Faktor –faktor yang mempengaruhi kualitas lateks

dijaga agar lateks tidak terlalu tergoncang dan terlalu kepanasan karena dapat berakibat terjadinya prakoagulasi di dalam tangki. Dalam keadaan tertentu, lateks dalam tangki tersebut perlu diberi obat anti koagulan untuk mencegah terjadinya prakoagulasi didalam tangki. Volume tangki pengangkut biasanya antara 2000 -3000 liter. Tangki dibuat dari bahan aluminium dan dirancang sedemikian rupa. Sehingga mudah dipasang dan dilepas padadari alat penarik truktraktor dan dengan mudah dibersihkan. d.Penggumpalan gumpalan karet mutu rendah Selain hasil yang berupa lateks,dari kebun produksi diperoleh pula beberapa bahan bekuan yang dapat dikumpulkan untuk diolah lebih lanjut. Bahan bekuan tersebut dapat berupa : 1. Skrep scrap adalah bekuan lateks pada irisanalur sadapan. Skrep berbentuk pita panjang yang dapat diambil dari alur sadap sesaat sebelum penyadapan dilakukan. 2. Lump tanah atau kret tanah adlah lateks yang membeku pada tanah diperoleh terutama pada penyadapan yang mangkoknya tiap hari diangkat dari batang. 3. Lump mangkok adalah lateks yang membeku pada mangkok, lump mangkok diperoleh pada penyadapan yang mangkoknya dibiarkan tetap berada pada pohon tidak diangkat.

