berlangsung lama dapat mengakibatkan kerusakan sel yang berat atau menetap menyebabkan cedera ireversibel dan sel yang terkena akan mengalami kematian
Murray, et al., 2003.
2.4 Antioksidan
Antioksidan terdiri dari dua kelompok yaitu antioksidan enzimatis dan
antioksidan nonenzimatis. Antioksidan enzimatis primer: merupakan
antioksidan endogen, yaitu enzim superoxidea dismutase SOD, catalase, glutation peroksidase GSH-PX, serta glutation reduktase GSHR. Enzim SOD
bekerja dengan cara mengubah radikal anion superoxidea O
2 -
yang sangat reaktif menjadi H
2
O
2
yang kurang reaktif, sedangkan catalase dan glutation peroksidase bekerja dengan cara mengubah H
2
O
2
menjadi H
2
O dan O
2
Mates, et al., 1999
dalam Wresdiyati, et al., 2010; Bowen, 2003. Antioksidan non ezimatis sekunder:
disebut juga antioksidan eksogen, antioksidan ini bekerja secara preventif. Terbentuknya senyawa oksigen reaktif dihambat dengan cara
menangkap radikal dan mencegah terjadinya reaksi berantai. Komponen ini meliputi vitamin C, vitamin
E, -karoten, flavonoid. Senyawa-senyawa fitokimia ini membantu melindungi sel dari kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh
radikal bebas Mates, et al., 1999 dalam Wresdiyati, et al., 2010; Bowen, 2003Mates, et al., 1999
.
SOD terdiri dari empat kelas, yaitu: i Mn SOD manganese superoxide dismutase yang terdapat didalam mitokondria merupakan homotetramer dengan
berat 96 KDa mengandung satu atom Mn perunitnya; ii Cu Zn SOD Copper Zinc superoxide dismutase yang terdapat didalam sitoplasma terdiri dari dua sub
Universitas Sumatera Utara
unit yang identik dengan berat 32 KDa; iii Ni SOD Nickel superoxide dismutase mengandung empat unit yang identik dengan berat 13,4 KDa; iv EC
SOD extracellular superoxide dismutase, Goodsel, 2007. Pengukuran kandungan enzim antioksidan SOD merupakan cara untuk
mengetahui kondisi pertahanan sel terhadap radikal bebas. Aktivitas SOD bervariasi pada beberapa organ. Aktivitas SOD tertinggi terdapat pada hati, diikuti
kelenjar adrenal, ginjal, darah, limpa, pankreas, otak, paru-paru, usus, ovarium dan timus. Pada masa embrional Cu Zn SOD terdapat pada organ yang sedang
berkembang dan sangat kuat terekspresi pada ependymal epithelium dari choroid plexus, ganglia, sel sensor pada olfactory dan epitel vestibulocochlear, sel darah,
hepatosit, sel hematopoetik liver, dan kulit. Selama masa organogenesis dan pada masa akhir kehamilan levelnya akan meningkat pada sel yang telah matang dan
akan terdeteksi pada sel epitel dari saluran cerna, saluran pernafasan, pankreas dan ginjal Yon, et al., 2008
Pada ginjal tikus Cu Zn SOD lebih banyak ditemukan pada bagian inti dan sitoplasma sel-sel tubuli renalis tubuli distalis dan proksimalis. Tingginya
kandungan Cu Zn SOD pada jaringan ginjal membuktikan bahwa ginjal mempunyai tingkat konsumsi oksigen yang sangat tinggi dan sangat rentan
terkena dampak langsung dari radikal-radikal bebas yang terbentuk dari metabolisme parsial oksigen. Tingginya kandungan Cu Zn SOD pada ginjal juga
merupakan indikasi tingginya kemampuan sistem pertahanan untuk tetap mempertahankan kapasitas antioksidan agar tetap mampu mengatasi oksidan-
oksidan yang terbentuk selama proses metabolisme yang berlangsung di dalamnya
Universitas Sumatera Utara
maupun yang terbentuk dari luar ginjal Wresdiyati, et al., 2002. Pengamatan immunohistokimia dilakukan terhadap inti sel tubulus proksimal dan tubulus
distal renalis yang memberikan reaksi positif pada berbagai tingkat kandungan Cu Zn SOD yaitu coklat tua positif kuat+++, coklat sedang positif sedang++,
coklat muda campur biru positif lemah+, dan warna biru negatif-.
2.5 Vitamin E Tokoferol