Seascape Hotel Resort Sibolga

(1)

SEASCAPE HOTEL RESORT SIBOLGA

(ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR)

LAPORAN AKHIR SKRIPSI

RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015

Oleh : PUTRI GODIVA

110406065

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(2)

SEASCAPE HOTEL RESORT SIBOLGA

(ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR)

LAPORAN AKHIR SKRIPSI

RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015

Oleh : PUTRI GODIVA

110406065

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(3)

SEASCAPE HOTEL RESORT SIBOLGA

(ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR)

LAPORAN AKHIR SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur

Oleh :

PUTRI GODIVA 110406065

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(4)

i PERNYATAAN

SEASCAPE HOTEL RESORT SIBOLGA

SKRIPSI

Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2015 Penulis

Putri Godiva 110406065


(5)

ii

Judul skripsi : SEASCAPE HOTEL RESORT SIBOLGA

Nama mahasiswa : PUTRI GODIVA

Nomor induk : 110406065

Departemen : Arsitektur

Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing,

Ir. Morida Siagian, MURP, Ph.D NIP. 196008021986012004

Ketua Departemen Arsitektur,

Ir. N. Vinky Rahman, MT NIP. 19660622 199702 1001

Koordinator Skripsi

Ir. N. Vinky Rahman, MT NIP. 19660622 199702 1001


(6)

iii Telah diuji pada

Tanggal : 14 Juli 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Ir.Morida Siagian, M.U.R.P.

Anggota Komisi Penguji : 1. Devin Defriza Harisdani, S.T., M.T. 2. Ir. Samsul Bahri, M.T.


(7)

iv SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR

(SHP2A)

Nama : Putri Godiva

NIM : 110406065

Judul Proyek Tugas Akhir : Seascape Hotel Resort Sibolga

Tema : Arsitektur Neo-Vernakular

Rekapitulasi Nilai :

A B+ B C C+ D E

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No. Status

Waktu Pengumpulan Laporan Paraf Pembimbing I Paraf Pembimbing II Koordinator RTA - 4231 1. Lulus Langsung

2. Lulus Melengkapi 3. Perbaikan Tanpa

Sidang

4. Perbaikan Dengan Sidang

5. Tidak Lulus

Medan, Juli 2015

Ketua Departemen Arsitektur,

Ir. N. Vinky Rahman, MT NIP. 19660622 199702 1001

Koordinator Tugas Akhir,

Ir. N. Vinky Rahman, MT NIP. 19660622 199702 1001


(8)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Yang Hebat, Yang Penuh Kasih, karena hanya oleh Kasih dan Penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, untuk memenuhi kewajiban mendapatkan gelar Sarjana Teknik di Fakultas Teknik Departemen Arsitektur, Universitas Sumatera Utara dengan baik dan tepat pada waktunya.

Bermacam kesan; suka-duka telah penulis lewati dengan kawan-kawan seperjuangan selama delapan semester yang sangat bernilai ini. Betapa singkatnya waktu ini, hari, minggu, serta bulan, mulai dari awal bersama-sama melewati masa Orientasi Mahasiswa Baru, tiba di semester delapan dan terdaftar sebagai peserta skripsi akhir, sampai pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan rangkaian kata singkat ini.

Selesainya semua proses Perancangan Arsitektur VI termasuk hadirnya skripsi ini sungguh sangat dipengaruhi oleh orang-orang yang terdekat penulis. Terima kasih paling khususnya penulis ucapkan kepada:

1. Ibu Ir. Morida Siagian, MURP selaku ketua sidang serta dosen pembimbing atas dukungan, bimbingan, dan masukan-masukan positif yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan PA VI dan Skripsi ini dengan baik,

2. Bapak Devin Defriza Harisdani, ST, MT dan Bapak Ir. Samsul Bahri, MT selaku penguji atas saran dan kritik yang sangat bermanfaat sebagai masukan selama proses perancangan, 3. Seluruh dosen Arsitektur USU, yang selama ini telah menyediakan waktunya untuk

mengajari segala hal tentang arsitektur dan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses perancangan di setiap studio,

4. dr. Godman Situmorang dan Dra. Tetty Tambunan, bapak dan ibu penulis yang senantiasa membimbing dan menyertai dengan doa-doa mereka,

5. Semua teman-teman stambuk 2011 Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang sama-sama berjuang menyelesaikan studi,

6. Semua sahabat dan seluruh pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian PA VI dan Skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.


(9)

vi Penulis menyadari laporan ini sangat jauh dari sempurna. Maka, besar harapan agar para pembaca untuk dapat mengambil manfaat dan dapat sedikit membayangkan serta merasakan proses desain Seascape Hotel Resort di kota Bukit Tangga Seratus Sibolga melalui laporan ini.

Akhir kata, penulis berterima kasih dan mohon maaf apabila terdapat kekeliruan dalam penulisan Skripsi ini.

Medan, Juli 2015


(10)

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.1.1. Kasus Proyek ... 1

1.1.2. Kota Sibolga ... 2

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.2.1. Fungsi ... 3

1.2.2. Arsitektur ... 4

1.2.3. Struktur ... 4

1.2.4. Utilitas ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan ... 4

1.3.2. Sasaran ... 4

1.4. Lingkup dan Batasan ... 5

1.4.1. Lingkup Pembahasan ... 5

1.4.2. Batasan ... 5

1.5. Metoda Pendekatan Proyek ... 5

1.5.1. Pengumpulan Data ... 5

1.5.2. Analisis ... 5

1.5.3. Sintesis ... 6

1.6. Sistematika Pembahasan dan Kerangka Berpikir ... 6


(11)

viii

1.6.2. Kerangka Berpikir ... 7

BAB II DESKRIPSI PROYEK ... 8

2.1. Pengertian dan Penjelasan Singkat Proyek ... 8

2.1.1 Deskripsi Umum Proyek ... 8

2.1. Tinjauan Umum Proyek ... 9

2.1.1. Tinjauan Hotel ... 9

2.1.2. Tinjauan Tentang Kota Sibolga ... 19

2.2. Tinjauan Khusus Proyek ... 20

2.2.1. Tinjauan Lokasi ... 20

2.2.2. Tinjauan Kondisi Eksisting ... 23

2.3. Studi Banding Proyek Sejenis ... 29

2.3.1. Four Seasons Hotel Resort, Bali ... 29

2.3.2. The Hill Hotel Resort, Sibolangit ... 31

BAB III ELABORASI TEMA ... 33

3.1. Pengertian Tema ... 33

3.1.1. Pengertian Arsitektur ... 33

3.1.3. Pengertian Neo- Vernakular ... 35

3.2. Interpretasi Tema ... 38

3.3. Keterkaitan Tema Dengan Judul Proyek ... 38

3.4. Sekilas Tentang Mandailing ... 39

3.5. Permukiman Mandailing ... 39

3.6. Arsitektur Mandailing ... 40

3.8. Studi Banding Tema Sejenis ... 41

3.8.1. Adi Dharma Hotel, Bali ... 41

3.8.2. Joglo Plawang Boutique Hotel, Yogyakarta ... 43

BAB IV ANALISA PROYEK ... 45

4.1. Analisa Fungsional ... 45

4.1.1. Pemakai Bangunan ... 45

4.1.2. Aktifitas Pemakai Bangunan ... 45

4.1.3. Besaran Ruang Dalam Bangunan ... 48


(12)

ix

4.2.1. Tata Guna Lahan ... 51

4.2.2. Generator Aktifitas ... 52

4.2.3. Pola Arsitektur ... 53

4.2.4. Sirkulasi Dan Pencapaian ... 54

4.3. Analisa Site ... 55

4.3.1. Matahari ... 55

4.3.2. Vegetasi ... 56

4.3.3. Kebisingan ... 57

4.3.4. Sirkulasi Pejalan Kaki ... 58

4.3.5. Sirkulasi Kendaraan ... 59

4.3.6. Keistimewaan Alami Tapak ... 60

4.3.7. Utilitas ... 61

4.3.8. View Ke Dalam Site ... 62

4.3.9. View Dari Dalam Site... 63

4.3.10. Garis Langit (Skyline) ... 64

BAB V KONSEP ... 66

5.3. Konsep Dasar ... 66

5.2. Konsep Zoning ... 67

5.2.1. Pada Tapak ... 67

5.2.2. Pada Bangunan ... 68

5.3. Konsep Sirkulasi ... 68

5.4. Konsep Fasad ... 69

5.5. Konsep Struktur ... 71

BAB VI PENUTUP ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(13)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 7

Gambar 2 Peta Lokasi Perancangan - Bukit Tangga Seratus ... 22

Gambar 3. Lokasi Site pada Masterplan Sibolga Resort Paradise ... 22

Gambar 4. Jalan Sisingamangaraja ... 23

Gambar 5. Jalan D I Panjaitan (kiri) dan Jalan Tapian (kanan) ... 24

Gambar 6. Jalan Santeong ... 25

Gambar 7. Kontur terendah (merah) dan kontur tertinggi (biru) ... 26

Gambar 8 Kondisi Fisik Tangga Seratus yang tidak terawatt ... 27

Gambar 9. Tempat istirahat (jeda) untuk wisatawan yang menaiki Tangga Seratus ... 28

Gambar 10. Detail Tangga Seratus Sibolga... 29

Gambar 11. Hotel Four Seasons Bali ... 30

Gambar 12. The Hill Hotel Resort... 31

Gambar 13. Hotel Adi Dharma ... 42

Gambar 14. Joglo Plawang Hotel ... 43

Gambar 15. Analisa Tata Guna Lahan ... 51

Gambar 16 Analisa Generator Aktifitas ... 52

Gambar 17. Analisa Pola Arsitektur Sekitar ... 53

Gambar 18. Analisa Sirkulasi dan Pencapaian ... 54

Gambar 19. Analisa Matahari ... 55

Gambar 20. Analisa Vegetasi ... 56

Gambar 21. Analisa Kebisingan ... 57

Gambar 22. Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki ... 58

Gambar 23. Analisa Sirkulasi Kendaraan... 59

Gambar 24. Analisa Keistimewaan Tapak ... 60

Gambar 25. Analisa Utilitas ... 61

Gambar 26. Analisa View ke dalam Site ... 62

Gambar 27. Analisa View dari dalam Site ... 63

Gambar 28. Analisa Garis Langit (1) ... 64

Gambar 29. Analisa Garis Langit (2) ... 65

Gambar 30. Konsep Zoning Pada Tapak ... 67

Gambar 31. Konsep Zoning Pada Bangunan ... 68

Gambar 32. Konsep Sirkulasi dalam Site ... 69

Gambar 33. Tampak Depan Hotel ... 70

Gambar 34. Tampak Belakang Hotel ... 70


(14)

xi

Gambar 36. Exploded Structure Hotel ... 71

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel Keterangan Tapak Sibolga ... 2

Tabel 2 Tabel Jumlah Wisatawan Sibolga tahun 2014... 20

Tabel 3. Tabel Aktifitas Pemakai Bangunan ... 47


(15)

xii

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara maritim atau negara kepualauan terbesar di dunia, antara pulau satu dengan dengan pulau yang lainnya dipisahkan oleh laut, namun tidak menjadi penghalang bagi setiap suku bangsa Indonesia untuk saling berhubungan dengan suku-suku di pulau lainnya. Sibolga sebagai suatu kota yang berada di tepi pulau merupakan daerah yang paling berpotensi sebagai tempat untuk mengembangkan pariwisata di Indonesia, khususnya di Provinsi Sumatera Utara. Namun jika melihat keadaan kota Sibolga sekarang ini, sungguh sangat disayangkan karena sangat sedikitnya fasilitas-fasilitas wisata seperti penginapan yang layak bagi para wisatawan yang berkunjung ke Sibolga. Maka dari itu perlu dirancang sebuah tempat yang disebut dengan Hotel Resort untuk mencakup fasilitas-fasilitas wisata dari kota Sibolga, terutama pada bidang pelayanan dan penunjang kebutuhan wisatawan. Perancangan hotel resort ini harus tetap memperhatikan konteks kota Sibolga dan juga kebutuhan-kebutuhan wisatawan yang datang, serta tidak merusak keindahan alam yang ada di sekitarnya. Untuk kedepannya, hotel resort ini diharapkan menjadi magnet baru bagi para wisatawan yang akan berkunjung ke Sibolga.


(16)

xiii

ABSTRACT

Indonesia is a maritime country, one of world's largest archipelago countries, between the islands of one with the other islands are separated by the sea, but not a barrier for any Indonesian ethnic groups to interact with the tribes on the other islands. Because of this, that in the field of tourism, Indonesia will never be separated from the sea. It is called the Marine Tourism. Sibolga as a city that is on the edge of the island is an area with the most potential as a

place to develop marine tourism in Indonesia, particularly in the province of North Sumatra.But

if you look at the state of Sibolga today, it is very unfortunate because so few tourist facilities worthy or that attract tourists to visit to Sibolga. Therefore, it is necessary to design a place called a Resort Hotel to cover the tourist facilities of the town of Sibolga, particularly in the areas of service and support needs of travelers. The design of resort hotel must consider the context of the town of Sibolga and the needs of tourist, and does not damage the natural beauty around it. For the future, this resort hotel is expected to become a new magnet for tourists who will visit to Sibolga.


(17)

xii

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara maritim atau negara kepualauan terbesar di dunia, antara pulau satu dengan dengan pulau yang lainnya dipisahkan oleh laut, namun tidak menjadi penghalang bagi setiap suku bangsa Indonesia untuk saling berhubungan dengan suku-suku di pulau lainnya. Sibolga sebagai suatu kota yang berada di tepi pulau merupakan daerah yang paling berpotensi sebagai tempat untuk mengembangkan pariwisata di Indonesia, khususnya di Provinsi Sumatera Utara. Namun jika melihat keadaan kota Sibolga sekarang ini, sungguh sangat disayangkan karena sangat sedikitnya fasilitas-fasilitas wisata seperti penginapan yang layak bagi para wisatawan yang berkunjung ke Sibolga. Maka dari itu perlu dirancang sebuah tempat yang disebut dengan Hotel Resort untuk mencakup fasilitas-fasilitas wisata dari kota Sibolga, terutama pada bidang pelayanan dan penunjang kebutuhan wisatawan. Perancangan hotel resort ini harus tetap memperhatikan konteks kota Sibolga dan juga kebutuhan-kebutuhan wisatawan yang datang, serta tidak merusak keindahan alam yang ada di sekitarnya. Untuk kedepannya, hotel resort ini diharapkan menjadi magnet baru bagi para wisatawan yang akan berkunjung ke Sibolga.


(18)

xiii

ABSTRACT

Indonesia is a maritime country, one of world's largest archipelago countries, between the islands of one with the other islands are separated by the sea, but not a barrier for any Indonesian ethnic groups to interact with the tribes on the other islands. Because of this, that in the field of tourism, Indonesia will never be separated from the sea. It is called the Marine Tourism. Sibolga as a city that is on the edge of the island is an area with the most potential as a

place to develop marine tourism in Indonesia, particularly in the province of North Sumatra.But

if you look at the state of Sibolga today, it is very unfortunate because so few tourist facilities worthy or that attract tourists to visit to Sibolga. Therefore, it is necessary to design a place called a Resort Hotel to cover the tourist facilities of the town of Sibolga, particularly in the areas of service and support needs of travelers. The design of resort hotel must consider the context of the town of Sibolga and the needs of tourist, and does not damage the natural beauty around it. For the future, this resort hotel is expected to become a new magnet for tourists who will visit to Sibolga.


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.1.1. Kasus Proyek

Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak ke banyak bidang, tidak terkecuali pengembangan dalam bidang pariwisata dari suatu daerah atau kota. Pengembangan potensi wisata sekarang ini cenderung modern, canggih, tanpa diadaptasi terlebih dahulu dengan lingkungan sekitar. Hal inilah kemudian yang menyebabkan banyak kawasan wisata yang akhirnya tertinggal karena munculnya suatu budaya baru yang dinamakan dengan teknologi, yang dipaksa masuk dan diterapkan ke dalam pengembangan kawasan wisata yang ada tanpa diadaptasi terlebih dahulu. Padahal, kita ketahui bahwa setiap kawasan/ kota memiliki karakter, ciri khas, maupun jati diri nya masing-masing yang terefleksi dari budaya, tradisi, maupun adat-istiadat yang ada didalamnya.

Sibolga merupakan sebuah kawasan/kota yang selalu ramai dikunjungi. Namun sebagian besar wisatawan yang datang ke Sibolga hanya untuk transit atau singgah sebentar sebelum berangkat menuju tujuan utama mereka, seperti pulau-pulau yang ada di seberang pesisir Sibolga. Tidak banyak area atau fasilitas wisata sebagai interpretasi dari budaya masyarakat Sibolga yang dapat dinikmati wisatawan yang datang. Banyak wisatawan yang kebingungan mencari arah dan tempat-tempat yang bisa mereka nikmati sebagai tempat wisata, saat sampai di Sibolga. Padahal, jika ingin menyebrang ke pulau-pulau yang indah seperti Pulau Poncan, Pulau Mursala, harus melewati Sibolga dahulu.

Berbagai penginapan dan wisata kuliner yang ada di Sibolga juga kurang menarik minat dari wisatawan untuk menghabiskan waktunya di Sibolga. Hanya ada sekitar 5 hotel yang ada di Sibolga, 3 diantaranya terletak di tepi pantai. Namun pantai-pantai yang ada di Sibolga tidak dijaga kelestariannya dan tidak dimanfaatkan secara penuh. Sehingga menyebabkan pantai-pantai tersebut menjadi kotor dan tidak menarik.


(20)

2 1.1.2. Kota Sibolga

Kota Sibolga adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini terletak di pantai barat pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli, sekitar ± 350 km dari kota Medan. Kota ini hanya memiliki luas ±10,77 km² dan berpenduduk sekitar 84.481 jiwa. Pada masa Hindia Belanda kota ini pernah menjadi ibu kota Residentie Tapanuli. Setelah masa kemerdekaan hingga tahun 1998, Sibolga menjadi ibu kota Kabupaten Tapanuli Tengah.

Kota Sibolga dipengaruhi oleh letaknya yaitu berada pada daratan pantai, lereng, dan pegunungan. Terletak pada ketinggian berkisar antara 0-150 meter dari atas permukaan laut, dengan kemiringan lahan kawasan kota ini bervariasi antara 0-2 % sampai lebih dari 40 %.

Tabel 1. Tabel Keterangan Tapak Sibolga

Iklim kota Sibolga termasuk cukup panas dengan suhu maksimum mencapai 32° C dan minimum 21.6° C. Sementara curah hujan di Sibolga cenderung tidak teratur di sepanjang tahunnya. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November dengan jumlah 798 mm, sedang hujan terbanyak terjadi pada Desember yakni 26 hari. Pulau-pulau yang termasuk dalam kawasan kota Sibolga adalah Pulau Poncan Gadang, Pulau Poncan Ketek, Pulau Sarudik dan Pulau Panjang.1

1


(21)

3 Dengan batas-batas wilayah bagian timur, selatan, utara pada Kabupaten Tapanuli Tengah, dan bagian barat dengan Samudera Hindia. Sementara sungaisungai yang mengalir di kota tersebut adalah Aek Doras, Sihopohopo, Aek Muara Baiyon, dan Aek Horsik.

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010 (SP2010), jumlah penduduk Kota Sibolga sementara adalah 84.481 orang, yang terdiri atas 42.408 laki-laki dan 42.073 perempuan. Masyarakat Sibolga terdiri dari bermacam-macam etnis, antara lain Batak Toba, Batak Mandailing, dan Minangkabau. Namun dalam kesehariannya, bahasa yang dipergunakan adalah Bahasa Minangkabau logat Pesisir.

Sibolga merupakan lokasi yang sangat berpotensi untuk membangun fasilitas wisata. Beberapa alasannya adalah :

 Kota Sibolga sebagai Kota Transit, dimana Sibolga pasti dilewati jika ingin berwisata ke pulau-pulau yang ada di seberang pesisir Sibolga seperti pulau Poncan dan pulau Mursala.

 Sebagai Kota Berbilang Kaum, yaitu kota yang mempunyai banyak suku di dalamnya.

 Kemudian sebagai Kota Bahari, karena kota ini berada di sepanjang pesisir pantai.

 Dan sebagai salah satu Pelabuhan Penting yang ada di Indonesia

Dengan jumlah pengunjung kota Sibolga yang cukup banyak, maka perlu ditingkatkan fasilitas pariwisata, yaitu salah satunya dengan menjadikan Bukit Tangga Seratus sebagai simbol kota yang menyediakan tempat rekreasi, kuliner, olahraga dan seni, serta penginapan yang layak atau berkelas untuk wisatawan luar maupun dalam negri.

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan-permasalahan yang akan dijawab dalam perancangan “Seascape Hotel Resort Sibolga” antara lain:

1.2.1. Fungsi

 Bagaimana menciptakan sebuah penginapan yang dapat dinikmati pengunjung.

 Bagaimana sirkulasi untuk menghubungkan beberapa fungsi yang berbeda.

 Bagaimana menyesuaikan bangunan terhadap permasalahan kontur yang ada pada kondisi eksisting.

 Bagaimana menciptakan tempat wisata yang melestarikan lingkungan dan nilai-nilai budaya setempat.


(22)

4 1.2.2. Arsitektur

 Bagaimana merancang bangunan sesuai kaidah-kaidah Arsitektur Neo-Vernakular.

 Bagaimana memilih material yang tepat sesuai dengan suhu dan kondisi eksisting, sehingga dapat mendukung karakter bangunan.

 Bagaimana menciptakan ruang luar dan ruang dalam yang nyaman untuk para pengunjung kawasan wisata.

1.2.3. Struktur

Bagaimana memilih struktur yang tepat dan yang mampu mendukung bangunan, baik bentuk maupun kekuatannya sesuai kebutuhan.

1.2.4. Utilitas

Bagaimana operasional pemeliharaan bangunan dan memaksimalkan fasilitas yang ada sehingga memiliki nilai komersial yang tinggi.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan

Mewujudkan perencanaan dan perancangan Sibolga Hotel Resort sebagai penginapan yang layak dan berkelas untuk wisatawan dengan mempertimbangkan arsitektur Neo-Vernakular. 1.3.2. Sasaran

 Menyusun konsep penentuan lokasi dan site

 Menyusun konsep kegiatan yang akan diterapkan untuk Sibolga Hotel Resort pada lokasi terpilih.

 Menyusun konsep pengolahan tata massa bangunan dan fasilitas untuk mewadahi kegiatan-kegiatan yang ada di Hotel Resort.

 Menyusun konsep fasad bangunan dengan memberi unsur-unsur tradisional dari Batak Mandailing yang dipadu dengan unsur-unsur modern.

 Menyusun konsep pemilihan struktur dan sistem utulitas serta material bangunan yang mempertimbangkan unsur lokal-modern.


(23)

5 1.4. Lingkup dan Batasan

1.4.1. Lingkup Pembahasan

 Pembahasan pada aspek-aspek Hotel Resort

 Pembahasan lokasi, pengolahan site, dan bentuk massa bangunan di Bukit Tangga Seratus Sibolga

 Pembahasan yang dilakukan mengacu pada analisa data dari literatur, survey, dan wawancara yang berhubungan dengan Hotel Resort pada Bukit Tangga Seratus Sibolga

1.4.2. Batasan

Pembahasan dibatasi dengan lingkup displin ilmu arsitektur dan ilmu yang terkait dengan konsep Sibolga Hotel Resort sebagai sarana rekreasi, tempat beristirahat, dan tempat penginapan. 1.5. Metoda Pendekatan Proyek

1.5.1. Pengumpulan Data

Mengumpulkan data-data yang diperoleh melalui:

 Studi literatur, dengan mencari sumber-sumber data tertulis yang memuat jenis data tentang arsitektur Hotel Resort.

 Studi observasi, dengan melakukan pengamatan secara langsung,mencatat, atau mengambil gambar sebagai suatu data terhadap perilaku masyarakat disekitar, serta pengamatan untuk mengetahui keadaan tapak, lingkungan sekitar tapak, karakteristik tapak, dan keunggulan tapak.

 Studi banding, dengan pengamatan terhadap hote resort yang sudah dibangun untuk mendapatkan gambaran yang objektif tentang perencanaan desain proyek secara umum dan juga data yang diperlukan sebagai arahan yang optimal dalam peracangan.

 Media informasi yang lai, seperti internet, majalah, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan informasi mengenal hal-hal yang berkaitan dengan judul proyek.

1.5.2. Analisis

Menganalisa hal-hal yang berhubungan dengan hotel resort yang diperoleh melalui studi literatur, studi observasi, untuk melihat permasalahan yang timbul dan dapat dirumuskan persoalan dalam perancangan.


(24)

6 1.5.3. Sintesis

Merupakan hasil dari analisa untuk mendapat kesimpulan tentang pemecahan masalah secara menyeluruh dan terpadu untuk mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan hotel resort.

1.6. Sistematika Pembahasan dan Kerangka Berpikir 1.6.1. Sistematika Pembahasan

BAB I Memabahas latar belakang, permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran, lingkup dan batasan pembahasan, metode pembahasan, dan sistematika pembahasan.

BAB II Membahas tentang terminologi judul, pemilihan lokasi, deskripsi kondisi eksisting, luas lahan, peraturan dan keistimewaan lahan, tinjauan fungsi, dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis.

BAB III Menjelaskan tentang tinjauan berupa studi lapangan dan analisa mengenai kota Sibolga sebagai lokasi proyek, serta ide gagasan perencanaan dan perancangan Hotel Resort.

BAB IV Menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul, dan studi banding tema sejenis.

BAB V Membahas tentang proses penetapan Masterplan Resort di kawasan Bukit Tangga Seratus Sibolga

BAB VI Membahas proses perancangan Hotel Resort, menjelaskan konsep dasar fisik tapak, konsep dasar fisik ruang, konsep dasar fisik bangunan, dan teknologi struktur serta konstruksi bangunan yang akan dipakai.


(25)

7 1.6.2. Kerangka Berpikir

z

Latar Belakang

Sibolga berpotensi sebagai kota wisata. Kurangnya fasilitas wisata terutama penginapan di Sibolga

Judul Perancangan:

Sibolga Hotel Resort

Tema Perancangan :

Arsitektur Neo-Vernakular

Tujuan dan Manfaat

Mewujudkan perencanaan dan perancangan Sibolga Hotel Resort sebagai penginapan yang layak dan berkelas untuk wisatawan dengan mempertimbangkan arsitektur Neo-Vernakular.

Data Perencanaan :

 Data Tapak  Studi Literatur  Studi Banding  Studi Lapangan

Perumusan Masalah

 Bagaimana mewujudkan sebuah hotel yan berkelas tanpa mengeyampingkan budaya yang ada di Sibolga

 Bagaiman menciptakan bangunan yang konteks dan tanggap terhadap manusia dan lingkungan di sekitarnya.

Analisa Perancangan

1. Analisa Site dan Lingkungan o Analisa Tapak

o Analisa Tata Guna Lahan o Analisa Sirkulasi

o Analisa View o Analisa Matahari o Analisa Kebisingan o Analisa Vegetasi o Analisa Utilitas 2. Analisa Fungsional

o Analisa Pengguna dan Kegiatan

Pengguna

o Analisa Besaran Ruang

Konsep perancangan

Zoning, massa, pencapaian & sirkulasi, kosep ruang luar dan ruang dalam

Desain Perancangan


(26)

8

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1. Pengertian dan Penjelasan Singkat Proyek

Di dalam proyek ini, isu yang diangkat adalah mengembangkan wisata di kota Sibolga yang berpotensi, dimana banyak sekali wisatawan yang harus melewati kota Sibolga jika ingin berlibur ke pulau-pulau di seberang pantai. Berdasarkan hal tersebut maka pada studio

perancangan ditugaskan untuk merancang atau mendesain sebuah hotel di dalam sebuah resort yang kontekstual terhadap kota Sibolga itu sendiri, sehingga penulis mengangkat judul proyek yaitu “Seascape Hotel Resort Sibolga”, yang mempunyai pengertian :

Seascape : Pemandangan laut

Hotel : Sebuah bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat menginap dan tempat makan bagi para wisatawan2

Resort : Sebuah tempat wisata atau rekreasi yang sering dikunjungi orang dimana

pengunjung datang untuk menikmati potensi alamnya

Sibolga : Salah satu kota di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini terletak di pantai barat pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli Berdasarkan penelaahan pengertian dari setiap kata pada Judul Proyek ini, maka penulis menetapkan bahwa Seascape Hotel Resort Sibolga adalah sebuah penginapan sebagai fasilitas wisata ataupun rekreasi yang dirancang menghadap ke laut kota Sibolga.

2.1.1 Deskripsi Umum Proyek

Adapun penjelasan deskripsi proyek secara umum adalah: 1. Judul Proyek : Seascape Hotel Resort Sibolga 2. Tema Proyek : Arsitektur Neo-Vernakular 3. Fungsi Proyek : Hotel Resort

4. Lokasi Proyek : Bukit Tangga Seratus, Kecamatan Sibolga Utara

2


(27)

9 5. Batas Site

a. Utara : Jl. Sibual-buali b. Selatan : Jl. Sisingamangaraja c. Timur : Jl. Santeong

d. Barat : Jl. DI Panjaitan 6. Luas Site : ± 130.000 m2 7. Status Proyek : Fiktif

8. Pemilik Proyek : Swasta 2.1. Tinjauan Umum Proyek 2.1.1. Tinjauan Hotel

A. Pengertian Hotel

Secara harfiah, kata hotel dulunya berasal dari kata hospitium (bahasa latin), yang artinya ruangan tamu. Dalam jangka waktu lama kata hospitium mengalami proses perubahan pengertian yaitu menjadi hostel. Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan orang-orang yang ingin mendapatkan kepuasan, kata hostel lambat laun berubah menjadi hotel seperti yang kita kenal sekarang.

Yang dimaksud hotel itu adalah sebuah usaha atau tempat untuk menjamu, dengan memberikan kesenangan/kepuasan berupa akomodasi, makanan, minuman dan lain-lainnya. Kepuasan para tamu tergantung dari pada usaha yang baik dari pihak yang menjamu/tuan rumah. Dengan demikian dapat ditetapkan bahwa ciri-ciri dari perhotelan itu adalah disediakannya:

 Kamar tidur

 Disajikannya makanan dan minuman


(28)

10 1. Pengertian Hotel berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif

Republik Indonesia No.PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tentang Standar Usaha Hotel Pasal 3 Ayat 1 :

“Usaha Hotel adalah usaha penyediaan akomodasi berupa kamar-kamar di dalam suatu bangunan, yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum, kegiatan hiburan dan/atau fasilitas lainnya secara harian dengan tujuan memperoleh keuntungan”.

2. Pengertian Hotel berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No.SK.241/G/70 tahun 1970:

“Hotel adalah perusahaan yang menyediakan jasa dalam bentuk penginapan (akomodasi) serta menyajikan hidangan serta fasilitas lainnya dalam hotel untuk umum, yang memenuhi syarat-syarat comfort dan bertujuan komersil. Bentuk, susunan, tata ruang, dekorasi, peralatan, perlengkapan, sanitasi, hygiene, estetika, keamanan, dan ketentraman, secara umum dapat memberikan sasaran nyaman comfort dan khusus untuk kamar-kamar tamu dapat menjamin adanya ketenangan pribadi (privacy) untuk para tamu hotel”.

3. Pengertian Hotel menurut Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, No : KM.94/HK.103/MPTT-87 tentang Ketentuan Usaha dan Penggolongan Hotel :

“Hotel adalah salaha satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minum, serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial”.

B. Klasifikasi atau Penggolongan Hotel

Yang dimaksud dengan klasifikasi atau penggolongan hotel ialah suatu sistem pengelompokkan hotel-hotel kedalam berbagi kelas atau tingkatan, berdasarkan ukuran penilaian tertentu.


(29)

11 Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia No.PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tentang Standar Usaha Hotel, BAB II USAHA HOTEL, penggolongan hotel dibagi menjadi :

Ayat (2) Usaha Hotel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup: a. Hotel Bintang; dan

b. Hotel Nonbintang.

Ayat (3) Hotel Bintang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, memiliki penggolongan kelas hotel terdiri atas:

a. hotel bintang satu; b. hotel bintang dua; c. hotel bintang tiga; d. hotel bintang empat; dan e. hotel bintang lima.

Ayat (4) Hotel Nonbintang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, tidak memiliki penggolongan kelas hotel dan dapat disebut sebagai hotel melati.


(30)

12 1. Kriteria Mutlak Standar Usaha Hotel Bintang berdasarkan Peraturan Menteri

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No. PM.53/HM.001/MPEK/2013 tentang Standar Usaha Hotel


(31)

13 2. Kriteria Tidak Mutlak Standar Usaha Hotel Bintang Empat berdasarkan Peraturan

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No. PM.53/HM.001/MPEK/2013 tentang Standar Usaha Hotel


(32)

(33)

(34)

(35)

(36)

18 Tabel 3. Tabel Kriteria Tidak Mutlak Standar Usaha Hotel Bintang Empat


(37)

19

C. Sarana dan Fasilitas

Fasilitas umum yang harus tersedia di dalam suatu hotel diantaranya adalah : • Tempat yang cukup untuk parkir kendaraan tamu.

• Berbagai jenis kamar dengan fasilitas ruang tidur yang lengkap, kamar mandi dan tersedia televisi, video dan lain-lain.

• Telepon, telex, bussines center, dsb.

• Lobby, adalah ruangan yang dipergunakan oleh tamu untuk melakukan aktivitas sementara pada waktu kedatangan dan/ataupun keberangkatan, atau sambil menunggu/relax.

• Tersedia restoran (coffee shop, Grill Room, Restoran Indonesia, dll), bar, ruangan pertemuan, pelayanan makanan/minuman ke kamar.

• Penyewaan ruang kantor dan ruang pertokoan. • Fasilitas olahraga dan rekreasi.

• Ruang pertokoan untuk keperluan hotel seperti ruang kantor depan hotel, kantor tata graha, dsb.

2.1.2. Tinjauan Tentang Kota Sibolga

Salah satu kota di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini terletak di pantai barat pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli, sekitar ± 350 km dari kota Medan. Kota ini hanya memiliki luas ±10,77 km² dan berpenduduk sekitar 84.481 jiwa.

Pada masa Hindia-Belanda kota ini pernah menjadi ibu kota Residentie Tapanuli. Setelah masa kemerdekaan hingga tahun 1998, Sibolga menjadi ibu kota Kabupaten Tapanuli Tengah. Kota dengan sebutan Negeri Berbilang Kaum, yang mana berarti memiliki berbagai suku di dalam kota sibolga.

Suku asli kota sibolga adalah suku Batak Pesisir. Suku Batak Pesisir ini sebenarnya berawal dari suku Batak Toba, Mandailing dan Angkola yang telah menetap di Sibolga dan Tapanuli Tengah, sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Setelah sekian lama terjadi pembauran dari ketiga suku Batak ini, maka datanglah imigran lain yang berasal dari Minangkabau dan Melayu


(38)

20 dari pesisir Timur Sumatra, lalu terjadi perkawinan-campur di antara ke 5 suku bangsa ini. Dari percampuran ke 5 suku bangsa ini lah terbentuk suatu komunitas yang disebut sebagai suku Pesisir.

Sibolga merupakan lokasi yang sangat berpotensi untuk membangun fasilitas wisata. Beberapa alasannya adalah :

 Kota Sibolga sebagai Kota Transit, dimana Sibolga pasti dilewati jika ingin berwisata ke pulau-pulau yang ada di seberang pesisir Sibolga seperti pulau Poncan dan pulau Mursala.

 Sebagai Kota Berbilang Kaum, yaitu kota yang mempunyai banyak suku di dalamnya.

 Kemudian sebagai Kota Bahari, karena kota ini berada di sepanjang pesisir pantai.

 Dan sebagai salah satu Pelabuhan Penting yang ada di Indonesia

Tabel 4. Tabel Jumlah Wisatawan Sibolga tahun 2014

2.2. Tinjauan Khusus Proyek 2.2.1. Tinjauan Lokasi

Pada bagian ini menjelaskan tentang proses pencarian lokasi dari proyek dengan peta digital dari internet yang kemudian ditetapkan menjadi lokasi untuk bisa ditinjau secara langsung


(39)

21 tinggi rendah kontur, konteks dari sekitar lahan, jarak dari bukit ke pantai, lebar jalan utama dan jalan di sekitar site, arah mata angin, dan lainnya.

Lokasi untuk proyek yang dipilih adalah Bukit Tangga Seratus yang masih merupakan hutan dengan pepohonan yang rindang. Lahan ini sudah menjadi milik penduduk lokal disana dengan pembagian luas bidang tertentu, dan merupakan lahan paling berpotensi yang terletak di tengah kota Sibolga dengan view yang menghadap ke laut.


(40)

22 Gambar 2 Peta Lokasi Perancangan - Bukit Tangga Seratus

Sumber : Google Maps


(41)

23 2.2.2. Tinjauan Kondisi Eksisting

Pada kegiatan tinjauan kondisi eksisting, dilakukan kegiatan survey lokasi langsung untuk mendapatkan informasi tentang kondisi lahan secara fisik dan non fisik serta potensi-potensi yang ada untuk nantinya menjadi ide dan dasar perencanaan dalam perancangan Seascape Hotel Resort Sibolga. Tinjauan Kondisi Eksisting dibagi menjadi 3 bagian, yaitu Kondisi Aksesibilitas, Kondisi Lingkungan, dan Kondisi Fisik Tangga Seratus.

A. Kondisi Aksesibilitas

Setelah dilakukannya kegiatan survey langsung ke Bukit Tangga Seratus, diketahui bahwa ada 2 cara utama untuk masuk ke dalam site, yaitu jalan kota dan Tangga Seratus itu sendiri.

Jalan kota yang bisa langsung mengakses Bukit Tangga Seratus ini ada 5, yaitu :

 Jalan Sisingamangaraja (8 meter)

 Jalan DI Panjaitan (6 meter)

 Jalan Tapian (5 meter)

 Jalan Santeong (5 meter)

 Jalan Sibual Buali (5 meter)

Kondisi fisik jalan dalam keadaan baik. Jalan Sisingamangaraja merupakan jalan nasional yang ramai di setiap akhir minggu, karena pasti dilewati wisatawan yang berkunjung.

Gambar 4. Jalan Sisingamangaraja Sumber : dokumen pribadi


(42)

24 Gambar 5.Jalan D I Panjaitan (kiri) dan Jalan Tapian (kanan)

Jalan D I Panjaitan merupakan jalur Medan-Sibolga atau Sibolga-Medan untuk wisatawan yang berkunjung dengan menggunakan jalur darat. Jalan Tapian adalah anak jalan dari Jalan D I Panjaitan yang langsung menuju ke dalam Bukit Tangga Seratus.


(43)

25 Gambar 6.Jalan Santeong

Jalan Santeong merupakan anak jalan dari Jalan Sisingamangaraja yang merupakan jalur lain untuk memasuki site. Sepanjang jalur ini terdapat beberapa permukiman warga seperti permukiman Chinese dan permukiman Batak.

B. Kondisi Lingkungan

Setelah sampai pada lokasi site, perasaan dan kesan timbul dari adalah perasaan bahwa site ini memiliki ketenangan dan potensi pemandangan yang indah dan sangat cocok untuk sebagai lokasi untuk berwisata, berlibur, menikmati keindahan alam Sibolga. Angin sejuk dari arah laut, pemandangan kegiatan dan aktivitas kota Sibolga, dan hijaunya bukit-bukit yang ada di dalam site menambah kekuatan lokasi ini sebagai lokasi yang sangat berpotensi untuk didesain menjadi sebuah resort pertama di Sibolga. Tapi semua itu, tidak cukup untuk menjadikannya resort yang layak, harus didukung dengan fungsi-fungsi atau bangunan-bangunan yang memfasilitasi resort ini, seperti hotel dan cottage, restoran, ruang serba guna, galeri seni dan sebuah pusat informasi yang melayani kebutuhan informasi wisatawan yang datang ke Sibolga.


(44)

26 Lahan perancangan ini mempunyai kontur yang cukup terjal, kontur terendah berada di daerah paling depan dari site yang langsung berhadapan dengan Jalan Sisingamangaraja, dan kontur tertinggi merupakan area paling atas (puncak bukit) yang mempunyai area peristirahatan untuk para wisatawan yang lelah berjalan. Didalamnya banyak terdapat pohon-pohon karet yang lebat dan membua site ini menjadi sejuk dan tidak langsung terpapar sinar matahari yang terik di Sibolga.

7

5

,6

7

288,82

Gambar 7.Kontur terendah (merah) dan kontur tertinggi (biru)


(45)

27 Tangga Seratus merupakan peninggalan sejak zaman kolonial Belanda. Sebenarnya cukup banyak peninggalan-peninggalan sejenis, namun ukurannya kecil dan tidak terlalu terawat. Tinggi ke 298 anak tangga sekitar 100 meter. Sehingga tidak heran hampir tidak ditemukan kerusakan pada anak-anak tangganya. Kuat sekali meski telah berumur lebih dari 100 tahun. Berbeda dengan anak-anak tangga yang ditambah, masih berumur setahun dua tahun sudah mengalami kerusakan parah.


(46)

28 Gambar 9. Tempat istirahat (jeda) untuk wisatawan yang menaiki Tangga Seratus

Sebelum direnovasi memang tidak terlalu banyak yang bisa dinikmati selain wujud aslinya. Kini, sudah jauh lebih baik. Pada beberapa level tinggi sudah ada pemberhentian (checkpoint) dengan tata yang nyaman untuk duduk santai dan memandang kota dan jauh ke laut lepas. Pada salah satu level puncak juga terdapat benteng peninggalan Belanda, gua, penjara dan saluran air. Sayang, aksesnya sangat dibatasi. Bahkan belum pernah ada ilmuwan yang secara khusus meneliti dan mengobservasi tempat ini dengan mendalam.

Masyarakat setempat biasa berolahraga dengan menaiki tangga ini. Manfaatnya sangat terasa. Meski berada di tengah kota, kualitas udara tetap sangat baik. Tidak jarang atlet lokal juga memanfaatkan fasilitas ini untuk mengasah kemampuan fisiknya.


(47)

29 Gambar 10. Detail Tangga Seratus Sibolga

2.3. Studi Banding Proyek Sejenis 2.3.1. Four Seasons Hotel Resort, Bali

Bali merupakan tempat wisata yang sangat diminati baik oleh wisatawan domestik maupun asing. Tempatnya yang indah dengan pemandangan alam yang tak terlukiskan, baik pegunungan ataupun pantai serta kekayaan adat istiadat yang terus dilestarikan merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk kembali mengunjungi Pulau Dewata ini. Di berbagai daerah di Bali menjadi lokasi pilihan untuk mendirikan tempat penginapan seperti di daerah Kuta, Nusa Dua, Sanur, Jimbaran maupun Ubud. Jenis tempat penginapan yang ada pun beraneka ragam sehingga wisatawan dapat menyesuaikan dengan anggaran masing-masing seperti losmen, hostel, apartemen, hotel, resor ataupun villa.


(48)

30 Gambar 11. Hotel Four Seasons Bali

Four Seasons Hotel Resort adalah sebuah hotel resort yang terletak di tengah-tengah hutan berbukit, tepatnya di daerah Ubud, dekat dengan dari Gaya Art Space dan Ubud Monkey Forest.

Fasilitas :

 Fasilitas bisnis

 Antar-jemput bandara

 Bar

 Sarapan berbiaya

 Laundry

 Pusat kebugaran

 Spa

 Toko

 Fasilitas rapat

 Layanan kamar 24 jam

 Sauna

 Jacuzzi

 Mandi uap

 Kolam renang outdoor

 WiFi

 Kafe

 Restoran

 Transportasi di area hotel


(49)

31

 Jasa tur

 Taman

 Jacuzzi

 Area parkir

Hotel ini adalah hotel berbintang lima dengan 156 kamar, dan didesain dengan konsep yang menyatu dengan alam. Selain suasana hutan, pemandangan laut yang indah juga dapat dirasakan dari balkon kamar hotel. Hotel ini juga didesain semi terbuka dengan Spa Center dan beberapa kolam renang di ruangan terbuka. Desain rancangan eksterior dan interior dari hotel ini adalah perpaduan konsep modern dengan unsur tradisional Bali.

2.3.2. The Hill Hotel Resort, Sibolangit

Sibolangit merupakan sebuah daerah yang akan dilewati jika berpergian ke Berastagi dari arah kota Medan.


(50)

32 The Hill Hotel Resort berada satu wilayah perbukitan menuju Berastagi yang berdekatan dengan Gunung Berapi Sibayak dan Taman Mejuah, serta pasar buah Berastagi.

Fasilitas :

Fasilitas Umum Fasilitas Servis Fasilitas Tambahan

 24hour front desk

 Air Conditioning

 Penyimpanan Bagasi

 Koran gratis di Lobby

 WiFi

 Fasilitas Bisnis

 Fasilitas Rapat

 Restoran

 Breakfast in the Room

 Car Rental

 Currency Exchange

 Fax/Photocopying

 Gift shops or newsstand

 Laundry facilities

 Billiards or Pool table

 Karaoke

 Outdoor pool

 Pusat Kebugaran

 Spa

Hotel ini adalah hotel berbintang tiga dengan 153 kamar. Hotel ini didesain dengan konsep modern namun menyatu dengan alam. Nuansa warna putih diambil membuat kesan sejuk dan alami. Walaupun berada di bukit, hotel ini mempunyai sebuah danau buatan yang menambah suasana dan damai dari alam. Desain rancangan eksterior dan interior dari hotel ini menerapkan konsep modern.


(51)

33

BAB III

ELABORASI TEMA

3.1. Pengertian Tema

Pada studio Perancangan Arsitektur VI ini, perancang mengambil Arsitektur Neo-Vernakular sebagai tema dalam perancangannya. Dimana pengertian dari Arsitektur Neo Vernakular akan dijabarkan di bawah ini:

3.1.1. Pengertian Arsitektur

Arsitektur adalah lingkungan binaan yang dapat dihasilkan oleh dan menjadi tempat manusia berbudaya.

 Lingkungan binaan Arsitektur adalah:

Adalah satuan ruangan yang diwujudkan, dibina, dan ditata menurut norma, kaidah, dan aturan tertentu yang berkembang menurut waktu dan tempatnya.

 Ilmu dalam merancang bangunan

Adalah suatu yang sengaja dirancang guna memenuhi kebutuhan para pemakai sebagai suatu pemecahan dari masalah yang ada dan harus memenuhi persyaratan fungsional.

 Seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan

Merupakan perwujudan fisik sebagai wadah kegiatan manusia yang kemudian diwujudkan dalam bentuk yang menarik, baik secara visual maupun sirkulasiyang teratur dan nyaman.

 Suatu hal yang membahas tentang fungsi, struktur, dan estetika

Yaitu pengolahan unsur-unsur bentuk dan ruang yang merupakan sarana pemecahan masalah sebagai tanggapan atas kondisi-kondisi dari fungsi, tujuan, dan ruang lingkupnya.


(52)

34 3.1.2. Pengertian Vernakular

Kata Vernakular berasal dari vernaculus (latin) berarti asli (native). Maka vernakular arsiektur dapat diartikan sebagai arsitektur asli yang dibangun oleh masyarakat setempat. Paul Oliver dalam bukunya Ensikolopedia Arsitektur Vernakular menjabarkan bahwa arsitektur vernakular konteks dengan lingkungan sumber daya setempat yang dibangun oleh suatu masyarakat dengan menggunakan teknologi sederhana untuk memenuhi kebutuhan karakteristik yang mengakomodasi nilai ekonomi dan tantanan budaya masyarakat dari masyarakat tersebut. Arsitektur vernakular ini terdiri dari rumah dan bangunan lain seperti lumbung, balai adat dan lain sebagainya.

Menurut Turan dalam buku Vernacular Architecture, arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik dan berjangkar pada tradisi etnik, serta dibangun berdasarkan pengalaman, menggunakan teknik dan material local serta merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan selalu terbuka untuk terjadinya transformasi.

Bernard Rudofsky (1964) dalam bukunya “Architecture without Architect” menuliskan …”Vernacular architecture does not go through fashion cycles. It is nearly immutable, indeed, unimprovable, since it serves its purpose to perfection. Sedangkan Amos Rapoport (1969) dalam bukunya “House, Form, and Culture”, mengartikan arsitektur vernakular sebagai “folk tradition”.

Vernacular architecture is a generalized way of design derived from Folk Architecture, it uses the design skills of Architects to develop Folk Architecture” (Bruce Allsopp–1977:6). Dengan demikian arsitektur vernakular yang merupakan pengembangan diri dari arsitektur rakyat memiliki nilai ekologis, arsitektonis dan alami karena mengacu pada kondisi, potensi iklim, budaya, dan masyarakat lingkungannya. (Victor Papanek 1995:113-138)

Arsitektur dibangun untuk mampu menjawab kebutuhan manusia dan mengangkat derajat hidupnya menjadi lebih baik, sehingga tidak dapat dilepaskan dari perkembangan kebudayaan. Arsitektur itu sendiri adalah buah dari budaya (Mario Salvadori/ Ruskin-1974:12)


(53)

35 Perkataan ‘tradisi’ sebenarnya berasal dari bahasa latin “trado-transdo”, yang berarti “sampaikanlah kepada yang lain”. Banyak orang mencoba mendefinisikan apa itu tradisi. Namun aspek yang tak dapat dipungkiri bahwa dalam tradisi ada makna untuk melanjutkan ke generasi berikutnya. Oleh sebab itu istilah ‘vernakular’ dan ‘tradisi’ sering kali dipakai bersamaan untuk saling melengkapi. Penghayatan akan tradisi tidak berarti mengharuskan kita hidup kembali seperti di masa lampau. Namun penjiwaan akan sebuah tradisi yang baik akan lebur dalam pikiran kita dan mampu mendorong seorang arsitek untuk menciptakan suatu karya yang mempunyai karakter yang kuat.

Room Manguwijaya dalam buku Wastu Citra juga memberikan pendapat yang hampir senada mengenai definisi dari arsitektur vernakular itu sendiri. Menurut beliau, arsitektur vernakular itu adalah pengejawentahan yang jujur dari tata cara kehidupan masyarakat dan merupakan cerminan sejarah dari suatu tempat

Jadi arsitektur vernakular bukanlah semata-mata produk hasil dari ciptaan manusia saja, tetapi lebih penting adalah hubungan antara manusia dengan lingkungannya.

3.1.3. Pengertian Neo- Vernakular

Neo atau modern artinya sesuatu yang baru atau masa peralihan.

Arsitektur Neo-Vernakular berarti suatu lingkungan binaan yang didalamnya ditonjolkan bentuk-bentuk yang mengacu pada “bahasa setempat” dengan mengambil elemen-elemen arsitektur yang ada ke dalam bentuk modern. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular, melainkan menampilkan karya baru (mengutamakan penampilan visualnya).

Maka dapat dipahami bahwa pada dasarnya prinsip arsitektur Neo-Vernakular adalah melestarikan unsur-unsur lokal sehingga bentuk dan sistemnya terutama yang berkaitan dengan iklim setempat, seperti penghawaan, pencahayaan alami, antisipasi terhadap hujan. Prinsip dari arsitektur Neo-Vernakular ini adalah metode pendekatan terhadap regionalisme yang merupakan aspek mendasar. Dalam pendekatan ini Arsitektur Neo-Vernakular yang digunakan adalah Arsitektur Tradisional Mandailing.


(54)

36 A. Pendekatan Arsitektur Neo – Vernakular

Yang perlu diperhatikan dalam penerapan pendekatan dalam arsitektur neo- vernacular adalah :

 Interpretasi desain yaitu pendekatan melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur setempat yang dimasukkan kedalam proses perancangan yang terstruktur lalu kemudian diwujudkan dalam bentuk yang termodifikasi sesuai dengan zaman sekarang.

 Ragam dan corak desain yang digunakan adalah dengan pendekatan simbolisme, aturan, dan tipologi untuk memberikan kedekatan dan kekuatan pada desain.

 Struktur tradisional yang digunakan mengadaptasi bahan bangunan yang ada didaerah dan menambah elemen estetis yang diadaptasi sesuai dengan fungsi bangunan.

B. Prinsip Desain Arsitektur Neo - Vernakular

Adapun prinsip-prinsip desain arsitektur Neo-Vernakular secara terperinci, yaitu :

 Hubungan Langsung: merupakan pembangunan yang kreatif dan adaptif terhadap arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-nilai/fungsi dari bangunan sekarang.

 Hubungan Abstrak: meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan yang dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur.

 Hubungan Lansekap: mencerminkan dan menginterprestasikan lingkungan seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim.

 Hubungan Kontemporer: meliputi pemilihan penggunaan teknologi, bentuk ide yang relevan dengan program konsep arsitektur

 Hubungan Masa Depan: merupakan pertimbangan mengantisipasi kondisi yang akan datang

C. Penerapan Arsitektur Neo - Vernakular

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa penerapan arsitektur Neo-Vernakular terdiri dari 2 aspek yaitu: aspek fisik dan aspek non fisik, dimana kedua aspek tersebut diterapkan


(55)

37 dalam implementasi terhadap perancangan bangunan, baik sendiri-sendiri maupun secara bersamaan membentuk suatu komposisi rancang bangun yang komprehensif.

a. Aspek Fisik

Yang dimaksud aspek fisik disini adalah bentuk tampilan bangunan yang dilihat keberadaanya dengan mata dan mempunyai wujud dan bentuk tertentu. Kemudian bila kita kaitkan dengan aspek fisik dalam penerapan arsitektur Neo-Vernakular yang meliputi lokasi dan tapak, bentuk bangunan, bahan bangunan dan kontruksi. Berarti bahwa elemen-elemen tersebut yang merupakan suatu respon terhadap alam pada bangunan tradisional masa lalu, ditampilkan kembali pada bangunan modern dengan fungsi pada elemen-elemen tersebut tetap sama yaitu sebagai suatu usaha/ respon sebuah bangunan modern terhadap kondisi lingkungan dan iklim setempat.

b. Aspek Non Fisik

Yang dimaksud aspek non fisik adalah yang terkait didalam tradisi, adat istiadat, maupun aktivitas dari masyarakat yang erat dengan budaya setempat.

Elemen-elemen yang dapat dieksplorasi ke dalam arsitektur modern meliputi : 1. Bentuk bangunan

Pada masa lalu bangunan rumah tradisional umumnya mempunyai atap yang tinggi dan tritisan yang lebar, hal ini sebagai salah satu cara mengatasi curah hujan yang tinggi dan mengantisipasi terhadap panas matahari. Kemudian implementasi dalam bangunan modern penggunaan atap yang tinggi dan lebar merupakan suatu bentuk transformasi dari bentuk-bentuk vernacular.

2. Ornamen

Setiap Suku maupun etnik kebudayaan tertentu pasti memiliki ornamen yang menjadi karakter ataupun ciri khas dari suatu kebudayaan. Dimana setiap ornamen terkandung makna/ arti tertentu yang merupakan implementasi dari kebudayaan itu sendiri. Sehingga ornamen sebagai elemen yang dapat dieksplorasi dapat memberikan kekhasan terhadap bangunan yang akan dirancang sesuai dengan unsur kebudayaan yang terkandung.


(56)

38 3. Material

Pemilihan material yang akan digunakan juga sangat menentukan arsitektur tradisional yang dipilih karena melalui pemilihan material yang tepat, maka dapat dikatakan bangunan tersebut merupakan refleksi dari suatu arsitektur tradisional.

3.2. Interpretasi Tema

Dalam Arsitektur Neo-Vernakular, tidak hanya menerapkan elemen-elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern tapi juga elemen non fisik seperti budaya, pola piker, kepercayaan, tata letak, religi, dan lain-lain.

Arsitektur Neo-Vernakular dimaksudkan agar tetap dapat melestarikan unsur-unsur budaya lokal dengan lapisan modernisasi.

Dalam Arsitektur Neo-Vernakular, banyak ditemukan bentuk-bentuk yang sangat modern, namun dalam penerapannya masih menggunakan konsep lama daerah setempat yang dikemas dalam bentuk yang modern. Arsitektur Neo-Vernakular ini menunjukkan suatu bentuk yang modern tetapi masih memiliki image daerah setempat walaupun material yang digunakan adalah bahan modern seperti kaca dan logam.

Dalam Arsitektur Neo-Vernakular, ide bentuk-bentuk diambil dari vernakular aslinya yang dikembangkan dalam bentuk modern.

3.3. Keterkaitan Tema Dengan Judul Proyek

Sibolga adalah salah satu daerah wisata yang banyak diminati, baik oleh wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Selain karena Sibolga mempunyai potensi alam yang bagus dan terkenal dengan pemandangan lautnya yang indah, Sibolga mempunyai julukan yaitu “Kota Berbilang Kaum” yang berarti bahwa kota ini memiliki banyak suku di dalamnya. Beberapa suku yang paling kuat yaitu Batak Mandailing, Minangkabau, dan Melayu. Hal inilah yang menjadikan kota ini sangat berpotensi mengembangkan pariwisatanya dengan penanganan yang tepat yaitu dengan membuat suatu hotel resort yang mampu merefleksikan kebudayaan Sibolga melalui proyek yang diberi nama “Seascape Hotel Resort Sibolga”.


(57)

39 Tema yang diangkat untuk judul proyek ini adalah Neo-Vernakular, melihat bagaimana melekatnya unsur kebudayaan Batak Mandailing pada Sibolga, sehingga menjadikannya potensi wisata dan bisa dinikmati oleh semua wisatawan yang datang.

Melalui tema yang diangkat, diharapkan dapat memberikan sebuah hotel resort yang sesuai dengan tradisi Suku Batak Mandailing namun tetap memberikan respon sebuah bangunan modern terhadap kondisi lingkungan dan iklim Sibolga.

3.4. Sekilas Tentang Mandailing

Menurut beberapa literatur, Mandailing merupakan salah satu bagian dari daerah suku bangsa Batak yang ada di Sumatera Utara. Pembagian wilayah di Sumatera Utara yang menyebabkan pengelompokan daerah-daerah tersebut dalam satu kelompok suku bangsa Batak dilakukan oleh bangsa Belanda ketika pertama kali datang ke daerah ini. Pembagian wilayah tersebut terus berlangsung sampai saat ini sehingga masyarakat luas hanya mengetahui bahwa Mandailing merupakan bagian dari daerah suku bangsa Batak (Lubis, 1993 : 3).

Menurut cerita-cerita suci orang Batak terutama dari masyarakat Batak Toba, semua sub suku-suku bangsa Batak tersebut mempunyai nenek moyang yang sama, yaitu Si Raja Batak. Namun demikian, masyarakat Mandailing menyatakan bahwa kelompok masyarakat mereka bukan ‘Batak’ seperti yang selama ini diketahui banyak orang. Sejak lama masyarakat Mandailing tidak mau disebut sebagai orang Batak. Beberapa bukti berupa data dan penelitian tentang asal usul Mandailing semakin memperkuat kepercayaan tersebut dan melahirkan pernyataan baru yang mengatakan bahwa sebenarnya orang-orang Batak yang ada sekarang ini justru berasal dari Mandailing. Data yang dijadikan bukti ketidakbenaran informasi bahwa orang Mandailing termasuk orang Batak adalah (1) Tonggotonggo Siboru Deak Parujar dari orang Toba; (2) Pupuh Negarakertagama syair ke13 oleh Mpu Prapanca; (3) Adat Dalihan Na Tolu; (4) Bahasa dan Aksara Mandailing; (5) Perkataan Gordang (Nasution, 1991 : 14).

3.5. Permukiman Mandailing

Permukiman penduduk di Mandailing terdiri atas beberapa desa yang letaknya tersebar di wilayah Mandailing Julu dan Mandailing Godang. Desa-desa tersebut pada awalnya merupakan huta adat yang dalam perkembangan selanjutnya disebut desa. Pola hidup yang menetap sudah lama ada di Mandailing sejak bermukimnya orang-orang yang pertama datang ke daerah ini.


(58)

40 Dengan adanya pola hidup menetap, maka terbentuklah kampung-kampung (perkampungan) yang disebut huta. Huta yang terbentuk dapat berubah menjadi sebuah huta adat melalui horja yang ditandai dengan diangkatnya seorang raja dan dibangunnya Bagas Godang sebagai tempat tinggal raja berdampingan dengan Sopo Godang sebagai balai sidang adat dan Sopo Eme sebagai lumbung desa. Huta adat di Mandailing selain memiliki Bagas Godang, Sopo Godang, Sopo Eme sebagai bangunan adat juga harus memiliki halaman tempat dilakukannya segala aktivitas adat yang terletak di depan Bagas Godang yaitu Alaman Bolak Selangseutang (Lubis, 1999 : VI, 82).

Kawasan permukiman masyarakat Mandailing pada sekarang ini dapat dicapai melalui jalan utama yang terdapat di tiap desa. Fenomena fisik yang menarik pada lokasi amatan, di sepanjang sisi jalan terdapat rumahrumah yang orientasinya berbeda-beda. Walaupun berada di dekat jalan, rumah-rumah tersebut banyak yang tidak menghadap ke jalan tetapi saling berhadapan. Di beberapa desa, apabila jalan tersebut terus ditelusuri, maka di satu tempat akan ditemukan sebidang tanah yang cukup luas. Tanah yang relatif lebih luas dibandingkan dengan area lain di dalam desa disebut penduduknya Alaman Bolak yang artinya halaman yang luas. 3.6. Arsitektur Mandailing

Arsitektur Mandailing Julu dibentuk oleh sejarah dan kebudayaan dengan menerapkan konsepsi Banua, sistem kepercayaan sekaligus juga kondisi geografis setempat. Konsep Banua, system kepercayaan dan kondisi geografis setempat merupakan tiga unsur yang sangat mempengaruhi terbentuknya arsitektur Mandailing Julu.

Elemen-elemen arsitektur yang berkaitan dengan pola tatabangunan yang terdapat di Mandailing Julu terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok bangunanbangunan biasa dan kelompok bangunan-bangunan utama.

a. Kelompok bangunan-bangunan biasa

Merupakan bangunan hunian masyarakat yang terdapat di sekitar Alaman Bolak dan membentuk 3 pola, yaitu pola yang saling berhadapan dan berlapis, pola searah dan membentuk lapisan, serta pola berhadapan dan membelakangi. Semua pola yang ada terletak pada zona Banua Partonga dengan orientasi yang berbedabeda.


(59)

41 b. Kelompok bangunan-bangunan utama

Merupakan bangunan hunian raja dan pelengkapnya yang terdapat di sekitar Alaman Bolak dan membentuk dua pola, yaitu pola yang saling berhadapan dengan posisi Alaman Bolak berada di antara bangunanbangunan utama dan pola yang berdampingan dengan posisi Alaman Bolak sebagai perangkai bangunan-bangunan utama. Alaman Bolak dan Sopo Godang diletakkan pada zona Banua Partonga sedangkan Bagas Godang diletakkan pada zona Banua Parginjang dengan orientasi dan konfigurasi yang berbedabeda.

Perletakan tiap elemen juga berpengaruh terhadap pola tata bangunan yang ada. Bangunan-bangunan dan elemen-elemen fisik lainnya yang berada di sepanjang sisi sungai harus dibangun sedemikian rupa sehingga harus sesuai dengan kondisi alam sekitarnya. Pembagian wilayah huta dan perletakan elemen-elemennya sesuai dengan konsep kosmologi tentang banua. Jae, julu dan tonga merupakan bagian dari zona Partonga, dolok merupakan bagian dari Partoru dan lombang merupakan bagian dari Parginjang.

Peran penting sungai juga dapat dilihat pada kedudukannya dalam konsep kosmologi banua yang selalu berada pada zona Banua Parginjang. Sungai yang berada di lombang hanya menunjukkan letaknya sedangkan makna sungai sesungguhnya merupakan elemen yang suci dan mulia, sehingga sesuatu yang nista yaitu makam di partoru harus dijauhkan dari sungai.

3.8. Studi Banding Tema Sejenis 3.8.1. Adi Dharma Hotel, Bali

Adi Dharama Hotel adalah sebuah hotel resort yang terletak di daerah Kuta, tepatnya di di Jl. Benesari, Kuta, Bali, Indonesia. Hotel berbintang 3 ini memliki 85 kamar.

Desain hotel ini adalah pencampuran antara arsitektur modern dan arsitektur vernacular bali. Hal tersebut bisa dilihat bagian interior dan eksterior bangunan yang memakai kolom beton berpadu dengan atap dan ornamen khas Bali. Selain itu terdapat juga finishing batu alam, serta vegetasi-vegetasi pada perancangan tapaknya sebagai bentuk estetis.


(60)

42 Gambar 13. Hotel Adi Dharma

Selain sebagai estetis, pertimbangan utama pemilihan material sepert batu alam yang digunakan adalah untuk memberikan atmosfer yang mencerminkan kebudayaan Bali dan keindahan nuansa alamnya. Desain bangunan ini membedakan dua elemen menjadi satu dan diakhiri dengan sesuatu yang lembut dan mengalir. Identitasnya ditonjolkan dengan abstraksi dan mengkontraskan antara tradisional dan modern.


(61)

43

Fasilitas Umum Fasilitas Servis Fasilitas Tambahan

 Resepsionis 24 jam

 Bantuan tur/tiket

 Fasilitas laundry

 Salon rambut

 Penyimpanan koper

 Layanan pernikahan

 Fasilitas Bisnis

 Sarapan prasmanan

 Restoran

 Bar/lounge

 Toko roti/camilan

 Bar kolam renang

 Bar tepi kolam renang

 Brankas di resepsionis

 Taman

 Teras

 Perpustakaan

3.8.2. Joglo Plawang Boutique Hotel, Yogyakarta

Joglo Plawang adalah sebuah hotel resort yang terletak di Yogyakarta, tepatnya Jalan Raya Pakem Turi KM 5, Karanggawang, Girikerto Turi Sleman, Yogyakarta, Indonesia. Hotel ini berada di satu daerah dengan Merapi Golf Course. Hotel bintang 4 ini juga berada di satu wilayah dengan Monumen Yogya Kembali dan Taman Nasional Gunung Merapi.


(62)

44 Hotel berbintang 4 ini memliki 23 kamar. Desain hotel ini adalah pencampuran antara arsitektur modern dan arsitektur tradisional Jawa. Bisa dilihat dari bagian interior kamar, lobby dan eksterior bangunan yang sudah memakai material seperti kaca, dan dipadukan dengan material tradisional seperti kayu. Atap dan ornament yang diperlihatkan juga sangat mencerminkan arsitektur Jawa.

Fasilitas Umum Fasilitas Kamar

 24hour front desk

 Bar/lounge

 Complimentary newspapers in lobby

 Free parking nearby

 Garden

 Gift shop

 Wi-Fi

 Laundry facilities

 Massage

 Conference room

 Restaurant

 Safedeposit box at front desk

 Outdoor swimming pool

 Bathtub or shower

 Cable/satellite television channels

 Coffee/tea maker

 Complimentary toiletries

 DVD player

 Garden view

 Inroom safe

 LCD television

 Minibar

 Phone

 Refrigerator


(63)

45

BAB IV

ANALISA PROYEK

4.1. Analisa Fungsional

4.1.1. Pemakai Bangunan

Yang akan memakai bangunan Seascape Hotel Resort ini adalah : 1. Masyarakat umum kota Medan, khususnya etnis Tamil

2. Wisatawan Domestik 3. Wisatawan Mancanegara 4. Pengelola

4.1.2. Aktifitas Pemakai Bangunan

Pelaku Aktivitas Kebutuhan Ruang Sifat Ruang

 Tamu

 Pengelola

 Masuk ke hotel

 Duduk menunggu

 Menerima tamu

 Menitipkan barang

 Memesan kamar

 Membeli barang

 Membayar

Lobby Publik

Entrance Hall Publik

Lounge Publik

Front Office Servis

Retail Area Publik

 Tamu hotel

 Pengunjung hotel

 Pengelola

 Memarkir kendaraan

 Makan dan minum

 Olahraga

Area Parkir Servis

Service Yard Servis Restoran & Bar Publik Fitnes Centre Semi Publik

 Tamu hotel  Tidur

 Istirahat dan bersantai

 Mandi dan Sanitasi

 Makan dan minum

Kamar hotel Privat

Kamar mandi Privat

Restoran dan Bar Semi Publik


(64)

46 tamu

 Melayani Administrasi

 Mengurus maintenance dan teknis pengelolaan

Accounting Office Privat R. General Manager Privat R. Sekretaris Privat Purchasing Agent Privat Mekanikal Elektrikal Servis Food and Beverages

Office

Servis

R. President Manager Privat R. Sales Office dan

Public Relation

Servis

R. Engineering Servis

R. Rapat Privat

 House Keeper

 Room Service

 Mencuci pakaian, sprei

 Menyimpan alat-alat kebersihan

 Menyimpan perabotan

 Maintenance bangunan

 Melayani keperluan tamu

House Keeping Servis R. Linen dan Laundry Servis

Gudang Servis

Ruang Karyawan Servis Room Boy Station Servis

 Juru Masak

 Pelayan dapur

 Memasak

 Menyiapkan makanan dan minuman

 Menyiapkan bahan makanan dan minuman

Dapur umum Servis

Counter bar service Servis

Gudang makanan kering

Servis

Gudang makanan basah dan Pendingin

Servis

 Engineering  Mengontrol air bersih

 Mengolah air kotor

 Mengontrol dan memperbaiki sistem

Bak penampungan air bersih

Servis

Bak treatment air bersih

Servis


(65)

47 genset

 Mengontrol sistem pemompaan

 Mengontrol dan memperbaiki saluran Telkom

 Mengontrol sistem kamera

 Mengontrol sistem pemanas

 Mengontrol sistem kebakaran

 Menyimpan peralatan

 Membuang sampah

R. Genset Servis

R. Pompa Servis

R. AHU Servis

R. Kontrol Kebakaran Servis R. Peralatan M/E Servis

Gudang Servis

 Tamu Hotel

 Pengunjung Hotel

 Pengelola

 Karyawan

 Sanitasai Lavatory (Toilet) Servis

 Security  Menjaga keamanan dan

keselamatan

pengunjung dan semua inventaris hotel

R. Keamanan Servis


(66)

48 4.1.3. Besaran Ruang Dalam Bangunan

Kegiatan Ruang Standar Sumber Luas (m2)

Kegiatan Umum

Lobby dan

Lounge Min 30m

2

1 50,70

Front Office 4 42,90

Retail Area Min 3 buah 4 36

Lavatory (Toilet) 3 62,23

Luas 191,83

Sirkulasi (30%) 57,549

Total Kebutuhan 249,38 ~ 250

Kegiatan Penunjang

Ruang Konvensi 4 120

Lavatory 3 62,23

Gudang 0,3/m 2 30

Restaurant 1,5 m/ kursi

(jlh 60 kursi) 1 90

Dapur 36

Kolam Renang

kapasitas 50 org 3,8/org 4

3,8 x 50 = 190

Fitness Centre 4 130,56

Ruang ganti dan

ruang bilas 4 39,28

Ruang pompa 5 9

Gudang 0,3/m 2 30

Luas 737,07

Sirkulasi (30%) 221,121

Total Kebutuhan 958,191 ~ 960

Kegiatan Pengelola

R. Manager 14 – 23 / ruang 6 35

R. Housekeeper

Office 14 – 23 / ruang 6 20


(67)

49

R. Accounting 14 – 23 / ruang 6 20

R. Rapat 6 40

R. Staff 14 – 23 / ruang 6 60

R. Direksi 14 – 23 / ruang 6 40

Lavotory 4 16

Luas 251

Sirkulasi (30%) 75,3

Total Kebutuhan 326,3 ~ 326

Kegiatan Utama

Kamar Tidur Standar

Min 24 m2

(jlh 50 kamar) 1; 5 1200

Kamar Tidur Deluxe

Min 24 m2

(jlh 40 kamar) 1; 5 960

Kamar Tidur Suite

Min 48 m2

(jlh 4 kamar) 1; 5 192

Luas 2352

Sirkulasi (30%) 705,6

Total Kebutuhan 3057,6 ~ 3058

Kegiatan Pelayanan

Laundry Min 40 m2 1 60

Linen, Setrika,

Jahit Min 30 m

2

1 60

Room boy 15 m2 / lt 45

Lost and Found Min 10 m2 1 20

Mekanikal

Elektrikal 2 40

Genset 4 9

R. AHU 9 m2 / Lt 4 27

Luas 261

Sirkulasi (30%) 78,3

Total Kebutuhan 339,3 ~ 340


(68)

50 (Umum + Penunjang + Pengelola + Utama + Pelayanan)

Sirkulasi Antar Kelompok Bangunan (15%) 740,04

Total Bangunan 5673,64

~ 5674 Tabel 6. Tabel Besaran Ruang

Luas Lahan = = = 2269,6 ~ 2270

Luas Lantai Dasar = Luas total lahan x KDB = 2270 x 90% = 2043 m2

Luas Open Space = Luas Lahan - Luas Lantai Dasar = 2270 - 2043 = 227 m2

Luas Lahan Total = Luas Lantai Dasar + Luas Open Space + Parkir = 2043 + 227 + 1000 = 3270 m2


(69)

51 4.2. Analisa Lingkungan

4.2.1. Tata Guna Lahan

Gambar 15. Analisa Tata Guna Lahan

Tata guna lahan pada kawasan ini adalah rumah penduduk, toko, hotel, mini mall, kantor, sekolah, terminal, dan stadion. Fungsi bangunan yang paling dekat dengan tapak adalah terminal, rumah penduduk, dan toko-toko seperti Indomaret. Dengan kehadiran Seascape Hotel Resort, fungsi bangunan hotel akan berdekatan dengan terminal yang berada di seberang tapak.


