belakangi penulisan ini, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II. Kajian Teoritis.
Dalam bab ini membahas secara detail tentang pengertian Aktivitas Dakwah, Pengertian dan Batasan Aktivitas, Pengertian dan Batasan
Dakwah, Maksud Aktivitas Dakwah dan Cangkupannya. Bab III. Gambaran Umum Yayasan Assalaam Bintaro.
Dalam bab ini memaparkan tentang sejarah berdirinya Yayasan Assalaam, yang meliputi latar belakang didrikannya yayasan tersebut,
kemudian tujuan, visi dan misi, struktur organisasi dan program Yayasan Assalaam.
Bab IV. Analisis Data. Bab ini merupakan pembahasan inti dari hasil penelitian, yang berisi
mengungkap secara detail tentang bagaimana bentuk-bentuk dakwah yang dilakukan oleh Yayasan Assalaam, yang meliputi, tujuan dan
aktivitas dakwah dan menggunakan metode apa dalam menyebarkan dakwah yang dilakukan oleh Yayasan Assalaam Bintaro Jaya Sektor
3A. BAB V. Penutup.
Sebagaimana lazimnya dalam sebuah laporan hasil penelitian, dalam bab kelima ini dikemukakan beberapa kesimpulan yang didasarkan
pada pembahasan sebelumnya. Kemudian implikasi, dan beberapa saran yang dianggap perlu, dan diakhiri dengan penutup.
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Aktivitas Dakwah
1. Pengertian Aktivitas
Aktivitas adalah ”Kegiatan atau kesibukan”.
20
Aktivitas yang dimaksud disini adalah sejumlah kegiatan yang terdiri atas usaha-usaha yang ada
kaitannya dengan keagamaan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, aktivitas diartikan sebagai segala bentuk keaktifan dan kegiatan.
21
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali aktivitas, kegiatan atau kesibukan yang dilakukan manusia. Namun, berarti atau tidaknya kegiatan
tersebut bergantung pada individu tersebut. Karena menurut Samuel Soeitoe, sebenarnya aktivitas bukan hanya sekedar kegiatan. Beliau mengatakan bahwa
aktivitas dipandang sebagai usaha untuk mencapai atau memenuhi kebutuhan.
22
Ada dua jenis aktivitas: aktivitas eksternal dan internal eksternal, jika operasi manusia terhadap objek-objek menggunakan lengan, tangan, jari-jari,
dan kaki, maka pada internal, menggunakan tindakan mental dalam bentuk gambaran-gambaran dinamis. Aktivitas internal merencanakan eksternal.
23
20
W.J.S. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1976, hal. 26.
21
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1997.cet. 9,hal. 20.
22
Samuel Soeitoe, Psikologi Pendidikan II. Jakarta: FEUI, 1982. hal. 52.
23
Save M. Dagun, KBIP, Jakarta: Lembaga PengkajianKebudayaan Nusantara, LPKN, 1997. Cet ke-1, h. 25
Salah satu kebutuhan manusia adalah menuntut ilmu untuk menjadi pintar. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka manusia harus belajar
dengan cara bersekolah atau mengikuti majelis atau tempat-tempat ilmu, membaca buku, berdiskusi dan kegiatan-kegiatan lain. Ternyata untuk
memenuhi satu kebutuhan saja manusia harus melakukan berbagai aktivitas. Seseorang yang ingin mendalami ilmu agama dan hubungan interaksi
masyarakat yang islami misalnya, tentu ia harus melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat membantu tercapainya keinginan tersebut. Seperti membaca buku
tentang norma-norma agama Islam seperti hubungan sesama manusia dan sebagainya
Menurut ilmu sosiologi, aktivitas diartikan dengan segala bentuk-bentuk kegiatan yang ada di masyarakat seperti; gotong royong atau kerja bakti
disebut sebagai aktivitas-aktivitas sosial, baik yang berdasarkan hubungan tetangga, ataupun hubungan kekerabatan.
