Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Elastomer Vinyl Polysiloxane Dalam Larutan Ekstrak Kemangi 25%

(1)

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN

ELASTOMER VINYL POLYSILOXANE DALAM

LARUTAN EKSTRAK KEMANGI 25%

SKRIPSI

OLEH : Ryanda Pristika NIM : 080600114

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi

Tahun 2013

Ryanda Pristika

Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Elastomer Vinyl Polysiloxane dalam Larutan Ekstrak Kemangi 25%

viii + 36 halaman

Elastomer merupakan bahan cetak dengan akurasi paling baik. Bahan ini banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi restoratif. Lingkungan kerja dokter gigi banyak bakteri patogen yang dapat menimbulkan kontaminasi silang. Untuk menghindari infeksi silang maka sebaiknya dilakukan desinfeksi pada hasil cetakan. Namun beberapa peneliti menemukan perubahan dimensi pada bahan cetak elastomer yang dipakai setelah desinfeksi. Marriane dan Kasmirul Ramlan menyebutkan, bahwa ekstrak daun kemangi dapat menghambat pertumbuhan staphylococcus aureus. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat perubahan dimensi hasil cetakan elastomer vinyl polysiloxane setelah perendaman dalam larutan ekstrak

kemangi 25%. Desain penelitian adalah post test only control group. Master die berbentuk kerucut terpancung dengan tinggi 10 mm, diameter alas 8 mm dan diameter puncak 7 mm. Sebagai sendok cetak dipergunakan ring dengan diameter 10 mm dan tinggi 15 mm. Sampel stone die diperoleh dari pengisian cetakan sebelum


(3)

dan sesudah perendaman. Besar sampel 10 buah, untuk setiap kelompok kontrol, kelompok perendaman 24, 48, 72 dan 96 jam yang direndam dalam larutan estrak daun kemangi 25%. Pengukuran dilakukan pada diameter alas, kemudian hasil pengukuran dianalisis dengan uji ANOVA satu arah dengan derajat kemaknaan (p<0.05). Hasil pengukuran menunjukkan persentase rata-rata perubahan dimensi pada diameter alas kelompok kontrol adalah 0,7% (SD 0,27), kelompok perendaman 24 jam adalah (-)1,06% (SD 0,63), kelompok perendaman 48 jam adalah (-)2,02% (SD 0,48), kelompok perendaman 72 jam adalah (-)2,09% (SD 0,409) dan pada kelompok perendaman 96 jam adalah (-)2,34% (SD 0,74). Hasil uji statistik One

Way Anova menunjukkan terjadi perubahan bermakna antar tiap kelompok perlakuan.

Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perubahan bermakna antara kontrol dengan perendaman 24 jam, tetapi ada perubahan ukuran bermakna antara kontrol dengan perendaman 48, 72 dan 96 jam. (p<0,05)


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

Medan, ……….. 2013

Pembimbing: Tanda tangan

1. Sumadhi S., drg,. Ph.D ………..

2. Astrid Yudhit, drg.M.Si


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi Pada tanggal 28 Maret 2013

TIM PENGUJI

KETUA : Lasminda Syafiar, drg., M.Kes ANGGOTA : 1. Sumadhi S, drg., Ph.D

2. Rusfian, drg., M.Kes 3. Astrid Yudhit, drg., M.Si


(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:

1. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang memberi izin dilaksanakannya penelitian.

2. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes, selaku Ketua Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas kesediannya menerima penulis untuk menyelesaikan skripsi di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Sumadhi S, drg., Ph.D dan Astrid Yudhit, drg., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi dan meluangkan waktu dalam membimbing serta mengarahkan penulis hingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Seluruh staf di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan seluruh staf pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Yati Roesnawi, drg., selaku dosen wali yang membimbing dan memberi petunjuk kepada penulis selama masa pendidikan.


(7)

6. Kepada bapak dan ibu tercinta Suryawan Prayogo dan Monika Rusmiati, juga adik Rydwan Prastiko, dan seluruh keluarga besar yang selalu melimpahkan kasih sayang, perhatian dan doa yang tulus kepada penulis.

7. Untuk teman-teman yang banyak memberikan semangat dan bantuan demi kelancaran skripsi ini, Clara Verlina, Vincilia, Lulu, Kaya, Linda, Putripa, Harween, Ilice, Dahliana, Ci In In, Kak Ziah, teman teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi stambuk 2008, serta abang dan adik asisten laboratorium farmakognosi Fakultas Farmasi USU. Mereka yang secara tidak langsung selalu memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, Jihoon, Seungho, Sanghyun, Changsun, Byunghee dan Cheolyong. Terima kasih atas segala motivasi yang kalian berikan dari jauh sana. Juga kepada ibu Maya Fitria, SKM. M.Kes. Terima kasih atas bantuan dan motivasinya selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan Ilmu Kedokteran Gigi. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas semua kebaikan tersebut dengan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua

Medan, ……… Penulis

Ryanda Pristika 080600114


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Rumusan Masalah...………... 3

1.3 Tujuan Penelitian……….………... 3

1.4 Hipotesis ……… 4

1.5 Manfaat Penelitian ……… 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... ... 5

2.1 Bahan Cetak Elastomer Vynil Polysiloxane... 5

2.2 Stabilitas Dimensi Bahan Cetak Elastomer………... 7

2.3 Desinfeksi Bahan Cetak 2.3.1 Bahan Desinfektan ………... 8

2.3.2 Cara Desinfeksi ……… 9

2.4 Bahan Herbal Kemangi ……… 10

BAB 3 METODE PENELITIAN... ... 13

3.1 Jenis Penelitian ……….. 13

3.2 Desain Penelitian ………... 13


(9)

3. 4 Sample dan Besar Sampel……….. 12

3.4.1 Sampel ………...……… 12

3.4.2 Besar Sampel ………...……… 12

3.4.3 Kriteria Sampel…...……… 13

3.5 Variabel Penelitian ………...……….. 13

3.5.1 Variabel Bebas …..……… 13

3.5.2 Variabel Tergantung …...……….. 13

3.5.3 Variabel Terkendal...………. 14

3.5.4 Variabel Tak Terkendali …..………. 14

3.6 Defenisi Operasional……….. 14

3.7 Alat dan Bahan Penelitian………... 15

3.7.1 Alat Penelitian ………...……… 15

3.7.2 Bahan Penelitian ………...……….. 16

3.8 Prosedur Penelitian ……… 18

3.8.1Pembuatan Larutan Ekstrak Daun Kemangi …………. 19

3.8.2 Pembuatan Sampel ………...……….. 22

3.9 Analisa Data ……….. 27

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN ANALISA HASIL KESIMPULAN……….….. 28

4.1 Hasil Penelitian.………... 29

4.2 Analisis Hasil Penelitian...………… 30

BAB 5 PEMBAHASAN……. ……….. 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………..……….. 34

6.1 Kesimpulan …..………... 34

6.2 Saran ………...………… 34


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar ` Halaman

1. Tanaman Kemangi ……… 10

2. Daun Kemangi ……….…………. 10

3. Daun Kemangi yang sudah di cuci bersih………. 19

4. Pengeringan dalam lemari pengering dan daun kemangi serbuk…. . 20

5. Pengenceran larutan kemangi 25%………... .... 22

6. Perendaman 24 jam ... . 23

7. Perendaman 48 jam ... 24

8. Perendaman 72 jam ... 25

9. Perendaman 96 jam ... 25

10.Pengisian cetakan ... 26

11.Pengukuran die ... 27


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel ` Halaman

1. Data pengukuran diameter alas die stone pada kelompok kontrol dan pada

perendaman dengan waktu 24, 48, 72 dan 96 jam ... 29

2. Perubahan dimensi pada alas die stone ... 30

3. Tabel uji normalitas data dengan uji Kolmorov-Smirnov ... 31

4. Tabel uji One Way Anova ... 31


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran ` Halaman

1. Kerangka Teori ... 37

2. Kerangka Konsep Penelitian ... 38

3. Alur Penelitian ……….…………. 39

4. Rincian Biaya Penelitian ………... 40

5. Hasil Analisi Data Penelitian ... 41


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bahan cetak elastomer merupakan bahan cetak elastik dengan akurasi yang paling baik. Bahan ini dipergunakan secara luas dalam bidang kedokteran gigi restoratif, contohnya pada pembuatan restorasi keramik, jembatan, restorasi implant gigi tiruan sebagian lepasan dan juga gigi tiruan penuh. Terdapat empat macam bahan cetak elastomer yang ada, yaitu polisulfida, polieter, silikon tipe kondensasi dan silikon tipe addisi. Dua tipe dari bahan cetak elastomer jenis silikon telah dikembangkan, dan diberi nama sesuai dengan tipe dari reaksi polimerisasi yang terjadi. Bahan cetak silikon yang paling berkembang dan lebih popular saat ini adalah silikon tipe addisi. Stabilitas dimensi bahan cetak elastomer silikon antara silikon addisi dan kondensasi berbeda satu dengan yang lain, dimana reaksi pengerutan selama proses polimerisasi (polymerization shrinkage) tipe addisi lebih

rendah jika di banding dengan tipe kondensasi. Hal ini terjadi karena bahan tipe addisi memiliki produk samping (by product) berupa gas hidrogen. Apabila gas

hidrogen tersebut keluar, maka tidak akan menimbulkan perubahan dimensi dari bahan cetak addisi ini.

Pada dasarnya dalam lingkungan kerja dokter gigi banyak bakteri patogen dalam saliva atau dalam mulut pasien yang dapat menimbulkan kontaminasi silang antara pasien terhadap dokter gigi dan laboran. Tindakan dalam praktek dokter gigi dan penggunaan instrumen dokter gigi sangat memungkinkan terjadinya infeksi silang, baik kepada dokter gigi sendiri, pasien, asisten, dan juga para laboran. Salah satu pekerjaan di bidang kedokteran gigi yang memungkinkan terjadinya kontaminasi silang bakteri patogen adalah pengambilan cetakan rahang. Bahan cetak yang sering terkena cairan saliva dan darah dari dalam rongga mulut menjadi salah satu sumber


(14)

yang signifikan untuk terjadinya infeksi silang. Mikroorganisme dari dalam rongga mulut, dapat menempel pada bahan cetak dan dapat berpindah ke cetakan. Bahkan, dengan pencucian biasa dengan air atau pembilasan menggunakan air mengalir tidak sepenuhnya menghilangkan kontaminasi mikroorganisme yang didapat dari bahan cetak.

Untuk menghindari terjadinya infeksi silang maka sebaiknya cetakan setelah dikeluarkan dari rongga mulut direndam dalam larutan antiseptik selama 10 menit. Penelitian yang dilakukan oleh Ivanis T, dkk (2000) mendapati bahwa terjadinya perubahan dimensi yang tidak berarti dari bahan cetak elastomer jenis silikon tipe addisi yang telah direndam dalam larutan antiseptik chlorhexidine gluconate 0,5% selama 10, 30, 60 menit, dan 24 jam. Hasil yang mereka dapati bahwa perubahan yang terjadi masih dalam batas toleransi yakni sebesar 0,2-0,4%.

3

Namun dalam penelitian lain, ditemukan terjadinya perubahan dimensi pada bahan cetak elastomer yang dipakai, setelah dilakukannya proses desinfeksi dengan perendaman dalam larutan antiseptik. Pada penelitian yang dilakukan oleh Cassaro A, dkk(2008) mendapatkan hasil bahwa terjadi perubahan dimensi sebesar 0,5% pada proses desinfeksi dengan merendam cetakan elastomer jenis silikon addisi polimerisasi dalam antiseptik Stregium Powder dan MD520.

3,4

Bahan cetak vynil polysiloxane merupakan bahan cetak dengan stabilitas dimensi paling baik diantara bahan cetak elastomer lainnya. Menurut Anusavice, bahan cetak elastomer ini bahkan dapat bertahan dari perubahan dimensi mulai dari 24 jam sampai 1 minggu setelah dikeluarkan dari rongga mulut.

4,5

Pada masa sekarang ini, penggunaan herbal sedang berkembang pesat di Indonesia. Baik sebagai obat ataupun bahan desinfeksi dan penelitian terhadap bahan ini sangat berkembang. Salah satu bahan alami yang dapat digunakan sebagai bahan penghambat bakteri yaitu daun kemangi ( Ocimum sanctum L). Pada penelitian yang

dilakukan oleh Marriane dan Kasmirul Ramlan pada tahun 2006 menyebutkan, bahwa ekstrak daun kemangi dapat menghambat pertumbuhan Staphylococus Aureus.

2


(15)

Telah banyak dilakukan penelitian terhadap bahan cetak elastomer vynil polysiloxane sebelumnya. Penelitian yang selama ini dilakukan memakai waktu perendaman mulai dari 10 menit hingga 96 jam. Dari hasil yang diperoleh, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa perubahan dimensi yang di dapat masih dalam batas toleransi klinis. Hal ini yang menyebabkan dilakukannya penelitian ini terhadap bahan perendaman larutan ekstrak daun kemangi 25%.

1.2 Masalah Penelitian

Apakah terdapat perubahan dimensi hasil cetakan bahan cetak elastomer vinyl

polysiloxane yang di rendam dalam larutan ekstrak daun kemangi 25%

dengan waktu perendaman 24, 48, 72 dan 96 jam.

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat perubahan dimensi hasil cetakan elastomer vinyl polysiloxane setelah perendaman dalam larutan ekstrak kemangi 25% dengan waktu perendaman 24, 48, 72 dan 96 jam.

1.4Hipotesis Penelitian

Tidak terdapat perubahan dimensi dari hasil cetakan bahan cetak elastomer

vinyl polysiloxane yang di rendam dalam larutan ektrak daun kemangi 25%


(16)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat, dokter gigi, dan praktisi mengenai sifat bahan cetak elastomer terutama jenis vynil polyxiloxane tentang perubahan dimensi setelah dilakukan proses perendaman 2. Hasil penelitian ini bagi perkembangan IPTEK diharapkan dapat menjadi

referensi dan menambah pengetahuan khususnya bagi Ilmu Material Kedokteran Gigi.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengambilan cetakan gigi dan rongga mulut merupakan langkah awal dalam pembuatan tambalan inlay, gigi tiruan atau pesawat ortodonti dalam kedokteran gigi. Ketepatan hasil cetakan diperlukan untuk mendapatkan kesesuaian restorasi maupun pesawat ortodonti yang akan di pasangkan dalam mulut. Hasil cetakan memerlukan keakurasian agar didapat dudukan yang baik pada pemasangan restorasi atau appliance dalam mulut.

Bahan cetak dapat di klasifikasikan menurut deformasi mekanisnya atas dua jenis yaitu bahan elastik dan non-elastik. Bahan cetak non-elastik adalah plaster of

paris (impression compound), zinc oxide eugenol impression paste dan compound

wax. Sedangkan bahan cetak elastik adalah agar hydrocolloid dan non-aqueous elastomer. Bahan cetak elastomer sendiri terdiri dari polysulfide elastomer, polyether

elastomer, silikon tipe kondensasi dan silikon tipe addisi. 7

1,2

2.1Bahan Cetak Elastomer Vinyl Polysiloxane

Bahan cetak elastomer merupakan salah satu bahan cetak yang banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk mendapatkan reproduksi negatif dari gigi dan jaringan rongga mulut, yang selanjutnya akan dicor dengan bahan gypsum untuk mendapatkan reproduksi positif. Bahan cetak elastomer merupakan bahan cetak dengan komposisi dasar pasta berwarna putih dan dalam pengerasannya diperlukan katalis.

Bahan cetak elastomer yang banyak beredar dipasaran ada tiga macam, yaitu : polisulfida, silikon dan polieter. Ketiga macam bahan cetak ini tersedia dalam berbagai konsistensi yaitu low, medium, dan high untuk bahan cetak polisulfida dan polieter, sedangkan untuk bahan cetak silikon ketersediaan dalam empat macam


(18)

konsistensi yaitu light, regular, heavy dan putty. Saat reaksi antara pasta dan katalis

berbeda diantara ketiga macam bahan cetak elastomer, namun kenaikan temperatur ini secara klinis tidak berpengaruh. Viskositas untuk bahan cetak elastomer akan meningkat untuk tipe bahan cetak yang sama dari konsistensi yang low sampai high

sejalan dengan waktu setelah pengadukan.

Terdapat dua jenis bahan cetak silikon yang tersedia di pasaran. Jenis pertama adalah bahan cetak silikon tipe kondensasi dan jenis yang lain adalah bahan cetak silikon tipe addisi (vinyl polysiloxane). Kedua bahan cetak silikon ini berbahan dasar

polydimethil siloxane polimer, tetapi memiliki mekanisme akhir yang berbeda.

2,3

Bahan cetak silikon, seperti hal nya bahan cetak lain, memiliki sifat kemis, biologis dan fisis. Sifat kemis dari bahan cetak silikon tipe addisi, selalu menghasilkan by product (produk sampingan) seperti metil alkohol atau etil alkohol dan gas hidrogen. Gas hidrogen yang tercipta dari proses polimerisasi.

8,9

Ada beberapa sifat fisis yang terdapat pada bahan cetak elastomer tipe silikon, diantaranya elastisitas, stabilisasi dimensi, sifat termal dan kekerasan. Elastisitas pada kedua bahan silikon, baik tipe kondensasi ataupun addisi adalah baik. Stabilitas dimensi, tipe addisi memiliki perubahan stabilitas dimensi lebih rendah dibanding dengan tipe kondensasi. Untuk sifat termalnya, kedua tipe bahan silikon ini, tidak terlalu di pengaruhi oleh suhu selama penggunaanya. Hal inilah yang menjadi salah satu keuntungan dari penggunaan bahan cetak elastomer vinyl polysiloxane di

bandingkan dengan bahan cetak elastomer tipe lain.

7,9

Bahan campuran seperti organometal pada silikon tipe kondensasi bersifat toksik sehingga perlu hati-hati saat mencampurkannya. Akselerator juga diusahakan agar tidak berkontak dengan jaringan, karena pada konsentrasi tertentu terkadang terjadi reaksi pada jaringan. Bahan cetak elastomer vinyl polysiloxane memiliki

keakuratan paling baik dari semua bahan cetak jenis silikon. vinyl polysiloxane

memiliki karakter yakni akurasi stabilitas dimensional yang baik dan stabilitas dimensi jangka panjang. Memiliki stabilitas yang baik disini maksudnya adalah hasil die yang akurat akan tetap didapat walaupun pengisian dilakukan bahkan sampai


(19)

seminggu setelah dikeluarkan dari rongga mulut. Jika kita menginginkan penundaan pengisian cetakan, maka silikon tipe ini merupakan pilihan yang paling tepat.

Sama seperti silikon tipe kondensasi, bahan cetak tersedia dalam berbagai viskositas, yakni light, medium, heavy dan putty. Bahan ini memiliki kelebihan

dibanding bahan cetak jenis kondensasi, dimana base pasta dan katalisnya memiliki konsistensi yang sama, yang membuat bahan ini lebih mudah untuk dicampur.

2,8

11

2.2Stabilitas Dimensi Bahan Cetak Elastomer

Terdapat lima sumber utama perubahan dimensi dari bahan cetak elastomer, yaitu pengerutan pada saat polimerisasi (polymerisation shrinkage), kehilangan hasil samping (by-product) berupa air atau alkohol selama proses polimerisasi, kontraksi oleh perubahan panas (thermal constraction) dari temperatur mulut ke ruangan, imbibisi bila terkena air, desifektan atau kelembaban lingkungan yang tinggi lebih dari satu periode waktu tertentu dan kembali ke bentuk semula (recovery) yang tidak sempurna dari deformasi karena perilaku viskoelastik. Efek perendaman hasil cetakan dalam desinfektan pada stabilitas dimensi masih terus diteliti. Perubahan dimensi perlu dipertimbangkan dalam kedokteran gigi karena perubahan dimensi apapun yang terjadi menyebabkan hasil cetakan tidak akurat.

Vynil Polysiloxane menunjukkan perubahan dimensi terkecil pada setting dari

semua bahan cetak elastomer. Stabilitas dimensi jangka panjang bahan cetak elastomer vynil polysiloxane banyak dilaporkan dalam literatur. Hal ini karena bahan

ini tidak rentan terhadap perubahan kelembaban. Bahan cetak elastomer vinyl

polysiloxane memiliki perubahan dimensional stabilitas yang lebih rendah

dibandingkan dengan bahan cetak silikon tipe kondensasi. Bahan cetak tipe addisi ini bahkan dapat diisi dengan jangka waktu 24 jam sampai 1 minggu, tanpa adanya perubahan dimensi yang berarti. Hal ini terjadi karena produk samping ( by product )

yang dimiliki oleh bahan cetak tipe addisi berupa gas hidrogen. 2

Bahan cetak elastomer Vynil Polisiloxane pada dasarnya merupakan

merupakan bahan cetak hydrophobic. Tetapi, bahan cetak ini memiliki rantai 2


(20)

hidrokarbon yang apolar dan bahan ini banyak dibuat menggunakan molekul dari bahan hidrofilik yang sesuai. Beberapa tingkat hidrofilisitas dapat dicapai setelah jangka waktu tertentu dengan menggunakan surfaktan. Surfaktan mengandung bagian hidrofobik, yang menjamin keseimbangan dalam perumusan dan bagian hidrofilik yang bertanggung jawab untuk meningkatkan kelembaban.

Pada reaksi kimianya, vynil polysiloxane bereaksi secara addisi, dimana

terjadi pertukaran antara ion hydrogen dari vynil dan polysiloxane dan Platinum Salt.

Terbentuknya cross-linking atau ikatan ganda yang sempurnya menyebabkan reaksi

addisi. Sebagai suatu reaksi addisi, dimana bahan ini tidak menyebabkan by product,

dan menjadikannya bahan dengan akurasi dimensional stabiliti dan akurasi yang paling baik. Namun salah satu kelemahan dari bahan ini adalah dimana kemungkinan bahan silane yang dapat bereaksi dengan air yang ada disekitarnya, yang dapat menghilangkan ion hydrogen dalam ikatan Si-H. Adanya air, dapat mengurangi keefektifitasan dari ikatan ganda tersebut, bahan ini akan memproduksi gelembung gelembung yang mungkin dapat merusak permukaan.

12

13

2.3Desinfeksi Bahan Cetak 2.3.1Bahan Desinfektan

Pemakaian bahan desinfektan pada bahan cetak sangat dianjurkan oleh America Dental Asosiation ( ADA) untuk menghindari berbagai infeksi silang antara dokter, pasien, perawat dan juga laboran. Bahan desinfektan yang biasa digunakan adalah sodium khlorida, iodophor, phenol, glutaraldehida, dan khlorheksidin.

Sodium khlorida merupakan bahan yang murah, aman, dan banyak digunakan di berbagai rumah sakit dan bersifat bakterisid. Bahan ini mengandung aldehid yang bebas, potassium peroxomonosulfat dan sodium benzoate.

Penggunaan bahan desinfektan ini adalah dengan merendamkannya dalam larutan selama 10 menit. Iodophor mengandung iodum dan bersifat bakterisid, dipakai

dengan cara perendaman selama 10 menit sampai 30 menit atau disemprotkan 5


(21)

selama 10 detik. Phenol menggandung sodium phenolenat, bersifat bakteriostatik

dan dipakai dengan perendaman 10 menit. Sedangkan khlorheksidin mengandung zat aktif bersifat bakterisid yang efektif membunuh bakteri gram negatif, dipakai dengan merendamkan selama 10 sampai 30 menit.1,5

2.3.2Cara Desinfeksi

Terdapat dua cara yang dilakukan untuk proses desinfeksi ini. Pertama adalah perendaman dan yang lainnya adalah penyemprotan (spray). Desinfeksi

dengan cara perendaman biasanya dilakukan dengan merendam bahan cetak ke larutan desinfektan selama 10 sampai 30 menit. Sedangkan proses desinfeksi dengan penyemprotan, dilakukan pada bahan cetak dengan cara menyemprotkan bahan desinfektan ke bahan cetak tersebut selama 10 detik, kemudian di diamkan selama lebih kurang 5 sampai 10 menit. Tetapi, dibandingkan dengan proses desinfeksi secara semprot, proses perendaman sangat direkomendasikan sebagai proses desinfeksi.3,14

2.4Bahan Herbal Kemangi

Indonesia merupakan negara dengan bermacam macam keanekaragaman hayati yang dapat diolah menjadi berbagai macam obat. Sejak ribuan tahun lalu, penggunaan obat obat tradisional telah banyak di praktikkan dan menjadi budaya di Indonesia dalam bentuk ramuan jamu-jamuan. Obat-obatan herbal tersebut tidak hanya digunakan dalam fase pengobatan atau kuratif saja, melainkan juga digunakan dalam fase preventif, promotif dan rehabilitatif. Obat-obatan tersebut memiliki keuntungan yaitu mudah di dapat, ekonomis dan dilaporkan memiliki efek samping yang rendah.

Obat alam Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu jamu yang merupakan ramuan tradisional yang belum teruji secara klinis, obat herbal yaitu obat bahan tradisional yang melewati tahap uji praklinis, sedangkan fitofarmaka adalah obat bahan alam yang sudah melewati uji praklinis dan klinis.

6,15


(22)

Pada masa sekarang ini, banyak alternatif yang digunakan untuk melakukan desinfeksi, salah satunya adalah penggunaan obat-obatan herbal. Contohnya adalah penggunaan daun kemangi, daun salam dan daun sirih.

Tanaman kemangi (Ocimum sanctum L), merupakan tanaman dengan tinggi

sekitar 1,5m, tumbuh tegak dan sering bercabang banyak. Tanaman ini dikenal dengan nama daerah ruku-ruku, uku-uku (Bali), ko-koro (Madura), lufe-lufe (Ternate).

15,16

6

Gambar 1. Tanaman Kemangi Gambar 2. Daun Kemangi

Tanaman kemangi mudah didapat, tersebar hampir diseluruh Indonesia dan dapat tumbuh secara liar ataupun dibudidayakan. Daun kemangi dapat digunakan sebagai sayur mentah (lalapan), peluruh air susu ibu, obat penurun panas, memperbaiki pencernaan, dan memperbaiki fungsi lambung.

Daun kemangi (ocimum sanctum L.) memiliki kandungan kimia yang sudah di uji sebelumnya, seperti minyak atasiri, alkaloid, glikosida, saponin, flavanoid, triterpenoid, steroid dan tanin. Beberapa golongan kandungan kimia tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri seperti senyawa alkohol, minyak atsiri dan fenol.

6,

17

Pada sebuah penelitian mengenai uji aktivitas ekstrak etanol daun kemangi

(ocimum sanctum L) di dapat bahwa, ekstrak daun kemangi memiliki kemampuan

menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans dan


(23)

lakukannya, peneliti menggunakan piring petri yang berisikan sediaan bakteri yang dicampurkan dengan nutrient agar steril. Setelah itu, dia meletakkan cakram silinder logam, dan melakukan pengujian aktifitas anti mikroba dengan cara mendifusikan cairan ektrak daun kemangi berbagai konsentrasi keatasnya. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah terdapat daya hambat yang baik pada konsentrasi tertentu selama 18-24 jam. Daerah hambat yang efektif pada konsentrasi 90mg/ml terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus Sp ( bakteri pada

spesimen) dengan lingkar diameter hambat sebesar 14mm-14,7mm dari ukuran cakram silinder logam semula adalah 5mm, dan pada konsentrasi 80mg/ml terhadap bakteri Streptococcus mutans dengan diameter hambat 14,3mm.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Marriane dan Kasmirul Ramlan pada tahun 2006 menyebutkan, bahwa ekstrak daun kemangi dapat menghambat pertumbuhan Staphylococus Aureus. Mereka menggunakan metode yang sama, dengan menggunakan piring perti, namun telah menggunakan ektrak daun kemangi yang lebih spesifik konsentrasinya. Waktu pengujian dilakukan selama 24-48 jam. Pengujian yang dilakukan dengan menguji berbagai konsetrasi ekstrak, yaitu 0,4%, 0,8%, 1,5%, 3%, 6,25%, 12,5% dan 25% .

6

Dari berbagai konsentrasi yang diuji, didapat bahwa mulai dari konsentrasi 3%, ektrak ini sudah memiliki daya hambat yang efektif yaitu 15,2 mm, namun rendah, dan pada konsetrasi 25%, daya hambat maksimal, yaitu 19,3 mm. Dimana menurut BPOM, batas daerah hambat dianggap efektif apabila diameter hambat berkisar 14mm-19mm. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dipergunakan larutan ekstrak kemangi dengan konsentrasi 25%.

6

Tidak terdapat limit waktu efektifitas dari bahan herbal ekstrak daun kemangi ini. Selama dilakukan penyimpanan dalam wadah kaca tertutup, disimpan dalam ruangan yang jauh dari sinar matahari dan penambahan bahan silica gel yang

diletakkan diluar dari wadah ekstrak sebagai bahan pengawet, bahan ini tetap dapat digunakan sampai jangka waktu 12 bulan, tanpa mengurangi efektifitas dari bahan tersebut.

6,18


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian : Eksperimental Laboratorium

4.2 Desain Penelitian : Post test Only Control Group Design

4.3 Tempat Penelitian : - Departemen Ilmu Material

Dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan.

- Laboratorium Farmakognosi Fakultas Farmasi USU Medan

4.4 Sampel dan Besar Sampel

4.4.1 Sampel : Die hasil cetakan dari bahan cetak Elastomer yang segera diisi bahan gips stone dan die hasil cetakan dari bahan cetak elastomer yang direndam dalam larutan ekstrak daun kemangi 25% dengan variasi waktu perendaman yang berbeda setelah itu diisi

dengan gips stone.

4.4.2 Besar Sampel : Mempergunakan rumus Federer.

(t-1) (r-1) ≥ 15 t : jumlah perlakuan r : besar sampel

(5-1)(r-1) ≥ 15 4r-4 ≥ 15 4r ≥ 19 r ≥ 4


(25)

Berdasarkan hasil perhitungan sampel untuk tiap bahan cetak elastomer tipe addisi adalah minimal 4 buah, maka peneliti mengambil besar sampel 10 buah untuk setiap perlakuan.

4.4.3 Kriteria Cetakan 4.4.3.1. Inklusi

• Bahan cetak homogen

• Bahan cetak menutupi permukaan ring dengan sempurna

• Permukaan cetakan halus 4.4.3.2. Ekslusi

• Cetakan Sobek

• Permukaan cetakan tidak rata

4.4.4 Kriteria Sampel

4.4.4.1. Inklusi

• Permukaan hasil cetakan halus

• Tidak adanya poreus pada die stone

4.4.4.2. Eksklusi

• Permukaan hasil cetakan retak

4.5 Variabel Penelitian

4.5.1 Variabel Bebas : Lama perendaman cetakan elastomer dalam

larutan ekstrak daun kemangi 25%


(26)

4.5.3 Variabel Terkendali

1) Ratio base pasta dan akselerator (1:1) 2) Ratio gyps stone dan air (1:1)

3) Larutan ekstrak kemangi 25% 4) Arah tekanan selama pencetakan

4.5.4 Variabel Tidak Terkendali

1) Kecepatan pengadukan bahan cetak elastomer 2) Melepaskan cetakan dari master die logam 3) Melepaskan die stone dari cetakan

4.6Defenisi Operasional

1. Perubahan dimensi adalah perubahan hasil cetakan yang terjadi setelah cetakan direndam dalam larutan ektrak daun kemangi.

2. Larutan Ekstrak Kemangi 25% adalah hasil proses pengambilan sari daun kemangi, yang diberi pelarut 75% dari total larutan.

3. Hasil cetakan adalah hasil cetakan elastomer pada master die logam yang didapatkan dengan mencampurkan base pasta dan akselerator berupa die

stone.

4. Lama perendaman adalah jangka waktu yang diperlukan dalam prosedur perendaman cetakan elastomer selama 24,48,72 dan 96 jam.

5. Elastomer Vinyl Polysiloxane tipe Reguler adalah bahan cetak silikon addisi


(27)

4.7Alat dan Bahan Penelitian

4.7.1 Alat Penelitian A. Pembuatan Die

1. Glass slab dan semen spatula ( pengaduk bahan elastomer )

2. Master die dan ring logam


(28)

4. Rubber bowl dan spatula ( pengaduk dental stone )

5. Kaliper digital

6. Vibrator

B. Pembuatan Ekstrak Daun Kemangi 1. Lemari Pengering


(29)

2. Rotary Evaporator RE300 Made in Stuart, UK.

3. Toples Kaca

4. Corong Kaca

5. Kertas Perkamen


(30)

4.7.2 Bahan Penelitian

1) Bahan cetak elastomer silikon jenis regular ( Exaflex, GC America Inc, USA)

2) Aquadest (Air destilasi)

3) Stone Gips, Blue Dental Plaster (Made in Korea)


(31)

5) Etanol Destilasi 96%

4.8 Prosedur Penelitian

4.8.1 Pembuatan Larutan Ekstrak Daun Kemangi

Prosedur pembuatan larutan ekstrak ini mengacu pada buku Farmakope Indonesia dan telah dimodifikasi.

19

1. Daun kemangi (Ocimum sanctum, L.) dikumpulkan sebanyak 2 kg, dicuci bersih dengan air mengalir, kemudian ditiriskan lalu disebarkan diatas kertas perkamen hingga airnya terserap, setelah itu bahan ditimbang.


(32)

2. Kemudian dimasukkan kedalam lemari pengering dengan suhu 40-50°C. Proses pengeringan dilakukan sampai daun kemangi mudah diremukkan(± 5hari). Bahan yang telah kering dipisah dari benda asing. Bahan diserbuk, serbuk disimpan dalam wadah tertutup untuk mencegah pengaruh lembab dan pengotoran lainnya.

(a) (b)

Gambar 4. (a) Pengeringan daun kemangi dalam lemari pengering; (b) daun kemangi di serbuk, disimpan dalam wadah tertutup

3. Untuk mendapatkan ekstrak daun kemangi maka dilakukan :

Sebanyak 210 g daun kemangi yang telah diserbukkan dimasukkan kedalam wadah tertutup, lalu diekstrak dengan 1500ml pelarut etanol destilasi 96% selama 5 hari terlindung dari cahaya matahari dan sesekali diaduk kaca pengaduk


(33)

Setelah 5 hari disaring dengan kertas penyaring. Hasil penyaringan di simpan pada botol kaca.

Lalu ampas ditambahkan pelarut(etanol) secukupnya sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 2000 ml, kemudian dienap tuang selama 2 hari.

Hasil ekstraksi akan diuapkan dengan bantuan alat penguap rotary

evaporator pada temperatur tidak lebih 40°C dan dikeringkan dengan


(34)

4. Pengenceran Larutan Kemangi 25%

Diambil 2,5 ml ekstrak kemangi di encerkan dengan air destilasi hingga mencapai 10 ml, maka konsentrasi larutan ekstrak adalah sebesar 25%.

(a) (b)

Gambar 5. Pengenceran Larutan Kemangi 25% (a) Hasil ekstrak daun kemangi kental, (b) larutan ekstrak kemangi 25%

4.8.2 Pembuatan Sampel

4.8.2.1. Pembuatan Cetakan

• Kelompok Kontrol

Bahan cetak base pasta dan katalis dicampurkan sampai homogen dengan rasio 1:1 diaduk secara membolak balik lipatan diatas kaca pengaduk sampai bahan cetak mencapai working time (± 2menit).

Base pasta dan katalis rasio 1:1 Diaduk secara membolak balik

Dilakukan pencetakan pada master die sebagai model. Setelah bahan cetak mengeras (setting time, ± 5-8 menit), lepaskan bahan cetak dari


(35)

model. Cetakan langsung diisi dengan dental stone untuk mendapatkan die.

Pencetakan pada master die Pengisian cetakan dengan dental stone

• Kelompok Perendaman 24 Jam

Bahan cetak base pasta dan katalis dicampurkan sampai homogen dengan rasio 1:1 diaduk secara membolak balik lipatan diatas kaca pengaduk sampai bahan cetak mencapai working time (± 2menit).

Dilakukan pencetakan pada master die sebagai model. Setelah bahan cetak mengeras (setting time, ± 5-8 menit), lepaskan bahan cetak dari

model. Cetakan direndam selama 24 jam (banyak larutan ±8ml per kotak kecil ), sebelum diisi dengan dental stone untuk mendapatkan die. Penyimpanan dilakukan dalam wadah tertutup dan terhindar dari sinar matahari langsung, pada suhu ruang (20- 25 °C).


(36)

• Kelompok Perendaman 48 Jam

Bahan cetak base pasta dan katalis dicampurkan sampai homogen dengan rasio 1:1 diaduk secara membolak balik lipatan diatas kaca pengaduk sampai bahan cetak mencapai working time (± 2menit). Dilakukan pencetakan pada master die sebagai model. Setelah bahan cetak mengeras (setting time, ± 5-8 menit), lepaskan bahan cetak dari model. Cetakan direndam selama 48 jam, (banyak larutan ±8ml per kotak kecil ), sebelum diisi dengan dental stone untuk mendapatkan die. Penyimpanan dilakukan dalam wadah tertutup dan terhindar dari sinar matahari langsung, pada suhu ruang (20- 25 °C).

Gambar 7. Perendaman 48 jam

• Kelompok Perendaman 72 Jam

Bahan cetak base pasta dan katalis dicampurkan sampai homogen dengan rasio 1:1 diaduk secara membolak balik lipatan diatas kaca pengaduk sampai bahan cetak mencapai working time (± 2menit). Dilakukan pencetakan pada master die sebagai model. Setelah bahan cetak mengeras (setting time, ± 5-8 menit), lepaskan bahan cetak dari model. Cetakan direndam selama 72 jam, (banyak larutan ±8ml per kotak kecil ), sebelum diisi dengan dental stone untuk mendapatkan die. Penyimpanan dilakukan dalam wadah tertutup dan terhindar dari sinar matahari langsung, pada suhu ruang (20- 25 °C).


(37)

Gambar 8. Perendaman 72 jam

• Kelompok Perendaman 96 Jam

Bahan cetak base pasta dan katalis dicampurkan sampai homogen dengan rasio 1:1 diaduk secara membolak balik lipatan diatas kaca pengaduk sampai bahan cetak mencapai working time (± 2menit).

Dilakukan pencetakan pada master die sebagai model. Setelah bahan cetak mengeras (setting time, ± 5-8 menit), lepaskan bahan cetak dari

model. Cetakan direndam selama 96 jam, (banyak larutan ±8ml per kotak kecil ), sebelum diisi dengan dental stone untuk mendapatkan die. Penyimpanan dilakukan dalam wadah tertutup dan terhindar dari sinar matahari langsung, pada suhu ruang (20- 25 °C).


(38)

4.8.2.2. Pengisian Cetakan

Setelah waktu perendaman yang telah ditentukan, maka cetakan tersebut diisi dengan dental stone, untuk mendapatnya die. Cara pengisian cetakan dimulai dengan mengaduk dental stone dan air rasio 1:1 hingga homogen. Setelah homogen, bahan cetak diisikan kedalam cetakan, divibrasi agar gelembung udara dapat dihilangkan. Setelah dental stone mengeras, die stone dilepaskan dari cetakan dan dilakukan pengukuran pada die tersebut

Gambar 10. Pengisian Cetakan

4.8.3 Pengukuran Die

Setelah diperoleh die, dilakukan pengukuran die dengan menggunakan kaliper digital pada daerah alas die. Pengukuran dilakukan pada titik yang telah di tentukan, yakni sesuai dengan garis yang dibuat pada ring.


(39)

Gambar 11.(a)ukuran master die;(b)die yang akan diukur[alas]; (c)sampel die stone; (d) titik pengukuran diameter sampel

4.9 ANALISA DATA

Untuk membedakan pengukuran model die hasil cetakan yang segera diisi dengan hasil cetakan yang direndam dalam larutan ekstrak daun kemangi dengan variasi perendaman, maka dilakukan uji data. Pengujian dilakukan menggunakan program computer SPSS. Jika hasil data yang didapat terdistribusi normal, maka dilakukan uji data secara ANOVA.


(40)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 10 sampel untuk setiap kelompok. Hasil pengukuran diameter alas die stone pada kelompok kontrol dan pada perendaman dengan waktu 24, 48, 72 dan 96 jam dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Data pengukuran diameter alas die stone pada kelompok kontrol dan pada perendaman dengan waktu 24, 48, 72 dan 96 jam

Dari data pengukuran di atas, didapat perbedaan ukuran diameter alas dari die stone tersebut dibandingkan dengan ukuran master die.

No Master Die (mm) Kontrol (mm) 24 Jam (mm) 48 Jam (mm) 72 Jam (mm) 96 Jam (mm) 1 7.95

8.01 7.85 7.86 7.84 7.87

2 7.97 7.9 7.81 7.86 7.84

3 8.01 7.91 7.88 7.76 7.79

4 8.02 7.91 7.85 7.85 7.74

5 8.04 7.94 7.8 7.85 7.71

6 8 7.94 7.81 7.84 7.87

7 7.99 7.88 7.83 7.88 7.83

8 7.98 7.96 7.84 7.85 7.81

9 8.01 7.99 7.93 7.81 7.82

10 8.03 7.93 7.83 7.84 7.9

MEAN 8.006 7.921 7.844 7.838 7.818


(41)

Tabel 2. Perubahan dimensi pada alas die stone

Secara grafik batang persentase perubahan dimensi pada alas die stone dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Grafik persentase perubahan dimensi pada alas die stone

4.2 Analisis Hasil Penelitian

No Kontrol 24 Jam 48 Jam 72 Jam 96 Jam

(mm) (%) (mm) (%) (mm) (%) (mm) (%) (mm) (%)

1 (+)0,06 (+)0,75 (-)0,16 (-)1,99 (-)0,15 (-)1,87 (-)0,17 (-)2,12 (-)0,14 (-)1,74 2 (+)0,02 (+)0,25 (-)0,07 (-)0,86 (-)0,16 (-)2,00 (-)0,11 (-)1,38 (-)0,13 (-)1,63 3 (+)0,06 (+)0,75 (-)0,1 (-)1,24 (-)0,13 (-)1,62 (-)0,25 (-)3,12 (-)0,22 (-)2,74 4 (+)0,07 (+)0,88 (-)0,11 (-)1,37 (-)0,17 (-)2,11 (-)0,17 (-)2,11 (-)0,28 (-)3,49 5 (+)0,09 (+)1,33 (-)0,1 (-)1,24 (-)0,24 (-)2,98 (-)0,19 (-)2,36 (-)0,33 (-)4,1 6 (+)0,05 (+)0,62 (-)0,06 (-)0,75 (-)0,19 (-)2,375 (-)0,16 (-)2 (-)0,13 (-)1,625 7 (+)0,04 (+)0,503 (-)0,11 (-)1,37 (-)0,16 (-)2,002 (-)0,11 (-)1,37 (-)0,16 (-)2,002 8 (+)0,03 (+)0,37 (-)0,02 (-)0,25 (-)0,14 (-)1,75 (-)0,13 (-)1,62 (-)0,17 (-)2,13 9 (+)0,06 (+)0,75 (-)0,02 (-)0,24 (-)0,08 (-)0,99 (-)0,2 (-)2,49 (-)0,19 (-)2,37 10 (+)0,08 (+)1,00 (-)0,1 (-)1,24 (-)0,2 (-)2.49 (-)0,19 (-)2,36 (-)0,13 (-)1,61 MEAN SD (+)0,056 0,02 (+)0,70 0,27 (-)0,085 0,04 (-)1,06 0,63 (-)0,162 0,04 (-)2,02 0,48 (-)0,168 0,04 (-)2,09 0,409 (-)0,188 0,06 (-)2,34 0,74


(42)

Sebelum dilakukan uji analitik, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji ini bertujuan untuk melihat apakah data sampel

penelitian berdistribusi normal atau tidak.

Tabel 3. Tabel uji normalitas data dengan uji Kolmorov-Smirnov

D ari tabel uji normalitas diatas di dapatkan hasil bahwa, karena p-value (kolom sig) pada tabel Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0.05, maka H0 tidak di tolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diambil dari populasi terdistribusi normal.

Kemudian dilanjutkan dengan uji one way anova untuk melihat perubahan dimensi pada diameter alas die stone dari data sampel penelitian yang terdistribusi normal dengan p-value(probabilitas) lebih kecil dari 0.05.

Tabel 4. Tabel uji One Way Anova

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 20.660 4 5.165 15.357 .000

Within Groups 15.135 45 .336

Total 35.794 49

Pada tabel diatas dapat terlihat, pada kolom Sig. diperoleh nilai P-value = 0.000. Dengan demikian hasil yang di peroleh p<0.05, maka diperoleh bahwa Ho

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kontrol .173 10 .200* .974 10 .926

24 jam .232 10 .134 .919 10 .349

48 jam .128 10 .200* .977 10 .950

72 jam .129 10 .200* .944 10 .597


(43)

(Hipotesa) ditolak. Sehingga kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat perbedaan bermakna pada tiap rata rata kelompok perlakuan (pada kelompol kontrol, perendaman 24 jam, 48 jam, 72 jam dan 96 jam).

Setelah didapat perbedaan yang signifikan, dapat dilakukan uji analisis lanjutan(Post Hoc) dilakukan uji Least Significant Difference (LSD) untuk

membandingkan perbedaan antara hasil die stone sebagai kontrol dengan die stone yang dilakukan perendaman.

Tabel 5. Tabel uji Least Significant Difference (LSD)

(I) Lama Perendaman

(J) Lama

Perendaman Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

kontrol 24 jam -.35679 .25936 .176

48 jam -1.31852* .25936 .000

72 jam -1.39313* .25936 .000

96 jam -1.64260* .25936 .000

Dari tabel di atas didapat, bahwa pada kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 24 jam didapat signifikansi 0,176 ( p>0,05), yang artinya tidak terdapat perubahan dimensi antar kelompok. Sedangkan perbandingan antara kelompok kontrol dan perendaman 48, 72 dan 96 jam, didapat signifikansi 0,000 ( p<0,05 ), yang artinya terdapat perubahan dimensi yang berarti antar kelompok tersebut.


(44)

BAB V

PEMBAHASAN

Perbedaan rata-rata hasil persentase perubahan ukuran diameter alas pada perendaman dalam larutan ekstrak daun kemangi 25% (seperti terlihat pada tabel 2), yaitu 0,70% pada perendaman 0 menit (kontrol), 1,06% pada perendaman 24 jam, 2,02% pada perendaman 48 jam, 2,09% pada perendaman 72 jam dan 2,34% pada perendaman 96 jam. Dari data data yang di dapat dari tabel 3, di ketahui bahwa rata rata persentase perubahan ukuran diameter alas terbesar adalah hasil die dari perendaman selama 96 jam dan yang terkecil adalah hasil die dari perendaman 24 jam.

Tidak terdapat perubahan ukuran diameter alas antara sampel kontrol dengan hasil die dari perendaman selama 24 jam. Pada kurun waktu tersebut diperoleh signifikansi sebesar 0,176 (p>0,05) yang artinya tidak terdapat perubahan ukuran diameter alas yang signifikan setelah perendaman cetakan dalam larutan ekstrak daun kemangi 25%. Hasil ini tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ivanis T, dkk (2000) dengan merendamkan bahan cetak vynil polysiloxane pada bahan desinfeksi chloehexidine gluconate 0,5% selama 10, 30, 60 menit, dan 24 jam, bahwa hasil yang di dapat pada perendaman 24 jam dibandingkan terhadap kontrol, tidak terdapat perbedaan yang signifikan.4

Pada penelitian ini terdapat perbedaan ukuran diameter alas antara sampel kontrol dengan hasil die dari perendaman selama 48 jam. Pada kurun waktu tersebut diperoleh signifikansi sebesar 0,000(p<0,05) yang artinya terdapat perubahan yang signifikan pada ukuran diameter alas setelah perendaman cetakan dalam larutan ekstrak daun kemangi 25%. Dari hasil persentase perubahan ukuran diameter alas antara sampel kontrol dengan hasil die dari perendaman dalam larutan ekstrak daun kemangi 25% selama 72 jam, diperoleh signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) dan juga


(45)

pada perendaman 96 jam, diperoleh signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Pada perbandingan dari sampel kontrol terhadap perendaman pada tiap waktu tersebut diperoleh p<0,05 yang berarti bahwa terjadi perubahan ukuran diameter alas yang signifikan setelah hasil cetakan direndam pada larutan ekstrak daun kemangi 25%.

Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Blazic, dkk (2012). Pada penelitiannya, Blazic menggunakan bahan elastomer yang sama, yakni tipe vynil polysiloxane yang direndamkan dalam larutan klorheksidin

0,5% dalam waktu tertentu. Tetapi dalam penelitiannya, hasil yang didapat menyatakan bahwa perendaman bahan cetak elastomer vinyl polisiloxane sampai 96 jam hanya menghasilkan perubahan ± 1%. Perbedaan ini mungkin terjadi pada penelitian ini dikarenakan oleh penggunaan bahan perendaman yang berbeda. Juga kemungkinan oleh karena perbedaan merek pada cetak elastomer dan juga perbedaan dari alat pengukuran yang digunakan.

Pada penelitian ini, perendaman dilakukan paling lama sampai 96 jam. Hal ini dilakukan mengingat bahwa dari efektifitas ekstrak daun kemangi sebagai bahan penghambat bakteri dimulai sekitar 18 jam dan berakhir sampai lebih kurang 48 jam. Dari hasil penelitian yang didapatkan ini, dapat dilihat bahwa perubahan terbesar yang didapat dari penelitian ini berada pada persentase 2,34%. Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini masih bisa diterima penggunaanmya pada kegiatan klinis kedokteran gigi.


(46)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

1. Tidak terdapat perubahan ukuran diameter alas dari hasil cetakan elastomer bermakna antara sampel kontrol dengan sampel setelah perendaman dalam larutan ekstrak daun kemangi 25% selama 24 jam.

2. Ada perubahan ukuran bermakna pada diameter alas hasil cetakan elastomer antara sampel kontrol dengan sampel setelah perendaman dalam larutan ekstrak daun kemangi 25% selama 48, 72 dan 96 jam.

6.2 SARAN

1. Diharapkan hasil penelitian ini sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut.

2. Diharapkan penelitian lanjutan yang lebih jauh dan mendalam untuk mengetahui lebih pasti penyebab perubahan ukuran diameter alas pada saat perendaman dalam larutan ekstrak daun kemangi 25% pada penelitian ini dan penelitian penelitian sebelumnya.

3. Penelitian selanjutanya diharapkan menggunakan sampel yang lebih banyak lagi sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

1. Keyf F. Some Properties of Elastomeric Impression Materials Used in Fixed

Prosthodontics. Journal of Islamic Academy of Science 1994; 7(1) : 44-8

2. Anusavice K J. Philip’s Science of Dental Materials. 11th

3. Febriani M, Herda E. Pemakaian desinfektan pada bahan cetak elastomer

(telaah pustaka). Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi 2009; 6(2) :

41-4.

Ed. St. Louis: Elsevier, 2009 : 222-9.

4. Ivanis T, Lazic B, Panduric J, Zivko-Babic J. Dimensional Stability of Elastomeric Impression Materials Disinfected in a Solution of 0.5%

Chlorhexidine,Gluconate and Alcohol. Acta Stomatol Croat 2000; 34(1) : 11-4.

5. Cassaro A, Melili D, Pizzo G, Rallo A. The Effect of immersion disinfection

procedures on dimensional stability of two elastomeric impression materials.

Journal Of Oral Science 2008; 50(4): 441-6. 6.

7. Sumadhi,S. Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Gigi dan Mulut. Medan: USU

Press, 2010: 1-41.

Sinaga KR, Marianne. Uji Efek Antibakteri Minyak Atsiri daun Ruku Ruku

(Ocimum sanctum L) terhadap Bakteri Staphylococus Aureus. Jurnal

Komunikasi Penelitian 2006; 18(2) : 39 – 42.

8. Mc Cabe JF. Anderson’s Applied Dental Material. 6th

9. Manappallil, JJ. Basic Dental Materials. New Delhi: Jaypee Brothers, 1998:

78-87.

Ed. Oxford: Blackwell Scien Public, 1985 : 166-73

10.Craig RG. Restorative Dental Material. 9th

11.Van Noort, R. Introduction to Dental Materials. 3

Ed. St Louis: The C.V. Mosby Co., 1990: 305-13.

rd Ed. Edinburg: Mosby, 2007: 196-207.


(48)

12.Powers JM, WÖstmann B. Espertise : A guideline for excellent impressions in

theory and practice. Seefeld: 3M ESPE GLOBAL, 2008 : 15-17.

13.Darvell BW. Material Science for Dentistry. 6th

14.Badrian H, Ghasemi E, Hosseini N, Khalighinejad N. The Effect of Three Different Disinfection Materials on Alginate Impression by Spray Method.

International Scholarly Research Network Dentistry. 2012; 25 : 1-5.

Ed. Pokfulam; BW Darvell, 2000: 153.

15.Djauhariya E, Hermani. Gulma Berkhasiat Obat. Jakarta: Penebar Swadaya,

2004: 1-4.

16.Sumono A, Wulan A. The Use of Bay Leaf (Eugenia Polyantha Weight) in

Dentistry. Dental Journal ( Majalah Kedokteran Gigi) 2008; 41(3): 147-150.

17.Hariana A. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya, 2008: 26-7.

18.Agarwal P, Murlikhrisnan, Nagesh L. Evaluation of the antimicrobial activity of various concentrations of Tulsi (Ocimum sanctum) extract against Streptococcus mutans: An in vitro

19.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Herbal Indonesia

Suplemen II. Ed 1. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011:

110-1.

study. Indian Journal of Dental Research 2010; 21(3) : 357-

9.

20.Blazic L, Hadzistevic M, Hodolix J, Markovic D, Potran M, Puskar T. The

Dimensional Stability of Elastomeric. Contemporary Material 2012; 3(1):


(49)

Lampiran 1. Kerangka Teori

Bahan Cetak

Non Elasitis Elastis

- Impression compound

- Zinc oxide eugenol

- Plaster of Paris

Hidrokoloid Elastomer

Polisulfida

Komposisi Sifat

Penyerapan Air

Desinfeks

Herbal Bahan

Penyemprotan Perendaman

Perubahan dimensi

Silikon adisi

(polyvinylsiloxane )

Polieter Silikon

Kondensasi

Metode

Kimia

Ekstrak Daun Kemangi


(50)

Lampiran 2. Kerangka Konsep

Bahan cetak elastomer Vynil Polysiloxane

Perendaman dalam larutan ekstrak daun kemangi 25%

Perubahan dimensi hasil cetakan elastomer

Penyerapan Air Hasil cetakan

Rasio base dan katalis 1:1

Viskositas

Setting time

Langsung diisi dengan


(51)

Lampiran 3. Alur Penelitan

Pengadukan base dan katalis elastomer dengan rasio 1:1

Memasukkan bahan cetak ke dalam ring

Penekanan master die ke dalam bahan cetak

Pelepasan bahan cetak dari master die

Cetakan

Analisa Data

Pengisian

Cetakan dengan

dental stone

Data Hasil Pengukuran Pengukuran pada alas Die Cetakan

Hasil Die

Perendaman dalam Larutan Ekstrak Daun Kemangi 25%

24 jam 48 jam 72 jam 96 jam

Pengisian Cetakan dengan dental stone

Hasil Die

Pengukuran pada alas Die Cetakan

Data Hasil

Pengukuran


(52)

Lampiran 4. Rincian Anggaran Penelitian

NO. Macam Kebutuhan Jumlah Biaya per

unit

Biaya

1. Alat dan bahan :

Bahan cetak Elastomer 2 pack Rp. 350.000,- Rp. 700.000,-

Ring Cetakan 10 bh Rp 50.000,- Rp. 500.000,-

Master Die 1bh Rp. 50.000,- Rp. 50.000,-

Tempat merendam sampel 10 bh Rp. 300,- Rp. 3.000,-

Daun Kemangi ± 3kg Rp. 3.000,- Rp. 9.000,-

Aquadest 2 botol Rp. 3.000,- Rp. 6.000,-

Dental Stone 1 botol Rp. 35.000,- Rp. 35.000,-

2. UntukLaporan Penelitian : - Kertas kuarto 70gr

3 rim Rp. 30.000,- Rp. 90.000,-

- Tinta print 4 tube Rp. 15.000,- Rp. 60.000,-

- Biaya penyiapan proposal Rp. 100.000,-

- Biaya peminjaman laboratorium

Rp. 500.000,-

- Biaya seminar proposal dan sidang akhir

- Biaya penjilidan dan penggandaan skripsi

TOTAL Rp.2.050.000,-

- Biaya tak terduga Rp. 205.000,-


(1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Keyf F. Some Properties of Elastomeric Impression Materials Used in Fixed Prosthodontics. Journal of Islamic Academy of Science 1994; 7(1) : 44-8

2. Anusavice K J. Philip’s Science of Dental Materials. 11th

3. Febriani M, Herda E. Pemakaian desinfektan pada bahan cetak elastomer (telaah pustaka). Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi 2009; 6(2) :

41-4.

Ed. St. Louis: Elsevier, 2009 : 222-9.

4. Ivanis T, Lazic B, Panduric J, Zivko-Babic J. Dimensional Stability of Elastomeric Impression Materials Disinfected in a Solution of 0.5% Chlorhexidine,Gluconate and Alcohol. Acta Stomatol Croat 2000; 34(1) : 11-4. 5. Cassaro A, Melili D, Pizzo G, Rallo A. The Effect of immersion disinfection

procedures on dimensional stability of two elastomeric impression materials. Journal Of Oral Science 2008; 50(4): 441-6.

6.

7. Sumadhi,S. Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Gigi dan Mulut. Medan: USU

Press, 2010: 1-41.

Sinaga KR, Marianne. Uji Efek Antibakteri Minyak Atsiri daun Ruku Ruku (Ocimum sanctum L) terhadap Bakteri Staphylococus Aureus. Jurnal Komunikasi Penelitian 2006; 18(2) : 39 – 42.

8. Mc Cabe JF. Anderson’s Applied Dental Material. 6th

9. Manappallil, JJ. Basic Dental Materials. New Delhi: Jaypee Brothers, 1998:

78-87.

Ed. Oxford: Blackwell Scien Public, 1985 : 166-73

10.Craig RG. Restorative Dental Material. 9th

11.Van Noort, R. Introduction to Dental Materials. 3

Ed. St Louis: The C.V. Mosby Co., 1990: 305-13.

rd Ed. Edinburg: Mosby, 2007: 196-207.


(2)

12.Powers JM, WÖstmann B. Espertise : A guideline for excellent impressions in theory and practice. Seefeld: 3M ESPE GLOBAL, 2008 : 15-17.

13.Darvell BW. Material Science for Dentistry. 6th

14.Badrian H, Ghasemi E, Hosseini N, Khalighinejad N. The Effect of Three Different Disinfection Materials on Alginate Impression by Spray Method.

International Scholarly Research Network Dentistry. 2012; 25 : 1-5.

Ed. Pokfulam; BW Darvell, 2000: 153.

15.Djauhariya E, Hermani. Gulma Berkhasiat Obat. Jakarta: Penebar Swadaya,

2004: 1-4.

16.Sumono A, Wulan A. The Use of Bay Leaf (Eugenia Polyantha Weight) in Dentistry. Dental Journal ( Majalah Kedokteran Gigi) 2008; 41(3): 147-150. 17.Hariana A. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya, 2008:

26-7.

18.Agarwal P, Murlikhrisnan, Nagesh L. Evaluation of the antimicrobial activity of various concentrations of Tulsi (Ocimum sanctum) extract against Streptococcus mutans: An in vitro

19.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Herbal Indonesia Suplemen II. Ed 1. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011:

110-1.

study. Indian Journal of Dental Research 2010; 21(3) : 357- 9.

20.Blazic L, Hadzistevic M, Hodolix J, Markovic D, Potran M, Puskar T. The Dimensional Stability of Elastomeric. Contemporary Material 2012; 3(1):


(3)

Lampiran 1. Kerangka Teori

Bahan Cetak

Non Elasitis Elastis

- Impression compound

- Zinc oxide eugenol

- Plaster of Paris

Hidrokoloid Elastomer

Polisulfida

Komposisi Sifat

Penyerapan Air

Desinfeks

Herbal Bahan

Penyemprotan Perendaman

Perubahan dimensi

Silikon adisi

(polyvinylsiloxane )

Polieter Silikon

Kondensasi

Metode

Kimia

Ekstrak Daun Kemangi


(4)

Lampiran 2. Kerangka Konsep

Bahan cetak elastomer Vynil Polysiloxane

Perendaman dalam larutan ekstrak daun kemangi 25%

Perubahan dimensi hasil cetakan elastomer

Penyerapan Air Hasil cetakan

Rasio base dan katalis 1:1

Viskositas

Setting time

Langsung diisi dengan


(5)

Lampiran 3. Alur Penelitan

Pengadukan base dan katalis elastomer dengan rasio 1:1

Memasukkan bahan cetak ke dalam ring Penekanan master die ke dalam bahan cetak Pelepasan bahan cetak

dari master die

Cetakan

Analisa Data

Pengisian

Cetakan dengan

dental stone

Data Hasil Pengukuran Pengukuran pada alas Die Cetakan

Hasil Die

Perendaman dalam Larutan Ekstrak Daun Kemangi 25%

24 jam 48 jam 72 jam 96 jam

Pengisian Cetakan dengan dental stone

Hasil Die

Pengukuran pada alas

Die Cetakan

Data Hasil

Pengukuran


(6)

Lampiran 4. Rincian Anggaran Penelitian

NO. Macam Kebutuhan Jumlah Biaya per unit

Biaya

1. Alat dan bahan :

Bahan cetak Elastomer 2 pack Rp. 350.000,- Rp. 700.000,- Ring Cetakan 10 bh Rp 50.000,- Rp. 500.000,-

Master Die 1bh Rp. 50.000,- Rp. 50.000,-

Tempat merendam sampel 10 bh Rp. 300,- Rp. 3.000,- Daun Kemangi ± 3kg Rp. 3.000,- Rp. 9.000,- Aquadest 2 botol Rp. 3.000,- Rp. 6.000,- Dental Stone 1 botol Rp. 35.000,- Rp. 35.000,- 2. UntukLaporan Penelitian :

- Kertas kuarto 70gr

3 rim Rp. 30.000,- Rp. 90.000,- - Tinta print 4 tube Rp. 15.000,- Rp. 60.000,-

- Biaya penyiapan proposal Rp. 100.000,-

- Biaya peminjaman laboratorium

Rp. 500.000,-

- Biaya seminar proposal dan sidang akhir

- Biaya penjilidan dan penggandaan skripsi

TOTAL Rp.2.050.000,-

- Biaya tak terduga Rp. 205.000,-