan sehingga menjadi masalah nasional maupun internasional di mana di Indonesia saat ini bukan hanya merupakan daerah transit tetapi sudah menjadi daerah produksi narkoba. Situasi ini sangat memprihatinkan karena korban penyalahgunaan narkoba di Indonesia akhir-akhir ini cenderung meningkat dan tidak hanya terbatas pada kelompok masyarakat yang mampu saja, baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Permasalah penyalahgunaan dan peredaran narkoba adalah berlakunya hukum pasar yang ironisnya barang yang diperjualbelikan adalah barang haram yang bersifat merusak hidup pembeli atau penggunanya. Hal ini terkait dengan permintaan (demand) di mana semakin besar demand maka akan meningkatkan pasokan narkoba baik berupa produksi maupun perdagangan gelap narkoba.

Pada perkembangan kejahatan narkoba tidak hanya di tingkat internasional maupun regional melainkan juga merambah di tingkat nasional. Letak geografi Indonesia yang sangat strategis membuatnya mudah dilalui dalam praktek peredaran


(35)

34

gelap narkoba. akibatnya beberapa pelaku kejahatan ini mempunya gap sebagai sarana infiltrasi bisnis gelap narkoba. Di kalangan Asean wilayah Indonesia, Singapura, dan Malaysia merupakan daerah regional rawan terhadap peredaran gelap narkoba. karakteristik kejahatan narkoba bersifat terselubung, terorganisasi, memiliki jaringan tertutup, selalu memanfaatkan teknologi modern serta mobilitas tinggi. Kejahatan narkoba merupakan kejahatan yang bersifat borderless (tidak mengenal batas) dan menggunakan sistem sel, di mana apabila seseorang tertangkap maka tidak merembet kepada orang yang berada dalam jaringan narkoba tersebut.

2.3.2.1. Pola Peredaran Narkoba Secara Umum

Dari beberapa sumber yang ada, pola-pola peredaran narkoba secara umum dapat diketahui berdasarkan subjek (pelaku) atau pengedarnya, berdasarkan jaringan, berdasarkan jalur lalu lintas, dan berdasarkan modus operandinya.

a. Peredaran Berdasarkan Subjek (Pelaku) atau

Pengedarnya

1. Produsen

Seseorang atau beberapa orang atau perusahaan yang melakukan kegiatan proses produksi atau proses menyiapkan, mengolah, membuat dan menghasilkan Narkotika, Psikotropika, dan Obat-obat terlarang secara langsung atau tidak langsung melalui ekstraksi maupun non-ekstraksi dari


(36)

35

sumber alami atau sintesis kimia atau gabungannya termasuk mengemas atau mengubah bentuk narkoba.

2. Bandar

Mereka yang memiliki, menyimpan, mengusai atau menyediakan narkoba dalam jumlah yang besar yang siap untuk diedarkan. Bandar biasanya menjadi pemimpin atau bos dari sindikat peredaran narkoba.

3. Kurir

Pengertian kurir dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah utusan yang menyampaikan sesuatu yang penting dengan cepat. Dalam tulisan ini kurir yang dimaksud yakni kurir narkoba yang mana ia merupakan orang (perantara) yang mengantar atau menjemput narkoba dengan cara menyelundupkannya.

4. Importir

Orang yang melakukan kegiatan memasukkan Narkotika, Psikotropika dan Obat-obat terlarang ke dalam daerah pabean.

5. Eksportir

Orang yang melakukan kegiatan mengeluarkan Narkotika, Psikotropika, dan Obat-obat terlarang dari daerah pabean.


(37)

36

b. Peredaran Berdasarkan Jaringan

1. Jaringan Nasional

Peredaran narkoba di Indonesia sudah meliputi seluruh penjuru wilayah Indonesia sehingga dapat dikatakan tidak ada wilayah Indonesia yang bebas narkoba. Sementara tempat transaksi narkoba pada umumnya di tempat-tempat, yaitu : tempat hiburan, (diskotik, karoeke, pub, cafe), lingkungan kampus, hotel/apartemen, tempat kumpul-kumpul remaja seperti mall, pusat perbelanjaan, dan lain-lain (Hutapea, 2011). Bukan hanya tempat-tempat tersebut, bahkan tempat sederhana yang jarang menimbukan kecurigaan seperti terminal bus atau angkutan umum, kost/rumah kontrakan, asrama serta perumahan, lingkungan pekerjaan, dan lainnya juga menjadi tempat transaksi. Cara penyebaran narkoba adalah dibagikan secara gratis bagi pemula atau yang ingin coba-coba, dikemas dalam permen yang banyak dikonsumsi oleh anak-anak, setelah kecanduan maka dijual dengan harga tinggi.

2. Jaringan Internasional

Lalu lintas masuk narkoba ke Indonesia dari luar negeri melalui beberapa jalur yang dapat diketahui (Hutapea, 2011) antara lain, yaitu:

a. Opium/Candu

1. Penang - Medan (Belawan) - Jakarta. 2. Port Kelang - Selat Panjang – Bengkalis.


(38)

37

3. Pulau Ketam – Sinaboi 4. Amsterdam – Jakarta b. Heroine/Morphine

1. Bangkok – Singapura – Denpasar. 2. Pontian (Malaysia) – Tj.Balai Karimun.

3. Bangkok – Penang – Medan – Jakarta – Amsterdam. 4. Kuala Lumpur – Jakarta

5. Bangkok – Singapura – Denpasar – Perth. 6. Singapura – Jakarta.

7. Singapura – Bengkalis – Tj.Balai Asahan – Medan. 8. Port Kelang – P.Ketam – P.Halang – Bengkalis. 9. Bangkok – Samarinda – Korea – Jepang. c. Kokain

1. Bolivia – Denpasar atau Jakarta. 2. Kolumbia – Denpasar atau Jakarta. 3. Peru – Denpasar atau Jakarta. 4. Brasilia – Denpasar atau Jakarta. d. Shabu dan Ekstasi

1. Khatmandu – Bombay – Kolombo – Bangkok – Singapura – Jakarta – Australia.

2. Bangkok – Singapura – Jakarta.

3. New Delhi – Singapura – Jakarta – Australia. 4. New Delhi – Thailand – Singapura – Jakarta.


(39)

38

5. New Delhi – Thailand – Malaysia – Pontianak – Jakarta.

6. New Delhi – Thailand – Malaysia – Jakarta.

c. Peredaran Berdasarkan Jalur Lalu Lintas

1. Jalur Laut

Indonesia yang merupakan kepulauan ini tentu banyak memiliki lautan yang dapat berfungsi sebagai pintu masuk kedalam negeri ini. Masalahnya tidak semua wilayah laut yang ada di Indonesia ini mendapatkan perhatian dan pengawalan yang optimal dari pemerintah. Luasnya lautan yang dimiliki Indoensia tidak diimbangi dengan jumlah personil yang mencukupi akibatnya beberapa wilayah perbatasan laut indonesia menjadi tidak terjaga. Celah inilah yang banyak diincar oleh pengedar narkoba luar untuk membawa narkoba ke Indonesia melalui jalur laut.

2. Jalur Udara

Peredaran narkoba melalui jalur udara juga sering dilakukan oleh sindikat perederan narkoba. Berkali-kali dinas bea dan cukai bandara menggagalkan penyelundupan narkoba membuktikan kalau penyelundupan narkoba melalui jalur bandara sangatlah sering dilakukan. Ketersediaan alat pendeteksi yang canggih mutlak diperlukan agar


(40)

39

penyelundupan narkoba melalui bandara tersebut tidak dapat lolos dari pemeriksaan, karena cara dan modus yang dilakukan untuk menyelundupkan narkoba melalu jalur udara ini semakin hari semakin beragam saja

3. Jalur Darat

Peredaran gelap narkoba melalui jalur darat umumnya terjadi di sekitar wilayah perbatasan Indonesia dengan negara sekitar. Hal ini dapat terjadi karena lemahnya sistem pengawasan dan keamanan di wilayah perbatasan.

d. Peredaran Berdasarkan Modus Operandi

1. Swallower

Barang bukti dimasukkan dalam kantong plastik kecil khusus/kondom lalu ditelan oleh pelaku sehingga tersimpan di dalam usus dan dikeluarkan bersamaan dengan pelaku pada saat buang air besar, cara ini sangatlah berisiko sekali sebab apabila kantong plastik tersebut itu bocor maka dapat membahayakan jiwa pelaku, biasanya cari ini dilakukan oleh Warga Negara Asing yang membawa Heroin dari luar negeri untuk diedarkan di Indonesia.

2. Body Packing

Barang bukti dengan menggunakan paket/lakban diletakkan di tubuh pelaku, cara ini dapat dilakukan untuk semua barang baik heroin, ganja, shabu maupun ekstasi dan ini


(41)

40

sering dilakukan oleh semua pelaku kejahatan narkoba baik itu WNI maupun WNA.

3. Tas Khusus

Barang bukti dimasukkan kedalam tas khusus yang luarnya sudah dilapisi oleh timah hitam untuk melindungi dari kamera infra red, tas khusus ini biasanya banyak dibuat di Bangkok.

4. Sol Sepatu

Barang bukti dimasukkan kedalam sol sepatu dengan cara sol sepatu yang tebal dilepas lalu dalamnya diisi dengan narkoba setelah diisi lalu dijahit/dilem kembali.

5. Dalam Drum/Kaleng

Barang bukti dimasukkan ke dalam drum/kaleng yang sudah bibagi menjadi 2 bagian, bagian atas barang yang sebenarnya dan bagian bawah adalah narkoba sehingga jika diperiksa maka yang terlihat adalah barang yang sesungguhnya, biasanya cara ini digunakan untuk menyelundupkan ganja melalui jalan darat.

6. Paket Pos

Barang bukti dimasukkan kedalam kotak lalu dikirimkan dengan menggunakan jasa paket pos tanpa identitas pengirim dan nama fiktif dari sipenerima dengan menggunakan alamat orang lain setelah itu baru diambil ke alamat tersebut dengan alasan salah kirim.


