Pencantuman Klausula yang Memberatkan Dalam Perjanjian Baku

2. Pencantuman Klausula yang Memberatkan Dalam Perjanjian Baku

Masalah hukum kedua yang terpenting berkaitan dengan banyaknya digunakan perjanjian-perjanjian baku di dunia bisnis adalah masalah yang berkaitan dengan pencantuman klausula atau ketentuan yang secara tidak wajar sangat memberatkan bagi pihak lainnya. Istilah yang dipakai untuk klausula atau ketentuan yang demikian ini yaitu ketentuan yang onredelijk bezwaredn atau unreasonably onerous. Masalah klausula atau ketentuan yang memberatkan ini telah menjadi salah satu pusat perhatian ahli hukum. Perhatian besar ahli hukum sehubungan dengan pencantuman klausula-klausula yang memberatkan dalam perjanjian baku ini pada dasarnya adalah dalam rangka untuk melindungi kepentingan konsumen yang merupakan pihak yang lemah dalam perjanjian baku. Klausula atau ketentuan-ketentuan yang dinilai memberatkan salah satu pihak dalam perjanjian baku ini disebut dengan istilah klausula eksonerasi atau klausula eksemsi. Klausula yang memberatkan ini dapat muncul dalam berbagai bentuk. Klausula tersebut dapat terbentuk pembebasan sama sekali dari tanggungjawab yang harus dipikul oleh pihaknya apabila terjadi ingkar janji wan prestasi. Dapat pula berbentuk pembatasan jumlah ganti rugi yang dapat dituntut dan pembatasan waktu bagi orang yang dirugikan untuk dapat mengajukan gugatan atau ganti rugi. Dalam hal yang terakhir ini, batas waktu tersebut sering kali lebih pendek dari batas waktu yang ditentukan oleh undang-undang bagi seseorang untuk dapat mengajukan gugatan atau ganti rugi. Suatu klausula yang tidak membebaskan atau membatasi tanggungjawab salah satu pihak terhadap gugatan pihak lainnya. Misalnya apabila didalam perjanjian kredit bank, ada ketentuan yang memberikan hak kepada bank untuk tanpa ada alas an apapun juga menghentikan, baik Universitas Sumatera Utara untuk sementara maupun untuk selanjutnya, izin tarik kredit oleh nasabah debitur, adalah ketentuan yang sangat memberatkan bagi nasabah debitur, sekalipun ketentuan itu tidak merupakan ketentuan yang membebaskan atau membatasi tanggungjawab bank terhadap nasabah debitur. B. Bentuk dan Sifat Hubungan Antara Bank dengan Nasabah B.1. Hubungan Hukum dan Kepercayaan