13
internasional di Indonesia, sedangkan secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi pemerintah dan pihak pihak terkait dalam pengelolaan lembaga
pendidikan yang berminat melakukan upaya internasionalisasi pendidikan, sehingga dapat menjalankannya secara lebih utuh dan terarah.
D. Tinjauan Pustaka
Ada beberapa penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan tema internasionalisasi, baik yang terkait dengan konsep, lembaga, kurikulum, guru,
dan siswa. Dalam konteks konseptualisasi, didapati beberapa referensi, antara lain:
Riset Kanaan, Daur al2Tarbiyah fi Muwajihat al2`Aulamah wa Tahdiyat al2Qarn al2Hady wa al2`Isyrin wa Ta`zyz al2Hawiyat al2Hadhariyat wa al2Intima’
li al2Ummat yang memaparkan tantangan pendidikan di dunia Arab dalam mengantisipasi alienasi budaya dan dominasi asing dalam konteks globalisasi.
Dalam riset ini Kanaan menegaskan kembali pentingnya identitas budaya asli Arab dan menyeru untuk merespon berbagai tantangan, serta memperkuat
persatuan nasional dari bangsa bangsa Arab melalui penolakan hegemoni budaya asing, dan revitalisasi pembangunan nasional; pengembangan kurikulum dan
data; persiapan guru dan pelatihan berkesinambungan; memasukkan teknologi dan sarana modern dari teknologi pendididkan yang maju, terutama melalui jaringan
komunikasi elektronik; dan fokus pada masa depan pendidikan.
42
Tulisan Ahmad Ali, Al2`Awlamah wa al2Tarbiyah yang menyajikan geliat globalisasi di negara negara Arab. Buku ini mengupas tentang pengaruh
globalisasi terhadap pendidikan, kebijakan pemerintah tentang pengembangan pendidikan, juga kajian tentang interaksi lintas budaya.
43
42
Ahmed Ali Kanaan, “Daur al Tarbiyah fî Muwâjihat al `Aulamah wa Taḫdiyat al Qarn al Ḫady wa al `Isyrin wa Ta`zyz al Hawiyat al Hadhariyat wa al Intima’ li al Ummat”, Riset
disampaikan dalam Simposium tentang Globalisasi dan Prioritas Pendidikan di Universitas King Saud, Fakultas Pendidikan, 2004
43
Ahmad `Abd Allah Ahmad Ali, Al2`Awlamah wa al2Tarbiyah, Cairo: Dar al Kitab al Hadith, 2002.
14
Hans de Wit ed., dalam Higher Education in Latin America: The International Dimension, menyajikan banyak isu penting terkait dengan
internasionalisasi seperti model internasionalisasi, tantangan regional dan internasional bagi pendidikan, dan perbandingan internasionalisasi di beberapa
negara Amerika latin seperti Argentina, Brazil, Chili, dan Kolombia.
44
Parker Wiseman Eds. dalam Global Trends in Educational Policy, yang memuat tulisan beberapa ilmuwan yang mengupas antara lain tentang
kebijakan internasionalisasi pendidikan, sejarah, permasalahan, dan implementasi kebijakan pendidikan, globalisasi pendidikan dan stigma, serta perspektif global
bagi pendidikan guru.
45
Lancrin, dalam Student Mobility, Internationalization of Higher Education and Skilled Migration, yang menganalisis hubungan antara mobilitas siswa,
internasionalisasi pendidikan, dan perpindahan orang orang berketerampilan. Selain itu, ia juga menyajikan beberapa strategi internasionalisasi pendidikan,
yaitu mutual understanding, skilled migration, income generation, dan capacity building. Dari keempat strategi ini satu di antaranya, yaitu mutual understanding,
yang bersifat tradisional, sedangkan tiga lainnya secara nyata didikte oleh pertimbangan ekonomi.
46
Tanabe, dalam Internationalization and Education from Japanese Experience, yang menawarkan beberapa model sebagai konsep internasionalisasi,
yaitu Catch Up model, Competitive model, dan win2win mutual model. Tanabe menyatakan bahwa menyeimbangkan proses internasionalisasi adalah hal yang
sulit. Menangani dua sisi antara perkembangan individu dan masyarakat, dengan saling pengertian antara identitas nasional dan hubungan antar budaya adalah
elemen kunci. Internasionalisasi memerlukan pandangan atas keduanya seluas
44
Hans de Wit et.al., Eds. Higher Education in Latin America: The International Dimension, Washington D.C: The World Bank 2005.
45
David P. Baker Alexander W. Wiseman Eds., Global Trends in Educational Policy, Amsterdam: Elsevier 2005.