24
Dari penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa aktivitas yaitu suatu tindakan pada diri setiap eksistensi atau makhluk yang membuat atau
menghasilkan sesuatu dengan aktivitas, hal tersebut menandai bahwa hubungan khusus antara manusia dengan dunia. Manusia bertindak sebagai
subjek, sedangkan alam sebagai objek. Manusia mengalih wujudkan dan mengelola alam. Berkat aktivitas atau kerjanya manusia mengangkat dirinya
dari dunia dan bersifat khas sesuai ciri dan kebutuhannya.
24
Sojogyo dan Pujiwati, Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press,1999. Cet.12, Jilid I, hal. 28.
2. Pengertian Dakwah
Istilah dakwah merupakan istilah yang tidak asing lagi bagi kosa kata Indonesia. Kata dakwah biasanya dikenal dalam masyarakat Islam yang
biasanya diartikan sebagai ajakan untuk memeluk agama dan menjalankan ajaran agama Islam.
25
Di dalam proses berdakwah image sebagian besar masyarakat Indonesia, dakwah dilakukan dengan pidato atau ceramah di
depan banyak orang sebagaimana yang dilakukan para kyai atau ustadz dalam pengajiannya. Apabila kita mengambil hakikatnya, maka sebenarnya dakwah
bukanlah demikian, namun dakwah mempunyai makna yang sangat luas. dakwah dapat dilakukan dengan model apapun asal tidak bertentangan dengan
hakikat Islam sesungguhnya. Islam sebagai agama universal, maka penyebaran dan penerapan dalam
kehidupan masyarakat seharusnya juga universal. Sehingga, dalam dalam penerjemahan istilah dakwah dan proses pengembangan agama Islam sebagai
perlakuan dakwah banyak mengalami perbedaan pandangan, strategi, model, dan langkah kongkritnya. Hal ini biasanya terjadi akibat dari beragamnya
organisasi dengan dasar ideologi, misi, visi, dan orientasi yang berbeda, di samping pendidikan, budaya dan kondisi berbeda yang berkembang di
Indonesia.
25
Tim Penyusun Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam I. Depag RI Jakarta: CV. Anda Utama, 1993, h. 231. Hal senada juga diungkapkan dalam Ensiklopedi Islam Jilid I ABA – FAR
Jakarta: PT. Ikhtiar Baruan Hoeve, 1996, h. 280, bahwa dakwah adalah setiap kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak, dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah SWT
sesuai dengan garis aqidah, syari’at, dan akhlak Islamiyah.
Secara Etimologi, Dakwah berasal dari bahasa Arab: da’a – yad’u – da’watan
yang artinya mengajak, menyeru berdoa dan mengundang.
26
Sedangkan secara terminologi istilah ada beberapa arti yang beraneka ragam. Banyak ahli Ilmu Dakwah dalam memeberikan arti atau definisi
terhadap istilah dakwah menurut redaksi dan susunan bahasa mereka masing- masing. Hal ini tergantung pada sudut pandang mereka didalam memberikan
pengertian kepada istilah tersebut. Namun semuanya masih dalam pengertian dan maksud yang tidak jauh berbeda, bahkan antara definisi yang satu dengan
yang lainnya saling melengkapi. Berikut ini penulis sajikan beberapa pendapat pakar ilmu dakwah antara lain:
1. Menurut Masdar Helmy
”Mengajak dan menggerakkan manusia agar mentaati ajaran Allah Islam, termasuk melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar, untuk
memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat”.
27
2. Menurut Syekh Ali Mahfudz dalam kitabnya ”Hidayatul Murdyidin”
yang dikutup oleh Mashur Amin adalah: ”Mendorong memotivasir manusia untuk melakukan kebaikan dan
mengikuti petunjuk, perintah agar mereka berbuat ma’ruf dan mencegahnya dari perbuatan munkar, agar mereka memperoleh
kebahagiaan dunia akherat”.
28
3. Letjen H. Sudirman dalam tulisannya yang berjudul Problematika
Dakwah islam di Indonesia yang dinukilkan oleh Rosyad Saleh mengatakan:
26
Thaha Yahya Umar, Ilmu dakwah Wijaya, 1991, hal.1
27
Masdar Helmy, Dakwah Dalam Pembangunan Semarang: CV. Thaha Putra, 1973, hal. 19.
28
M. Mashur Amin, Metode dakwah Islam Yogyakarta: Sumbangsih Offset, 1980, hal. 19
”Dakwah adalah usaha untuk merealisasikan ajaran Islam di dalam kenyataan hidup sehari-hari baik bagi kehidupan seseorang maupun
kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka pemembangun bangsa dan umat manusia untuk memperoleh
keridloan Allah SWT”.
29
4. Ahmad Watik Pratiknya
Hakekat dakwah adalah ”Suatu upaya untuk merubah suatu keadaan menjadi keadaan lain yang lebih baik menurut tolak ukur ajaran
Islam”.
30
5. M. Quraisy Shihab, memaparkan pengertian dakwah dalam bukunya,
sbb: Dakwah adalah “Seruan atau ajakan kepada keinsyafan, atau usaha
mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan
sekedar usaha peingkatan pemahaman keagamaan dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas”.
31
6. Toha Yahya Omar, dakwah adalah menyebarkan benih “hidayah”
Islam.
32
7. Didin Hafiduddin, menyatakan bahwa:
“Dakwah merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran
dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah SWT, secara bertahap menuju peri kehidupan yang Islami”.
33
8. Wardi Bachtiar, mendefinisikannya:
29
Abdul Rosyad Saleh, Manajemen dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1977, hal. 48.
30
Ahmad Watik Pratiknya, Pengembangan Strategi dan dan perencanaan dakwah di Indonesia
Yogyakarta: Yayasan Salahudin, 1987, hal. 11.
31
Prof. Dr. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1992 h. 194
32
Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah. Jakarta: Widjaya,1983 h. 41
33
Didin Hafiduddin, Dakwah Aktual Jakarta: Gema Insani Press, 1998, h. 77
“Dakwah sebagai suatu proses upaya mengubah situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam, atau proses mengajak manusia
ke jalan Allah yaitu al-Islam”.
34
9. Abdul Karim Zaidan, dakwah adalah panggilan kejalan Allah SWT,
35
seperti dalam firmanNya: “Katakanlah: inilah jalan agama Ku, Aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata...”
QS. Yusuf: 108 10.
Ki Moesa A. Machfoeld, dalam bukunya yang disunting oleh Nawawi Ismail, bahwa dakwah adalah:
“Dakwah berarti panggilan, tujuannya membangkitkan kesadaran manusia untuk kembali ke jalan Allah SWT, upaya ini bersifat ekspansif
yaitu memperbanyak jumlah manusia yang berada di jalan-Nya, sedangkan yang menjadi obyek panggilan adalah 1 manusia yang
berada diluar jalan Allah atau 2 yang meninggalkan jalan-Nya, atau 3 mereka yang sudah berada dijaln-Nya namun baru masuk satu kaki yaitu
mereka yang masuk dalam kategori abangan atau belum menjalankan agama dengan benar, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia”.
Hakikat dakwah adalah “memanggilmengajak kembali manusia kepada agama. Hal ini karena pada hakikatnya semua manusia dilahirkan dalam
keadaan bertuhan atau beragama, manusia adalah makhluk religius”.
36
11. Abdul Munir Mulkan, mendefinisikan dakwah dalam buku Paradigma
Intelektual Muslim dengan berbagai pengertian sebagai suatu kegiatan
sosialisasi Islam, antara lain: a.
Mendorong manusia agar melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk,
menyuruh berbuat
kebajikan dan
meninggalkan kemungkaran agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
b. Mengadakan seruan kepada seluruh manusia untuk kembali dan
hidup sepanjang ajaran Allah yang benar, dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik.
c. Mengubah umat dari suatu situasi kepada situasi yang lebih baik di
dalam segala kehidupan dengan tujuan merealisasikan ajaran Islam di kenyataan hidup sehari-hari, baik bagi kehidupan seorang pribadi,
34
Dr. Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah Jakarta: Logos, 1997, h.31
35
Abdul Karim Zaidan, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah Jakarta: Media Dakwah, 1983 h.1
36
Ki Moesa A. Machfoeld – Nawawi Ismail peny, Filsafat Dakwah ilmu dakwah dan penerapannya
Jakarta: Bulan Bintang, 2004 h. 15-16
keluarga maupun masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama,
d. Menyampaikan panggilan Allah dan Rasul kepada apa yang
menghidupkan umat manusia sesuai denganmartabat, fungsi dan tujuan hidupnya.
37
12. Amrullah Ahmad Dari, mengatakan bahwa:
“Pada hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani teologis yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman,
dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur, untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap, dan bertindak manusia,
pada dataran kenyataan individual dan sosio-kiltural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan
manusia, dengan menggunakan cara tertentu”.
38
Sedangkan menurut Asmuni Syukir dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Strategi Dakwah
mengatakan istilah dakwah dapat diartikan dari dua segi atau sudut pandang. Yaitu pengertian dakwah yang bersifat
pembinaan dan pengertian dakwah yang bersifat pengembangan. Pembinaan artinya suatu kegiatan untuk mempertahankan dan menyempurnakan suatu hal
yang sudah ada sebelumnya. Sedangkan pengembangan berarti suatu kegiatan yang mengarah kepada pembaharuan atau mengadakan suatu kegiatan yang
belum ada. Dakwah dalam pengertian sederhana dapat dikatakan suatu ajakan
menuju yang baik, melalui ucapan, tulisan dan perbuatan yang obyek dan subyeknya adalah manusia. Dakwah atau mendakwahkan ajaran islam
merupakan kewajiban setiap muslim dan muslimat sebagai pengemban amanat Allah dan Rasulnya.
37
Abdul Munir Mulkan, Paradigma Intelektual Muslim Yogyakarta: Sipress, 1993, h. 100
38
Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial kerangka pendekatan dan permasalahan
dalam Amrullah Ahmad ed., Dakwah Islam dan Perubahan Sosial cet. ke-2 Yogyakarta: Bidang Penerbitan PLP2M, 1985 h. 2. lihat pula Didin Hafiduddin, op.cit. h. 68
Allah AWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Imran ayat 104:
89 :34 ;89
=? A B C
D E C3F A E GH C
I EK.GL M
A N
C 5
6E 9 34
O P
QR- 4H ;KS
TU 3V
34
5WX7 “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung”.
Pada dasarnya dakwah merupakan kegiatan yang dapat dilakukan secara perorangan maupun berkelompok dengan sasaran individu atau kelompok agar
terjadi perubahan kondisi kearah yang lebih baik dan mulia. perubahan tersebut menyangkut sikap hidup dan perilaku manusia secara individu, juga
menyangkut tata kehidupan masyarakat agar senantiasa diliputi suasana kebahagiaan kesejahteraan, ketentraman dan kedamaian baik lahir maupun
batin di dunia dan di akhirat dalam semua aspek kehidupan, baik espek politik, ekonomi, sosial maupun budaya.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Dakwah berarti upaya untuk menyampaikan kebanaran dengan cara mengajak manusia
baik perorangan maupun kelompok masyarakat agar mereka menjauhi dari hal-hal yang munkar dan melaksanakan perintah Allah SWT, sehingga dapat
terciptanya suatu pola kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat. 3.
Pengertian Aktivitas Dakwah dan Cangkupannya a.
Pengertian Aktivitas Dakwah
Dari penjelasan dimaksud di atas mengenai pengertian aktivitas dan dakwah, dapat disimpulkan bahwa aktivitas dakwah disini yaitu: segal
aktivitas yang berhubungan dengan keagamaan atau berdakwah dalam rangka untuk menjelaskan tentang Tuhan dan segala ajarannya. Aktivitas
dakwah juga dapat diartikan segala sesuatu yang berbentuk kegiatan atau aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja yang mengarah kepada
perubahan terhadap sesuatu perbuatan seseorang yang belum baik agar menjadi baik serta kepada sesuatu yang sudah baik agar menjadi lebih baik
dan mulia di sisi Allah SWT. Dari definisi di atas ada beberapa prinsip yang menjadi subtansi
aktivitas dakwah sebagai berikut: 1
Dakwah merupakan proses penyelenggaraan suatu aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja.
