Hak-Hak Perempuan dalam Islam
agama serta balasan yang diberikan antara laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan. Menurut „Abbas Kararah dalam bukunya Ad-din wa Al-Mar’ah
mengatakan, Islam tidak membedakan laki-laki dan perempuan, bahkan menyamakan kepada semua kaum muslimin yang bermacam jenis dan warna kulit untuk
menjalankan kewajiban agama, hak-hak serta balasannya.
2
Sebagaimana maksud firman Allah SWT:
“maka Tuhan mereka mengabulkan permohonan mereka dengan berfirman, sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal dari
kalian, baik laki-laki maupun perempuan, karena sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain…”Q.S: Ali Imran 3: 195.
Hak yang ketiga terkait dengan hak kemanusiaan adalah hak dalam mengemukakan pendapat dan musyawarah: menurut syariat, perempuan mempunyai
hak untuk mengemukakan pendapat dalam masalah-masalah dan urusan umum. Bahkan masalah ini sampai suatu batas terpenting dalam syariat Islam. Seperti kasus
yang terjadi pada masa kekhalifahan Umar bin Al-Khattab merupakan bukti yang sangat jelas bahwa perempuan mempunyai hak mengungkapkan pendapatnya. Jadi
walaupun berbeda, selama ia memiliki argumentasi terhadap apa yang dikatakannya,
2
„Abbas Kararah sebagaimana dikutip oleh Istibsyaroh, Hak-Hak Perempuan Relasi Jender Menurut Tafsir Al-
Sya’rawi Jakarta: Teraju 2004 Cet. Pertama. h, 89.
pendapat tersebut perlu didengar. Pada suatu hari Umar berkhutbah di depan umum. Di antara khutbahnya bahwa ia menyebutkan mahar perempuan itu tidak boleh lebih
dari empat puluh ons. Jika ada yang meminta lebih, maka kelebihannya untuk Baitul Mal. Maka seorang perempuan berdiri dan berkata “Apakah itu pendapatmu?”
Khalifah balik bertanya, “Mengapa?” perempuan itu berkata, karena Allah SWT, berfirman yang bermaksud:
“…sedang kamu telah memberikan kepada seorang di antara mereka harta
yang banyak, maka jamganlah kamu mengambil kembali daripadanya barang sedikit pun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta
dan dengan menanggung dosa yang nyata?” Q.S: An-Nisaa‟ 4: 20 . Di sini Umar mengakui kesalahanya dan mencabut keputus
annya. Ia berkata, “perempuan ini benar dan Umar salah.”
3
2. Hak Ekonomi
Syari‟at Islam telah memberikan karunia kepada wanita dengan memberikan hak-hak kepemilikannya secara utuh. Islam telah memberikan kepada wanita
kebebasan penuh untuk mengelola dan mengatur urusannya, baik yang berkait
3
Muhammad Anis Qasim Ja‟far, Al-Huquq Al-Siyasah li Al-Mar’ah fi Al-Islam. Penerjemah Ikhwan Fauzi, Perempuan dan Kekuasaan Jakarta: Amzah, 2008 , Cet. Kedua, h. 25.
dengan harta, kepemilikan, pardagangan atau lainnya. Termasuk dalam kategori ini adalah kebebasan penuh untuk menggunakan maharnya, bila ia telah bersuami. Ia
juga mempunyai wewenang untuk melakukan akad jual beli, persewaan, serikat, pegadaian, dan lain sebagainya.
4
Terkait mahar ini Allah SWT berfirman: ..
...
“Dan berikanlah maskawin mahar kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka menyerah kepada
kamu sebagian maskawin itu dengan senang hati, maka terimalah dan nikmatilah pemberi
an itu dengan senang hati”.Q.S. An-Nisa’ 4: 24. Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa, perempuan dalam pernikahan
berhak mendapat mahar dari calon suaminya yang tidak ditentukan besar kecilnya, karena jumlah mahar disesuaikan dengan kemampuan calon suaminya.
