Konsep Wahdat al-Wujud Menurut Para Tokoh

61 “Wajah sebenarnya satu, tetapi jika engkau perbanyak cermin ia menjadi banyak”. 19 Dalam wujud lain uraian falsafat ini dapat dikemukakan sebagi berikut. Bahwa makhluk yang dijadikan Tuhan dan wujudnya bergantung kepada-Nya, adalah sebagai sebab dari segala yang berwujud selain Tuhan. Yang berwujud selain Tuhan tak akan mempunyai wujud, sekiranya Tuhan tidak ada. Tuhanlah yang sebenarnya mempunyai wujud hakiki atau wajibul wujud. Sementara itu makhluk sebagai yang diciptakan-Nya hanya mempunyai wujud yang bergantung kepada wujud yang berada dirinya, yaitu Tuhan. Dengan kata lain yang mempunyai wujud sebenarnya hanyalah Tuhan dan wujud yang dijadikan ini sebenarnya tidak mempunyai wujud. Yang mempunyai wujud sesungguhnya hanyalah Allah. Dengan demikian yang sebenarnya hanya satu wujud, yaitu wujud Tuhan. 20 Oleh karena itu pada dasarnya yang banyak dalam alam ini hanya dalam penglihatan banyak, namun pada hakikatnya itu semua satu. Tak ubahnya sebagai orang yang melihat dirinya dalam beberapa cermin ia lihat dirinya. Dalam cermin-cermin itu dirinya kelihatan banyak, tetapi dirinya hanya satu. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Fusus al-Hikam yaitu wajah sebenarnya hanya satu, tetapi kalau cermin diperbanyak wajah kelihatannya banyak pula. 21 Dan hal demikian itu juga sesuai dengan apa yang dikatakan Ibnu „Arabi sebagai berikut: “Sudah menjadi kenyataan bahwa makhluk adalah dijadikan dan bahwa ia berhajat kepada khaliq yang menjadikannya, karena 19 Harun Nasution, falsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1983, Cet. ke- III, h. 92 20 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996, cet. ke-1, h. 248-249 21 A. Mustofa, Akhlak tasawuf, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997, h. 278-279 62 ia hanya mempunyai sifat mumkin mungkin ada mungkin tidak ada, dan dengan demikian wujudnya bergantung pada sesuatu yang lain. Dan sesuatu yang lain tempat ia bersandar ini haruslah sesuatu yang lain, yang pada esensinya mempunyai wujud yang bersifat wajib, berdiri sendiri dan tak berhajat kepada yang lain dalam wujudnya, bahkan ialah yang dalam esensinya memberikan wujud bagi yang dijadikan. Dengan demikian yang dijadikan mempunyai sifat wajib, tetapi sifat wajib ini bergantung pada sesuatu yang lain, dan tidak pada dirinya sendiri. 22 Dengan demikian paham Wahdad al-Wujud tersebut di atas mengisyaratkan bahwa pada manusia ada unsur lahir dan batin, dan pada tuhan pun ada unsur lahir dan batin. Adapun Unsur-unsur yang ada dalam wahdat al wujud adalah: 1. Unsur haqq Unsur al-haqq adalah unsur batin yang berada di sebelah dalam dan merupakan hakikat, esensi atau subtansi. 2. Unsur makhluk Unsur makhluk adalah unsur lahir yang berada dibagian luar dan yang tampak merupakan bayangan, yang ada karena adanya unsur haqq. Unsur lahir manusia adalah wujud fisiknya yang nampak, sedangkan unsur batinnya adalah roh atau jiwanya yang tidak nampak yang hal ini merupakan pancaran, bayangan atau foto copy Tuhan. Selanjutnya unsur lahir pada Tuhan adalah sifat-sifat ketuhanannya yang nampak di alam ini, dan unsur batinnya adalah zat Tuhan. 23 Hal ini tak ubahnya seperti orang yang melihat dirinya dalam beberapa cermin yang ia letakkan di sekelilingnya. Di dalam beberapa tiap cermin tersebut ia melihat dirinya hanya satu jua. 24 2. Nilai-nilai Pendidikan Keimnan dalam paham wahdat al-wujud Ibnu „arabi 22 Abuddin Nata, Op.cit., h. 250 23 Ibid., h. 251 24 Moh Ardani, Akhlak Tasawuf “Nilai-nilai AkhlakBudipekerti dalam Ibadat dan Tasawuf”, Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005, cet. ke-2, h. 222