Penindakan keimigrasian Peranan Aparatur Penegak Hukum dalam Menanggulangi Tindak

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2007. USU Repository © 2009 c. Pengawasan perlintasan Mengawasi lau-lalangnya orang asing maupun warganegara Indonesia yang melintasi tempat pos lintas batas dengan tetangga atas kemungkinan terjadinya pelanggaran keimigrasian. d. Pengawasan orang asing Adanya kerjasama antar instansi terkait dalam pengawasan orang asing di dalam wadah koordinasi pengawasan orang asing SIPORA. Pelaksanaan kerjasama pengawasan ini diupayakan tanpa mengurangi tugas, fungsi dan wewenang masing-masing instansi dan dilakukan dengan cepat , tepat, lengkap terpadu dan aman.

2. Penindakan keimigrasian

a. Penyidikan keimigrasian

Dalam pasal 47 ayat 1 Undang-undang no. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian disebutkan: 85 85 Lihat pasal 47 ayat 1 Undang-undang no. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian ”selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, juga Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Departemen yang lingkup tugas dan tangung jawabnya meliputi pembinaan keimigrasian diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, untuk melakukan penyidikan tindak pidana keimigrasian”. Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2007. USU Repository © 2009 Di dalam Undang-undang no. 9 tahun 1992 diatas, penyidikan keimigrasian adalah suatu proses penyidikan yang dilakukan oleh Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia juga PPNS imigrasi terhadap setiap orang yang melakukan perbuatan sebagai tindak pidana keimigrasian. Dengan demikian penyidikan hanya dapat dilakukan oleh kedua pejabat yang telah disebutkan di atas. Dengan demikian disamping menjalankan tugas sebagai aparat pelayanan keimigrasian, aparat imigrasi juga bertugas sebagai aparat penegak hukum 86 . Dalam pasal 47 ayat 2 disebutkan: 87 a. Menerima laporan tentang adanya tindak pidana keimigrasian; “Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 berwenang: b. Memanggil, memeriksa, menggeledah, menangkap, menahan sesorang yang disangka melakukan tindak pidana keimigrasian; c. Memeriksa danatau menyita surat-surat, dokumen-dokumen, Surat Perjalanan, atau benda-benda yang ada hubungannya dengan tindak pidana keimigrasian; d. Memanggil orang untuk didengar keterangannya sebagai saksi; 86 Ramadhan K. H dan Abrar Yusra, “Lintas Sejarah Imigrasi Indonesia”, Dirjen Imigrasi Hukum dan HAM RI, 2005, hal. 152. 87 Lihat pasal 47 ayat 2 Undang-undang No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2007. USU Repository © 2009 e. Melakukan pemeriksaan di tempat-tempat tertentu yagn diduga terdapat surat- surat, dokumen-dokumen, Surat Perjalanan, atau benda-benda lain yang ada hubungannya dengan tindak pidana keimigrasian; f. Mengambil sidik jari dan memotret tersangka. Wewenang ini sudah sesuai dengan ketetuan dari pasal 7 ayat 2 Undang- undang no. 8 tahun 1981 KUHAP yang menyebutkan bahwa penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 1 huruf b mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan penyidik tersebut dalam pasal 6 ayat 1 huruf a. Pejabat Pegawai Negeri Sipil mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah tangan koordinasi dan pengawasan penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. SK Markas Besar Kepolisian RI No. Pol S. SKep369X1985 yang menyatakan bahwa kooradinasi adalah suatu bentuk hubungan kerja antara penyidik Polri dengan Pegawai Negeri Sipil dalam rangka pelaksanaan penyidikan tindak pidana yang menyangkut bidang tertentu. Adapun wujud koordinasi dapat berupa: 1. Mengatur dan menerangkan lebih lanjut dalam keputusan instansi bersama. 2. Mengadakan rapat-rapat berkala pada waktu-waktu yang dipandang perlu. Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2007. USU Repository © 2009 3. Menunjuk sesorang atau lebih pejabat dari masing-masing Departemeninstansi yang secara fungsionl dan menangani penyidik Pegawai Negeri Sipil dengan penghubung 4. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan penyidik Pegawai Negeri Sipil dengan penekanan dibidang pendidikan. Sedangkan yang dimaksud dengan “pengawasan” adalah proses pengamatan pelaksanaan penyidikan yang dilakukan dapat dibenarkan secara materil maupun formal dan berjalan sesuai dengan yang berlaku, adapun wujud pengawasan ini meliputi: 1. Pengawasan kegiatan penyidik yang sedang dilakukan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil serta memberikan pengawasan teknis. 2. Pengawasan teknis dalam rangka pembinaan dan peningkatan kemampuan penyidik Pegawai Negeri Sipil dan memberikan petunjuk bila terdapat kekurangan-kekurangan untuk disempurnakan. Keseluruhan ini merupakan penjabaran dari pasal 7 ayat 1 UU No. 8 tahun 1981 KUHAP dan juga merupakan bantuan yang dapat diberikan oleh penyidik sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 6 ayat 1 huruf a KUHAP kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil seperti yang diatur oleh pasal 47 UU No. 9 tahun 1992. Proses penyidikan ini dilakukan sebagai Pro Justisia yang akan segera diajukan ke Pengadilan untuk diadili, dan bertugas melakukan identifikasi pengumpulan, pemilahan, pengevaluasian tindak pidana pelanggaran dan Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2007. USU Repository © 2009 kejahatan keimigrasian yang diatur dalam Undang-undang no. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian. 88

b. Sanksi hukum terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan izin

keimigrasian Sanksi hukum terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan izin keimigrasian dapat dilakukan dengan cara: 1 Pro justitia Apabila kasus terhadap tindak pidana penyalahgunaan izin keimigrasian yang ditangani oleh pihak keimigrasian ingin ditempuh dengan cara pro justitia, maka hal harus dilakukan oleh petuga keimigrasin adalah: a. Membuat berkas hasil penyelidikan sesuai dengan ketentuan yagn berlaku; b. Menyampaikan hasil pemberkasan kepada Penuntut Umum melalui polisi; c. Mengikuti perkembangan persidangan; d. Bila telah selesai melaksanakan keputusan Pengadilan, koordinasi dengan Lembaga Pemasyarakatan untuk proses pemulangan. Tetapi jalan ini jarang sekali ditempuh oleh pihak keimigrasian dalam kasus penyalahgunaan izin keimigrasian. Hal ini dikarenakan apabila kasus tersebut diajukan ke pengadilan akan menggunakan upaya hukum mulai dari banding, kasasi dan jika perlu grasi yang akan digunakan oleh warga negara asing yang terlibat tindak pidana penyalahgunaan izin keimigrasian, akan sangat 88 Ibnu Suud, Op. cit, hal. 57 Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2007. USU Repository © 2009 merugikan negara, karena dalam hal ini negara akan mengeluarkan biaya besar untuk menjalani proses pro justitia tersebut. Ditambah lagi orang asing tersebut tidak memiliki uang untuk membayar ongkos biaya perkara. Maka akan lebih efektif apabila dilakukan dengan cara non pro justitia. 89 2 Non pro justitia Menurut pertimbangan polits, ekonomis, serta sosial dan budaya serta kemananan, maka akan lebih efektif apabila dilakukan tindakan keimigrasian. Tindakan Keimigrasian adalah tindakan administratif dibidang keimigrasian yang dilakukan oleh pejabat imigrasi berupa: 1 Pembatasan, perubahan atau pembatalan izin keberdaan; 2 Larangan untuk berada disuatu atau beberapa tempat tertentu di wilayah Indonesia; 3 Keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di wilayah Indonesia; 4 Pengusiran atau deportasi dari wilayah Indonesia atau penolakan masuk ke wilayah Indonesia. Tindakan keimigrasian dilakukan sebagai sanksi administratif terhadap orang asing yang melanggar peraturan keimigrasian dan ketentuan-ketentuan lainnya mengenai orang asing sesuai dengan dimaksud dalam pasal 19 keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.02-PW.09.02 tanggal 14 89 Hasil wawancara dengan Pejabat Imigrasi Seksi Wasdakim, Kantor Imigrasi Polonia Medan. Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2007. USU Repository © 2009 Maret tahun 1995 tentang Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian. Tindakan Keimigrasian dapat dilakukan terhadap oaring asing pemegang izin Keimigrasian atau tanpa izin keimigrasian, mulai saat masuk, berada dan akan meninggalkan wilayah Indonesia. Dalam hal terjadi tindak pidana penyalahgunaan izin keimigrasian, maka berdasarkan data yang diperoleh baik dari kantor kepolisian maupun kantor imigrasi sangat sedikit yang ditindaklanjuti secara pro justitia. Hal ini bukan menandakan bahwa kasus tentang penyalahgunaan izin keimigrasian sangat sedikit, tetapi karena kedua instansi ini lebih banyak melakukan tindakan keimigrasian yaitu berupa pendeportasian ke negara asal tanpa melalui proses pro justitia walaupun telah ada pengaturannya dalam Undang-undang no. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian. 90 a. Masalah kepraktisan, yaitu penanganan suatu kasus dengan cara pendeportasian tidak memakan waktu yagn lama atau berlarut-larut, jika dibandingkan dengan pro justitia. Ancaman hukuman penjara maksimum Pihak Kepolisian dan Keimigrasian menyebutkan beberapa alasan dan pertimbangan melakukan tindakan keimigrasian yang berupa pendeportasian yang oleh pihak keimigrasian walupun penangkapan dilakuakn oleh pejabat imigrasi, yaitu: 90 Hasil wawancara dengan Kanit Pengawasan Orang Asing POA Poltabes Medan Sekitarnya Pada tanggal 9 Agustus 2007 Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2007. USU Repository © 2009 hanya lima tahun sehingga hukuman akan selesai jika dikurangi dengan masa penahanan. Selain itu jenis hukuman yang diancamkan berupa pidana alternative atau jika didenda belum tentu mereka memiliki uang. Karena itu yagn dihasilkan tidak sesuai dengan yagn diharapkan. b. Masalah sumber daya manusia khususnya petugas imigrasi, baik dari segi kualitas maupun kwntitas yang sangat kurang. Apabila penanganan masalah ini untuk dilakukan secara pro justitia masih sedikit yang dilengkapi pengetahuan sebagai PPNS. c. Masalah anggaran dana yang dialokasikan untuk melakukan tindakan hukum di kantor Imigrasi sangat terbatas. Hal ini tentu saja menghambat tugas para pejabat imigrasi atau PPNS dalam penyidikan. Tetapi apabila masalah penyalahgunaan izin keimigrasian tersebut menyangkut masalah permpokan bersenjata, peredaran narkoba, terorisme atau perdangan manusia trafficking, maka sanksi hukum yang harus dijalankan adalah dengan cara pro-justitia, hal ini dikarenakan tindakan tersebut sudah sangat mengancam keamanan negara serta stabilitas nasional. 91 91 Hasil wawancara dengan Pejabat Imigrasi Seksi Wasdakim, Kantor Imigrasi Polonia Medan. Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2007. USU Repository © 2009 BAB IV KASUS DAN ANALISIS KASUS