Begitu pula halnya dengan bekerja, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Islam memperkenankan perempuan mengerjakan tugas-tugas yang
mampu dikerjakannya dan sesuai dengan kodratnya. Al-Quran membebankan tugas bekerja kepada laki-laki dan perempuan sekaligus.
5
4
Mohd Sufian Bin Harun “Gerakan Politik Wanita Muslimah Di Negara bagian Kelantan” , Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010,
h. 34.
5
Muhammad Anis Qasim Ja‟far, Al-Huquq Al-Siyasah li Al-Mar’ah fi Al-Islam. Penerjemah Ikhwan Fauzi, Perempuan dan Kekuasaan Jakarta: Amzah, 2008 , Cet. Kedua, h. 19.
…
…
“..dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang- orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu
…QS At-Taubah 9: 105
3. Hak-hak Sosial
Hak-hak Sosial yang terkait dengan mental yaitu hak menuntut ilmu. Islam mempersamakan antara laki-laki dan perempuan dalam hak belajar. Masing-masing
memiliki hak untuk memperoleh apa saja yang mereka inginkan, berupa bebagai jenis pengetahuan, sastra, dan budaya. Rasulullah saw, bersabda
: اق براح ا ا ثدح اق اس با د ح ا ر خا
: اق ا ح ب ح اص ا ثدح
: عش ا ر اع اق
ا ثدح :
اق بأ ع رب بأ ع :
ارجأ ثاث اس ع ها ص ها سر اق :
أ جر جر ا قح ها قح ا ا ا
ا د ع ا اس ع ها ص د ح ب آ ب آ ات ا رجأ ف ا
جتف ا قتعا ا عت سحأف ا ع ا أت سحأف ا ب اف أ د ع ت اك راخ ا ا ر
“Kalau ada laki-laki punya pelayan perempuan, maka ajarilah dia, lalu baguskanlah pengajarannya, didiklah dia, lalu baguskanlah pendidikannya.
Kemudian merdekakan dan nikahilah. Maka dia peroleh dua pahala ” HR.
Bukhari.
6
Prinsip pengajaran perempuan telah diterapakan pada zaman Rasulullah saw. dan dilanjutkan pada masa kekhalifahan khulafaur Rasyidin. Maka Aisyah
mendalami ilmu pengetahuan dan menjadi perempuan paling berilmu pada masanya.
6
Abdullah Muhammad al-Bukhari, Sohih Abi Abdullah al-Bukhari, Beirut: Darul Fikr, 1994 , Jilid Satu. h. 38.
Oleh karena itu, Urwah bin Zubayr berkata tentang Aisyah, “saya tidak menemukan orang yang sangat menguasai ilmu-
ilmu fikih, kedokteran, dan syair selain Aisyah.” Demikianlah pula Hafshah binti Umar bin Al-Khattab selalu mendalami ilmu hingga
telah menikah dengan Rasulullah saw.
7
Mengenai hal ini, perlu saya kemukakan firman Allah SWT:
“Allah menyatakan bahawasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang
berilmu juga menyatakan yang demikian itu. Tak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” Q.S. Ali Imran:
3: 18.
Ayat di atas jelas telah mendorong seluruh manusia untuk mencari ilmu tanpa membedakan laki-laki dan perempuan, dan terdapat banyak lagi ayat-ayat Al-Quran
yang lain dan juga hadis-hadis yang berbicara tentang kewajiban belajar. Memperoleh ilmu pengetahuan itu merupakan elemen esensial untuk peningkatan
martabat perempuan sehingga ia dapat menyempurnakan dirinya sendiri, kemudian dapat mengembangkan potensi kemanusiaannya.
7
Ibid, h. 18.
Hak-hak sosial yang terkait dengan harta, yaitu hak mendapatkan nafkah, sebagaimana firman Allah SWT, dan hak untuk menyusui anak dan mendapatkan
nafkah atas hal tersebut.