Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Banyak defenisi dan batasan pajak yang telah dikemukakan oleh pakar yang pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga mudah dipahami perbedaannya hanya terletak pada pandang yang digunakan oleh masing-masing pihak pada saat merumuskan pengertian pajak. Pajak adalah iuran kepada Negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditujukan dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan dari definisi tersebut dapat diketahui ciri- ciri yang melekat pada pengertian pajak yaitu: 1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya. 2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi secara indifidu oleh pemerintah. 3. Pajak dipungut oleh Negara pemerintah pusat maupun pemerintahan. 4. Pajak diperuntukan membiayai pengeluaran perintah dan apabila pemasukannya masih surplus dipergunakan untuk membiayai public investment. Perkembangan zaman terus terjadi dan kemajuan system pemerintahan terbawa sehingga mau tidak mau tuntutan akan perubahan-perubahan termasuk perubahan-perubahan ketentuan dan peraturan perpajakan sangat dibutuhkan. Universitas Sumatera Utara Pada masa lalu kita pernah mengenal pajak peredaran yang kemudian lebih dikenal dengan nama pajak penjualan PPN yang diatur dalam Undang-Undang pajak penjualan tahun 1951, yang seterusnya pada era reformasi peraturan perpajakan tahun 1983 lahir pajak pertambahan nilai PPN yang diatur dengan Undang-Undang No.8 tahun 1983 dan berlaku 1 april 1985 kemudian diubah dengan Undang-Undang No.11 tahun 1994 yang berlaku mulai 1 januari 1995. Adapun penggantian tersebut dapat disebutkan sebagai berikut: 1. Dalam pelaksanaan Undang-Undang pajak penjualan 1951 telah terjadi banyak perubahan fundamental baik yang bersifat sebagai penyempurnaan maupun tambahan sebagai akibatnya hal ini menimbulkan kesulitan dalam pelaksanaannya. 2. Mekanisme pemungutan pajak penjualan berdasarkan undang-undang pajak penjualan 1951, dalam pelaksanaannya menimbulkan dampak pengenaan pajak berganda. Keadaan ini mendorong wajib pajak untuk berusaha menghindar dari pengenaan pajak bahkan kalau perlu menyelundupkan pajak. Sebenarnya Undang-Undang pajak penjualan 1951 sudah berusaha sedapat mungkin menghindari pemungutan pajak berganda hal ini dengan jelas terlihat dalam ketentuan pasal 31 ayat 1 Undang-Undang pajak penjualan 1951. 3. Undang-Undang pajak penjualan 1951 mengandung dualism system pemungutan pajak yaitu untuk pengusaha tertentu diterapkan self assessment system, sedangkan untuk kelompok pengusaha lainnya digunakan official assessment system keadaan ini sangat menyulitkan pengawasan pelaksanaannya. Universitas Sumatera Utara 4. Sebagai akibat dari pengenaan pajak berganda maka pajak penjualan menjadi tidak netral baik terhadap perdagangan dalam negeri maupun perdagangan internasional, karena tidak dapat dihitung dengan pasti maupun baik jumlah beban pajak yang dipikul oleh konsumen maupun beban pajak yang terkandung dalam harga komoditi yang akan diekspor. 5. Variasi tarif yang cukup banyak, sampai mencapai 9 Sembilan macam tarif menimbulkan kesulitan dan pelaksanaannya sehingga cukup besar pengaruhnya terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. 6. Undang-Undang UU Pajak Pertambahan Nilai PPN No.42 tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM. Pada tahun 1997 bangsa kita mengalami krisis moneter dan keadaan politik yang tidak stabil dan sampai sekarang masih diliputi oleh keterpurukan ekonomi maka pemerintah berusaha untuk mengatasi masalah tersebut dengan jalan meningkatkan penerimaan pendapatan khususnya pajak. Pada tahun 2000 terjadi reformasi perpajakan yang melahirkan Undang-Undang No.18 tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai PPN dan pajak penjualan atas barang mewah PPnBM yang bertujuan untuk menciptakan system perpajakan yang sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat Subjek Pajak. Sebagaimana diketahui bersama, system yang digunakan dalam pembayaran pajak menurut Undang-Undang perpajakan No.18 tahun 2000 pasal 12 adalah self assessment yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan sepenuhnya untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang, sehingga dapat dikatakan wajib pajak berperan besar dalam menentukan keberhasilan system perpajakan tersebut. Sedangkan aparat Universitas Sumatera Utara melakukan tugasnya sebagai Pembina, peneliti, pengawas dan pemberian sanksi.namun yang terjadi di lapangan masih banyak wajib pajak yang belum menyadari dan tidak sepenuhnya melaksaaan kepercayaan pemerintah yang diberikan kepadanya dalam memenuhi kewajiban di bidang perpajakan. Sementara pihak fiskus hanya mengawasi pemenuhan kewajiban dalam perpajakan tersebut. Oleh karena itu setiap wajib pajak harus mengetahui tata cara pembayaran dan pelaporan pajak khususnya PPN. Berkenaan dengan hal di atas, Penulis tertarik untuk membuat karya tulis ”PROSEDUR PENGOLAHAN SPT MASA PPN 1111 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK MEDAN BARAT”.

B. Tujuan Dan Manfaat PKLM 1. Tujuan