4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Net Profit Margin NPM terhadap Nilai Perusahaan Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Nilai
perusahaan akan terjamin tumbuh secara berkelanjutan apabila perusahaan meningkatkan kinerja keuangannya. Dalam penelitian ini kinerja keuangan
dicerminkan oleh Net Profit Margin. NPM merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan perusahaan. Rasio ini menunjukkan seberapa
efisien perusahaan dalam mengelola penjualannya dalam mencapai laba. Semakin tinggi nilai NPM semakin efisien perusahaan tersebut mendapatkan
laba dari penjualan. Hal itu juga menunjukkan bahwa perusahaan mampu menekan biaya – biaya dengan baik. Begitu juga sebaliknya, NPM yang
semakin menurun menunjukkan ketidakmampuan perusahaan memperoleh laba atas penjualan dan mengelola biaya – biaya atas kegiatan operasionalnya,
sehingga menyebabkan investor tidak tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, yang dapat dilihat dari nilai koefisien NPM sebesar 0,407 dengan signifikansi 0,000.
Hasil persamaan model regresi linear tersebut menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan bahwa NPM berpengaruh terhadap nilai
perusahaan terbukti sehingga hipotesis pertama diterima. Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aryono
2002 dan Hutami 2012 dan dalam penelitianya menemukan bahwa NPM berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
NPM berpengaruh signifikan terhadap harga saham menunjukkan bahwa investor memperhatikan NPM sebagai rasio yang dapat
dipertimbangkan dalam keputusan investasi mereka. Hal itu juga menunjukkan bahwa investor percaya pada kemampuan perusahaan dalam
mengelola efisiensi kinerja operasionalnya. Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan investor untuk menggunakan NPM dalam memilih obyek
investasinya. 4.3.2 Pengaruh Variabel Pemoderasi Good Corporate Governance GCG
terhadap Hubungan Net Profit Margin NPM dan Nilai Perusahaan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada proksi dari Good
Corporate Governance GCG yang mampu memoderasi hubungan NPM dan nilai perusahaan. Hasil persamaan model regresi linear menunjukkan bahwa
hipotesis kedua, ketiga dan keempat tidak terbukti sehingga hipotesis kedua, ketiga dan keempat ditolak.
Hasil yang tidak signifikan menunjukkan bahwa pasar tidak menggunakan informasi mengenai struktur kepemilikan manajerial, struktur
kepemilikan institusional dan proporsi dewan komisaris independen dalam melakukan penilaian investasi.
Disimpulkan bahwa struktur kepemilikan manajerial sebagai variabel pemoderasi atas net profit margin terhadap nilai perusahaan tidak mampu
memoderasi hubungan kedua variabel tersebut. Hal ini artinya, pemegang saham yang sekaligus sebagai pengelola perusahaan tidak memberikan
kinerja terbaik mereka dimana para dewan direksi dan komisaris masih
mempunyai kepentingan pribadi yang lebih mereka utamakan dibandingkan dengan meningkatkan kinerja yang sekaligus akan meningkatkan nilai
perusahaan. Disimpulkan bahwa struktur kepemilikan institusional sebagai variabel
pemoderasi atas net profit margin terhadap nilai perusahaan tidak mampu memoderasi hubungan kedua variabel tersebut. Hal ini mungkin terjadi
karena adanya informasi yang asimetri asymmetric information antara investor dengan manajer. Hal tersebut dapat membuat pemilik saham
institusional merasa tidak puas atas kinerja manajerial kemudian memutuskan untuk menjual sahamnya ke pasar, dimana hal ini dapat menurunkan nilai
perusahaan. Disimpulkan bahwa proporsi dewan komisaris independen sebagai
variabel pemoderasi atas net profit margin terhadap nilai perusahaan tidak mampu memoderasi hubungan kedua variabel tersebut. Hal ini disebabkan
oleh kemungkinan adanya komisaris independen dalam perusahaan bersifat formalitas untuk memenuhi regulasi saja dan tidak dimaksudkan untuk
menegakkan Good Corporate Governance GCG di dalam perusahaan. Sehingga keberadaan komisaris independen ini tidak untuk menjalankan
fungsi monitoring yang baik dan tidak menggunakan indepedensinya untuk mengawasi kebijakan direksi. Fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi
tanggungjawab anggota dewan menjadi tidak efektif maka kinerja perusahaan akan menurun, dengan menurunnya kinerja perusahaan maka nilai perusahaan
tidak dapat tercapai. Hasil yang tidak signifikan ini menunjukkan bahwa
pasar tidak menggunakan informasi mengenai proporsi komisaris independen dalam melakukan penilaian investasi. Kondisi ini juga ditegaskan dari hasil
survey Asian Development Bank dalam Gideon 2005 yang menyatakan bahwa kuatnya kendali pendiri perusahaan dan kepemilikan saham mayoritas
menjadikan dewan komisaris tidak independen. Fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi tanggungjawab anggota dewan menjadi tidak efektif
maka kinerja perusahaan akan menurun, dengan menurunnya kinerja perusahaan maka nilai perusahaan tidak dapat tercapai. Hasil penelitian ini
juga sesuai dengan penelitian Andri dan Hanung 2007 yang menyimpulkan bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan