Bidang-Bidang dan Tugas-Tugas Kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

D. Bidang-Bidang dan Tugas-Tugas Kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

D.1 Sub. Bagian Umum Adapun tugas-tugas dari Sub. Bagian Umum adalah : a. Melakukan kegiatan tata usaha kepegawaian b. Melakukan urusan keuangan c. Melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga. D.2 Seksi Pelayanan Adapun tugas-tugas dari seksi pelayanan adalah : a. Mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan b. Pengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan c. Penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya d. Penyuluhan perpajakan e. Pelaksanaan registrasi wajib pajak f. Kerjasama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku. D.3 Seksi Pengolahan Data dan Informasi Seksi pengolahan data dan informasi mempunyai tugas : a. Melakukan urusan pengolahan data dan penyajian informasi perpajakan b. Melakukan perekaman dokumen perpajakan c. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil PBB dan BPHTB Universitas Sumatera Utara d. Melakukan pelayanan dukungan teknis computer, pemantauan e-SPT dan e-filling dan penyiapan laporan kinerja. D.4 Seksi Pengawasan dan Konsultasi WASKON Dalam satu KPP Pratama Medan Barat terdapat 4 empat kepala seksi pengawasan dan konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah territorial tertentu. Tugas-tugas dan fungsinya yaitu: a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak PPh, PPN, PBB, BPHTB dan pajak lainnya b. Melakukan bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan c. Melakukan penyusunan profit wajib pajak d. Melakukan analisis kinerja Wajib Pajak e. Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi f. Melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku D.5 Seksi Ekstensifikasi Seksi ekstensifikasi mempunyai tugas untuk : a. Mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan Universitas Sumatera Utara b. Melakukan pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. D.6 Seksi Pemeriksaan Seksi pemerikasaan berwenang untuk melakukan : a. Mengkoordinasikan pelaksaan penyusutan rencana pemeriksaan b. Melakukan pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan c. Melakukan penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya. D.7 Seksi Penagihan Seksi penagihan mempunyai tugas : a. Mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak b. Melakukan usulan penghapusan piutang pajak sesuai ketentuan yang berlaku c. Melakukan penerbitan Surat Tagihan, Surat Paksa, Surat Perintah, Melakukan Penyitaan, urusan lelang dan penagihan lainnya. D.8 Kelompok Jabatan Fungsional Pejabat Fungsional terdiri atas pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilaian yang bertanggung jawab secara langsung kepada kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi dengan seksi Pemeriksaan Universitas Sumatera Utara sedangkan pejabat Fungsional Penilaian berkoordinasi dengan seksi Ekstensifikasi. Universitas Sumatera Utara BAB III GAMBARAN PELAKSANAAN

3.1 Pengertian Pajak

Menurut P.J Andriani salah seorang ahli pajak berpendapat bahwa pajak adalah : “iuran kepada Negara yang dapat dipaksakan yang terutang boleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, denga tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”Sukarji,Untung hal : 1. Dari defenisi tersebut dapat diketahui cirri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, yaitu: a. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi secara langsung terhadap individu oleh pemerintah c. Pajak dipungut oleh Negara pemerintah pusat maupun pemerinatah daerah d. Pajak diperuntukkan membiayai pengeluaran pemerintah. Dari empat unsur yang menjadi cirri-ciri pajak ternyata menggambarkan bahwa fungsi pajak sebagai sarana untuk memasukkan uang sebagai pendapatan Negara. Selain itu pajak juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengatur kebijaksanaan perekonomian suatu Negara. Universitas Sumatera Utara

3.2. Sejarah Singkat PPN

Pajak Pertambahan Nilai PPN, yang telah menjalani sejarah dalam waktu yang panjang sejak dari penemuannya hingga diterapkan dilapangan. Pengenaan pajak yang didasarkan atas Nilai Tambah ini pertama kali ditemukan oleh Industriawan Jerman yang duduk sebagai anggota The Reichtag berrnama Carl freodrich Von Siemens. Siemens mengemukakan agar Sistem Pajak Penjualan yang berlaku direformasi dengan system pengenaan pajak atas pertambahan nilai dalam system perpajakan di Jerman pada tahun 1919. Namun apa yang digagaskan dan disajukan oleh Siemens belum dapat dilaksanakan saat itu. Setelah langkah Siemens di Jerman, kemudian untuk memperbaiki system perpajakan di Amerika Serikat USA, pada tahun 1921 oleh Thomas telah mengusulkan gagasan pengenaan pajak atas nilai tambah dalam perpajakan Amerika Serikat USA. Selanjutnya Prof. Carl S Shoup, seorang yang duduk dalam Komisi Perpajakan untuk Jepang telah mengusulkan pula mengenai pengenaan Pajak Pertambahan Nilai di Jepang pada tahun 1949, dimana pajak dihitung dari jumlah yang terdiri dari pengeluaran yang dilakukan untuk pembayaran upah, bunga, modal dan sewa, demikian juga atas laba usaha. Namun usul-usul ituu tersebut juga belum dapat dilaksanakan saat itu. Dari berbagai gagasan tersebut, dengan didasarkan atas berbagai penelitian dan kajian yang mendiam maka Negara yang pertama kali menerapkan PPN ini dalam perpajakannya adalah Perancis pada tahun 1954. PPN ini diterapkan dengan system yang mudah dan sederhana, dan hingga kini masih dipergunakan. Adapun sasaran pengenaan PPN ini di Perancis pada mulanya adalah atas impor Universitas Sumatera Utara barang jalur produksi manufaktur juga jalur distribusi sampai kepada tingkat pedagang besar Whole Saler. System PPN yang cepat merambah penerapannya di berbagai Negara Eropa. Amerika, Asia dan Afrika pada hakikatnya adalah paja Penjaualan yang dikenakan akibat adanya terjadi transaksi atas nilai tambahnya. Sehingga kalaupun suatu Negara menerapkan system PPN, umumnya Negara tersebut sebelumnya telah menerapkan Sistem Pajak Penjualan seperti juga halnya Indonesia.

3.3 Subjek PPN dan Objek PPN

3.2.1 Subjek PPN

Subjek pajak adalah siapa yang dikenakan pajak, misalnya untuk Pajak Penghasilan adalah orang pribadi atau badan dan untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pengusaha Kena Pajak. Dari ketentuan dalam pasal 4 UU No. 7 tahun 1983, diubah dengan UU No. 11 tahun 1994, dan terakhir diubah dengan UU No. 18 Tahun 2000, dan UU PPN No. 42 tahun 2009 yang disebut dengan UU PPN dapat diketahui bahwa subjek PPN dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1. Pengusaha kena pajak PKP Ketentuan yang mengatur bahwa subjek PPN harus Pengusaha Kena Pajak adalah huruf a, huruf c, dan huruf f, UU PPN Dari pasal-pasal ini dapat diketahui bahwa : Universitas Sumatera Utara a. Yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang dikenakan PPN adalah Pengusaha Kena Pajak Pasal 4 Huruf a dan huruf c UU PPN b. Yang dapat mengekspor Barang Kena Pajak yang dapat dikenakan PPN adalah Pengusaha Kena Pajak Pasal 4 Huruf f UU PPN c. Bentuk kerjasama operasi yang apabila menyerahkan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak dapat dikenakan PPN adalah Pengusaha Kena Pajak Pasal 2 ayat 2 PP Nomor 50 Tahun 1994. 2. Bukan Pengusaha Kena Pajak Subjek PPN tidak harus Pengusaha Kena Pajak, tetepi bukan Pengusaha Kena Pajak pun dapat menjadi Subjek PPN sebagaimana diatur dalam Pasal 4 huruf b, d dan huruf e serta pasal 16 C UU PPN. Berdasarkan pasal-pasal ini dapat diketahui bahwa dapat dikenakan PPN : a. Siapapun yang mengimpor Barang Kena Pajak b. Siapapun yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak dan atau Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pebean. c. Siapapun yang membangun sendiri tidak dalam lingkungan perusahaan dan pekerjaannya.

3.2.2 Objek PPN

Objek pajak adalah apa yang dikenakan pajak, misalnya objek PPh adalah penghasilan. Berdasarkan UU PPN, objek PPN diatur dalam Pasal 4, yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak 2. Impor Barang Kena Pajak 3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak 4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidakberwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean 5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean 6. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha kena Pajak.

3.4 Dasar Hukum Pengelolaan SPT Masa PPN 1111

1. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Tentang Tata Cara Penerimaan Dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai SPT MASA PPN. 2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-2PJ2011 Universitas Sumatera Utara BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA A. PROSEDUR PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT SURAT PEMBERITAHUAN MASA PPN 1111 PADA KPP MEDAN BARAT

l. Dalam Bentuk Kertas Hard Copy A. Petugas TPTtempat pelayanan terpadu pada Seksi Pelayanan

1. Menerima SPT yang disampaikan : a. secara langsung ke KPP; b. melalui posperusahaan jasa ekspedisijasa kurir dengan bukti pengiriman surat; atau c. melalui Kantor Pelayanan,Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan KP2KP beserta Daftar Nominatif Pengantar pengiriman SPT. 2. Meneliti kelengkapan SPT sebagaimana dimaksud pada Lampiran III angka romawi I. SPT yang disampaikan melalui KP2KP tidak perlu dilakukan penelitian kelengkapan SPT lagi, tetapi langsung dilakukan perekaman elemen-elemen. 3. Mengisi jumlah keseluruhan lembar SPT Masa PPN yang disampaikan oleh PKP yang terdiri dari formulir Induk SPT Masa PPN dan formulir Lampiran SPT Masa PPN pada pojok kanan atas SPT Masa PPN. Dalam hal terdapat Lampiran SPT yang tidak ada data transaksi maka Petugas menghimbau kepada PKP untuk pelaporan SPT selanjutnya agar tidak melampirkan Lampiran SPT yang tidak ada data transaksi. Universitas Sumatera Utara 4. Menolak SPT yang disampaikan secara langsung atau yang disampaikan melalui posperusahaan jasa ekspedisijasa kurir dengan bukti pengiriman surat dalam hal : a. Pengusaha Kena Pajak PKP atau Pemungutan PPN tersebut tidak terdaftar di KPP; atau b. SPT tidak lengkap, dengan cara yaitu: 1 SPT yang disampaikan langsung oleh PKP atau Pemungut PPN,ditolak dan dikembalikan secara langsung kepada PKP atau Pemungut PPN untuk dilengkapi. 2 SPT yang disampaikan melalui posperusahaan jasa ekspedisijasa kurir dengan bukti pengiriman surat,ditolak dengan mengirimkan kembali SPT dan mebuat surat Penolakan SPT Masa PPN rangkap 2 dua untuk ditandatangani oleh Kasi Pelayanan lembar kesatu untuk PKP atau Pemungut PPN, lembar kedua untuk arsip. 5. Merekam elemen-elemen SPT Lengkap antara lain: NPWP, Masa Pajak, Kode Jenis SPT SPT bukan Pembetulan atau SPT Pembetulan, Kode Status Nihil, Kurang Bayar, atau Lebih Bayar, Kode Permohonan atas Lebih Bayar Kompensasi, Restitusi, atau tanpa keterangan,Kode Penyampaian SPT langsung, melalui pos, atau melalui KP2KP, dan keterangan lainnya untuk keperluan tanda terima SPT,dan mencetak tanda terima SPT, tanggal terima SPT, membubuhkan tanda tangan, nama jelas, Nomor Induk Pegawai NIP dan Cap Kantor. Tanda terima SPT terdiri dari dua bagian,yaitu Lembar Pengawasan Arus Dokumen bagian atas dan Bukti Penerimaan Surat bagian bawah. Universitas Sumatera Utara SPT yang diterima dari KP2KP tanggal penerimaan SPT sesuai dengan tanggal diterimanya SPT di KP2KP. 6. Menyerahkan Bukti Penerimaan Surat BPS kepada PKP atu Pemungut PPN sebagai tanda terima atas SPT lengkap yang disampaikan secara langsung oleh PKP atau Pemungut PPN. Dalam hal sistem tidak berfungsi, Petugas TPT membuat lembar pengawasan arus dokumen LPAD dan BPS secara manual dan membubuhkan tanggal diterima, tanda tangan, nama jelas, NIP, dan Cap Kantor. Perekaman LPAD dan BPS dilakukan segera setelah sistem berfungsi kembali. 7. Menggabungkan SPT dengan LPAD. 8. Mencetak KP. PPN 1.8 rangkap 4 yang berfungsi sebagai batch header untuk setiap kelompok SPT NihilKurang BayarLebih Bayar. 9. Mengirim SPT ke Seksi Pengolahan Data dan Informasi disertai dengan KP.PPN 1.8 lembar ke-1,2,dan 3. 10. Menerima kembali KP. PPN 1.8 lembar ke-2 yang telahditandatangani dalam hal fisik SPT telah sesuai dengan KP. PPN 1.8. 11. Menerima kembali KP.PPN 1.8 lembar ke-1, 2 dan 3 yang telah diberi catatan SPT tidak sesuai berikut SPT-nya dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi dalam hal fisik SPT tidak sesuai dengan KP.PPN 1.8 12. Catatan : 1 SPT Lengkap Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian restitusi oleh PKP dalam hal tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 4b UU PPN tetap diterima. Universitas Sumatera Utara 2 Untuk SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian restitusi, TPT harus memfotokopi LPAD beserta Induk SPT untuk disampaikan kepada AR.

B. Seksi Pengolahan Data dan Informasi