Pencabutan Izin Usaha Bank

BAB III SEKILAS TENTANG BANK YANG DICABUT IZIN USAHANYA

A. Pencabutan Izin Usaha Bank

Pembubaran badan hukum bank terjadi, di antaranya, karena dicabut izin usahanya, jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir, dan penetapan pengadilan. Pembubaran badan hukum dilakukan oleh lembaga tertinggi dalam badan hukum yang bersangkutan, seperti untuk bank yang berbentuk hukum perseroan terbatas maka pembubaran harus oleh rapat umum pemegang saham, sedangkan untuk bank yang berbadan hukum koperasi maka pembubaran oleh rapat anggota. Pencabutan izin usaha bank dilakukan oleh pimpinan Bank Indonesia disebabkan bank tersebut tidak dapat mengatasi kesulitannya atau keadaan bank yang bersangkutan membahayakan sistem perbankan nasional. Keadaan suatu bank dikatakan mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya apabila berdasarkan penilaian Bank Indonesia, kondisi usaha bank semakin memburuk, antara lain, ditandai dengan menurunnya permodalan, kualitas asset, likuiditas dan rentabilitas serta pengelolaan bank yang tidak dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian dan asas perbankan yang sehat. Sedangkan criteria membahayakan sistem perbankan, yaitu apabila tingkat kesulitan yang dialami dalam melakukan kegiatan usaha, suatu bank tidak mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada bank lain sehingga pada gilirannya akan menimbulkan dampak berantai pada bank-bank lainnya. 21 21 Kondisi bank seperti itu disebut telah dan akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat sehingga kelangsungan usaha bank dimaksud tidak dapat dilanjutkan. Bank dimaksud menjadi bank gagal yang berakibat dicabut izin usahanya. Universitas Sumatera Utara Pencabutan merupakan langkah akhir dari usaha untuk menyehatkan bank yang terkena kesulitan tersebut. Jadi, sebelumnya telah ditempuh langkah-langkah permulaan oleh Bank Indonesia. Bank yang dinilai memiliki potensi kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya adalah bank yang memenuhi satu atau lebih kriteria sebagai berikut : 22 1. Memiliki predikat kurang sehat atau tidak sehat dalam penilaian tingkat kesehatan bank. 2. Memiliki permasalahan actual dan atau potensial berdasarkan penilaian terhadap keseluruhan risiko composite risk. 3. Terdapat pelampauan dan atau pelanggaran batas maksimum pemberian kredit dan menurut penilaian Bank Indonesia langkah-langkah penyelesaian yang diusulkan bank dinilai tidak dapat diterima atau tidak mungkin dicapai. 4. Terdapat pelanggaran posisi devisa neto dan menurut penilaian Bank Indonesia langkah- langkah penyelesaian yang diusulkan bank dinilai tidak dapat diterima atau tidak mungkin dicapai. 5. Memiliki rasio giro wajib minimum dalam rupiah sama dengan atau lebih besar dari rasio yang ditetapkan untuk giro wajib minimum bank. Namun, bank dinilai mengalami permasalahan likuiditas yang mendasar. 6. Dinilai memiliki permasalahan profitabilitas yang mendasar. 7. Memiliki kredit bermasalah nonperforming loan secara netto lebih dari 5 dari total kredit. Kriteria di atas berpatokan pada ketentuan yang berlaku, seperti ketentuan tingkat kesehatan bank didasarkan pada ketentuan tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum dan ketentuan kredit didasarkan pada batas maksimum pemberian kredit. Penetapan bank dengan status dalam pengawasan intensif tidak menghilangkan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan bank, seperti pelanggaran pelampauan batas maksimum pemberian kredit dan pelanggaran posisi devisa netto. Berdasarkan ketentuan Pasal 37 ayat 1 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Bank Indonesia dapat melakukan tindakan, baik secara langsung maupun tidak langsung, juga dapat dilakukan secara 22 Lihat ketentuan Pasal 2 ayat 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 69PBI2004 tentang Tindak Lanjut Pengawasan dan Penetapan Status Bank Universitas Sumatera Utara alternatif ataupun kumulatif sesuai dengan kondisi bank yang bersangkutan, yaitu meliputi langkah-langkah berupa saran-saran dan langkah tindakan yang lebih aktif : 1. Langkah saran-saran, yang ditujukan kepada pemegang saham dan pengurus, yaitu agar : a. Pemegang saham menambah modal b. Pemegang saham mengganti dewan komisaris danatau direksi bank. c. Bank menghapusbukukan kredit yang macet dan memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya. d. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain. e. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban. 2. Langkah aktif dengan tindakan lain yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti : a. Menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada pihak lain. b. Menjual sebagian harta atau seluruh harta dan atau kewajiban bank kepada bank lain. Tindakan Bank Indonesia seperti di atas semula diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 2876KEPDIR tertanggal 3 Oktober 1995 tentang Tindakan Penguasaan Sementara terhadap Bank oleh Bank Indonesia. Saat ini peraturan tersebut telah diganti dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 69PBI2004 tentang Tindak Lanjut Pengawasan dan Penetapan Status Bank. Tindakan Bank Indonesia tidak dimaksudkan untuk dan tidak dapat diartikan sebagai pengambilalihan tanggungjawab perbuatan-perbuatan penyimpangan atau pelanggaran yang dilakukan oleh dewan komisaris dan atau direksi lama