46
Stephan Vincent Lancrin, “Student Mobility, Internationalization of Higher Education and Skilled Migration”, World Migration 2008, h. 105 125
15
mungkin. Dalam konteks ini, Tanabe memandang win2win mutual model adalah konsep internasionalisasi terbaik di antara model model yang lain.
47
Altbach Knight, dalam The Intenationalization of Higher Education: Motivations and realities, yang memaparkan motivasi dan sumberdaya bagi
internasionalisasi. Mereka menyajikan tujuh hal terpenting yang melatar belakanginya, yaitu: Profits, Access provision and demand absorption,
Traditional Internationalization, European Internationalism, Developing2Country Internationalization, Individual Internationalization, dan Cross2Border Higher
Education: Growth Area.
48
Tulisan Kritz dalam laporannya kepada divisi populasi PBB. Fokus dari laporan ini adalah pada perpindahan lintas batas siswa, atau layanan pendidikan
oleh penyelenggara di satu negara untuk siswa yang berada di negara lain. Dalam artikel
ini, Kritz
menjelaskan hubungan
antara globalisasi
dengan internasionalisasi pendidikan. Ia juga menguraikan perbedaan antara globalisasi,
internasionalisasi pendidikan, dan pendidikan transnasional.
49
Knight, dalam laporan surveinya kepada International Association of Universities IAU. Laporan ini menyimpulkan bahwa internasionalisasi
pendidikan tidak hanya memiliki dampak positif berupa keuntungan, tapi juga dampak negatif berupa resiko yang harus ditanggung. Keuntungan yang
dihasilkan meliputi bidang pengembangan siswa, staff, dan guru, pengajaran dan pembelajaran, penelitian, kemampuan bersaing, jaringan, kesadaran budaya,
standar dan kualitas. Sedangkan resiko yang harus ditanggung mencakup Brain Drain, identitas budaya, biaya yang mahal, dan unsur bahasa.
50
47
Shunji Tanabe, “Internationalization and Education from Japanese Experience”, Kanazawa University, paper presented in the 6th international conference of the faculty of
management, Slovenia, 2005
48
Philip G. Altbach Jane Knight, “The Intenationalization of Higher Education: Motivations and realities”, The EA Almanac of Higher Education, 2006
49
Mary M. Kritz, “Globalization and Internationalization of Tertiary Education”, Final Report submitted to the United ations Population division, New York: Cornell University, 2006
50
Jane Knight, Internationalization of Higher Education Practices and Priorities, International Association of Universities IAU Survey Report, 2003
16
Dalam konteks lembaga, didapati beberapa buku atau artikel seperti: Hayden, dalam Introduction to International Education: International Schools
and their Communities, yang menegaskan bahwa esensi dari pendidikan internasional adalah menggabungkan seluruh dimensi global kurikuler ke dalam
kurikulum sekolah. Selain itu, Buku ini memaparkan semua hal yang berkaitan dengan pendidikan internasional mulai dari konteks dan sejarah, sekolah
internasional, siswa sekolah internasional, guru, administrasi, dan kurikulum sekolah internasional, serta peran sekolah internasional di masa depan.
51
Bunnel, dalam The International Education Industry: An introductory for conceptualizing the potential scale of an “alliance, mengemukakan bagaimana
sekolah internasional telah menjelma menjadi sebuah industri yang diakui, namun sedikit sekali upaya yang telah ditempuh untuk mengonseptualisasi hakikat dan
skalanya. Sangat diperlukan adanya sebuah aliansi dari industri besar ini, dan artikel ini mengeksplorasi dua pilihan yang mungkin: Aliansi Pendidikan
Internasional, dan Aliansi untuk Pendidikan Internasional. Pilihan yang kedua dipandang lebih lepas dan fleksibel sehingga banyak dipakai selama tujuh tahun
terakhir, dan artikel ini menawarkan kerangka pengantar untuk membicarakan skala yang potensial dari operasinya.
52
Laporan Hayward yang menyimpulkan bahwa internasionalisasi pendidikan di kampus dan universitas di Amerika adalah sebuah fenomena yang
tidak terdokumentasikan dengan baik.
53
Sedangkan dalam konteks kurikulum, guru, dan siswa didapati juga beberapa artikel seperti: Galligan dalam paper diskusinya di University of
Southern Queensland, yang membicarakan perlunya mengembangkan definisi internasionalisasi kurikulum dan isu su terkait internasionalisasi. Galligan
menawarkan sebuah definisi internasionalisasi kurikulum dan kerangka kerja
51
Mary Hayden, Introduction to International Education: International Schools and their Communities, London: SAGE Publications 2006.