2.7 Faktor –faktor yang mempengaruhi kualitas lateks

Lateks sebagai bahan baku erbaga asil karet ,harus memiliki kualitas yang baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ualitas lateks, di antaranya adalah : 1. Faktor di kebun jenis klon,sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain 2. Iklim musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi,musim kemarau keadaan lateks tidak stabil 3. Alat-alat yang digunakan dalam penggumpalan dan pengangkutan yang baik terbuat dari alumunium atau baja tahan karat Universitas Sumatera Utara 4. Pengangkutan goncangan, keadaan tangki,jarak,jangka waktu 5. Kualitas air dalam pengolahan 6. Bahan-bahan kimia yang dgunakan 7. Komposisi lateks Dari bahan-bahan yang terkandung dalam lateks segar masih terdapat fraksi kuning latoid 2-10 ppm,enzim peroksidase dan tyrozinase. Fraksi kuning dianggap normal bila mencapai 0,1 – 1,0 mg tiap 100 gram lateks kering. Kandungan karet kering untuk sit sheet dan krep crepe adalah ±93, sedangkan kandungan air antara 0,3-0,9. Bila kadar air lebih tinggi yang disebabkan oleh pengeringan yang kurang sempurna atau penyimpanannya dalam ruangan yang lembab,maka pertumbuhan bakteri dan jemur akan terjadi dan lazimnya disertai dengan timbulnya bintik-bintik warna dipermukaan lembaran. Bintik-bintik ini merusak kualitas dan menyebabkan prouk tersebut tidak disukai dalam perdagangan. Tabel 2.2 Kandungan bahan-bahan dalam lateks segar dan lateks yang dikeringkan No Bahan Lateks segar Lateks yang dikeringkan 1 Kandungan karet 35,62 88,28 2 Resin 1,65 4,10 3 Protein 2,03 5,04 4 Abu 0,70 0,84 5 Zat gula 0,34 0,84 6 Air 59,62 1,00 Djoehana Setyamidjaj,1993 Sifat limbah setelah perlakuan dengan Buckom LAWT-60 Hasil pengujian sifat karet mentah serta kompon dan vulkanis ACS, asal karet yang diperoleh dari penggumpalan limbah lateks dengan Buckom LAWT-60. Sebagai Universitas Sumatera Utara bahan penggumpal Buckom LAWT-60 ini sangat reaktif. Reaktivitas Buckom LAWT-60 ini menurun bila limbah lateks tersebut mengandung amoniak. Penggumpaln limbah lateks baik dengan Buckom LAWT-60 maupun dengan asam semut jelas memperbaiki mutu limbah , khususnya limbah hasil penggumpalan dengan Buckom LAWT-60, selain memberikan nilai BOD dan COD yang lebih rendah, pH-nya mendekati netral.Balai Penelitian Perkebunan sungai Putih ,1988 Amoniak sebagai bahan pemantap lateks pekat mempunyai kelemahan yaitu baunya merangsang kuat sehingga merupakan salah satu masalah dalam pengolahan selanjutnya. Hal ini menyebabkan berkembangnya pengawetan lateks pekat dengan kadar amonia rendah. Dalam pengawetan dengan kadar ammonia rendah selalu ditambahkan bahan pengawet kedua yaitu asam lemak untuk meningkatkan waktu pemantapan mekaniknya. Amoniak anhidra adalah gas amoniak yang dicairkan dengan suatu tekanan tertentu yang dikemas dalam suatu tabung baja berkapasitas 50-75 kg sedangkan larutan amoniak adalah gas amoniak yang dialirkan kedalam air biasanya berkonsentrasi 20 Solichin,1988. Bilangan asam lemak mudah menguap volatile fatty acid didefinisikan sebagai jumlah asam lemak eteris rantai pendek, yang terdapat dalam lateks pekat yang mengandung 100 gram padatan total. Nilai ini menggambarkan tingkat kebusukkan lateks pekat. Semakin tinggi nilai volatile fatty acid akan semakin buruk kualitas lateks pekat tersebut.Stanley,H. 1988. Karet merupakan polimer alam terpenting dan dipakai secara luas dilihat dari sudut industri. Karet merupakan politerpena yang disintesis secara alami melalui polimerisasi enzimatik isopentilpirofosfat. Hampir semua karet alam diperoleh sebagai lateks yang terdiri dari sekitar 32-35 karet dan sekitar 5 senyawa lain, Universitas Sumatera Utara termasuk asam lemak, gula, protein, sterol, ester, dan garam. Karet guayule merupakan kekecualian, yang diperoleh melalui pulping dan parboling tumbuhan sebelum dimurnikan. Residu panen selulosik bagasse merupakan sumber alkohol fermentasi yang potensial. Karet termasuk polimer dengan berat molekul sangat tinggi rata-rata sekitar 1 juta dan amforsus, meskipun menjadi terkristalisasi secara acak pada suhu rendah. Lateks bisa dikonversi kekaret busa dengan aerasi mekanik yang diikuti oleh vulkanisasi. Sarung tangan karet dan balon biasanya dibuat dengan mengkoting lateks diatas cetakannya sebelum vulkanisasi. Sebagian besar karet Havea sekitar 65 digunakan dalam pembuatan ban, tetapi juga ditemukan dalam sekelompok produk- produk komersial termasuk alas kaki,segel karet. Weather striping, shock absurver, insulasi listrik, asesoris olah raga, dan lain-lain. Semuanya memakai karet dalam bentuk yang tervulkanisasi. Salah satu diantara beberapa aplikasi karet yang tidak tervulkanisasi adalah bentuk kerisut yang, karena ketahanan abrasinya istemewa, diapakai untuk tapak sepatu. Satu bentuk lain dari karet alam adalah getah perca gutta-percha yang juga diperoleh dalam bentuk lateks dari pepohonan misalnya, Pallaquium oblongifolium dan pohon-pohon serupa terutama berasal dari Asia Tenggara. Gutta-percha memiliki struktur trans 1,4-poliisoprena. Ia jauh lebih keras dan kurang dapat larut daripada karet Hevea dan eksis dalam bentuk kristal Stevens,2001. Dalam perdagangan karet sering terdapat keluhan atau tuntutan mengenai mutu karet tersebut. Sebagai contoh, jepang sering mengeluh karena karet yang diimpor mempunyai sifat viskositas yang tinggi rendah, tidak seragam , dan sebagainya. Salah satu negara pengimpor karet Indonesia adalah jepang yang setiap tahunnya mencapai Universitas Sumatera Utara sekitar 27.000 ton. Karet mentah yang diimpor ini kira-kira 68 berupa karet konvensional, sedang sisanya berupa karet spesifikasi teknis. Kebutuhan akan karet spesifikasi teknis, sebagian besar diimpor Jepang dari Muangthai, Malaysia, dan Singapura. Hanya sebagian kecil saja jepang mengimpor karet spesifikasi teknis dari indonesia kurang baik mutunya dan kurang seragam. Terhadap karet mentah dilakukan pengujian analisa kimia dan fisika sesuai dengan karet spesifikasi teknis, yaitu ; kadar kotoran, kadar abu, kadar zat menguap, Po dan PRI. Disamping itu juga ditentukan kadar nitrogen, kadar gel, jumlah molekul rata-rata, berat molekul rata-rata. Pembuatan kompon dilakukan dengan “ Bunbury Mixer” yang mempunyai kapasitas 2,200 ml. Kompon nonproduktif terdiri dari karet dengan bahan ramuan kecuali belerang, digiling dengan Banbury Mixer. Suhu penggilingan 80-90 o C. Kompon yang diperoleh lalu dibuat lembaran yang tebalnya 5-5,2 mm dengan menggunakan sheeting mill.lembaran didinginkan didalam air, kemudian dicelupkan didalam larutan MgCO 3 untuk mencegah kelengketan. Kompon produktif dibuat dari kompon nonproduktif ditambah dengan belerang. Pencampuran dilakukan juga dengan “Sheeting Mill”. Hasil yang diperoleh ditimbang untuk mengetahui berapa persen berat yang hilang pada penggilingan tersebut. Lembaran lalu dicelupkan didalam larutan MgCO 3 kemudian dibiarkan pada suhu kamar sela 16-24 jam. Universitas Sumatera Utara BAB 3 METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan