Manfaat Penanaman Solidaritas di Sekolah

53 Dalam implementasinya pendidikan atau penanaman nilai-nilai solidaritas sebagai pendidikan sikap atau perilaku yang menuntut keteladanan. Di sekolah akan lebih efektif jika terdapat contoh dan keistiqamahan dari para pendidik. Sikap dan perilaku sosial yang dilakukan oleh pendidik akan lebih mudah diikuti oleh siswa. Jika para pendidik telah melakukannya, maka pendidikan solidaritas atau penanaman nilai-nilai solidaritas sudah dimuali dan Insya Allah akan berhasil dengan baik.

C. Manfaat Penanaman Solidaritas di Sekolah

Sekolah merupakan lembaga sosial formal yang terikat pada tata aturan formal, berprogram dan bertarget atau bersasaran yang jelas serta memiliki struktur kepemimpinan atau pengelolaan yang pasti dan resmi. Sekolah juga merupakan tempat dimana anak bisa berkumpul bersama teman sebayanya, bergaul, belajar bersama dan berbagi pengalaman. Disini anak bisa belajar berinteraksi, sosialisasi dan berkreasi. Pendidikan di sekolah ini bagian dari pendidikan dalam keluarga. Kehidupan di sekolah merupakan jembatan bagi anak yang akan menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak. Pendidikan di sekolah merupakan pendidikan yang tak dapat dilaksanakan di rumah. Pengalaman-pengalaman anak di rumah di jadikan dasar untuk pelajaran di sekolah. Kelakuan anak yang kurang baik diperbaiki, tabiat anak yang salah dibetulkan, karena kewajiban sekolah tidak hanya sekedar mengajar akan tetapi bertanggung jawab tentang perbaikan masyarakat, kemanusiaan dan sosial. Sekolah terdiri dari beberapa anggota, tiap-tiap anggota mempunyai tugas khusus yang harus dilaksanakan untuk kebaikan masyarakat sekolah. Sekolah satu tubuh yang mempunyai banyak anggota. Kepala sekolah merupakan anggota yang bertanggung jawab terhadap sekolah, guru sebagai pelaksana, pengajar atau pekerja dalam sekolah, orang tua murid pun sebagai anggota sekolah, para pelajar juga termasuk anggota sekolah. Bahkan pemimpin-pemimpin pendidikan dan pengajaran turut menjadi anggota untuk 54 memajukan sekolah. Apabila ada salah satu anggota sakit, niscaya terasa sakit seluruh anggotanya, ini merupakan cerminan dari sikap solidaritas. Apabila sekolah itu gagal dan tak dapat mencapai tujuannya karena sekolah itu tidak menjalankan nilai-nilai solidaritas, tolong menolong, kasih sayang, toleransi, bekerja sama dengan para anggotanya. Nilai-nilai solidaritas merupakan jiwa sekolah bahkan dasar yang pokok untuk kehidupan sekolah dan kemajuan dalam usahanya. Sekolah takkan maju dalam usahanya apabila tidak terdapat nilai-nilai solidaritas dalam sekolah tersebut. Dengan nilai-nilai solidaritas seperti kasih sayang, tolong menolong, toleransi dan bekerja sama, sekolah dapat membiasakan para siswa memelihara peraturan, selalu hadir di sekolah, rajin menunaikan kewajiban, dan tentunya terhindar dari sikap yang menyimpang. Dengan demikian sekolah dapat membentuk para siswa sukses dalam kehidupannya. Kemajuan seseorang dimasa yang akan datang tergantung atas adat kebiasaan yang dilakukan pada masa kanak-kanak dan atas pengetahuan yang diperolehnya di sekolah. Oleh karena itu, nilai-nilai solidaritas sangat perlu diajarkan terhadap para siswa, karena banyak sekali manfaat yang dapat diambil. Seperti yang diungkapkan oleh Dadang Yohana : Sikap solidaritas atau nilai solidaritas sangat amat perlu diajarkan kepada para peserta didik SMP Negeri 2 Ciputat karena pada hakikatnya manusia itu makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, manusia itu butuh pertolongan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu harus peduli sesama. Demikian juga dengan Nurhadi mengatakan: Sikap solidaritas itu sangat perlu diajarkan kepada para peserta didik. Karena sekolah sebagai lembaga yang memberikan ilmu pengetahuan maka sekolah pun perlu menanamkan pengamalannya. Penanaman kebiasaan sikap solidaritas sangat dianjurkan di SMP negeri 2 Ciputat ini karena banyak sekali manfaatnya, para siswa bisa lebih bijaksana dalam mengambil keputusan, lebih disiplin dan lebih bisa menghargai sesamanya. Sangat naif rasanya sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak atau bahkan mengenyampingkan sikap solidaritas. Fungsi 55 sekolah yang paling pokok adalah mengajar, mendidik, dan mengembangkan kemampuan para peserta didik, sehingga kelak dewasa, mereka bukan hanya terbentuk otakkecerdasan saja namun juga terbentuk hatinya serta keahliannya menjadi insan terampil. Perlunya menanamkan