PENDAHULUAN Sistem Kebun Agroforestry Bertingkat Ganda di Sumatera Barat 11

I. PENDAHULUAN

Sekitar 120 juta rakyat Indonesia atau 73 berada di pedesaan. Sebagian dari mereka tinggal di dalam dan di daerah sekitar hutan, dengan kehidupan dan kesejahteraan yang kurang beruntung bila dibandingkan dengan kehidupan masyarakat di tempat lainnya, khususnya dengan masyarakat kota. Secara umum penyebab kurang beruntungnya masyarkat di dalam dan di sekitar hutan adalah terdapatnya berbagai macam keterbatasan seperti 1 Lokasi, masyarakat ini masih terisolir, sulit dijangkau, pemukiman yang terpencar-pencar dan dan tanah yang relatif tidak subur ; 2 Tigkat pendidikan, sangat rendah dan keterampilan tidak mendukung ; 3 Sosial budaya, tidak mudah dengan cepat menerima perubahan, sangat tergantung dengan sumber daya alam, cepat puas dengan apa yang telah dicapai dan kurang produktif ; 4 Ekonomi, sarana pertanian tidak tersedia dengan cukup dan sulit diperoleh serta kesempatan bekerja dan berusaha yang sangat terbatas ; 5 Kesehatan dan populasi, kesehatan relatif buruk dan tingkat kelahiran relatif tinggi Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia, 1991. Dari keadaan tersebut di atas, maka salah satu alternatif kegiatan yang merupakan untuk mata pencaharian pokok yang dapat dilakukan adalah dengan cara perladangan berpindah. Dari hasil kegiatan perladangan berpindah ini, terlihat bahwa tingkat kesejahteraan mereka jauh tertinggal dengan masyarakat kota, baik dalam hal sandang , pangan dan perumahan. Permasalahan-permasalahan peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan sangat luas dan kompleks, yang melibatkan berbagai disiplin ilmu serta perlu melibatkan dan koordinasi dengan berbagai instansi terkait. Tanpa itu semua sulit sekali bahkan mustahil kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan dapat ditingkatkan secara berarti sesuai dengan yang diharapkan. Demikian pula halnya dengan pelestarian lingkungan atau hutan tanpa adanya keberhasilan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka masyarakat tidak mungkin melepaskan ketergantungannya terhadap hutan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Menurut Perum Perhutani 1996 bahwa dalam mengelola kawasan hutan dengan azas kelestarian yang berwawasan lingkungan akan dihadapkan pada suatu kondisi lingkungan sosial yang terus memberikan tekanan-tekanan terhadap kelestarian hutan itu sendiri. Tekanan-tekanan sosial ini terjadi karena terus adanya peningkatan jumlah penduduk khususnya yang berada di sekitar hutan dan menggantungkan kehidupannya dari usaha pertanian. Sementara itu lahan pertanian semakin berkurang dengan terus bertambahnya penduduk sehingga terciptanya suatu keadaan dimana masyarakat kekurangan lahan garapan dan akibatnya kondisi ekonomi masyarakat kurang mendukung untuk pencapaian taraf hidup yang sejahtera. Laju pertambahan penduduk yang cukup tinggi dan penyebaran penduduk yang tidak merata merupakan masalah nasional yang perlu diperhitungkan untuk menentukan kebijaksanaan vii Yunasfi : Sosial Forestry dan Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan, 2007 USU Repository © 2008 pembangunan pertanian. Karena masalah ini dapat menyebabkan semakin banyak lahan pertanian yang dikonversi menjadi pemukiman, jalan sebagai sarana transportasi, sehingga para petani yang tergusur tersebut akan melakukan pembukaan lahan pertanian baru di daerah hulu lahan kering yang bertopogafi bergelombang, melakukan perladangan berpindah, bahkan melakukan penebangan hutan secara liar tanpa diikuti oleh usaha-usaha konservasi tanah dan air. Oleh karena itu pengelolaan usaha tani pada lahan kering harus disertai usaha-usaha konservasi tanah dan air, terutama pada daera-daerah yang terjal, dan merupakan sistem usaha tani terpadu intergrated farming system. Dalam konteks pembangunan hutan di Indonesia GBHN 1993 telah menggariskan pentingnya mewujudkan dan mengembangkan perhutanan sosial yang mempertimbangkan produktivitas, partisipasi dan efisiensi. Di samping itu, pembangunan kehutanan bertumpu pada Trilogi Pembangunan dan diarahkan untuk meningkatkan produktivitas hasil hutan. Selanjutnya dalam rangka pemerataan, peran kehutanan adalah meningkatkan kesempatan kerja, produktivitas tenaga kerja serta pengentasan kemiskinan. Untuk mengimplemetasikan hal-hal tersebut di atas, Departemen Kehutanan telah mengembangkan berbagai model pengelolaan hutan partisipatif atau model Perhutanan Sosial, atara lain : Hutan Kemasyarakatan, Hutan Rakyat, HTI Trans, HPH Bina Desa, Pembinaan Masyarakat Desa Hutan PMDH dan Transmigrasi Pola Hutan Rakyat Trans PHR. Namun demikian program tersebut belum berdampak luas mengingat sebagian besar masyarakat hanya dilibatkan sebagai tenaga kerja upahan, sehingga belum mampu menjamin kepastian masa depannya Sumodhijo, 1996. Menurut Suryohadiksumo 1996 bahwa kegiatan pengelolaan hutan khususnya di Pulau Jawa, sejak dahulu telah mengiktsertakan masyarakat setempat. Pola penyertaan masyarakat ini harus bersifat menjadikan masyarakat sebagai subyek, yaitu diikutsertakan secara aktif dalam berbagai kegiatan kehutanan dan sebagai objek, yaitu meningkatkan kesejahteraan melalui kegiatan tersebut. Arah pengikutsertaan ini adalah terciptanya masyarakat yang mandiri dan tidak mempunyai ketergantungan pada lahan, menuju terwujudnya masyarakat industri. Pengembangan kegiatan perhutanan sosial pada dasarnya merupakan pembangunan partisipatif yang akan membawa konsekuensi sebagai berikut : 1. Mengintegrasikan pembangunan kehutanan ke dalam pembangunan wilayah desa 2. Menggesesr kewenangan pengambilan keputusan dari tingkat pusat ke tingkat regional atau lokal 3. Merintis dan mengaplikasikan sistem pengelolaan sumber daya hutan yang lestari 4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program- program kehutanan, dengan tujuan untuk meningkatkan swadaya dan swasembada viii Yunasfi : Sosial Forestry dan Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan, 2007 USU Repository © 2008 masyarakat sehingga tercapai tingkat efisiensi yang lebih tinggi dalam pelaksanaan program kehutanan. 5. Meningkatkan akses masyarakat lapisan miskin terhadap sumberdaya alam hutan. ix Yunasfi : Sosial Forestry dan Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan, 2007 USU Repository © 2008

II. KONSEP-KONSEP SOCIAL FORESTRY DAN AGROFORESTRY