kecukupan gizi dan kualitas tertentu, serta sedapat mungkin penyediaannya dilakukan dengan mengoptimalkan potensi sumber daya lokal.
Namun pola konsumsi penduduk selalu berubah dari waktu ke waktu maupun antara daerah yang satu dengan daerah lainnya tergantung kepada selera, pendapatan
dan kebiasaan setempatlingkungan. Pola konsumsi pada gilirannya akan menentukan berapa yang harus disediakan dan bagaimana distribusinya, yang menyangkut
permintaan dan penawaran pangan yang seimbang agar harga tidak terguncang. Maka seiring dengan semangat otonomi daerah adalah bagi setiap peranan
propinsi dan kebudayaankota sangat penting untuk menyusun perencanaan pangan yang memenuhi, prinsip-prinsip di atas guna mewujudkan ketahanan pangan yang
berbasis sumber daya lokal. Salah satu acuanpendekatan yang dapat digunakan untuk itu adalah Pola Pangan Harapan BKP, 2005.
2.1.1. Konsumsi Pangan Keluarga
Tersedianya pangan pada tingkat rumah tangga sangat tergantung pada kemampuan daya beli masyarakat dan kestabilan harga pangan. Keterjangkauan
rumah tangga terhadap pangan ditentukan oleh daya beli masyarakat. Masih cukup besarnya jumlah penduduk yang tergolong miskin menggambarkan keperluan adanya
kebijaksanaan harga dan sistem distribusi pangan yang efektif dan efisien. Struktur wilayah Indonesia yang berupa kepulauan menggambarkan adanya
masalah untuk menyalurkan pangan secara efektif ke seluruh pelosok tanah air. Di samping permasalahan jarak spasial, distribusi pangan mencakup juga masalah
ketepatan waktu, karena adanya unsur musim dalam produksi pangan. Dengan adanya berbagai masalah seperti diuraikan di atas, tantangan dalam pembangunan
pangan adalah meningkatkan ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga sesuai dengan keadaan dan pola pangan setempat.
Ketersediaan pangan telah berhasil ditingkatkan, tetapi ketersediaan itu belum berimbang karena ketersediaan energi sebagian besar berasal dari karbohidrat. Pola
konsumsi pangan secara nasional menggambarkan bahwa padi-padian dikonsumsi oleh hampir seluruh penduduk. Untuk penduduk yang berpendapatan rendah, padi-
padian hampir merupakan satu-satunya makanan pokok utama. Keseimbangan pola konsumsi pangan padi-padian dengan pangan hewani, kacang-kacangan dan sayuran
serta buah-buahan merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian dalam pembangunan pangan. Dengan mengacu pada patokan pola ketersediaan pangan yang
dikonsumsi penduduk Indonesia tergolong rendah Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 1994.
Selain itu kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang digunakan utuk dikonsumsi,
seperti misalnya budaya mengajarkan orang tentang apa yang akan digunakan sebagai makanan, untuk siapa, kapan boleh dimakan atau tidak boleh dimakan tabu.
Banyak sekali penemuan para peneliti yang menyatakan bahwa faktor sosial budaya sangat berperan dalam proses konsumsi pangan dan terjadinya masalah gizi
diberbagai masyarakat dan negara Baliwati, dkk, 2004. Informasi mengenai asal bahan pangan yang dikonsumsi rumah tangga, dapat
berasal dari bahan pangan yang dihasilkan sendiri dari pekarangan, kebun atau lahan lainnya dibeli atau diberi BKP, 2005.
2.1.2 Pola Konsumsi Pangan