2 Usaha yang diselenggarakan itu adalah berupa: Mengajak seseorang
untuk ber amar ma’ruf dan nahi munkar untuk memeluk agama Islam. 3
Proses penyelenggaraan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup
di dunia dan di akhirat yang diridhoi Allah SWT. Aktivitas dakwah ini cenderung kepada penyampaian materi dengan
berceramah untuk memberi nasehat dalam masalah kebenaran dan ketaqwaan untuk amar ma’ruf nahi munkar. Aktivitas dakwah ini bisa
dilakukan di tempat-tempat seperti masjid-masjid, Pesantren, Madrasah, rumah-rumah penduduk secara bergiliran atau di tanah lapangan terbuka.
Dengan perkembangan zaman, menunjukan berbagai persoalan menjadi lebih kompleks, perkembangan zaman juga melahirkan
keanekaragaman permasalahan yang dihadapi oleh obyek yang meliputi kehidupan dan penghidupan.
b. Cangkupan Dakwah
Melihat luasnya ruang lingkup dakwah, maka ada beberapa cangkupan atau metode dalam dakwah. Metode dakwah yaitu cara-cara
tertentu yang dikakukan oleh seorang da’i komunikator kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang, hal ini
menyangkut pada masalah bagaimana dakwah disampaikan, tindakan- tindakan atau kegiatan dakwah yang telah dirumuskan, efektif bila
dilaksanakan dengan cara-cara yang tepat, sebagaiman dirumuskan dalam Al-qur’an Surat An-nahl ayat 125.
Artinya: .................
Dari ayat tersebut dapat kita ambil bahwa kaifiyah atau metode dakwah ini meliputi beberapa bagian yaitu:
1 Hikmah bijak sana
Hikmah yaitu
kemampuan yang
memiliki dan
mempergunakannya secara cepat.
39
Hikmah juga dapat diartikan pengetahuan yang dikembangkan dengan tepat sehingga menjadi
39
Abdul Razak Soleh, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: bulan Bintang, 1986, Cet. Ke-2, h. 8- 9
sempurna. Degan demikian hikmah dapat termanifestasikan ke dalam empat hal: kecakapan manajerial, kecermatan, kejernihan pikiran dan
ketajaman pikiran. Jadi dakwah bil hikmah adalah dakwah yang dilakukan terlebih dahulu memahami secara mendalam segala
persoalan yang berhubungan dengan persoalan dakwah, yaitu meliputi sarana dakwah, tindakan yang akan dilakukan masyarakat
yang akan dihadapinya, situasi tempat dan waktu di mana diselenggarakannya dakwah.
Dari beberapa pengertian di atas , dapat dipahami bahwa hikmah adalah merupakan kemampuan dan ketepatan da’i dalam
memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi obyektif mad’u. Hikmah merupakan kemampuan da’i dalam
menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu,
hikmah sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam berdakwah.
2 Al-Mujadalah
Al-Mujadalah billati hiya ahsan yaitu berdebat dengan cara yang baik bertukar pikiran bermacam-macam bentuknya seperti:
dialog, diskusi, seminar dan sebagainya. Orang yang berdebat bagaikan menarik dengan ucapan untuk meyakinkan lawannya
dengan menguatkan pendapatnya melalui argumentasi yang
disampaikan.
40
Metode ini ditujukan di atas orang yang cerdik dan awam.
Dari pengertian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa, al-Mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua
pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan
memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. Antara satu dengan yang lainnya saling menghargai dan menghormati pendapat
keduanya berpegang pada kebenaran, mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut.
3 Metode dakwah bil-Hal
Yaitu metode dakwah yang lebih mengarah kepada mempengaruhi dan mengajak orang seorang atau kelompok manusia
dengan keteladanan dan amal perbuatan, yang menaruh perhatian yang lebih besar terhadap masalah-masalah sosial, ekonomi,
kemiskinan, Kebodohan, keterbelakangan dengan bentuk amal yang nyata.
41
Bentuk dakwah bil-hal sangat efektif dengan memberikan contoh teladan, karena sasaran akan lebih mudah dan lebih cepat
menyerap nilai-nilai islam melalui contoh-contoh konkret.
42
4 Mau’izhoh Hasanah
Mau’izhoh hasanah nasehat yang baik yaitu tuturkata, Yaitu metode dakwah yang lebih menuju kepada pengaturan dan
40
Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, Lentera Hati, 2000, Cet. Ke-1, h. 553.
41
Departeman Agama RI. Pedoman Pembinaan Dakwah bil-hal Yogyakarta: Badan Pembinaan Pengamalan Agama Islam, 1991, hal.1
42
Dr. Dedi Mulyana, M.A. Nuansa-nuansa Komunikasi Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1999, hal.55
penyampaian dakwah yang berbentuk nasehat yang baik, adapun dakwah yang dikategorikan kedalam bagian ini yaitu: kunjungan
kemasyarakatan Silaturahmi, pengajian, ceramah agama, pidato dan penyuluhan-penyuluhan.
Mau’izhoh hasanah sama saja dengan metode dakwah bil- Lisan yang ditujukan kepada golongan kebanyakan orang yang
belum berfikir secara kritis dan mendalam, maka harus disampaikan dengan yang mudah dipahami. Mau’izhah hasanah dapat diartikan
sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan
positif wasiyat yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
43
Jadi, kalau ditelusuri kesimpulan dari mau’idzhah hasanah, akan mengandung arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan
penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak membongkar kesalahan orang lain, ia lebih mudah
melahirkan kebaikan daripada larangan dan ancaman. Selama ini banyak orang yang terpaku pada dakwah dalam bentuk
ceramah, pengajian agama, majelis taklim, tablig, khutbah dan sejenisnya, yang notabene merupakan bentuk dakwah bi al-lisan, dengan titik berat
lidah atau oral dai. Kondisi yang demikian pada akhirnya juga mempengaruhi asumsi dan
cara pandang masyarakat dalam melihat dakwah. Akibatnya, kebanyakan
43
M. Munir, S. Ag., MA. Metode Dakwah Jakarta: Kencana, 2006, hal. 16
dakwah dipahami secara parsial, sebagai kegiatan penyampaian agama melalui ceramah atau mimbar. Pandangan yang demikian secara prinsip
memang tidak salah, namun parsial. Sebab secara teori dan fakta, dakwah mesti disampaikan dalam berbagai bentuk sesuai aktivitas dan kreativitas
juru dakwah yang menyampaikan serta masa dan perkembangan ilmu pengetahuan yang melingkupinya. Salah satunya adalah dakwah bi al-
qalam .
Secara umum, dakwah bi al-qalam biasa diartikan dengan dakwah lewat tulisan atau biasa pula disebut dengan dakwah bil-kitabah. Namun
pakar dakwah lebih menyenangi pemakaian istilah dakwah bi al-qalam yang memiliki pengertian lebih luas dan mendalam. Sebab, qalam meliputi makna
segala macam alat yang digunakan manusia untuk kegiatan tulis-menulis, cetak-mencetak, gejala dan fenomena yang ada di alam, setiap yang tertulis,
penjelasan dan sebagainya. Secara terminologi, dakwah bi al-qalam berarti mengajak manusia
dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar menurut perintah Allah SWT melalui seni tulisan. Menurut KH Ali Yafie, dakwah bi al-qalam adalah
menyampaikan informasi tentang Allah, alam, makhluk dan hari akhirat. Selaras dengan pengertian ini, Kang Jalal juga mendefinisikan dakwah bi al-
qalam dengan dakwah melalui media cetak. Dakwah model ini sangat
penting dilakukan, mengingat kemajuan teknologi informasi yang sangat memungkinkan seseorang berkomunikasi secara intens dalam rangka
menyebarluaskan pesan dakwah.
Dengan demikian, dakwah bi al-qalam adalah esensi pesan dakwah yang diguratkan, untuk menjadi penerus dan penanda peradaban, serta bukti
dakwah yang diwariskan untuk generasi mendatang.
44
B. Tinjauan Umum Tentang Yayasan 1.
Pengertian Yayasan Ada beberapa pengertian mengenai yayasan, diantaranya adalah:
a. Dalam ensiklopedi Indonesia edisi khusus yayasan adalah badan hukum,
diadakan dengan akte atau surat wasiat untuk tujuan tertentu dan diurus oleh pengurus atau pimpinan yayasan. Yayasan berada dengan badan-
badan hukum lainnya, yaitu tidak boleh karena adanya ikatan antar manusia, melainkan oleh karena adanya pemisahan sebagian kekayaan
seseorang untuk tujuan tertentu. Karena itu pula yayasan tidak boleh didirikan untuk mencari laba atau untung.
45
b. Yayasan adalah: ”Badan hukum yang didiriakan dengan maksud
mengusahakan sesuatu seperti sekolah dan sebagainya, dan bermodal”.
46
Atau dengan kata lain pengertian yayasan adalah : gabungan atau perkumpulan dari dua orang atau lebih yang mempunyai tujuan bersama-
sama yang jelas melalui pembagian kerja dan fungsi serta melalui jenjang wewenang dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan yang
diinginkan bersama.
44
http:www.indomedia.combpost03200511opiniopini2.htm
45
Hasan Sadhaly, ED, Yayasan Ensiklopedi Indonesia Edisi Khusus Jakarta: PT. Ikhtiar Baru-Van Hoeve. Jilid 7, h. 3978
46
W.J.S. Purwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta : balai Pustaka, 1987, hal. 1154.
Dari pengertian diatas, maka sebuah yayasan harus mempunyai harta, modal dan mempunyai pengurus serta berdiri dalam suatu lapangan tertentu,
tidak mencari keuntungan tetapi untuk umum. SC. Shalten mendefinisikan tentang yayasan sebagai berikut: Yayasan
adalah suatu badan hukum yang dilahirkan oleh suatu pernyataan sepihak. Pernyataan itu harus berisikan pemisahan suatu kekayaan untuk suatu tujuan
tertentu, dengan menunjukkan bagaimanakah kekayaan itu diurus dan digunakan.
47
Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yayasan adalah badan hukum yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1. Mempunyai harta kekayaan sendiri yang berasal dari suatu perbuatan
pemisahan. 2.
Mempunyai tujuan tertentu. 3.
Memiliki alat perlengkapan. 2.
Hubungan Yayasan dan Dakwah Berdasarkan pengertian diatas, dapat di simpulakan antara hubungan
yayasan dan dakwah yaitu bahwa yayasan adalah suatu wadah atau tempat di mana seseorang bisa berdakwah melalui terbentuknya suatu yayasan,
karena di dalam yayasan tersebut terdapat aktivitas-aktivitas dakwah yang tujuan utamanya adalah untuk suatu kepentingan yang sifatnya umum bukan
untuk mencari keuntungan. Seperti halnya Yayasan Assalaam yang didirikan benar-benar untuk
kepentingan umum dan tujuannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
47
R. Ali Ridho, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Perseroan, Yayasan, Wakaf Bandung : Alumni, 1986, hal.112
dalam bidang keagamaan. Dengan demikian sudah jelas bahwa dengan adanya yayasan assalaam sangat berhubungan dengan dakwah, karena dapat
menambah berbagai aktivitas keagamaan berdakwah yang bertujuan untuk menambah pengetahuan keislaman masyarakat Bintaro Jaya Sektor 3A dan
sekitarnya. 3.
Fungsi Yayasan Berangkat dari pemikiran diatas, maka dapat diketahui bahwa fungsi
yayasan adalah sabagai suatu tempat kegiatan yang sifatnya umum, seperti dalam kegiatan sosial, keagamaan, pendidikan dan sebaginya. Jadi tidak
dibenarkan dari segenap pengurus melakukan tindakan yang menyimpang dari fungsi yang telah ditetapkan.
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN ASSALAAM BINTARO