(42)

41 7. Kurir Barang

Narkoba dibawa seseorang atau beberapa orang yang diberi imbalaan uang dalam jumlah besar, biasanya kurir ada yang tidak mengetahui barang yang dibawanya dan ada juga yang mengetahui barang bawaannya, tetapi saat ini banyak WNA menggunakan kurir wanita yang terlebih dahulu dikawini atau dipacari cara ini banyak terjadi belakangan ini terutama oleh warga negara Nigeria atau Black African.

2.4. Narkoba

Narkoba adalah suatu istilah yang berasal dari terjemahan asing, seperti drug abuse dan drug dependence, dikalangan awam dikenal dengan istilah narkoba, yang merupakan singkatan dari Narkotika dan obat berbahaya. Ada istilah lain, yaitu NAPZA. NAPZA merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif. Berbagai istilah yang sering digunakan, tidak jarang menimbulkan salah pengertian, tidak saja di kalangan medis, tetapi juga masyarakat awam (Hawari 2003:51).

Narkoba itu sendiri sulit diartikan karena tergantung dari perspektif masing-masing individu. Barikut ini dikemukakan pengertian istilah narkoba menurut Dinas Kesehatan. Narkoba adalah istilah yang digunakan masyarakat dan aparat penegak hukum untuk bahan atau obat yang masuk kategori berbahaya atau dilarang digunakan, diproduksi, dipasok, diperjualbelikan, diedarkan dan sebagainya, di luar ketentuan hukum (Martono 2000:87).

Perspektif lain menjelaskan narkoba sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menimbulkan


(43)

pengaruh-42

pengaruh terntentu bagi individu yang menggunakannya. Menurut Hawari (2003:58), semua zat tergolong sebagai narkoba akan menimbulkan adiksi (ketagihan), yang pada waktunya akan berakibat pada ketergantungan. Hal ini disebabkan karena narkoba mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Keinginan yang tidak tertahankan

2. Kecenderungan untuk menambahkan takaran sesuai dengan toleransi tubuh.

3. Kecenderungan psikologis, yaitu apabila pemakaian zat dihentikan akan menimbulkan gejala-gejala kejiwaan seperti kegelisahan, kecemasan, depresi dan sejenisnya. 4. Ketergantungan fisik, yaitu apabila pemakaian zat

dihentikan akan menimbulkan gejala fisik yang dinamakan gejala putus zat (symtoms).

2.4.1 Jenis-jenis Narkoba dan Efeknya

Setiap jenis narkoba menimbulkan efek yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan zat-zat yang terkandung didalamnya memiliki efek samping yang berbeda-beda. Tidak ada jenis narkoba yang aman bagi tubuh.


(44)

43

Narkoba memiliki jenis-jenis yang berbeda, ada terbuat dari tumbuhan dan kimia. Menurut Badan Narkotika Nasional (2004), narkoba dibagi dalam tiga jenis, yaitu :

a. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman dan bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan tingkat kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketagihan atau ketergantungan yang sangat berat (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1997).

Jenis-jenis narkotika dibagi atas tiga golongan yaitu :

1. Narkotika golongan I : adalah narkotika yang paling berbahaya, daya adiktif sangat tinggi menyebabkan ketergantungan. Tidak dapat digunakan untuk kepentingan apapun kecuali untuk penelitian `atau ilmu pengetahuan. Contoh: Ganja, morphine, dan putauw.

2. Narkotika golongan II : adalah narkotika yang mempunyai daya adiktif yang kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan penelitian. Contoh : petidin dan turunannya, benzetidin, dan betametadol. 3. Narkotika golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya

adiktif ringan, tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : codein dan turunannya.


(45)

44

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis, bukan narkotika yang berkhasiat melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku, yang digunakan untuk mengobati gangguan jiwa (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997).

Jenis-jenis psikotropika dibagi atas empat golongan, yaitu :

1. Psikotropika golongan I : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk menyebabkan ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan dan sedang diteliti khasiatnya. Contoh : ekstasi (methylendioxy methapetamine dalam bentuk tablet dan kapsul), shabu-shabu (berbentuk Kristal berisi zat methamphetamine).

2. Psikotropika golongan II : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang kuat untuk menyebabkan sindroma ketergantungan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : amphetamine dan methaphetamine.

3. Psikotropika golongan III : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sedang, berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : lumubal, fleenitrazepam.

4. Psikotropika golongan IV : adalah psikotropika dengan daya adiktif ringan, berguna untuk pengobatan dan peneletian. Contoh : nitrazepam, diazepam (Martono 2006:89).


(46)

45 c. Bahan Adiktif Lainnya

Bahan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Namun dalam kelompok ini tidak mengandung bahn narkotika dan psikotropika, yang diantaranya yaitu rokok, kelompok alkohol dan minuman lainnya yang dapat memabukkan dan menimbulkan ketagihan, thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair atau aseton, cat, bensin yang bila dihirup akan memabukkan (Alifia 2008 : 15).

2.4.1.2. Efek Narkoba

Penggunaan narkoba dengan dosis teratur dapat bermanfaat sesuai tujuan, sedangkan penggunaan dengan dosis yang melebihi ukuran normal apalagi dalam kasus penyalahgunaan akan menimbulkan efek negatif. Efek-efek negatif penyalahgunaan narkotika akan meningkat sesuai dengan kuantitas dan kualitasnya, diantaranya (dalam Hari Sasangka, 2003 : 24) :

a. Euphoria adalah perasaan riang gembira. Efek euphoria timbul karena tidak sesuai dengan keadaan jasmani atau rohani si pemakainya. Disini dosis yang dipakai tidak begitu tinggi.

b. Delirium adalah menurunnya kesadaran mental si pemakai disertai kegelisahan yang cukup hebat yang terjadi secara mendadak. Efek delirium ini timbul karena pemakaian dosis yang lebih tinggi daripada euphoria.


(47)

46

c. Halusinasi adalah suatu kesalahan persepsi panca indera, sehingga apa yang dilihat atau didengar tidak sesuai dengan yang sesungguhnya.

d. Weakness adalah lemahnya jasmani atau rohani yang terjadi akibat ketergantungan dan kecanduan narkoba.

e. Drowsiness adalah menurunnya kesadaran, atau di antara sadar dan tidak sadar disertai dengan pikiran yang kacau.

f. Collapse adalah keadaan pingsan dan jika si pemakainya over dosis dapat mengakibatkan kematian.

Berbagai macam efek yang ditimbulkan oleh setiap narkoba sesuai dengan jenis narkoba tersebut, yaitu : eforia, santai, keringatan, stress dan rasa sakit, nafsu makan bertambah, perusakan pada kemampuan bergerak, kebingungan, hilangnya konsentrasi serta motivasi berkurang, keriangan dan bertenaga, ketajaman perhatian, percaya diri dan meningkatnya gairah atau kegiatan seksual. Meningkatnya nafsu makan dan berkurangnya nafsu makan tergantung pada jenis narkoba yang dikonsumsi, bahkan memperlambat reflek motorik, menekan pernafasan, denyut jantung. Mengganggu penalaran dan penilaian merupakan efek kelanjutan apabila mengkonsumsi narkoba dalam jangka waktu yang panjang hingga tak jarang berujung kepada kematian.

2.4.1.3. Dampak Narkoba

a. Dampak Sosial

Selain berpengaruh terhadap kondisi individu si pemakai, penyalahgunaan narkoba juga berpengaruh pada masyarakat luas (dalam Hari Sasangka, 2003 : 25), diantaranya yaitu :


(48)

47

1. Meningkatnya tindak kriminalitas, seperti pelecehan seksual, mencuri, dan lainnya.

2. Menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban nasional.

3. Menimbulkan kekerasan baik terhadap perorangan atau kelompok. 4. Tingginya kecelakaan lalu lintas.

5. Menyebarkan penyakit tertentu lewat jarut suntik yang dipakai oleh pengguna atau pecandu, misalnya hepatitis B, hepatitis C dan HIV/AIDS. 6. Banyaknya angka pengangguran dikarenakan efek narkoba tertentu

membuat pemakainya menjadi malas.

7. Membuat pemakainya menjadi anti-sosial dan tidak peduli dengan orang sekitarnya.

8. Membuat penyalahgunanya tidak menyadari perannya dalam masyarakat. 9. Dibenci dan dikucilkan masyarakat.

b. Dampak psikologis

Secara psikologis penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan perubahan perilaku si pemakainya yang dapat merugikan dirinya sendiri, keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Misalnya, emosi tidak terkendali, curiga berlebihan sampai pada tingkat Waham (tidak sejalan antara pikiran dan kenyataan), selalu berbohong, tidak merasa aman, tidak mampu mengambil keputusan yang wajar, tidak memiliki tanggung jawab, kecemasan yang berlebihan dan depresi, ketakutan yang luar biasa, hilang ingatan (gila), dan sebagainya

diakses pada


(49)

48

Bukan hanya penyalahgunaan narkoba yang memiliki dampak buruk pada masyarakat luas, namun peredaran gelapnya juga menimbulkan dampak buruk, diantaranya :

1. Meningkatnya permintaan dan konsumsi narkoba yang berpengaruh pada rusaknya generasi anak bangsa, terkhusus anak-anak dan remaja yang sangat rentan dari pengaruh narkoba.

2. Menimbulkan kerugian nasional yang sangat besar. 3. Merusak citra negara dan bangsa di mata negara lain.

4. Menimbulkan gaya hidup dan perilaku-perilaku buruk dalam masyarakat.

2.5. Operasional Variabel

Bagan 1

Operasional Variabel

Operasional variabel adalah unsur-unsur dalam penelitian yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu variabel, sehingga dapat diperoleh indikator-indikator apa saja

Variabel Bebas Pengetahuan masyarakat Desa Perumnas Simalingkar tentang penyalahgunaan dan

peredaran narkoba

Variabel Terikat Keluarga dan BNN sebagai agen sosialisasi


(50)

49

yang berperan sebagai pendukung yang selanjutnya dianalisa dari variabel-variabel tersebut. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat.

