52
Analisis isi ada kelebihan dan ada kekurangannya, yaitu :
a. Kekurangan data Kualitatif Deskriftif
1 Di pakai manusian sebagai objek penelitian sehingga analisis isi
bisanya bersifat non-reaktif karena tidak ada orang yang diwawancarai, diminta untuk mengisi kuesioner dan datang ke
laboratorium. 2
Kesulitan menentukan sumber data yang memuat pesan-pesan yang tidak relevan dengan masalah penelitian.
3 Analisis isi tidak dapat dipakai untuk menguji hubungan antar
variable tidak dapat melihat sebab akibat hanya dapat menerima kecendrungan harus dikombinasikan dengan metode penelitian lain
jika ingin menghubungkan sebab akibat.
b. Kelebihan
1 Biaya yang dikeluarkan lebih murah dibandingkan dengan penelitian
yang lain dan sumber data mudah untuk ditemukan atau diproleh misalnya di perpustakaan umum.
2 Analisis isi dapat digunakan mana kala analisis survey tidak dapat di
lakukan. 3
Metode ini dapat dikombinasikan dengan metode lain jika ingin mengetahui hubungan sebab akibat.
Menurut Patton, dalam metodologi penelitian kualitatif, istilah analisis menyangkut kegiatan sebagai berikut :
1. Pengurutan data sesuai dengan tahap permasalahan yang akan di jawab
2. Pengorgansisasian data dalam formalitas tertentu sesuai dengan urutan
pilihan dan pengkategorian yang akan di hasilkan. 3.
Penafsiran makna sesuai dengan masalah yang harus dijawab.
9
Sesuai dengan masalah penelitian ini yang di garap, maka kegiatan yang akan dilakukan adalah pemberian makna pada paparan bahasa berupa :
a. Ungkapan-ungkapan Ibnu „Arabi yang mengemban nilai-nilai pendidikan
Keimanan,
9
Lexy Moleong, Op.cit., h. 103
53
b. Ungkapan-ungkapan Ibnu „Arabi yang mengandung tujuan pendidikan
keimanan. Pemahaman dan analisis tersebut dilakukan melalui kegiatan membaca, menganalisa dan merekonstruksi.
E. Teknik Pemeriksaan Pengabsahan Data
Bermacam-macam cara pengujian kredebilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan penekukan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative, dan memberchek.
Dalam penelitian ini dalam mengabsahkan data peneliti menggunakan teknik ketekunan dalam penelitian. Meningkatkan ketekunan berarti melakukan
pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Peneliti secara tekun memusatkan diri pada latar penelitian untuk menemukan ciri-ciri dari unsur yang
relevan dengan persoalan yang diteliti. Peneliti mengamati secara mendalam pada novel agar data yang di temukan dapat dikelompokkan sesuai dengan kategori
yang telah dibuat dengan tepat.
10
Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-
dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas, sehingga dapat digunakan memeriksa data
itu benar atau dapat dipercaya atau tidak.
10
Lexy Moleong, Op.cit., h. 92.
54
BAB IV PEMBAHASAN
A. Biografi Ibnu ‘Arabi
Syekh Mukhyid- Din Muhammad Ibn „Ali, umumnya dikenal sebagai
Ibnul Arabi atau Ibnu „Arabi, khususnya di Timur, adapun dua gelar yang paling masyhur yang diterima oleh Ibnu „Arabi adalah Muhyi al-Din
Penghidup Agama dan al-Syaykh al-Akbar Guru Terbesar. Muhyi al-Din adalah gelar yang menununjukkan sebuah kekuatan hidup yang memainkan
peranan Ibnu „Arabi dalam pembentukan pemikiran Islam, sedangkan gelar Syaykh al-Akbar adalah gelar yang memperkenalkan Ibnu Arabi sebagai salah
seorang tokoh yang paling besar dalam sejarah spiritualitas dunia.
1
Ibnu „Arabi dilahirkan di Murcia tenggara Spanyol pada tahun 560 H bertepatan dengan 28 Juli 1165, dalam masa pemerintahan Sultan Muhammad
bin Sa‟id bin Mardanisy, gubernur Andalusia Timur. Dan merupakan turunan suku Arab Tayy.
2
Ayahnya bernama Ali ibn „Arabi, berasal dari Arab kuno dari Yaman, sedangkan Ibunya berasal dari keluarga Berber dari Afrika Utara.
Ayahnya bertugas sebagai tentara Ibn Mardanisy. Setelah wafatnya, Ibnu Mardanisy dan penduduk Murcia oleh orang-orang al-Muwahhidun pada 567
1
Tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah azyumardi Azra, Ensiklopedi Tasawuf, Bandung: Ankasa, 2008, Cet. ke-1, h. 515
2
A.E.Affifi, Filsafat Mistis Ibnu „Arabi,Terj. dari A Mystical Philosopi of Muhyiddin Ibn
„Arabi, oleh Sjahrir Mawi dan Nandi Rahman, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1995, Cet. ke-2, h. 1
55
H1172 M, keluarga Ibnu „Arabi pindah ke Seville, berkat kebaikan hati Abu yakub yusuf, penguasa al-
Muwahhidun, keluarga Ibnu „Arabi diberi jaminan tempat tinggal di bawah rezim baru itu dan ayahnya, Ali Ibn Arabi diberi tugas
sebagai penasihat militer penguasa itu. Di Seville, Ibnu „Arabi menerima pendidikan formalnya. Di kota pusat ilmu pengetahuan itu, di bawah
bimbingan guru-guru ilmu tradisional, ia mempelajari Al- qur‟an dan tafsir,
hadits, fikih, teologi, filsafat, skolastik, tata bahasa dan komposisi bahasa Arab. Seville yang saat itu merupakan pusat sufi Spanyol, dan selama 30 tahun
dia di Seville, dia banyak belajar dari ulama-ulama dalam mempelajari tasawuf.
3
da n karena keberhasilannya dalam pendidikan Ibnu „Arabi di
tugaskan sebagai Sekretaris Gubernur Seville, pada periode itu, ia menikahi seorang perempuan muda yang saleh yang bernama Maryam. Suasana
kehidupan guru-guru sufi dan kesertaan istrinya itu dalam menempuh jalan sufi adalah faktor kondusif yang mempercepat pembentukan diri Ibnu „Arabi
menjadi seorang sufi. Seperti diceritakannya sendiri, ia memasuki jalan sufi tarekat secara formal pada 580 H1184 M saat berusia dua puluh tahun.
4
Namun setelah beliau selesai di Seville, beliau pindah ke Tunisia di tahun 1194, dan disana ia masuk aliran sufi.
5
Sampai ia berumur 38 yakni pada tahun 5981201, Ibnu „Arabi berangkat menuju Timur, sebagian untuk melaksanakan
Haji seperti kebiasan kebanyakan lelaki saleh di Barat, tetapi bisa jadi kepergian Ibnu „Arabi ke Timur dikarenakan pada saat itu Spanyol dan seluruh
Barat merupakan pusat kekacauan politik terbesar. Disamping itu, Ibnu „Arabi
adalah seorang sufi yang tidak disenangi oleh theologi Barat dan kerajaan- kerajaan Spanyol dan Afrika Utara. Andai saja ia tetap berada di Spanyol, Ibnu
„Arabi mungkin mengalami nasib yang sama seperti Ibnu Qasi kepala Sekte Muridin yang dibunuh tahun 546, atau seperti nasibnya Ibnu Barrajan dan
3
Ibid., h. 2
4
Tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra, Ensiklopedi Tasawuf,... h. 516
5
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1996, Cet. ke-1, h. 253
56
Ibnu „Arif, yang dilaporkan mati diracuni oleh Gubernur Afrika Utara yaitu „Ali bin Yusuf, setelah dipenjara bertahun-tahun.
Kemudian pada tahun 5891202 Ibnu „Arabi berada di Mesir bersama murid dan pembantunya „Abdullah al-Habashi. Beliau menetap disana untuk
jangka waktu tertentu dan banyak percobaan yang dilakukan oleh orang-orang Mesir untuk dapat membunuh Ibnu „Arabi, akan tetapi beliau lolos dari
percobaan pembunuhan yang dilakukan orang-orang mesir karena mendapat pertolongan dan perlindungan dari seorang Syekh berpengaruh yang menjadi
penduduk Mesir pada saat itu. Kemudian dari Mesir, beliau berkelana luas ke Timur, mengunjungi Jerussalem, Mekkah, dimana beliau mengajar untuk
jangka waktu tertentu, Hejaz, yang dikunjunginya dua kali di tahun 601 dan 608 H, juga Aleppo dan Asia Kecil. Dimana saja beliau singgah selalu
menerima penghormatan besar dan diberi banyak hadiah, yang kemudian selalu diberikannya kepada fakir miskin. Akhirnya beliau menetap di Damaskus
hingga wafatnya pada tahun 638 dan dimakamkan di kaki gunung Qasiyun di tempat kuburan pribadi Kadi Muhyid-Din bin az-Zaki.
6
B. Karya-karya Ibnu ‘Arabi
Selain sebagai sufi, Ibnu „Arabi juga dikenal sebagai penulis yang produktif. Jumlah buku yang dikarangnya menurut perhitungan mencapai lebih
dari 200, diantaranya ada yang hanya 10 halaman, tetapi ada pula yang merupakan ensiklopedia tentang sufisme seperti kitab Al-Futuhat al-
Makkiyyah. Disamping buku ini, bukunya yang termasyhur ialah Fusus al- Hikam yang berisi tentang tasawuf.
7
Namun menurut Brockelman karya Ibnu „Arabi kira-kira masih ada 150. Yang berasal dari katalog perpustakaan kerajaan Mesir di Kairo saja, terdapat
kira- kira 90 dari sisa karyanya yang masih ada. Ibnu „Arabi sendiri
diperkirakan pernah menyebut 289 tulisan di dalam sebuah catatan yang tulisannya tahun 6321234, Jami mengatakan bahwa Ibnu „Arabi menulis lebih
6
A.E.Affifi, Filsafat Mistis Ibnu „Arabi,Terj. dari A Mystical Philosopi of Muhyiddin Ibn
„Arabi, oleh Sjahrir Mawi dan Nandi Rahman,...h. 2
7
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,...h. 253