52
Tristan Bunnel, “The International Education Industry: An introductory for conceptualizing the potential scale of an “alliance”, Journal of Research in International
Education, vol. 6, 2007
53
Fred M. Hayward, Internationalization of U.S Higher education, American Council on Education: Preliminary Status Report, 2000
17
untuk membangun sebuah definisi internasionalisasi. Ia juga merancang hubungan antara kualitas lulusan dan dua konsep: rencana internasionalisasi dan rencana
pengajaran dan pembelajaran.
54
Zahn dkk., dalam Fostering Global2Mindedness in teacher preparation yang memaparkan bahwa Program pendidikan guru perlu memerhatikan
perubahan yang cepat di dunia, yang sebagian disebabkan oleh peningkatan populasi yang semakin beragam. Lingkungan kelas yang berubah dengan sangat
cepat ini menegaskan kebutuhan akan guru yang terlatih yang dapat berkomunikasi dengan dan mengajar siswa dengan masing masing latar belakang
yang jauh berbeda. Selain itu, mereka juga harus memiliki pemahaman tentang nilai nilai dan praktek rumpun budaya yang memengaruhi individu siswa di
tengah beragam populasi etnis yang mereka ajar. Dalam konteks ini penulis memaparkan langkah langkah yang diambil oleh sebuah kampus pendidikan
untuk menciptakan kerja sama internasional dan pengalaman pembelajaran dalam rangka meningkatkan program pelatihan guru mereka dan mengembangkan
sebuah lingkungan yang berpemikiran global.
55
Senada dengan Zahn, Dooly, dalam Integrating Intercultural Competence and Citizenship Education into Teacher Training: a Pilot Project memaparkan
sebuah proyek penjajakan yang didisain untuk membantu guru mengeksplorasi cara cara dimana keyakinan budaya mereka terhubung dengan hubungan lembaga
dan sosial yang lebih luas. Melalui pembelajaran refleksi dan eksperiensi, guru disadarkan akan fakta bahwa keyakinan mereka berdampak langsung atas cara
mereka mengenal siswa dalam proses pengajaran yang dijalankannya. Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi interkultural guru dan pemahaman
tentang bagaimana menjadi seorang warga dunia saat ini.
56
54
Linda Galligan, “Internationalization of the Curriculum”, University of Southern Queensland: Discussion Paper, 2008
55
Gail Zahn, dkk., “Fostering Global Mindedness in teacher preparation”, International Journal of Teaching and Learning in Higher Education, vol. 19 no. 3, 2007
56
Melinda Dooly, “Integrating Intercultural Competence and Citizenship Education into Teacher Training: a Pilot Project”, Citizenship Teaching and learning, vol. 2, no. 1, July 2006
18
Dan tesis Hayle, Educational Benefits of Internationalizing Higher Education: The Student’s Perspectives, yang mengkaji keuntungan pendidikan
dari usaha yang dilakukan lembaga untuk menginternasionalisasikan pendidikan sebagaimana dipersepsi dan dialami oleh mahasiswa domestik dan mahasiswa
internasional di Queen’s university di Kingston, Ontario, Kanada. Dalam riset ini, Hayle memunculkan empat keuntungan baik bagi siswa maupun lembaga, yaitu
1 pengetahuan dan saling pengertian yang lebih luas terhadap negara lain, budaya, dan isu isu global; 2 Jejaring dan pengembangan keterampilan emosi
dan sosial; 3 meningkatkan penghasilan; dan 4 memberikan kontribusi bagi reproduksi pengetahuan barat. Tujuan utama tesis ini adalah, pertama, memahami
cara cara dimana siswa dilaporkan mendapat keuntungan dari serangkaian program dan aktivitas yang diasosiasikan dengan gagasan internasionalisasi di
dalam kampus. Dan kedua, memastikan mana di antara tiga kerangka internasionalisasi yang dominan, kompetensi global, kapitalisme akademik, dan
kolonialisme akademik, yang nampak menginformasikan praktek institusional yang
dialami siswa.
Selain mengemukakan
keuntungan sebagaimana dikemukakan para ahli, Hayle juga mengemukakan dampak negatif dari
internasionalisasi.
57
Dari riset dan artikel di atas, tesis Hayle adalah yang terdekat dengan posisi tesis ini. Namun, jika Hayle membahas internasionalisasi pendidikan dari
sisi keuntungan pendidikan dalam perspektif siswa, tesis ini akan membahas internasionalisasi pendidikan dari sudut tinjauan sejarah dan implementasi
konsep, yang mencakup analisis sejarah, implementasi, dan signifikansi perannya dalam kemajuan pendidikan.
E. Metodologi Penelitian