Bahan dan Alat Penelitian Bahan Etika Penelitian Analisis Data

- 3 = Luas tampilan warna coklat 50 yang terwarnai positif.

3.8. Bahan dan Alat Penelitian Bahan

-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian a. Ekstrak etanol kulit manggis yang didapat dari Pericarp buah manggis yang telah dideterminasi di Herbarium Medanense Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam MIPA Universitas Sumatera Utara. b. MSG c. Vitamin E d. Mencit jantan strain DDW dengan umur 8-12 minggu, mempunyai berat badan berkisar 25 – 30 gram, berasal dari FMIPA USU. e. Pakan standar mencit berupa pellet produksi PT. Charoen Pokphan Medan yang dicampur jagung halus dengan perbandingan 2 : 1. f. Reagensia untuk pembuatan preparat histologi ginjal. g. Reagensia untuk pewarnaan HE. h. Regensia untuk pewarnaan immunohistokima antioksidan copper zinc superoxide dismutase Cu Zn SOD. Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian a. Kandang mencit dan perlengkapannya b. Jarum gavage untuk cekok tikus, timbangan, sekam padi. c. Peralatan pembuatan preparat histologi ginjal d. Peralatan pewarnaan HE Universitas Sumatera Utara e. Peralatan untuk pewarnaan immunohistokomia antioksidan copper zinc superoxide dismutase Cu Zn SOD f. Peralatan untuk membuat ekstrak kulit buah manggis timbangan, oven, mesin penggiling, bejana tertutup, rotary evaporator g. Timbangan tikus, gelas arloji, bak bedah dan dissecting set, cawan petri, batang pengaduk, sarung tangan, masker, kertas milli. h. Mikroskop binokuler

3.9. Etika Penelitian

Penggunaan dan penanganan hewan di laboratorium penelitian dilakukan sesuai dengan aturan etika penelitian hewan yang diatur dalam deklarasi Helsinki dan Ethical clearance diperoleh dari komite etik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FMIPA USU Medan. 3.10 Pelaksanaan penelitian 3.10.1 Persiapan dan pemeliharaan hewan percobaan Mencit dipelihara dalam kandang plastik ukuran 30 x 20 x 10 cm dengan anyaman kawat sebagai penutup, dasar kandang dilapisi sekam padi setebal 0,5-1 cm dan diganti setiap tiga hari, ditempatkan dalam ruangan yang memiliki ventilasi dan mendapat cahaya matahari secara tidak langsung. Kandang tempat makan dan minum dibersihkan minimal tiga kali dalam seminggu. Sebelum perlakuan, mencit diaklimatisasi selama seminggu. Pemberian minum dilakukan Universitas Sumatera Utara setiap hari secara ad libitum dan pakan yang diberikan berupa pellet c-0,5 produksi PT. Chaeron Pokphan Medan. Cahaya ruangan, kelembaban ruangan dan suhu berada pada kisaran alamiah. Sampel yang terdiri dari 25 mencit dibagi secara acak dalam lima kelompok, masing-masing kelompok lima ekor. Tiap kelompok diberi kode kelompok I, II, III, IV dan V. Perlakuan diberikan sesuai dengan kelompok. Sebelum perlakuan, lebih dulu dilakukan penimbangan berat badan tikus. Pakan diberikan setelah perlakuan dilakukan berupa pelet dicampur jagung halus dengan perbandingan 2 : 1 diberikan secara setiap pagi hari jam ± 10.00-11.00 WIB sebanyak 2,5-5 grharimencit serta air minum ad libitum dari Perusahaan Air Minum PAM. Tabel 3.1. Dosis pemberian Ekstrak etanol kulit manggis pada kelompok perlakuan Kelompok Dosis Ekstrak etanol kulit manggis I P0 Kontrol II P1 III P2 IV P3 V P4 Kontrol MSG 8mgg bb MSG + Ekstrak Manggis 600mg kg bb MSG + Vitamin E 0,2mgg bb Ekstrak Manggis 600mg kg bb

3.10.2 Prosedur pembedahan hewan mencit

Prosedur pembedahan dilakukan melalui tahap persiapan, pembedahan dan sanitasi. Pada tahap persiapan, disiapkan pot yang sudah diberi label sesuai dengan nomor perlakuan mencit yang akan dilakukan pembedahan. Pot organ di isi dengan formalin buffer 10 untuk menyimpan organ. Disiapkan peralatan Universitas Sumatera Utara bedah seperti gunting bedah, pinset, gelas arloji, cawan petri, papan bedah, pins, beker glas. Tahap pembedahan, mencit dikorbankan secara neck dislocation. Mencit diposisikan pada papan bedah menggunakan pins dan di bedah mulai dari bagian perut menggunakan gunting bengkok. Organ ginjal diambil, dibersihkan dari kotoran yang menempel, dicuci dengan menggunakan NaCl 0,9 sampai bersih. Secara makroskopik, ditimbang berat dan diamati perubahan warna, konsistensi dan permukaan pada ginjal, setelah itu dimasukkan kedalam pot berisi formalin buffer 10. Tahap sanitasi dilakukan dengan cara memasukkan sisa organ mencit yang tidak terpakai dalam kantong plastik yang akan dibuang. Tempat kerja sisa melakukan pembedahan dibersihkan dan semua peralatan bedah yang terpakai dibersihkan.

3.10.3 Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit buah manggis yang di peroleh dari perkebunan penduduk daerah Pantai Gemi, Stabat, Sumatera Utara. Kulit buah dibersihkan dari pengotor lalu dicuci hingga bersih, dikupas kulit buah terluar dan ditimbang, diperoleh berat pericarp sebesar 10 kg. Selanjutnya kulit buah tersebut dikeringkan selama 7 hari dalam lemari pengering dengan temperatur 40 o C sampai kulit buah kering, didapat berat kering 2454,7 gram. Simplisia yang telah kering dihaluskan menjadi serbuk lalu dimasukkan ke dalam wadah plastik bertutup dan di simpan pada suhu kamar. Kemudian serbuk ditimbang. Diperoleh berat kering sebesar 2262,8 gram. Universitas Sumatera Utara Sebanyak 2262,8 gram serbuk simplisia dimasukkan ke dalam bejana tertutup rapat dan dibasahi dengan etanol 96 sampai semua serbuk terendam, biarkan selama lima hari sambil diaduk 3-4 kali sehari. Setelah itu massa dipindahkan kedalam corong dan disaring menggunakan kertas penyaring. Hasil penyaringan yang diperoleh dipekatkan dengan alat rotary evaporator. Diperoleh ekstrak kental sebanyak 700 gram BPOM, 2010.

3.10.4 Prosedur pembuatan preparat histologi ginjal mencit

Sampel jaringan ginjal mencit diambil dan dicuci dengan NaCl fisiologis, kemudian difiksasi dengan larutan formalin buffer 10 0,1 molL Phospat Buffer saline PH 7, selama 6-48 jam. Kemudian dilakukan dehidrasi dengan menggunakan alkohol 70, 80, 96, dan alkohol absolut masing-masing 1 jam untuk pengeluaran air dari jaringan tersebut. Clearing atau penjernihan menggunakan xylol 1, 2 dan 3 selama 1 jam setelah itu dilakukan Impregnasi penyusupan parafin dengan parafin cair 1 dan 2 suhu 60-70 o C masing-masing selama 2 jam. Pada penelitian ini menggunakan mesin tissue prosescing otomatis dengan merk Leica TP 1020. Embedding parafinisasi yaitu pembuatan blok parafin dengan cara penanaman jaringan dalam kaset dan didinginkan, kemudian dilakukan proses sectioning pemotongan, dengan menggunakan mikrotom setebal 5µm dan selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah penampung atau waterbath. Kemudian dilanjutkan dengan proses mounting dengan meletakkan sediaan di atas objek glas dan diolesi dengan glyserin. Proses terakhir adalah staining atau pewarnaan dengan hematoksilin eosin, tutup objek glas dengan menggunakan deck glass dan Universitas Sumatera Utara entelan, kemudian diamati di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran mulai dari 40x, 100x dan 400x.