dan juga bukan berarti mengambil alih hak dan kewajiban bank. tindakan terhadap bank gagal seperti itu, salah satu pertimbangannya didasarkan karena bank tersebut tidak dapat melanjutkan usahanya sehingga harus dicabut izin Universitas Sumatera Utara usahanya. Dalam hal menghadapi bank gagal seperti itu, sekarang penanganannya melibatkan Lembaga Penjamin Simpanan. Lembaga tersebut didirikan dengan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan, lembaga tersebutlah yang akan membayar simpanan setiap nasabah bank tersebut sampai jumlah tertentu. Adapun simpanan yang tidak dijamin akan diselesaikan melalui proses likuidasi bank. Likuidasi ini merupakan tindak lanjut dalam penyelesaian bank yang mengalami kesulitan keuangan. Sejak tanggal pencabutan izin usaha, direksi dan dewan komisaris dilarang melakukan perbuatan hukum berkaitan dengan asset dan kewajiban bank, kecuali atas persetujuan dan atau penugasan Bank Indonesia dan untuk pembayaran gaji pegawai yang terutang, pembayaran biaya kantor serta pembayaran kewajiban bank kepada nasabah penyimpan dana dengan menggunakan dana lembaga penjamin simpanan. Namun, sebaliknya untuk menyelenggarakan rapat umum pemegang saham untuk memutuskan pembubaran badan hukum dan pembentukan tim likuidasi, maka hal tersebut merupakan kewajiban direksi yang wajib segera dilaksanakan, yang selambat- lambatnya enam puluh hari sejak tanggal pencabutan izin usaha. Berdasarkan ketentuan Pasal 37 ayat 2 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dalam hal direksi tidak menyelenggarakan rapat umum pemegang saham dalam jangka waktu enam puluh hari sejak tanggal pencabutan izin usaha atau dapat menyelenggarakannya, tetapi tidak berhasil memutuskan pembubaran badan hukum bank, dan pembentukan tim likuidasi, pimpinan Bank Indonesia meminta kepada pengadilan untuk mengeluarkan penetapan yang berisi : 1. Pembubaran badan hukum bank. 2. Penunjukan tim likuidasi Universitas Sumatera Utara 3. Perintah pelaksanaan likuidasi sesuai dengan ketentuan 4. Perintah agar tim likuidasi mempertanggungjawabkan pelaksanaan likuidasi kepada Bank Indonesia. Pencabutan izin usaha tersebut harus diumumkan secara luas kepada masyarakat melalui media massa cetak yang mempunyai peredaran luas dan jika bank yang dicabut izin usahanya memiliki kantor di luar negeri, Bank Indonesia memberitahukan kepada otoritas yang berwenang di negara tempat kantor tersebut berada. Dalam hal pencabutan izin usaha terhadap Bank Perkreditan Rakyat, pengumumannya selain seperti biasa, juga dapat dilakukan menempatkannya dalam pengumuman di kantor kecamatan agar memungkinkan masyakat setempat mengetahuinya. Kewajiban-kewajiban bank yang dicabut izin usahanya, yaitu : 1. Menutup seluruh kantornya dan menghentikan segala kegiatan perbankan sejak tanggal pencabutan izin usaha termaksud. 2. Menyusun neraca penutupan per tanggal pencabutan izin usaha dan diaudit oleh akuntan publik. 3. Menyelenggarakan rapat umum pemegang saham untuk bank yang berbentuk perseroan terbatas atau rapat anggota untuk bank yang berbentuk koperasi, untuk memutuskan pembubaran badan hukum bank, dan pembentukan tim likuidasi. Tindakan tersebut merupakan tindakan terakhir sebelum segala pengurusan bank dan tanggungjawabnya dilakukan oleh tim likuidasi. Menyangkut pencabutan izin usaha kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri maksudnya adalah pencabutan izin pembukaan kantornya jadi bukan pencabutan izin usaha sebagai badan hukum bank. Universitas Sumatera Utara Menurut ketentuan Pasal 22 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank, Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha kantor cabang tersebut dalam hal : 1. Kantor cabang yang bersangkutan berada dalam keadaan yang membahayakan kelangsungan usahanya dan atau sistem perbankan. 2. Kantor cabang yang bersangkutan ditutup atas permintaan kantor pusatnya. 3. Izin usaha kantor pusat bank yang bersangkutan dicabut dan atau dilikuidasi oleh otoritas yang berwenang di negara asal bank tersebut. Apabila terjadi pencabutan izin usaha kantor cabang tersebut, diberitahukan kepada bank yang bersangkutan dan otoritas negara asal serta diumumkan dalam surat kabar harian yang mempunyai peredaran luas. Selain itu, bagi bank yang telah dicabut izin usahanya tersebut berlaku ketentuan bahwa seluruh harta kantor cabang yang bersangkutan diutamakan untuk pembayaran seluruh kewajibannya di Indonesia dan kantor pusat bank yang bersangkutan bertanggungjawab atas pemenuhan kewajiban kantor cabangnya di Indonesia. Bank Indonesia dalam rangka melaksanakan kelanjutan dari akibat pencabutan izin usaha tersebut, menyerahkannya kepada tim penyelesai. 23 Tim tersebut memiliki hak, kewajiban dan kewenangan, seperti halnya tim likuidasi. Tim tersebut bekerja paling lambat dua tahun sejak terbentuknya apabila menyelesaikan bank yang dicabut izin usahanya karena kantor cabang bank yang bersangkutan berada dalam keadaan yang membahayakan kelangsungan usahanya dan atau sistem perbankan atau karena kantor cabang bank yang bersangkutan ditutup atas permintaan kantor pusatnya. Sedangkan apabila kantor cabang yang bersangkutan dicabut izinnya karena dilikuidasi, jangka waktu tugas tim penyelesai selama lima tahun. 23 Lihat ketentuan Pasal 22 ayat 4 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank. Universitas Sumatera Utara

B. Likuidasi Bank