Variabel bebas atau independent yaitu variabel yang dinyatakan sebagai faktor penyebab terjadinya perubahan atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Yang menjadi variabel bebas pada penelitian ini adala pengetahuan masyarakat desa tentang penyalahgunaan dan peredaran narkoba, yang meliputi :

a. Jenis narkoba. b. Dampak narkoba.

c. Pola penyalahgunaan narkoba. d. Izin peredaran

e. pola peredaran gelap narkoba secara umum.

Variabel terikat atau dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Keluarga dan BNN sebagai agen sosialisasi. Adapun indikator pada variabel ini, ialah:

a. Positif, yaitu sebagai agen sosialisasi menambah pengetahuan masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

b. Negatif, yaitu sebagai agen sosialisasi tidak menambah pengetahuan masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba


(51)

50 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ini adalah penelitian studi deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang bertujuan memperoleh data dari lapangan dalam bentuk angka yang kemudian dianalisis. Studi deskriptif dalam hal ini adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian mengangkat kepermukaan karakter gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut (Bungin, 2005 : 36).

Penelitian deskriptif kuantitatif penggunaan hipotesis dianggap tidak perlu karena penelitian jenis ini tidak ditujukan untuk menguji hipotesis, tetapi hanya mendeskripsikan ataupun mengidentifikasi data (Bungin Burhan, 2005 : 84).

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Perumnas Simalingkar, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena menurut observasi awal, cukup banyak masyarakat kurang mengetahui bahaya penyalahgunaan dan peredaran narkoba yang belakangan ini sudah merajalela terjadi di Desa Perumnas Simalingkar.


(52)

51 3.3. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel

3.3.1. Populasi

Dalam metode penelitian ini kata populasi digunakan untuk menyebutkan sekelompok kecil objek yang menjadi sasaran penelitian. Oleh karena itu, populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek penelitian (Burhan, 2005 : 99). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat yang tinggal di Desa Perumnas Simalingkar, Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan informasi yang diperoleh, populasi masyarakat pada tahun 2013 di Desa Perumnas Simalingkar sebanyak 1696 kepala keluarga (KK).

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Oleh karena itu, sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri (Bailey, 1994 : 83). Untuk menghitung besarnya sampel penelitian ini akan digunakan pendapat Taro Yamane (Rakhmat, 1995 : 99). Untuk jumlah populasi yang terah diketahui dapat digunakan rumus Taro Yamane (Ridwan dan Akdon, 2006) untuk menghitung jumlah sampel yang diperlukan. Rumus yang dikemukakan Taro Yamane adalah :

1

)

(

2

+

=

d

N

N

n

Di mana, n = besarnya sampel


(53)

52

D = level signifikansi yang diinginkan atau presisi (peneliti menetapkan 10% atau d=0,1)

Dari rumus Taro Yamane tersebut, maka besar sampel yang ditarik pada penelitian ini adalah :

1

)

1

,

0

(

1696

1696

2

+

=

n

1 01 . 0 1696 1696 + = x

96

.

17

1696

=

= 94.432

Berdasarkan perhitungan tersebut, besar sampel yang diperlukan adalah 95 orang. Maka dibulatkan menjadi 100 orang.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian (Burhan Bungin, 2004). Yang menjadi data primer dalam penelitian ini, yaitu:


(54)

53

1. Kuisioner, yaitu alat pengumpul data yang menyebarkan angket yang berisi sejumlah pertanyaan tertulis yang dipergunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya.

2. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak pada saat penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati langsung dilapangan. Data yang diperoleh melalui observasi terdiri dari rincian tentang kegiatan, perilaku, tindakan orang atau keseluruhan kemungkinan interaksi interpersonal dan proses penataan yang merupakan bagian dari lapangan yang dapat diamati. Hasil obsevasi ini kemudian ditungkan dalam bentuk catatan lapangan.

3.4.2. Data Sekunder

Studi Kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berasal dari buku, juga dari sumber-sumber lainnya seperti surat kabar, internet, dan lain-lain yang berkaitan langsung dan dianggap relevan dengan penelitian ini.

3.5. Teknik Penyajian dan Analisis Data

3.5.1. Penyajian Data

Teknik penyajian data dalam studi ini, dalam bentuk tabel, baik tabel tunggal dan tabulasi silang (crosstabs) dengan menggunakan program SPSS 17 For Windows 7. Ada 2 menu utama yang digunakan, yaitu pada menu Analyze-deskriptive statistik, menggunakan sub menu frequency dan crosstabs. Sub menu frequency bermanfaat untuk mendapatkan


(55)

54

gambaran tentang statistik satu variabel yang dicari. Sedangkan sub menu crosstabs

bermanfaat untuk mendapatkan informasi secara efektif melalui pasangan dua variabel yang dicari.

