8
Dalam teori tangga partisipasi Arnstain, 1971 dalam Amirya et.al 2011:6 terdapat tiga derajat partisipasi yang kemudian diperinci menjadi delapan tangga
partisipasi. Derajat paling rendah adalah nonpartisipasi yang terdiri dari dua anak tangga yaitu manipulasi dan terapi. Derajat yang kedua adalah partisipasi simbolik
menunjukkan adanya partisipasi yang lebih tinggi dibanding dengan derajat yang pertama yaitu adanya pemberian informasi, konsultasi dan konsensi. Derajat yang
ketiga adalah partisipasi penuh ini menunjukkan adanya redistribusi kekuasaan dari pemerintah kepada masyarakat yang ditunjukan dengan adanya kemitraan,
pendelegasian wewenang dan kontrol oleh warga.
2.1.3 Teori Motivasi
Motivasi artinya dorongan atau daya gerak dalam individu. Motivasi bersumber dari dalam diri individu namun dapat dirangsang dengan faktor
eksternal asalkan sesuai dengan kondisi internal individu yang bersangkutan. Dengan motivasi diharapkan karyawan mau bekerja keras untuk mencapai
produktivitas yang tinggi. Motivasi diperlukan untuk mengarahkan daya potensi individu agar bekerja produktif. Motivasi ditunjukkan oleh aktivitas yang continue
dan harus objective oriented. Menurut Heidjerachman 2002:197 ada tiga teori motivasi:
a. Contetnt Theory, penekanannya pada faktor-faktor internal individu yang menyebabkan mereka bertingkah laku. Teori ini harus bisa menjawab
kebutuhan seorang individu dan mengapa mereka melakukan aktifitas tersebut.
b. Procces Theory, menekankan pada bagaimana dan dengan tujuan apa individu dimotivasi. Dalam hal ini kebutuhan individu hanya merupakan
salah satu elemen dalam proses bagaimana individu bertingkah laku. Dasar teori proses adalah penghargaan atas tingkah laku yang mereka lakukan.
c. Reinforcement Theory, menekankan pada bagaimana konsekuensi perilaku di masa lalu mempengaruhi tindakan di masa depan dalam siklus proses
pembelajaran.
9
2.1.4 Teori Komitmen Organisasi
Menurut Luthans 2002:575 ada tiga komponen pokok komitmen organisasi, yaitu:
a. Affective Commitment Komitmen sebagai keterikatan afektif pada suatu organisasi, adalah tingkat keterikatan secara psikologis dengan organisasi
berdasarkan seberapa baik perasaan mengenai organsiasi. Komitmen jenis ini muncul dan berkembang oleh dorongan adanya kenyamanan,
keamanan dan manfaat lain yang dirasakan dalam suatu organsiasi yang tidak diperolehnya dari tempat atau organisasi yang lain. Semakin nyaman
dan tinggi manfaatnya yang dirasakan oleh anggota maka semakin tinggi komitmen seseorang pada organisasi.
b. Continuence Commitment Komitmen sebagai biaya yang harus ditanggung jika meninggalkan atau keluar dari organisasi, yaitu
keterikatan anggota secara psikologis pada organisasi karena biaya yang dia tanggung sebagai keluar organisasi. Dalam kaitannya dengan ini
anggota akan mengkalkulasi manfaat dan pengorbanan atas keterlibatan dalam atau menjadi anggota suatu organisasi. Anggota akan cenderung
memiliki daya tahan atau komitmen yang tinggi dalam keanggotaan jika pengorbanan akibat keluar organisasi semakin tinggi.
c. Normative Commitment Komitmen sebagai kewajiban untuk tetap dalam organisasi, keterikatan anggota secara psikologis dengan organisasi
karena kewajiban moral untuk memelihara hubungan dengan organisasi. Dalam hal ini sesuatu yang mendorong anggota untuk tetap berada dan
memberikan sumbangan pada keberadaan suatu orgnaisasi baik materi maupun non materi adalah adanya kewajiban moral, yang mana seseorang
akan merasa tidak nyaman dan bersalah jika tidak melakukan sesuatu.
2.2 Budaya Organisasi