Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2007.
USU Repository © 2009
Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan skripsi tentang “Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut
Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian” belum pernah
disajikan sebelumnya baik dalam bentuk tulisan maupun sub pembahasan
permasalahan dalam suatu skripsi. Permasalahan maupun penyajiannya
merupakan hasil dari pemikiran dan ide penulis sendiri. Skripsi juga didasarkan pada referensi dari buku-buku, informasi dari media cetak dan elektronik serta
fakta yang diperoleh dai data berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh penulis. Berdasarkan alasan tersebut di atas maka dapat disimpilkan bahwa skripsi adalah
asli.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian penegakan hukum
Hukum adalah sarana yang di dalamnya terkandung nilai-nilai atau konsep-konsep tentang keadilan, kebenaran, kemanfaatan sosial dan kandungan
hukum ini bersifat abstrak. Penegakan hukum pada hakekatnya merupakan penegakan ide-ide atau konsep-konsep yang abstrak itu. Penegakan hukum secara
konkret merupakan berlakunya hukum positif dalam praktek sebagaimana seharusnya dipatuhi. Oleh karena itu memberikan keadilan dalam suatu perkara
berarti memutuskan perkara dengan menerapkan hukum dan menemukan hukum secara nyata dalam mempertahankan dan menjamin dipatuhinya hukum materiel
Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2007.
USU Repository © 2009
dengan menggunakan cara prosedural yang ditetapkan oleh hukum formal. Penegakan hukum merupakan suatu proses yang melibatkan banyak hal. Oleh
karena itu keberhasilan penegakan hukum akan dipengaruhi oleh hal-hal tersebut. Pada dasarnya ada 5 lima faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, yaitu :
1 Faktor hukumnya sendiri;
2 Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun yang
menerapkan hukum; 3
Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum; 4
Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku dan diterapkan;
5 Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan
pada karsa manusia dalam pergaulan hidup.
7
Penegakan hukum khususnya hukum pidana apabila dilihat dari suatu proses kebijakan maka penegakan hukum pada hakekatnya merupakan penegakan
kebijakan melalui beberapa tahap, yaitu : a.
Tahap Formulasi; b.
Tahap Aplikasi; c.
Tahap Eksekusi; Dapatlah dikatakan bahwa ketiga tahap kebijakan penegakan hukum
pidana tersebut terkandung didalamnya tiga kekuasaan atau kewenangan, yaitu
7
Soerjono Seokanto, “Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum”, Jakarta
: Rajawali Press, 1983, hal. 4-5.
Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2007.
USU Repository © 2009
kekuasaan Legislatif pada tahap formulasi, yaitu kekuasaan legeslatif dalam menetapkan atau merumuskan perbuatan apa yang dapat dipidana dan sanksi apa
yang dapat dikenakan. Pada tahap ini kebijakan legeslatif ditetapkan sistem pemidanaan, pada hakekatnya sistem pemidanaan itu merupakan sistem
kewenangan atau kekuasaan menjatuhkan pidana. Yang kedua adalah kekuasaan Yudikatif pada tahap aplikasi dalam menerapkan hukum pidana, dan kekuasaan
Eksekutif pada tahap Eksekusi dalam hal melaksanakan hukum pidana.
8
Penegakan hukum dalam negara dilakukan secara preventif dan represif.
9
8
Barda Nawani Arief, “Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Hukum dan Pengembangan Hukum Pidana,” Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2005, hal. 30.
9
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, “Politik Hukum Pidana”, Yogyakarta;
Pustaka Pelajar, 2005, hal. 111.
Penegakan secara preventif diadakan untuk mencegah agar tidak dilakukan pelanggaran hukum oleh warga masyarakat dan tugas ini pada umumnya
diberikan pada badan-badan eksekutif dan kepolisian. Walaupun adakalanya dengan Undang-Undang, dapat ditunjuk pula pengadilan seperti dalam yurisdiksi
volunter, dan Kejaksaan misalnya dengan tugas PAKEM-nya, melakukan penegakan hukum preventif. Sedangkan penegakan hukum represif dilakukan
apabila usaha preventif telah dilakukan ternyata masih juga terdapat usaha pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum harus ditegakkan secara represif oleh
alat-alat penegak hukum yang diberi tugas yustisionil. Penegakan hukum represif pada tingkat operasional didukung dan melalui berbagai lembaga yang secara
organisatoris terpisah satu dengan yang lainnya, namun tetap berada dalam kerangka penegakan hukum. Pada tahap pertama, penegakan hukum represif
Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2007.