Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

12

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah berfungsi sebagai transmisi sikap, nilai-nilai, norma-norma dan transformasi kebudayaan. Seperti yang dikutip oleh Saleh Sugianto, W. Waller mengatakan bahwa sekolah ibaratnya sebagai musium kebajikan. Sedang menurut Emile Durkheim sekolah disebutkan sebagai penjaga karakter nasional. Guru disekolah melatih anak-anak agar mereka menjadi orang menjadi dambaan masyarakat dan bangsa. 1 Usia anak sekolah, TK, SD, SMP, dan SMA adalah masa dimana seorang anak sedang mencari jati dirinya. Dia sedang meraba bagaimana wajah dunia. Bagaimana ia harus memperlakukan sekelilingnya. Bagaimana ia bersikap dan berbuat kepada yang lain. 2 Pada saat inilah dasar-dasar solidaritas, toleransi, kasih sayang, tenggang rasa, dan penghargaan terhadap perbedaan seharusnya ditanamkan dan ditumbuhkembangkan. Ini merupakan pondasi nilai Islam bagi sistem sosial, hal ini ditegaskan oleh Allah Swt dalam Qs. Al-Maidah: 2, yang berbunyi sebagai berikut: ⌧ 1 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, Jakarta: lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004, h.27. 2 Majemuk, Melupakan Bangku Sekolah, Jakarta: Indonesian Conference on Religion and Peace ICRP, h. 5 13 Artinya: “ Tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” QS. Al-Maidah: 2. Solidaritas juga tercermin dalam hadits: “Saya Rasulullah Saw dan pengayom, pelindung anak yatim di surga seperti dua ini, lalu Rasulullah Saw bemberikan isarat dengan jari telunjuk dan tengah” HR. At-Tirmidzi Maksud dari hadist ini bahwa orang yang suka memberikan pertolongan kepada anak yatim, nanti di surga akan berdekatan dengan Rasulullah Saw, seperti jari telunjuk dan tengah. Namun kenyataannya sekolah belum mampu menjalankan tugasnya dengan baik secara menyeluruh terhadap anak didiknya, hal ini dapat terlihat jelas dari banyaknya masalah sosial yang selalu muncul di tengah-tengah masyarakat. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Banyak terjadi adu domba dan saling fitnah, menjilat dan mengambil hak orang lain sesuka hati, dan perbuatan-perbuatan maksiat lainnya. Belakangan ini kita banyak mendengar keluhan orang tua, ahli didik dan orang-orang yang berkecimpung agama dan sosial, berkenaan dengan perilaku remaja yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, suka berbuat keonaran, maksiat, tauran, mabuk-mabukan, pesta obat-obatan terlarang, bergaya hidup hippes seperti di Eropa dan Amerika, melalukan pembajakan, pemerkosaan, pembunuhan, dan tingkah laku penyimpangan lainnya. 3 Salah satunya adalah Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Ciputat SMPN 2 Ciputat. Sekolah ini mengemban misinya lebih dari tiga puluh tahun, namun dalam perjalanannnya masih terdapat gejala yang memprihatinkan. Siswa sekolah ini sering sekali terlibat dalam tauran masal, berbuat keonaran yang dapat meresahkan masyarakat. Perbuatan ini tidak 3 Abuddin Nata, Pendidikan Agama dan Moral dalam Perspektif Global, IAIN syarif Hidayatullah Jakarta, MIMBAR Agama dan Budaya, Vol. XVIII, No. 3, 2001, h.239-240. 14 dilakukan dilingkungan sekolah melainkan di luar lingkungan sekolah, namun perbuatan ini sangat disayangkan karena dapat memberikan citra yang tidak baik, tidak hanya terhadap sekolah tersebut, melainkan terhadap seluruh lembaga sekolah yang ada di negeri ini. Selain itu salah satu sumber dari media masa mengatakan bahwa kasus penyalah gunaan narkoba di Indonesia meningkat tajam. Data terbaru Badan Narkotika Nasional BNN menyebutkan, dalam lima tahun terakhir jumlah kasus tindak pidana narkoba di Indonesia rata-rata naik 51,3 persen atau bertambah sekitar 3.100 kasus per tahun. Ketua BNP DKI Jakarta, Fauzi Bowo juga mengatakan sekitar 1,5 persen penduduk Jakarta menjadi pengguna dan penyalah guna narkoba, sebagian besar terjadi pada anak usia sekolah, SMP dan SMU. 4 Keadaan ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, melainkan harus dilakukan tindak penanggulangan secara intensif dan sungguh-sungguh. Kalau tingkah laku penyimpangan ini tidak ditanggulangi, maka akan merusak ketentraman umum dan masa depan remaja itu sendiri. Dalam upaya penanggulangan tingkah laku penyimpangan tersebut deviasi Tingkah laku tidak hanya tanggung jawab sekolah sebagai lembaga pendidikan tetapi harus tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Namun keluarga dan masyarakat bukanlah sebuah lembaga formal yang mempunyai aturan-aturan tertentu yang dijalankan di sekolah. Oleh karena itu, sekolah lebih berperan dan bertanggung jawab atas segala sesuatu. Atas dasar pemikiran diatas, maka penulis bermaksud meneliti nilai- nilai solidaritas yang ditanamkan di sekolah menengah tingkat pertama, karena itu penulis memberikan judul “PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS SISWA STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 CIPUTAT” 4 http:www.depkominfo.go.id?action=viewpid 15

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah