Menurut Purwoastuti dan Walyani 2015, seksio sesarea dibagi menjadi elektif dan darurat.
1. Seksio sesarea elektif
Seksio sesarea telah direncanakan jauh hari sebelum jadwal melahirkan dengan mempertimbangkan keselamatan ibu maupun janin.
2. Seksio sesarea darurat
Seksio sesarea darurat dilakukan ketika proses persalinan telah berlangsung. Hal ini terpaksa dilakukan karena ada masalah pada ibu
maupun janin. Menurut Benson dan Pernoll 2009, ada beberapa faktor risiko terjadinya seksio sesarea daruratyaitu bagian terbawah janin
letaknya sangat rendah atau sangat tinggi, tidak ada tanda-tanda persalinan atau persalinan sangat lama, umur kehamilan muda, pecah selaput ketuban
pada saat persalinan, riwayat seksio sesarea, dan keterampilan operator.
2.1.4 Penyebab Peningkatan Angka Seksio Sesarea
Menurut Maryunani 2014, ada beberapa hal yang dapat menyebabkan meningkatnya angka seksio sesarea, yaitu:
a Umur ibu hamil yang melahirkan lebih tua
Frekuensi seksio sesarea meningkat seiring dengan pertambahan usia ibu. Dalam dua dekade terakhir, angka persalinan nulipara meningkat lebih
dari dua kali lipat untuk wanita berusia 30-39 tahun dan menigkat 50 pada wanita berusia 40-44 tahun.
b Pemantauan denyut jantung janin dengan alat elektronik yang kontinu dan
rutin dipakai Walaupun seksio sesarea terutama dilakukan dengan indikasi gawat janin
dan jumlah kasus gawat janin hanya sedikit, namun kekhawatiran akan rekaman frekuensi denyut jantung janin yang abnormal mendorong
dilakukannya seksio sesarea.
Universitas Sumatera Utara
c Umumnya, presentasi bokong dilahirkan dengan seksio sesarea
Saat ini, sebagian besar janin dengan presentasi bokong dilahirkan secara seksio sesarea Cunningham, et al., 2013.
d Persalinan pervaginam midpelvik jarang dilakukan
e Upaya untuk menurunkan tuntutan hukum malpraktik
Adanya anggapan bahwa akan terjadi kelainan neurologis atau serebral palsy pada neonatus jika seksio sesarea tidak dilakukan. Ini menimbulkan
kekhawatiran akan tuntutan malpraktik. Namun sebenarnya, bukti yang menunjukkan adanya keterkaitan antara seksio sesarea dengan penurunan
masalah neurologis anak sangatlah kurang.
f Faktor sosial ekonomi dan demografik
Seksio sesarea lebih sering terjadi pada ibu dengan golongan ekonomi menengah ke atas dan yang memiliki asuransi jiwa.
g Menurut Sofian 2013, penyebab lain meningkatnya angka seksio sesarea
adalah indikasi seksio sesarea semakin luas dan risiko morbiditasmortalitas semakin kecil. Hal ini disebabkan karena teknik
seksio sesarea semakin maju, kemampuan memberikan anestesi yang lebih mantap dan terampil, ampuhnya antibiotik dan kemoterapi.
2.1.5 Indikasi Seksio Sesarea
Seksio sesarea dilakukan jika persalinan pervaginam mengandung risiko yang lebih besar bagi ibu atau janin. Indikasi ini dapat bersifat mutlak atau relatif
Benson dan Pernoll, 2009. Yang termasuk indikasi mutlak adalah setiap keadaan yang membuat kelahiran melalui jalan lahir tidak dapat terlaksana, seperti
kesempitan panggul yang sangat berat dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Sedangkan pada indikasi relatif, kelahiran melalui vagina bisa terlaksana,
Universitas Sumatera Utara
tetapi ada keadaan tertentu yang menyebabkan kelahiran melalui seksio sesarea akan lebih aman, baik bagi ibu, anak, ataupun keduanya Oxorn dan Forte, 2010.
Indikasi seksio sesarea terbagi dua, yaitu indikasi medis dan indikasi nonmedis.
1. Indikasi Medis
Indikasi medis seksio sesarea didasarkan pada tiga faktor, yaitu faktor ibu, uteroplasenta, dan faktor janin Norwitz dan Schorge, 2007.
Tabel 2.1. Indikasi Medis Seksio Sesarea
FAKTOR INDIKASI MEDIS SEKSIO SESAREA
Absolut Relatif
Ibu •
Induksi persalinan yang gagal
• Proses persalinan tidak maju
distosia persalinan •
Disproporsi sefalopelvik •
Seksio sesarea elektif •
Penyakit ibu preeklampsia berat, penyakit jantung,
diabetes, kanker serviks
Uteroplasenta •
Bedah uterus sebelumnya sesarea klasik
• Riwayat ruptur uterus
• Obstruksi jalan lahir
fibroid •
Plasenta previa, abruptio plasenta berukuran besar
• Riwayat bedah uterus
sebelumnya miomektomi dengan ketebalan penuh
• Presentasi funik tali pusat
pada saat persalinan
Janin •
Gawat janinhasil pemeriksaan janin yang
tidak meyakinkan •
Prolaps tali pusat •
Malpresentasi janin posisi melintang
• Malpresentasi janin
sungsang, presentasi alis, presentasi gabungan
• Makrosomia
• Kelainan janin
hidrosefalus Sumber : Norwitz dan Schorge, 2007
Universitas Sumatera Utara
a Seksio Sesarea Sebelumnya Oxorn dan Forte, 2010
Pada sebagian besar negara, ada kebiasaan yang dipraktikkan akhir- akhir ini yaitu setelah prosedur pembedahan sesarea dikerjakan, maka
semua kehamilan yang datang harus diakhiri dengan cara yang sama. Menurut Achadiat 2004, semua kehamilan dengan riwayat seksio
sesarea sebelumnya harus diusahakan untuk dilahirkan pervaginam. Namun, pasien dengan riwayat seksio sesarea sebelumnya memiliki
risiko ruptur uteri dan gawat janin sampai dengan kematian janin intrauteri.Oleh sebab itu, apabila syarat untuk persalinan pervaginam
tidak terpenuhi, dapat segera dilakukan seksio sesarea kembali.Pasien dengan riwayat seksio sesarea sebelumnya harus melahirkan di suatu
rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki kemampuan untuk melakukan seksio sesarea kembali secepatnya.Selain itu,
menurut Cunningham, et al.2013, seksio sesarea berulang elektif lebih dipilih oleh banyak wanita karena kenyamanan pada persalinan
yang direncanakan dan juga karena ketakutan akan persalinan yang lama dan mungkin berbahaya.
b Persalinan Macet Purwoastuti dan Walyani, 2015
Ini dapat terjadi pada fase pertama fase litatasi atau fase kedua ketika mengejan. Persalinan macet merupakan penyebab tersering
seksio sesarea. Beberapa alasan yang dijadikan pertimbangan ialah kontraksi tidak lagi efektif, janin terlalu besar sementara jalan lahir ibu
sempit, dan posisi kepala janin yang tidak memungkinkan dilakukan penarikan dengan vakum maupun forsep.
c Prolaps Tali Pusat Purwoastuti dan Walyani, 2015
Yaitu jika tali pusat keluar melalui mulut rahim, bisa terjepit sehingga suplai darah dan oksigen ke janin berkurang. Keadaan ini berbahaya
jika janin dilahirkan secara normal melalui vagina, sehingga perlu tindakan seksio sesarea segera.
Universitas Sumatera Utara
d Gawat Janin Purwoastuti dan Walyani, 2015
Yaitu jika denyut jantung janin menurun sampai 70 kali per menit, maka harus segera dilakukan seksio sesarea. Normalnya denyut
jantung janin adalah 120160 kali per menit.
e Janin dengan Presentasi Bokong Oxorn dan Forte, 2010
Sekitar sepertiga dari presentasi bokong harus dilahirkan melalui abdomen. Bukan saja akibat langsung kelahiran vaginal terhadap janin
lebih buruk pada presentasi bokong dibanding pada presentasi kepala, tetapi juga terbukti adanya pengaruh jangka panjang sekalipun
kelahiran tersebut tanpa abnormalitas. Menurut Leveno, et al. 2009, janin dengan presentasi bokong berisiko lebih besar mengalami
prolaps tali pusat dan terjepitnya kepala jika dilahirkan pervaginam dibandingkan janin dengan presentasi kepala. Oleh karena itu,
presentasi bokong sering menjadi indikasi untuk dilakukan sesar.
f Kehamilan Kembar Purwoastuti dan Walyani, 2015
Perlu dipikirkan untuk melakukan seksio sesarea pada kasus janin pertamaterbawah selain presentasi kepala. Pada kasus kehamilan
kembar dengan janin hanya memiliki satu kantong ketuban, risiko untuk saling mengaitmenyangkut satu sama lain terjadi lebih tinggi
sehingga perlu dilakukan seksio sesarea terencana.
g Plasenta Previa Purwoastuti dan Walyani, 2015
Artinya plasenta terletak di bawah dan menutupi mulut rahim. Plasenta terdiri dari banyak pembuluh darah dan lokasi plasenta yang menutupi
jalan lahir sangat rawan dengan terjadinya perdarahan yang dapat mengancam nyawa janin dan ibu. Seksio sesarea untuk plasenta previa
sentralis dan lateralis telah menurunkan mortalitas fetal dan maternal Oxorn dan Forte, 2010.
Universitas Sumatera Utara
h Masalah Kesehatan Ibu Purwoastuti dan Walyani, 2015
Di antaranya: preeklampsia, diabetes, herpes,penderita HIVAIDS, penyakit jantung, penyakit paru kronik, tumor rahim mioma yang
ukurannya besar atau menutupi jalan lahir, kista yang menghalangi turunnya janin, serta berbagai keadaan lain merupakan hal-hal yang
menyebabkan seksio sesarea lebih diutamakan.
i Masalah Kesehatan Janin Purwoastuti dan Walyani, 2015
Misalnya pada janin dengan oligohidramnion cairan ketuban sedikit atau janin dengan gangguan perkembangan.
2. Indikasi Nonmedis
Menurut Maryunani 2014, indikasi nonmedis seksio sesarea adalah permintaan pasien walaupun tidak ada masalah atau kesulitan dalam
persalinan normal. Menurut National Institute of Health 2006 dalam Qin, et al. 2012, angka seksio sesarea yang dilakukan atas permintaan
ibu di Cina bagian Tenggara pada tahun 2003 adalah 22. Padahal, angka seksio sesarea atas permintaan ibu secara global hanyalah sekitar 4-
18.Ini menandakan bahwa kejadian seksio sesarea atas indikasi permintaan ibu tinggi di Cina.
Menurut Maryunani 2014, permintaan pasien didukung oleh adanya mitos-mitos yang berkembang di masyarakat yaitu:
1. Anak yang dilahirkan pada tanggal dan jam sekian akan memperoleh
rezeki dan kehidupan yang baik. Ini dibuktikan dengan masih banyaknya penduduk di kota-kota besar yang mengaitkan waktu
kelahiran dengan penguntungan nasib anak.
2. Ibu takut mengalami kerusakan jalan lahir vagina pada persalinan
normal. Padahal, penelitian membuktikan bahwa mitos tersebut tidak benar karena penyembuhan luka di daerah vagina hampir sempurna.
Universitas Sumatera Utara
3. Anggapan bahwa bayi yang dilahirkan dengan seksio sesarea menjadi
lebih pandai karena kepalanya tidak terjepit di jalan lahir. Padahal, sebenarnya tidak ada perbedaan kecerdasan bayi yang dilahirkan
secara seksio sesarea dengan pervaginam.
Selain itu, seksio sesarea dipilih karena kekhawatiran atau kecemasan menghadapi rasa sakit pada persalinan normal Maryunani 2014.
Seksio sesarea akan meningkat “atas dasar permintaan istri” untuk kepentingan keharmonisan keluarga. Permintaan itu seyogyanya dipenuhi
oleh karena merupakan “hak azazi manusia-keluarga”. Tindakan seksio sesarea tersebut dilakukan dengan insisi Pfannelstiel demi kepentingan
kosmetik Manuaba, dkk., 2007.
2.1.6 Kontraindikasi Seksio Sesarea