nilai-nilai solidaritas merupakan sistem untuk mendidik ruh, hati nurani, kepribadian dan perilaku sosial dari setiap individu masyarakat. Oleh karena itu tugas guru bukan hanya mengajar untuk kecerdasan akal peserta didik saja, tetapi juga masuk ke arena sosial, sebagai bagian integral dalam menyusun sterategi moral berbasis sosial. Dalam konteks pendidikan sekolah, entitas pendidikan sosial berarti guru menyampaikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran serta mampu mendemontrasikannya melalui sikap dan perilaku tentang kebaikan dan kebenaran dari karakter dan tingkah laku manusia. Idealnya, guru harus mampu mempersonifikasikan nilai-nilai sosial pada sikap dan tingkah lakunya. disini berarti penanaman nilai-nilai solidaritas disekolah itu harus dimulai dari guru. Guru masuk ke dalam kelas mambawa seluruh unsur kepribadiannya, agamanya, akhlaknya, pemikirannya, sikapnya, dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya bahkan penampilan guru, pakaiannya, cara berbicara, bergaul, emosi kejiwaan, ideologi dan paham yang dianutnya terbawa tanpa sengaja ketika ia berhadapan dengan anak didiknya. Seluruhnya itu akan terserap oleh anak didiknya tanpa disadari oleh guru dan orang tua. Oleh karena itu, penanaman sikap solidaritas terhadap siswa di sekolah peran utamanya adalah guru. Berbagai suku, budaya, adat, yang berbaur dalam satu komunitas sekolah kondisi tersebut menyeret para guru untuk membangun kerukunan dalam bingkai keagamaan. Karena bagaimanapun setiap agama mengajarkan pemeluknya untuk selalu menebarkan kasih terhadap sesama. Bahkan salah satu fungsi agama bagi manusia adalah untuk membina dan memupuk rasa persaudaraan terhadap sesama manusia. 43 43 Mirhan AM, Religika, Jurnal Studi Agama-Agama, Vol. 1, No. 1, 2000, h. 9 56 Siswa siswi SMP Negeri 2 Ciputat berasal dari berbagai macam suku, mulai dari betawi sebagai penduduk aslinya, hingga Jawa, Sunda, dan dari daerah Sumatera bahkan Papua pun ada. Tetapi dengan menciptakan kultur sekolah yang agamis perbedaan itu dapat dielakkan, mereka dapat bergaul dan berteman dengan akrab. Kalau kita lihat dengan kaca mata teori sosial maka solidaritas yang dibangun oleh keluarga besar SMP Negeri 2 Ciputat adalah solidaritas murni. Dimana Von Wiese, sebagaimana yang dikutip oleh Doyle Pual Jhonson, berpendapat berpendapat bahwa solidaritas semacam ini adalah solidaritas yang menyatu antara motif dan penyelenggaran. 44 Konsep solidaritas sosial dalam Islam merupakan sistem yang paripurna yang melingkupi seluruh aspek kehidupan. Unsur-unsur dari sistem ini merupakan tindakan-tindakan yang baik seperi perilaku sedekah misalnya. Namun perilaku itu tidak bisa begitu saja timbul dalam diri seseorang, melainkan harus melalui proses pendidikan dan pembiasaan seperti di sekolah SMP Negeri 2 Ciputat yang selalu menamkan nilai-nilai solidaritas, karena sekolah sangat berperan penting dalam pembentukan sikap dan nilai-nilai solidaritas sosial, seperti yang diungkapkan oleh Hermanto selaku pembina OSIS untuk saling memperhatikan, membantu dan bekerjasama, ungkapnya: “Sesama personal SMP Negeri 2 Ciputat, harus saling memperhatikan, saling membantu dan bekerjasama baik dalam suka dan duka. Siswa siswi yang ditanamkan dan diharapkan untuk saling bekerjasama dalam hal kebaikan serta ikut membantu teman yang lemah, begitu juga antara guru dan siswa, siswa dan guru harus saling memperhatikan. Dengan harapan ada keharmonisan diantara keluarga besar SMP Negeri 2 Ciputat”. 45 Senada dengan itu Bingan Edi Saputra, silaturahmi, setia kawan dan bakti sosial, ungkapnya: “Ya, sekolah ini sangat menganjurkan untuk mengajarkan nilai solidaritas. Niali-nilai solidaritas itu meliputi silaturahmi, saling menyapa, memberi salam sesama teman dan guru. Rasa setia kawan, memberikan dana spontanitas kepada siswa yang mengalami musibah. Dan bakti sosial, 44 Doyle Pual Jhonson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, terj. Robert M.Z Lawang, Jakarta; PT. gramedia, 1998, h. 37. 45 Wawancara pribadi dengan Pak Hermanto pada tanggal 10 September 2008. 57 mengumpulkan pakaian bekas dan sembako untuk dikirim ke suatu tempat yang membutuhkan”. 46 Penanaman nilai-nilai solidaritas ini bertujuan mendidik para siswa di sekolah agar bisa hidup rukun, damai sejahtera, dilingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Dan para siswa sukses menjalani kehidupannya di masa yang akan datang.

D. Peran Sekolah Membentuk Solidaritas Siswa