Penggunaan crosstabs dalam penelitian ini bukan sebagai alat analisis terukur atau kuantitatif murni, karena perhitungan uji statistik dan uji tematik yang menggunakan proses perhitungan aritmatika diabaikan. Crosstabs hanya digunakan untuk memudahkan dan mengefisienkan pemaknaan dua variabel yang ditabulasikan dalam satu tabel untuk menggali makna tertentu, tanpa melihat seberapa signifikan kedua variabel tersebut berhubungan secara statistik.

3.5.2. Analisis Data

Analisis data adalah proses proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 1995:263). Untuk menganalisis data pada penelitian ini dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data kuantitatif, dengan tidak menyertakan pengambilan keputusan melalui hipotesis (Sarwono, 2006:15).

Untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan penelitian ini, maka digunakan prosedur analisis data primer yakni Analisis Tabel Distribusi Frekuensi yaitu analisis ini dilaksanakan berdasarkan rekapitulasi jawaban responden penelitian ini, adapun jawaban tersebut mencakup pengetahuan masyarakat mengenai poin-poin pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tentang indikasi permasalahan penelitian.


(56)

55 3.6. Jadwal Kegiatan

3.7. Keterbatasan Penelitian

Setiap penelitian sejatinya mengalami hambatan, baik dari faktor internal maupun eksternal. Demikian halnya dengan penelitian ini. Adapun yang menjadi keterbatasan penelitian yang penulis hadapi, antara lain :

No Kegiatan Bulan Ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Pra Survey 

2 ACC Judul Penelitian 

3 Penyusunan Proposal penelitian   

4 Seminar Proposal Penelitian 

5 Revisi Proposal 

6 Penelitian Lapangan  

7 Pengumpulan dan analisis data  

8 Bimbingan Skripsi  

9 Penulisan laporan Akhir  


(57)

56 1. Faktor internal

Faktor internal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini yaitu terbatasnya kemampuan dan pengalaman yang dimiliki peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian ilmiah dan secara teknis yang mungkin mempunyai dampak metodologis maupun substantif, seperti keterbatasan pengambilan sampel, keterbatasan jumlah sampel, keterbatasan instrumen penelitian, waktu dan lainnya. 2. Faktor eksternal

Faktor ekternal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini yaitu peneliti mengalami kesulitan untuk mendapatkan responden yang bersedia mengisi kuesioner, karena alasan kesibukan dan ketakutan para responden dalam mengisi kuesioner. Ketakutan para responden dalam mengisi kuesioner ini umumnya diakibatkan karena mereka tidak mau dilibatkan dalam mempertanggungjawabkan kuesioner yang telah mereka isi.


(58)

57 BAB IV

HASIL DAN ANALISIS DATA

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah dan Kondisi Geografis Desa Perumnas Simalingkar

Desa Perumnas Simalingkar merupakan salah satu desa dari 25 desa yang terdapat di wilayah kecamatan Pancur Batu. Luas wilayah berkisar 42 Hektar (0,42 km2) atau 0,34% dari seluruh wilayah keseluruhan Kecamatan Pancur Batu. Desa Perumnas Simalingkar terdiri dari 7 lingkungan yaitu : lingkungan I sampai lingkungan VII yang rata-rata dikelilingi oleh tanah bekas perkebunan sawit PTPN-II dan ladang milik perorangan. Secara administratif, Desa Perumnas Simalingkar mempunyai batas-batas dengan daerah lain sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Tanah Warga Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Simalingkar A Kecamatan Pancur Batu

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Mangga Kecamatan Medan Tuntungan


(59)

58

Secara umum Desa Perumnas Simalingkar berbatasan dengan Desa Simalingkar A yang terletak pada wilayah Selatan dan Barat. Batas-batas antar wilayah Desa Perumnas Simalingkar dengan wilayah desa lainnya adalah aliran sungai dan bisa dikatakan bahwa Desa Perumnas Simalingkar dikelilingi oleh aliran sungai sehingga mengakibatkan rawan terjadinya banjir.

4.1.2. Luas Desa Perumnas Simalingkar

Luas Desa Perumnas Simalingkar adalah 42,00Ha yang dipergunakan untuk pemukiman penduduk, terminal dan fasilitas umum. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 4.1 sebagai berikut.

Tabel 4.1

Luas Desa Perumnas Simalingkar

No Penggunaan Lahan Luas Desa (Ha)

1 Luas Permukiman 41,26

2 Luas Terminal 0,21

3 Luas Fasilitas Umum 0,53

Jumlah 42,00

Sumber : Profil Desa Perumnas Simalingkar, 2014

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan yang paling luas yaitu permukiman penduduk seluas 41,26Ha, kedua yaitu fasilitas umum seluas 0,53Ha dan ketiga yaitu terminal angkutan umum seluas 0,21Ha. Desa Perumnas Simalingkar merupakan


(60)

satu-59

satunya wilayah desa dari 25 Desa di Kecamatan Pancur Batu yang memiliki banyak terminal angkutan umum.

4.1.3. Kondisi Demografi dan Sosial-Ekonomi

Berdasarkan data profil Desa Perumnas Simalingkar tahun 2013, penduduk Desa Perumnas Simalingkar berjumlah 9094 jiwa dengan proporsi jumlah wanita lebih besar dari pria (4740 > 4354) dan terdiri dari 1696 Kepala Keluarga. Desa Perumnas Simalingkar merupakan salah satu desa yang paling padat penduduknya diantara 25 desa yang ada di Kecamatan Pancur Batu. Jumlah penduduk Desa Perumnas Simalingkar, dapat klasifikasikan berdasarkan jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan atau mata pencaharian dan tingkat pendidikan. Untuk lebih jelasnya, akan disajikan dalam tabel hasil data penelitian dan atau tabel distribusi berikut.

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin F %

1 Perempuan 4740 52,12

2 Laki-laki 4354 47,88

Jumlah 9094 100


(61)

60

Pada data tabel 4.2 dapat dilihat bahwa perbandingan jumlah jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Dari jumlah penduduk Desa Perumnas Simalingkar yang berjumlah 9094 jiwa, jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan berbeda, di mana penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan penduduk yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 4740 jiwa (52,12%), sedangkan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 4354 jiwa (47,88%).

Tabel 4.3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama F %

1 Islam 5385 59,21

2 Protestan 3345 36,79

3 Katholik 310 3,41

4 Budha 40 0,44

5 Hindu 14 0,15

Jumlah 9094 100

Sumber: Profil Desa Perumnas Simalingkar, 2014

Dari data tabel 4.3 dapat dilihat bahwa penduduk Desa Perumnas Simalingkar yang memeluk agama Islam, yaitu sebanyak 5385 jiwa (59,21%), pemeluk agama Protestan sebanyak 3345 (36,79%), pemeluk agama Katholik sebanyak 310 jiwa (3,41%), pemeluk agama Budha sebanyak 40 jiwa (0,44%), dan pemeluk agama Hindu sebanyak 14 jiwa


(62)

61

(0,15%). Dengan demikian, agama mayoritas di desa ini yakni Islam karena lebih banyak pemeluk agama Islam dibandingkan pemeluk agama lain.

Tabel 4.4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

No Suku F %

1 Batak/Karo 5359 58,92

2 Jawa 2268 24,94

3 Aceh 535 5,9

4 Minang 432 4,75

5 Nias 323 3,55

6 Melayu 124 1,36


(63)

62

Jumlah 9094 100

Sumber: Profil Desa Perumnas Simalingkar, 2014

Penduduk Desa Perumnas Simalingkar terdiri dari berbagai suku bangsa, di mana suku mayoritas adalah suku batak dan karo serta suku jawa. Pada tabel 4.4 dapat dilihat jumlah penduduk Desa Perumnas Simalingkar yang bersuku Batak dan Karo sebanyak 5359 jiwa (58,92%), suku Jawa sebanyak 2268 jiwa (24,94%), suku Aceh sebanyak 535 jiwa (5,9%), suku Minang sebanyak 432 jiwa (4,75%), suku Nias sebanyak 323 jiwa (3,55%), suku Melayu sebanyak 124 jiwa (1,36%), dan lainnya seperti suku Sunda, Ambon, Betawi, Mentawai, dan Madura sebanyak 53 (0,58%). Walaupun terdiri dari beragam suku, di dalam kehidupan bermasyarakat tetap rukun.

Tabel 4.5

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No Mata Pencaharian F %

1 Pegawai Negeri Sipil 553 17,45

2 Pengrajin Industri Rumah Tangga 84 2,65


(1)

143

5. Pekerjaan

:

a.

Buruh

c. Pegawai Swasta

b.

Pedagang/wiraswasta

d. Pegawai Negeri (PNS)

e. Mahasiswa

6. Penghasilan per bulan :

a.

< Rp. 1.000.000

b.

Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000

c.

Rp. 2.000.000 - Rp. 3.000.000

d.

> Rp. 3.000.0000

7. Sumber informasi

Televisi

Radio

Koran / majalah

Lainnya,

sebutkan...

II. Kuesioner yang berhubungan dengan Pengetahuan Masyarakat tentang

Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba ( Variabel Bebas )

Berilah tanda cheklist (

√)

pada pernyataan yang tersedia sesuai dengan jawaban

menurut anda benar.

A.

Pengetahuan tentang penyalahgunaan narkoba

No

Pernyataan

Benar

Salah

1.

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/ bahan berbahaya


(2)

144

2.

Narkoba ada yang berasal dari alam dan ada yang buatan

3.

Rokok dan minuman mengandung alkohol merupakan contoh dari zak adiktif

4.

Shabu-shabu merupakan contoh dari psikotropika (zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis)

5.

Ganja merupakan contoh dari narkotika alami

6.

Tempat rehabilitasi narkoba ditujukan kepada pemakai narkoba yang ketergantungan

7.

Penyalahgunaan narkoba dapat merubah kepribadian manusia secara drastis, pemurung, pemarah dan tidak takut dengan siapapun

8.

Penyalahgunaan narkoba termasuk perilaku menyimpang, yang salah satunya karena dipelajari oleh seseorang dalam kelompoknya.

9.

Narkoba jika disalahgunakan membuat pemakainya putus sekolah, putus kerja, sampai tindak kekerasan


(3)

145

10.

penyalahgunaan narkoba mengakibatkan hancurnya harapan keluarga dan keluarga merasa malu di masyarakat

11.

Dampak sosial penyalahgunaan narkoba yaitu mengganggu dan menimbulkan bahaya bagi ketentraman serta keselamatan umum

12.

Memakai narkoba awalnya dari coba-coba karena rasa ingin tahu

13.

Pemakaian narkoba dilakukan pada saat bersenang-senang atau berkumpul bersama teman sepergaulan

14.

Para pemakai cenderung menggunakan narkoba pada situasi tertentu, misalnya kesepian atau stress

15.

Coba-coba, ajakan teman, memakai pada situasi tertentu sehingga menyalahgunakan dan ketergantungan akan narkoba merupakan tahapan dari penggunaan narkoba

B.

Pengetahuan tentang peredaran narkoba


(4)

146

1.

Narkoba bisa diedarkan jika memiliki izin dari aparat hukum dan badan kesehatan

2.

Peredaran narkotika dan psikotropika yang diizinkan bila bertujuan dan bermanfaat dalam dunia kesehatan dan penelitian

3.

Menyalahgunakan dan mengedarkan dalam jumlah banyak dan secara gelap narkotika dan psikotropika merupakan kegiatan yang melanggar hukum dan menyimpang dari norma dan nilai dalam masyarakat

4.

Peredaran gelap (illegal) narkoba biasanya dilakukan oleh oknum seperti kurir dan bandar

5

Bandar narkoba adalah orang atau kelompok berbahaya yang merusak generasi manusia dan dapat dihukum penjara seberat-beratnya atau dihukum mati

6.

Peredaran gelap narkoba di indonesia karena adanya jaringan narkoba internasional yang mengedarkan

7.

Jalur laut biasanya menjadi target/ incaran dan sangat rentan dari peredaran dan pengedar besar

8.

Narkoba diedarkan secara illegal melalui beragam modus operandi seperti di tas khusus, kemasan plastik makanan dan minuman


(5)

147

III. Kuesioner yang berhubungan dengan Keluarga dan BNN sebagai Agen

Sosialisasi (Variabel Terikat)

Berilah tanda silang (x) pada jawaban anda yang menurut anda benar

1. Apakah anda dekat dengan keluarga (orang tua, kakak perempuan atau laki-laki, adik, istri atau suami) anda?

a. Sangat dekat b. Dekat

c. Kurang Dekat d. Tidak Dekat

2. Apakah keluarga anda pernah memberikan informasi kepada anda tentang bahaya narkoba ?

a. Sering

b. Kadang-kadang c. Tidak Pernah

3. Apakah informasi yang anda peroleh dari keluarga anda dengan efektif menambah pengetahuan anda mengenai bahaya narkoba ?

a. Ya b. Tidak


(6)

148

4. Apakah menurut anda Keluarga merupakan agen sosialisasi yang utama dan berperan aktif dalam memberikan informasi kepada anda tentang bahaya narkoba ?

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

5. Apakah anda mengetahui BNN (Badan Narkotika Nasional) ? a. Sangat Tahu

b. Tahu

c. Kurang Tahu d. Tidak Tahu

6. Apakah anda pernah menerima informasi dari BNN tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba ?

a. Sering

b. Kadang-kadang c. Tidak Pernah

7. Apakah informasi yang anda dapat dari BNN dapat menambah keyakinan anda mengenai bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba ?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah menurut anda BNN merupakan lembaga atau institusi yang berperan penting dalam pencegahan dan pemberantasan narkotika dan prekursor narkotika dan sudah


Dokumen yang terkait

The Role of Gender in Taking Adecision for Family Planning in Using Contraception Method in Desa Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 25 98

Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja (Studi Kasus Pengguna Narkoba Di Desa Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu)

14 286 86

Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Televisi Lokal DELI TV (DTV) Medan (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan)

5 51 141

Evaluasi Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah Studi Kasus: Perumnas Simalingkar

0 31 13

Peran Badan Perwakilan Desa (BPD) Dalam Proses Demokratisasi Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang (Suatu Tinjauan di Desa Simalingkar A dan Desa Perumnas Simalingkar)

1 49 124

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan - Pengetahuan Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar Tentang Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar, Kecamantan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

0 2 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Pengetahuan Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar Tentang Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar, Kecamantan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 10

Pengetahuan Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar Tentang Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar, Kecamantan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja (Studi Kasus Pengguna Narkoba Di Desa Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu)

0 0 7

Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja (Studi Kasus Pengguna Narkoba Di Desa Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu)

1 1 13