Definisi Etiologi Klasifikasi Sindroma Koroner Akut

Tabel 2.1. Kadar lipid serum normal Kadar Kolesterol mgdl Keterangan Kolesterol total 200 200 - 239 ≥ 240 Optimal Diinginkan Tinggi Kolesterol LDL 100 100 – 129 130 – 159 160 – 189 ≥ 190 Optimal Mendekati optimal Diinginkan Tinggi Sangat tinggi Kolesterol HDL 40 ≥ 60 Rendah Tinggi Trigliserid 150 150 – 199 200 – 499 ≥ 500 Optimal Diinginkan Tinggi Sangat tinggi Dikutip dari: Executive summary of the third report of the National Cholesterol Education Program NCEP Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High blood Cholesterol in Adults Adult Treatment Panel III. JAMA 2001; 285; 2486-2497

2.3. Sindroma Koroner Akut

2.3.1. Definisi

Menurut Cannon 2005, Penyakit jantung iskemik dibagi dalam 2 grup besar: pasien dengan angina stabil dikelompokkan dalam penyakit arteri koroner kronik dan pasien dengan sindroma koroner akut. Sindroma koroner akut terdiri dari pasien dengan infark miokard akut dengan peningkatan ST-segmen STEMI, Universitas Sumatera Utara dan angina tak-stabil serta infark miokard akut tanpa peningkatan ST-segmen NSTEMI. Tabel 2.2 Spektrum sindroma koroner akut Dikutip dari: ESC Guidelines for the management of acute coronary syndromes in patients presenting without persistent ST-segment elevation. European Heart Journal. 2011; 32; 2999-3054 Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Etiologi

Tabel 2.3 Faktor resiko penyakit jantung koroner Faktor resiko yang tidak dapat dirubah Faktor resiko yang dapat diubah - usia - jenis kelamin laki-laki - Riwayat keluarga - etnis - merokok - hipertensi - dislipidemia - diabetes melitus - obesitas dan sindrom metabolik - stres - diet lemak yang tinggi kalori - inaktifitas fisik Faktor resiko baru : - inflamasi -fibrinogen - Homosistein - stres oksidatif Dikutip dari: Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan dan Pengobatan Terkini. Abdul Majid. 2007

2.3.3. Klasifikasi

a. Angina pektoris tak stabil Istilah angina pektoris memiliki arti nyeri dada intermiten yang disebabkan oleh iskemia miokardium yang reversibel dan sementara Kumar,2007. Menurut Kusumoto 1997, Apabila nyeri terjadi hanya pada saat melakukan aktivitas dan telah stabil dalam jangka waktu yang cukup lama, maka digolongkan dalam angina stabil. Jika nyeri terjadi pada saat istirahat, maka digolongkan dalam angina tak stabil. Terakhir, tanpa memperhatikan penyebabnya, jika nyeri dada berlanjut tanpa henti untuk periode yang lama dan Universitas Sumatera Utara telah terjadi kerusakan miosit yang irreversibel, maka digolongkan ke dalam infark miokard Pada angina pektoris tak stabil yaitu ditandai dengan nyeri angina yang frekuensinya meningkat. Serangan cenderung dipicu oleh olahraga yang semakin ringan, dan serangan menjadi lebih intens dan berlangsung lebih lama.Kumar,2007 Angina pektoris tak stabil dikenal sebagai angina pektoris dengan paling tidak ditemukan satu dari tiga gejala, yakni : 1 terjadi pada saat istirahat atau saat aktivitas ringan hingga lebih dari 10 menit, 2 gejala berat dan merupakan onset yang baru dalam kurun waktu 4 hingga 6 minggu danatau 3 gejala terjadi dengan crescendo pattern semakin lama gejala semakin berat, memanjang, atau lebih sering dari sebelumnya Cannon,2005. Namun The Agency for Health Care Policy and Research dalam Kim 2008 mengeluarkan guideline yang menyatakan angina pektoris terjadi pada saat istirahat ataupun pada saat aktivitas ringan yang terjadi lebih dari 20 menit. b. Non ST-elevation myocard infarct NSTEMI Infark miokard adalah nekrosis iskemik miokardium yang luas disebabkan obstruksi suplai darah arteri salah satunya karena terjadinya oklusi Dorland,1998. Diagnosis NSTEMI ditegakkan jika pada pasien ditemukan gejala klinis dari angina pektoris tak stabil yang berkembang didasarkan pada nekrosis miokard, yang direfleksikan dengan terjadinya peningkatan cardiac biomarker Cannon,2005. Onset NSTEMI biasanya disertai nyeri dada substernum yang parah dan terasa menekan, yang mungkin menyebar ke leher, rahang, epigastrium, bahu, atau lengan kiri. Pada sekitar 50 pasien, infark miokard didahului dengan serangan angina pektoris. Namun berbeda dengan nyeri pada angina pektoris, nyeri pada infark miokard biasanya berangsung beberapa jam sampai hari dan tidak banyak berkurang dengan nitrogliserin. Kumar,2007 Universitas Sumatera Utara Menurut Cannon 2005 terdapat empat pemeriksaan utama yang digunakan dalam mendiagnosa NSTEMI, yakni riwayat klinis, EKG Elektrokardiogram, cardiac markers dan stress testing. Tujuan dari pemeriksaan tersebut adalah: 1 untuk memastikan infark miokard melalui cardiac markers, 2 evaluasi untuk iskemik istirahat nyeri dada saat istirahat, EKG berkesinambungan atau serial dan 3 evaluasi untuk penyakit arteri koroner signifikan menggunakan stress testing yang provokatif . Gambaran EKG, secara spesifik berupa deviasi segmen ST juga merupakan hal penting yang menentukan resiko pada pasien Haru,2007 Selain itu menurut Kumar 2007, evaluasi laboratorium merupakan bagian integral dalam penatalaksanaan klinis pasien yang dicurigai mengidap infark miokard. Sejumlah enzim dan protein lain dibebaskan ke dalam sirkulasi oleh sel miokardium yang sekarat. Pengukuran sebagian molekul ini dalam serum bermanfaat untuk diagnosis infark miokard, yang diringkaskan sebagai berikut : - Creatin Kinase CK Aktivitas CK total mulai meningkat dalam 2 sampai 4 jam setelah onset infark miokard , memuncak pada 24 jam, dan kembali ke normal dalam waktu sekitar 72 jam. - Troponin I Setelah infark miokard akut, kadar troponin T cTnT dan troponin I cTnI akan meningkat pada waktu yang hampir sama dengan CK-MB, namun berbeda dengan kadar CK-MB, kadar troponin akan tetap meninggi selama 4 sampai 7 hari setelah proses akut, sehingga infark miokard dapat didiagnosis lama setelah kadar CK-MB kembali normal - Laktat dehidrogenase LD Ialah enzim miokardium lain yang dahulu digunakan luas untuk mengevaluasi kasus yang dicurigai infark miokard, namun sejak dikenalnya Universitas Sumatera Utara pemeriksaan troponin, maka pengukuran kadar LD untuk diagnosis infark miokard umumnya ditinggalkan. c. ST-elevation myocard infarct STEMI Infark miokard akut dengan elevasi ST STEMI merupakan bagian dari spektrum sindroma koroner akut yang terdiri dari angina pektoris tak stabil, NSTEMI, dan STEMI Alwi,2007 Infark miokardium menunjukan terbentuknya suatu daerah nekrosis miokardium akibat iskemia total. MI akut yang dikenal sebagai “serangan jantung”, merupakan penyebab tunggal tersering kematian di negara industri dan merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di negara maju Kumar, 2007. Pada anamnesis perlu ditanyakan dengan lengkap bagaimana kriteria nyeri dada yang dialami pasien, sifat nyeri dada pada pasien STEMI merupakan nyeri dada tipikal angina. Faktor resiko seperti hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia, merokok serta riwayat penyakit jantung koroner di keluarga. Pada hampir setengah kasus, terdapat faktor pencetus sebelum terjadi STEMI, seperti aktivitas fisik berat, stress, emosi, atau penyakit medis lain yang menyertai. Walaupun STEMI bisa terjadi sepanjang hari atau malam, tetapi variasi sirkadian dilaporkan dapat terjadi pada pagi hari dalam beberapa jam setelah bangun tidur. Pada pemeriksaan fisik didapati pasien gelisah dan tidak bisa istirahat. Seringkali ekstremitas pucat disertai keringat dingin. Kombinasi nyeri dada substernal 30 menit dan banyak keringat dicurigai kuat adanya STEMI. Tanda fisik lain pada disfungsi ventrikular adalah S4 dan S3 gallop, penurunan intensitas jantung pertama dan split paradoksikal bunyi jantung kedua. Dapat ditemukan murmur midsistolik atau late sistolik apikal yang bersifat sementara. Selain itu diagnosis STEMI ditegakkan melalui gambaran EKG adanya elevasi ST kurang lebih 2 mm, minimal pada dua sadapan prekordial yang berdampingan atau kurang lebih 1 mm pada 2 sadapan ekstremitas. Pemeriksaan enzim jantung, terutama troponin T yang meningkat, memperkuat diagnosis Alwi,2006 Universitas Sumatera Utara

2.3.4. Patofisiologi

Dokumen yang terkait

Gambaran Jenis dan Biaya Obat pada Pasien Rawat Inap dengan Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2011

0 52 62

Prevalensi Diabetes Mellitus pada Pasien Sindroma Koroner Akut yang Dirawat di Cardiac Center Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Januari sampai dengan Desember 2014

1 15 77

Prevalensi Diabetes Mellitus pada Pasien Sindroma Koroner Akut yang Dirawat di Cardiac Center Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Januari sampai dengan Desember 2014

0 0 12

Prevalensi Diabetes Mellitus pada Pasien Sindroma Koroner Akut yang Dirawat di Cardiac Center Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Januari sampai dengan Desember 2014

0 0 2

Prevalensi Diabetes Mellitus pada Pasien Sindroma Koroner Akut yang Dirawat di Cardiac Center Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Januari sampai dengan Desember 2014

0 0 3

Prevalensi Diabetes Mellitus pada Pasien Sindroma Koroner Akut yang Dirawat di Cardiac Center Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Januari sampai dengan Desember 2014

0 0 17

Prevalensi Diabetes Mellitus pada Pasien Sindroma Koroner Akut yang Dirawat di Cardiac Center Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Januari sampai dengan Desember 2014

0 0 5

Prevalensi Diabetes Mellitus pada Pasien Sindroma Koroner Akut yang Dirawat di Cardiac Center Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Januari sampai dengan Desember 2014

0 0 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lipid 2.1.1. Deskripsi - Prevalensi dislipidemia pada pasien sindroma koroner akut yang dirawat di unit rawat kardiovaskular Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2011

0 0 16

Prevalensi dislipidemia pada pasien sindroma koroner akut yang dirawat di unit rawat kardiovaskular Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2011

0 0 13