Modul Paket Keahlian Akuntasi Sekolah Menengah Kejuruan SMK
136
ilmiah.Remaja telah mampu mengikuti langkah-langkah berpikir ilmiah, dan mulai merumuskan masalah, membatasi masalah,
menyusun hipotesis, mengumpulkan dan mengolah data sampai dengan menarik kesimpulan-kesimpulan. Ketiga,remaja telah mampu
memadukan ide-ide secara logis. Ide-ide atau pemikiran abstrak yang kompleks telah mampu dipadukan dalam suatu kesimpulan
yang logis. Secara umum kemampuan berpikir formal mengarahkan remaja
kepada pemecahan
masalah-masalah berpikir
secara sistematis.Dalam kehidupan sehari-hari para remaja begitu pula
orang dewasa jarang menggunakan kemampuan berpikir formal, walaupun mereka sebenarnya mampu melaksanakannya.Mereka
lebih banyak berbuat berdasarkan kebiasaan, perbuatan atau pemecahan rutin.Hal ini mungkin disebabkan karena, tidak adanya
atau kurangnya tantangan yang dihadapi, atau mereka tidak melihat hal-hal yang dihadapi atau dialami sebagai tantangan, atau orang
tua, masyarakat dan guru tidak membiasakan remaja menghadapi tantangan atau tuntutan yang harus dipecahkan.
c. Pemikiran Sosial dan Moralitas
Ketrampilan berpikir baru yang dimiliki remaja adalah pemikiran sosial.Pemikiran sosial ini berkenaan dengan pengetahuan dan
keyakinan mereka tentang masalah-masalah hubungan pribadi dan sosial. Remaja awal telah mempunyai pemikiran-pemikiran logis,
tetapi dalam pemikiran logis ini mereka sering kali menghadapi kebingungan antara pemikiran orang lain. Menghadapi keadaan ini
berkembang pada remaja sikap egosentrisme, yang berupa pemikiran-pemikiran subjektif logis dirinya tentang masalah-masalah
sosial yang dihadapi dalam masyarakat atau kehidupan pada umumnya. Egosentrisme remaja seringkali muncul atau diperlihatkan
dalam hubungan dengan orang lain, mereka tidak dapat memisahkan perasaan dia dan perasaan orang lain tentang dirinya. Remaja sering
berpenampilan atau berperilaku mengikuti bayanagan atau sosok gangnya.Mereka sering membuat trik-trik atau cara-cara untuk
137
Karakteristik Peserta Didik menunjukkan kehebatan, kepopuleran atau kelebihan dirinya kepada
sesama remaja.Para remaja seringkali berbuat atau memiliki ceritra atau
dongeng pribadi,
yang menggambarkan
kehebatan dirinya.Cerita-cerita yang mereka baca atau dengar dicoba
diterapkan atau dijadikan cerita dirinya. Pada masa remaja rasa kepedulian terhadap kepentingan dan
kesejahteraan orang lain cukup besar, tetapi kepedulian ini masih dipengaruhi
oleh sifat
egosentrisme. Mereka
belum bisa
membedakan kebahagiaan atau kesenangan yang mendasar hakiki dengan yang sesaat, memperhatikan kepentingan orang secara
umum atau orang-orang yang dekat dengan dia. Sebagian remaja sudah bisa menyadari bahwa membahagiakan orang lain itu
perbuatan mulia tetapi itu hal yang sulit, mereka mencari keseimbangan
antara membahagiakan
orang lain
dengan kebahagian dirinya. Pada masa remaja juga telah berkembang nilai
moral berkenaan dengan rasa bersalah, telah tumbuh pada mereka bukan saja rasa bersalah karena berbuat tidak baik, tetapi juga
bersalah karena tidak berbuat baik.Dalam perkembangan nilai moral ini, masih nampak adanya kesenjangan. Remaja sudah mengetahui
nilai atau prinsip-prinsip yang mendasar, tetapi mereka belum mampu
melakukannya, mereka
sudah menyadari
bahwa membahagiakan orang lain itu adalah baik, tetapi mereka belum
mampu melihat bagaimana merealisasikannya.
d. Perkembangan pemikiran politik
Perkembangan pemikiran politik remaja hampir sama dengan perkembangan moral, karena memang keduanya berkaitan erat.
Remaja telah mempunyai pemikiran-pemikiran politik yang lebih kompleks dari anak-anak sekolah dasar.Mereka telah memikirkan
ide-ide dan pandangan politik yang lebih abstrak, dan telah melihat banyak hubungan antar hal-hal tersebut.Mereka dapat melihat
pembentukkan hukum dan peraturan-peraturan legal secara demokratis, dan melhat hal-hal tersebut dapat diterapkan pada setiap
orang di masyarakat, dan bukan pada kelompok-kelompok