C. Kerangka Berfikir
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari dan mengidentifikasi hubungan antara media dan tingkat partisipasi politik masyarakat dengan menggunakan analisa
kuantitatif. Pendekatan yang digunakan adalah survey terhadap 100 responden yang tersebar di 5 kelurahan yang berada di kecamatan Ciputat dengan memberikan sejumlah
pertanyaan yang terkumpul dalam kuesioner. Dengan penelitian ini diharapkan dapat diketahui hubungan antara media dan tingkat partisipasi politik, serta sejauh mana
pengaruh media terhadap tingkat partisipasi politik masyarakat Ciputat.
Secara umum kerangka berfikir penelitian ini dapat dilihat melalui gambar skema di bawah ini :
Gambar 2.1 Skema
Komisi Pemilihan Umum Daerah KPUD perlu menginformasikan dan mensosialisasikan teknis pelaksanaan Pilkada baik itu waktu, tata cara dan pesertanya.
Sedangkan calon gubernur dan calon wakil gubernur sangat membutuhkan media sebagai alat untuk memperkenalkan diri mereka juga program-program mereka yang
persuatif sehingga masyarakat akan tertarik untuk memilih mereka.
Masyarakat memiliki peranan yang penting sebagai komunikan yang dipengaruhi oleh variable media sehingga diharapkan ada feedback dari masyarakat
berupa partisipasi politik.
SosialisasiInformasi
KPUD
Media
CagubCawagub
Masyarakat Partisipasi
Aksi feedback
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Pelaksanaan Pilkada Propinsi Banten Tahun 2006
Pemilihan kepala daerah Pilkada secara langsung menjadi isu sentral dalam diskursus politik nasional dan dipandang sebagai bagian integral dari proses perwujudan
otonomi daerah. Pelaksanaannya menjadi momentum yang sangat penting bagi proses demokratisasi politik di tingkat lokal.
Harus diingat bahwa Pilkada hanyalah sebuah proses yang tidak berdiri sendiri. Baik atau buruknya proses berkaitan dengan subyek yang terlibat langsung dalam
proses tersebut. Keberhasilan pelaksanaan Pilkada, baik dalam pengertian ‘prosedural’ maupun ‘substansial’, terkait dengan tiga faktor: a pemilih yang memiliki hak pilih,
b penyelenggara, yaitu KPUD, Panwas, pemantau dan pemerintah, c lembaga steakholders
lainnnya. Dari ketiga faktor di atas dapat diajukan tesis tentang sejauh mana masyarakat mengunakan hak pilihnya, dan bagaimana persiapan yang dilakukan
oleh penyelengara Pilkada. Pelaksanaan Pilkada langsung secara optimistik dapat diakatakn sebagai bentuk
pengukuhan terhadap otonomi rakyat di daerah dalam menentukan kepala pemerintahan. Idealnya pemerintahan yang dipilih langsung dan memiliki legitimasi
politik yang kuat akan melaksanakan fungsi sesuai dengan aspirasi masyarakat, karena spirit dari Pilkada adalah mendekatkan pemerintah kepada rakyat.