(70)

52 4.2.2. Generator Aktifitas

Gambar 16 Analisa Generator Aktifitas

Generator aktivitas yang paling ramai di sekitar kawasan ini adalah terminal, rumah penduduk, took-toko, dan kantor-kantor yang berada di dekat tapak. Dengan potensi ramainya aktivitas di dekat tapak ini sangat menguntungkan untuk pembangunan hotel nantinya. Namun untuk menangglangi kemacetan makan dibuat beberapa solusi seperti membuat rancangan sirkulasi kendaraan dan pedestrian yang baik.


(71)

53 4.2.3. Pola Arsitektur

Gambar 17. Analisa Pola Arsitektur Sekitar

Kawasan ini masih didominasi oleh bangunan dengan gaya arsitektur tropis, namun beberapa diantaranya juga ada arsitektur neo-vernakular dan arsitektur modern. Keberadaan bangunan-bangunan ini memiliki potensi yang menarik pada kawasan, sehingga hotel ini nantinya juga harus mendukung potensi ini.


(72)

54 4.2.4. Sirkulasi Dan Pencapaian

Gambar 18. Analisa Sirkulasi dan Pencapaian

Sirkulasi kendaraan di sekitar tapak ramai dilewati oleh kendaraan karena Jl. Sisingamangaraja yang tepat berada di depan tapak merupakan jalan nasional yang selalu dilewati oleh wisatawan yang datang ke Sibolga


(73)

55 4.3. Analisa Site

4.3.1. Matahari


(74)

56 4.3.2. Vegetasi

Gambar 20. Analisa Vegetasi

Vegetasi berupa pepohonan berada di dalam tapak dan sedikit di sekitar tapak. Pepohonan yang ada di dalam tapak merupakan pohon karet, sedangkan pepohonan yang berada di luar tapak merupakan pohon mangga dan pohon mahoni.


(75)

57 4.3.3. Kebisingan

Gambar 21. Analisa Kebisingan

Tingkat kebisingan paling tinggi yang masuk ke dalam site berasal dari kendaraan pada node (sudut) antara Jl. Sisingamangaraja dan Jl. Santeong.


(76)

58 4.3.4. Sirkulasi Pejalan Kaki

Gambar 22. Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki

Sudah tersedia jalur pedestrian di sekitar tapak, namun belum difungsikan dengan baik, bisa dilihat dengan adanya titik keramaian pada jalur pedestrian di seberang tapak dikarenakan took-toko yang mengambil sisi pedestrian untuk berjualan.


(77)

59 4.3.5. Sirkulasi Kendaraan


(78)

60 4.3.6. Keistimewaan Alami Tapak

Gambar 24. Analisa Keistimewaan Tapak


(79)

61 4.3.7. Utilitas

Gambar 25. Analisa Utilitas

Sudah tersedia utilitas seperti listrik (PLN), jaringan air bersih (PDAM) dan drainase kota yang cukup lebar.


(80)

62 4.3.8. View Ke Dalam Site

Gambar 26. Analisa View ke dalam Site


(81)

63 4.3.9. View Dari Dalam Site

Gambar 27. Analisa View dari dalam Site

View yang paling bagus yang dapat dilihat dari dalam tapak adalah dari sisi kanan tapak yaitu yang menghadap ke arah ruko dan terminal (kota) dan secara langsung juga menghadap ke arah laut.


(82)

64 4.3.10. Garis Langit (Skyline)


(83)

65 Gambar 29. Analisa Garis Langit (2)


(84)

66

BAB V

KONSEP

5.3. Konsep Dasar

Konsep untuk judul Seascape Hotel Resort Sibolga awalnya didapat dari view dari hotel resort yang menghadap ke laut kota Sibolga. Dimana kita ketahui bahwa melihat pemandangan laut dari sebuah kamar hotel membuat kita merasa sejuk dan damai. Selain itu, dengan menginap di hotel ini, wisatawan tidak perlu jauh-jauh untuk mencari hotel yang dekat dengan laut, dan bisa menikmati keindahan pemandangan kota sibolga secara keseluruhan.

Lalu pendekakatan tema dan teori arsitektur yang digunakan dalam konsep perancangan hotel resort ini adalah Arsitektur Neo-Vernakular. Arsitektur vernakular yang diambil dan

diterapkan adalah kebudayaan Batak Mandailing, untuk bagian atap dan ornamennya. Sedangkan untuk unsur modern yang diambi adalah materialnya seperti beton dan kaca.


(85)

67 5.2. Konsep Zoning

5.2.1. Pada Tapak

Gambar 30. Konsep Zoning Pada Tapak

Konsep pembagian daerah fungsi pada site adalah sebagai bentuk respon dari analisa site yang telah dilakukan di bab 4.


(86)

68 5.2.2. Pada Bangunan

Gambar 31. Konsep Zoning Pada Bangunan

Bangunan terdiri dari 1 lantai podium, 3 lantai tower. Lantai l merupakan area publik, semi publik dan servis, lantai 2 kanan merupakan area semi publik, lantai 2 kiri dan lantai 3 sampai lantai 4 merupakan area semi publik dan privat.

5.3. Konsep Sirkulasi

Seascape Hotel Resort merupakan sebuah hotel yang didesain dengan konsep ruang luar yang luas sebagai perwujudan untuk membuat sebuah tempat publik yang bisa digunakan oleh pedestrian baik warga atau wisatawan.


(87)

69 Maka untuk area parker hotel, berada di area atau lahan kosong disamping hotel. Dengan konsep seperti ini juga dapat mengurangi kepadatan yang mungkin ditimbulkan hotel yang berada di sudut jalan.

Gambar 32. Konsep Sirkulasi dalam Site

5.4. Konsep Fasad

Konsep fasad terbentuk berdasarkan pendekatan tema arsitektur neo-vernakular yang mengambil unsur tradisional dan modern.


(88)

70 Gambar 33. Tampak Depan Hotel


(89)

71 5.5. Konsep Struktur

Struktur yang digunakan pada hotel ini adalah Rigid Frame dengan kolom beton dan dinding bata, juga menggunakan core untuk memperkuat struktur bangunan dan sebagai tempat shaft , sirkulasi darurat (tangga kebakaran), dan sirkulasi vertikal lift.

Gambar 35. Tiga Dimensi Rencana Struktur Hotel


(90)

72

BAB VI

PENUTUP

Proses yang cukup panjang telah dilalui penulis dalam Studio Perancangan Studio Arsitektur VI ini. Dari segi desain, bangunan yang awalnya berbentuk kotak berubah menjadi seturut dengan bentuk tapak (site). Perubahan yang signifikan dapat dilihat pada denah yang dulunya sangat berantakan, namun setelah melewati proses asistensi menjadi cukup teratur. Masukan-masukan yang diberikan selama masa asistensi dan sidang preview 1 dan preview 2 sangat membantu dan menginspirasi perancang/penulis dalam menyelesaikan desain hotel resort ini

Harus diakui dari semua yang ditugaskan dan disarankan hanya tidak semua dapat diwujudkan. Hambatan ini dapat disebabkan mungkin karena keterbatasan waktu, kemampuan penulis, dan lain sebagainya.

Walaupun melalui proses yang cukup panjang dan mengalami banyak permasalahan desain, tetapi konsistensi tema tetap berusaha dipertahankan tanpa lupa memperhatikan tujuan yang semula ingin dicapai bahwa dengan mengunjungi hotel resort ini, wisatawan dapat menikmati pemandangan pantai sibolga dan juga kotanya yang indah.


(91)

73

DAFTAR PUSTAKA

Ching, Francis, D.K.,(1985), Architecture : Form, Space and Order, Jakarta, Erlangga.

Lawson, Fred, R., (1995), Hotel and Resorts : Planning, Design and Refurbishment, Bath Press, Avon, Great Britain.

Neufert, Ernst, (1993), Data Arsitek ( Terjemahan ), Jakarta, Erlangga.

Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tentang Standar Usaha Hotel, Lampiran 1

Poerwadarminta, W.J.S. (1989), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Purba, Tiffany, (2011), Karo Cultural Tourism Park (Taman Wisata Budaya Karo) : Arsitektur Neo-Vernakular. Skripsi Program Sarjana Universitas Sumatera Utara Program Studi Teknik Arsitektur, Medan

Surat Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No.SK.241/G/70 tahun 1970


(92)

(1)

Maka untuk area parker hotel, berada di area atau lahan kosong disamping hotel. Dengan konsep seperti ini juga dapat mengurangi kepadatan yang mungkin ditimbulkan hotel yang berada di sudut jalan.


(2)

Gambar 33. Tampak Depan Hotel


(3)

5.5. Konsep Struktur

Struktur yang digunakan pada hotel ini adalah Rigid Frame dengan kolom beton dan dinding bata, juga menggunakan core untuk memperkuat struktur bangunan dan sebagai tempat shaft , sirkulasi darurat (tangga kebakaran), dan sirkulasi vertikal lift.


(4)

BAB VI

PENUTUP

Proses yang cukup panjang telah dilalui penulis dalam Studio Perancangan Studio Arsitektur VI ini. Dari segi desain, bangunan yang awalnya berbentuk kotak berubah menjadi seturut dengan bentuk tapak (site). Perubahan yang signifikan dapat dilihat pada denah yang dulunya sangat berantakan, namun setelah melewati proses asistensi menjadi cukup teratur. Masukan-masukan yang diberikan selama masa asistensi dan sidang preview 1 dan preview 2 sangat membantu dan menginspirasi perancang/penulis dalam menyelesaikan desain hotel resort ini

Harus diakui dari semua yang ditugaskan dan disarankan hanya tidak semua dapat diwujudkan. Hambatan ini dapat disebabkan mungkin karena keterbatasan waktu, kemampuan penulis, dan lain sebagainya.

Walaupun melalui proses yang cukup panjang dan mengalami banyak permasalahan desain, tetapi konsistensi tema tetap berusaha dipertahankan tanpa lupa memperhatikan tujuan yang semula ingin dicapai bahwa dengan mengunjungi hotel resort ini, wisatawan dapat menikmati pemandangan pantai sibolga dan juga kotanya yang indah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ching, Francis, D.K.,(1985), Architecture : Form, Space and Order, Jakarta, Erlangga.

Lawson, Fred, R., (1995), Hotel and Resorts : Planning, Design and Refurbishment, Bath Press, Avon, Great Britain.

Neufert, Ernst, (1993), Data Arsitek ( Terjemahan ), Jakarta, Erlangga.

Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tentang Standar Usaha Hotel, Lampiran 1

Poerwadarminta, W.J.S. (1989), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Purba, Tiffany, (2011), Karo Cultural Tourism Park (Taman Wisata Budaya Karo) : Arsitektur Neo-Vernakular. Skripsi Program Sarjana Universitas Sumatera Utara Program Studi Teknik Arsitektur, Medan

Surat Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No.SK.241/G/70 tahun 1970


(6)