3.10.5 Prosedur pewarnaan Hematoxylin Eosin

Blok sediaan preparat yang telah diparafinisasi dicelupkan kedalam cairan xylol yang ke 1, kemudian dicelupkan lagi kedalam larutan xylol ke 2 dan terakhir kedalam larutan xylol yang ke 3 masing-masing selama 1 menit. Kemudian dilakukan rehidrasi dengan alkohol absolut, alkohol 96, alkohol 80, dan alkohol 50 masing-masing 1 menit, kemudian dicuci dibawah air mengalir selama 1 menit dan dicelupkan kedalam larutan Mayer’s Hematoxylin selama 5 menit, bilas dengan air mengalir selama 30 detik, kembali dicelupkan kedalam larutan acid alkohol 1 : 15-30 detik, cuci kembali dengan air mengalir selama 2 menit kemudian blok sediaan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan agar tidak ada lagi sisa dari air, setalah itu dilakukan pewarnaan eosin selama 2-3 menit kembali dicuci dibawah air mengalir selama 30-60 detik. Kembali dicelupkan kedalam alkohol 95 dan alkohol absolut lebih kurang sebanyak 10 kali celupan, kemudian dicelupkan lagi kedalam xylol I selama 1 menit dan xylol II selama 2 menit. Tetesi cairan permount dan tutup dengan deck glass dan entelan, proses terakhir adalah blok sediaan diamati dibawah mikroskop cahaya merk Olympus CX21.

3.10.6 Prosedur Pewarnaan Immunohistokimia

Dilakukan deparafinisasi slide memakai larutan Xylol 1, 2 dan 3 masing- masing selama 5 menit, kemudian dilakukan proses rehidrasi utk menghilangkan Universitas Sumatera Utara sisa xylol dengan menggunakan larutan alkohol absolut, alkohol 96, alkohol 80, dan alkohol 70 masing-masing selama 4 menit, kemudian dicuci di bawah air mengalir selama 5 menit. Masukkan slide ke dalam mesin pengering merk PT. Link Dako Epitope Retrieval, kemudian diatur set up Preheat 65 o C, running time 98 o C selama 15 menit, tunggu sampai ± 1 jam, setelah slide kering, dengan menggunakan spidol pap pen, preparat yang ada di slide dilingkari agar pada saat penetesan antibodi atau cairan lainnya tidak keluar melewati batas lingkaran pap pen tadi. Segera masukkan slide kedalam larutan Tris Buffered Saline TBS pH 7,4 selama 5 menit, kemudian dilakukan blocking dengan peroxidase, selama 5- 10 menit, kemudian kembali dicuci dalam larutan Tris Buffered Saline TBS pH 7,4 selama 5 menit blocking kembali dengan Normal horse serum NSH 3, selama 15 menit, cuci dalam larutan Tris Buffered Saline TBS pH 7,4 selama 5 menit. Setelah itu di inkubasi menggunakan SOD-1 polyclonal Antibody 3458- 100, PT. Bio Vision, pengenceran 1:50 masing-masing selama 1 jam. Cuci kembali kedalam larutan Tris Buffered Saline TBS pH 7,4 atau Tween 20 selama 5 menit, kemudian tetesi dengan antibodi sekunder merk Dako Real Envision RabbitMouse selama 30 menit. Setelah itu slide kembali dicuci dalam larutan Tris Buffered Saline TBS pH 7,4 atau Tween 20 selama 5-10 menit. Kemudian slide ditetesi dengan DAB + Substrat Chromogen solution dengan pengenceran 20µL DAB : 1000 µL substrat tahan 5 hari di suhu 2-8 o C setalah dicampur selama 5 menit, di cuci kembali dengan air mengalir dan dilakukan counterstain dengan Hematoxylin masing-masing selama 10 menit. Cuci dibawah air mengalir selama 5 menit, celupkan slide preparat kedalam lithium carbonat 5 dalam aqua Universitas Sumatera Utara selama 2 menit, cuci dengan air mengalir dan kembali dilakukan proses pengeringan cairan sebelumnya dengan proses dehidrasi menggunakan alkohol 80, alkohol 96, alkohol Absolut masing-masing selama 5 menit, kemudian clearing dengan larutan Xylol 1, Xylol 2, Xylol 3 masing-masing selama 5 menit, kemudian mounting dan tutup slide preparat dengan cover glass dan preparat siap dilihat.