A. Perkara Pidana No. 2493Pid.B2002PN.Mdn

Dokumen yang terkait

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN KEIMIGRASIAN MENURUT UNDANG-UNDANG KEIMIGRASIAN (Studi Putusan Nomor 103/PID/2010/PT.TK)

3 19 64

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TEHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN KEIMIGRASIAN (Studi Di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Tanjung Karang)

4 68 72

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENYALAHGUNAAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN TINGGAL MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DI PROPINSI BALI.

0 2 14

PENDAHULUAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN TINGGAL MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DI PROPINSI BALI.

0 4 17

PENUTUP PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN TINGGAL MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DI PROPINSI BALI.

0 2 10

NOTA PEMBIMBING PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PENYALAHGUNAAN IJIN KEIMIGRASIAN MENURUT UNDANG-UNDANG RI NO. 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN.

0 0 16

PENDAHULUAN PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PENYALAHGUNAAN IJIN KEIMIGRASIAN MENURUT UNDANG-UNDANG RI NO. 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN.

0 0 12

DAFTAR PUSTAKA PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PENYALAHGUNAAN IJIN KEIMIGRASIAN MENURUT UNDANG-UNDANG RI NO. 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN.

0 0 4

PENEGAKAN HUKUM UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN OLEH PPNS KEIMIGRASIAN TERHADAP WARGA NEGARA ASING YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN IZIN TINGGAL ( Studi Kasus Di Wilayah Hukum Kantor Imigrasi Kelas I Padang ).

0 0 24

PP Pengganti Undang-Undang No. 3 Tahun 2009 : Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian

0 0 5