3.12 Analisis Data

Semua data dipresentasikan dalam bentuk rata-rata simpang baku rata- rata ± SD. Dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Jika data berdistribusi normal dan homogen dilakukan uji ANOVA. Bila terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji Post Hoc analisa Benferroni taraf 5 untuk melihat perbedaan antara kelompok kontrol dari masing-masing perlakuan. Jika distribusi data tidak normal dan tidak homogen dilakukan transformasi data. Kemudian diuji lagi normalitas dan homogenitas data. Apabila masih tidak normal distribusinya dan data tidak homogen maka diuji Mann Whitney untuk membandingkan antara 2 kelompok perlakuan kontrol vs perlakuan. Pada kelompok data lebih dari 2 kelompok maka dilakukan uji Friedman. Semua analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 18,0. Dalam penelitian ini, hanya rata- rata perbedaan p ≤ 0.05 yang dianggap bermakna signifikan. Universitas Sumatera Utara 68 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil pemeriksaan makroskopis berupa berat, warna dan konsistensi ginjal, pemeriksaan mikroskopis meliputi kerusakan sel ginjal dan tampilan immunohistokimia antioksidan endogen Cu Zn SOD pada ginjal.

4.1. Pemeriksaan makroskopis ginjal

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.)

3 91 49

Pengaruh Ekstrak Etanol Kulit Buah Nanas (Ananas Comosus (L.) Merr.) Terhadap Glukosa Darah Dan Kadar Superoksida Dismutase (Sod) Pada Mencit Hiperglikemia Secara In Vivo

17 95 129

Pengaruh Stres Terhadap Gambaran Imunohistokimia Antioksidan Copper,Zinc Superoxide Dismutase (Cu,Zn-Sod) Pada Ginjal Tikus

0 7 62

Profil Imunohistokimia Antioksidan Copper, Zinc-Superoxide Dismutase (Cu,Zn-SOD) pada Jaringan Ginjal Tikus dengan Perlakuan Stres dan Pemberian a[alfa]-Tokoferol

0 9 10

Dampak pemberian tepung buah pare terhadap profil imunohistokimia antioksidan Copper, Zinc-Superoxide dismutase (Cu, Zn-SOD) pada jaringan ginjal tikus diabetes mellitus

0 8 49

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA.L) TERHADAP PERUBAHAN MAKROSKOPIS, MIKROSKOPIS PADA GINJAL MENCIT JANTAN (MUS MUSCULUS.L) STRAIN DDW YANG DI PAPARI MONOSODIUM GLUTAMATE (MSG) DIBANDINGKAN DENGAN VITAMIN E.

0 2 12

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana.L) Terhadap Perubahan Makroskopis, Mikroskopis dan Tampilan Immunohistokimia Antioksidan Copper Zinc Superoxide Dismutase (Cu Zn SOD) Pada Ginjal Mencit Jantan (Mus Musculus.L) Stra

0 0 5

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Monosodium Glutamat - Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana.L) Terhadap Perubahan Makroskopis, Mikroskopis dan Tampilan Immunohistokimia Antioksidan Copper Zinc Superoxide Dismutase (Cu Zn

0 0 23

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana.L) Terhadap Perubahan Makroskopis, Mikroskopis dan Tampilan Immunohistokimia Antioksidan Copper Zinc Superoxide Dismutase (Cu Zn SOD) Pada Gi

0 0 8

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana.L) Terhadap Perubahan Makroskopis, Mikroskopis dan Tampilan Immunohistokimia Antioksidan Copper Zinc Superoxide Dismutase (Cu Zn SOD) Pada Ginjal Mencit Jantan (Mus Musculus.L) Stra

0 0 18